Sumber: BPS (2020)
Perkembangan angka IPM selama periode 2015-2019 terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut. Untuk Kabupaten Wonosobo, perubahan yang dimaksud karena peningkatan besaran persen/rate dari komponen IPM yaitu angka harapan hidup, angka Harapan Lama Sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita disesuaikan.
Tabel 2. 21 Perkembangan IPM Wonosobo Menurut Komponen Tahun 2015-2019
Uraian Satuan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 Angka Harapan
Hidup (AHH) Tahun 71,02 71,16 71,3 71,46 71,6 65,7
66,19
66,89
67,81
68,27
2015 2016 2017 2018 2019
IPM Kabupaten Wonosobo 2015-2019
IPM
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-47
Uraian Satuan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 Harapan Lama
Sekolah (HLS) Tahun 11,43 11,67 11,68 11,69 11,74
Rata-rata lama
sekolah (RLS) Tahun 6,11 6,12 6,51 6,75 6,76
Pengeluaran per kapita
disesuaikan (PPP)
Rp0 9,74 9,88 9,97 10,5 10,87
IPM Angka 65,7 66,19 66,89 67,81 68,27
Pertumbuhan
IPM % 0,77 0,49 0,7 0,92 0,46
Sumber: BPS, 2020
Pertumbuhan IPM pada tahun 2019 sebesar 0,46 banyak dipengaruhi oleh naiknya pengeluaran per kapita disesuaikan dan angka harapan hidup.
Pada tahun 2019, angka harapan hidup naik 0,14 poin dengan asumsi anak yang lahir pada tahun 2019 diperkirakan akan bertahan hidup sampai usia 71 – 72 tahun, sedangkan pengeluaran per kapita mengalami kenaikan 0,37 point dibandingkan pada tahun 2018. Harapan lama sekolah hanya naik menjadi 11,74 tahun yang artinya secara rata-rata anak usia 7 tahun yang masuk jenjang pendidikan formal pada tahun 2019 memiliki peluang untuk bersekolah selama 11,74 tahun atau setara dengan pendidikan SMA.
Tabel 2. 22 Perbandingan Komponen IPM Laki- laki dan Perempuan Kabupaten Wonosobo Tahun 2019
Komposit IPM IPM
2019
AHH HLS RLS PPP
LK 69,61 11,71 7,01 14.835 71,68
PR 73,48 11,77 6,51 9.570 66,46
Sumber: BPS, 2020
Berdasarkan jenis kelamin, masih ada kesenjangan nilai komponen IPM terutama pada rata- rata pengeluaran per kapita disesuaikan antara laki- laki dan perempuan. Hal ini terjadi karena jumlah perempuan yang bekerja lebih sedikit, perbedaan upah dan sebagian perempuan menjadi pekerja tanpa dibayar. Kelompok perempuan unggul pada komponen kesehatan dimana usia harapan hidup perempuan 73,48 tahun sedangkan laki- laki 69,61 tahun dan harapan lama sekolah yang sedikit lebih unggul 0,06 poin dibandingkan laki- laki.
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-48 Tabel 2. 23 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/ Kota
se-Karesidenan Kedu Tahun 2015-2019
No Kabupaten/Kota Tahun Pertumbuhan
IPM 2015 2016 2017 2018 2019
1 Kabupaten
Magelang 67,13 67,85 68,39 69,11 69,97 2,84 2 Kota Magelang 76,39 77,16 77,84 78,31 78,8 2,41
3 Kabupaten
Purworejo 70,37 70,66 71,31 71,87 72,5 2,13
4 Kabupaten
Temanggung 67,07 67,6 68,34 68,83 69,56 2,49
5 Kabupaten
Kebumen 66,87 67,41 68,29 68,8 69,6 2,73
6 Kabupaten
Wonosobo 65,7 66,19 66,89 67,81 68,27 2,57 Provinsi Jawa Tengah 69,49 69,98 70,52 71,12 71,73 2,24
Sumber: BPS (2020)
Dibandingkan dengan kabupaten/kota di wilayah eks-Karesidenan Kedu, nilai IPM Kabupaten Wonosobo berada di urutan ke 6 terendah dan jauh di bawah rata-rata IPM Provinsi Jawa Tengah. Namun demikian pertumbuhannya selama 5 tahun terakhir lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan provinsi.
b. Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup di Kabupaten Wonosobo mengalami kenaikan dari 71,03 pada tahun 2017 menjadi 71,46 pada tahun 2018, artinya secara rata-rata anak yang dilahirkan pada tahun 2018 dapat bertahan hidup hingga usia 71 tahun. Pada tahun 2018 Kabupaten/ Kota se-Eks Karesidenan Kedu Angka Harapan Hidup tertinggi adalah Kota Magelang (76,72) dan terendah adalah Kabupaten Wonosobo (71,46).
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-49 Grafik 2. 18 Posisi Relatif Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota Wilayah
Eks Karesidenan Kedu dibandingkan Provinsi Tahun 2019
Sumber: BPS, 2020
c. Harapan Lama Sekolah
Harapan Lama Sekolah dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang dan dihitung pada usia 7 tahun ke atas.
Grafik 2. 19 Posisi Relatif Harapan Lama Sekolah Kabupaten/Kota Wilayah Eks Karesidenan Kedu dibandingkan Provinsi Tahun 2019
Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Wonosobo selama kurun 5 tahun mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2019 menjadi 11,74 tahun. Angka Tersebut masih di bawah Harapan Sekolah provinsi pada tahun 2019 yang berada 12,68 tahun. Jika dibandingkan dengan provinsi dan kabupaten/kota di wilayah eks Karesidenan Kedu, anak usia 7 tahun pada
73,22
74,52
71,60 73,56
75,48
76,75
74,23
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang TemanggungKota Magelang Posisi Relatif Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota eks Karesidenan Kedu dibandingkan Provinsi Tahun 2019
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-50 tahun 2019 di Kabupaten Wonosobo hanya memiliki peluang untuk sekolah sampai ke jenjang SMA di saat anak- anak di kabupaten lain setidaknya berpeluang sekolah sampai dengan perguruan tinggi.
d. Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata Lama Sekolah dari kurun waktu 2015-2019 semakin meningkat dari 6,11 tahun menjadi 6,76 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat Wonosobo memiliki pendidikan tertinggi sampai kelas 1 SMP (kelas 7).
Grafik 2. 20 Posisi Relatif Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/ Kota Wilayah Eks Karesidenan Kedu dibandingkan Provinsi Tahun 2019
Meskipun rata-rata lama sekolah di Kabupaten Wonosobo naik secara signifikan selama kurun waktu 2015-2019, namun jika dibandingkan dengan kabupaten/ kota di wilayah Jawa Tengah masih dalam kategori rendah bahkan 0,47 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Tengah (7,53 tahun).
e. Pengeluaran Per Kapita di sesuaikan
Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya konsumsi per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili pencapaian pembangunan untuk hidup layak. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil per kapita, yaitu
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-51 peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama.
Pengeluaran per kapita disesuaikan di Wonosobo meningkat dari Rp. 9.736 juta pada tahun 2018 menjadi 10,503 juta pada tahun 2018. Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Wonosobo pada tahun 2019 masih di bawah Pengeluaran Per Kapita Provinsi Jawa Tengah sebesar 10.777 juta.
Grafik 2. 21 Posisi Relatif Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Kabupaten/ Kota Wilayah Eks Karesidenan Kedu terhadap Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2019
Dari sisi pengeluaran perkapita, Kabupaten Wonosobo sudah mendekati angka rata- rata pengeluaran perkapita Provinsi Jawa Tengah.
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-52 Grafik 2. 22 Pengeluaran Per kapita di Sesuaikan (PPP) Kabupaten/ Kota
Wilayah se Eks Karesidenan Kedu Tahun 2015-2019
Selama empat tahun terakhir pengeluaran per kapita disesuaikan di kabupaten/kota eks Karesidenan Kedu cenderung naik. Posisi Kabupaten Wonosobo berada di urutan kedua tertinggi dengan kenaikan selama empat tahun terakhir sebesar Rp. 534.000.
f. Pendidikan
Grafik 2. 23 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah SD/MI (7-12 Tahun) s/d SMP/ MTs (13-15 Tahun) Kabupaten Wonosobo Tahun
2015-2019
99,70 99,50 99,23 99,55
94,37 93,05 94,06 94,61
2016 2017 2018 2019
Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan kelompok Usia Sekolah
7-12 tahun 13-15 tahun
sumber : BPS
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-53 Dalam kurun waktu empat tahun partisipasi sekolah penduduk kelompok usia 7-12 tahun dan 13-15 terus meningkat, meskipun belum semua anak usia sekolah 7-15 tahun mengakses pendidikan. Beberapa penyebab anak usia sekolah tidak mengakses pendidikan adalah karena putus sekolah, tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang di atasnya, anak dengan kebutuhan khusus sulit mengakses sekolah fomal maupun sekolah khusus ataupun lebih memilih untuk bekerja. Meskipun partisipasi sekolah sudah hampir 100%, jika dibandingkan dengan partisipasi sekolah kabupaten/kota eks karesidenan Kedu dan Jawa Tengah masih tergolong rendah.
Grafik 2. 24 Posisi Relatif Angka Partisipasi Sekolah Sekolah SD/MI (7-12 Tahun) s/d SMP/ MTs (13-15 Tahun) Wilayah Eks Karesidenan Kedu
dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019
Partisipasi sekolah baik usia 7-12 tahun maupun 13-15 tahun Kabupaten Wonosobo di bawah rata-rata Provinsi Jawa Tengah dan terendah jika dibandingkan kabupaten/kota eks karesidenan Kedu.
99,67 100 99,23 99,81 99,25 100
98,29
96,91
94,06
96,78 96,68
94,67
99,76
95,48
Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Temanggung Kota Magelang
Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun Kabupaten/Kota Eks Karesidenan kedu
7-12 tahun 13-15 tahun JAWA TENGAH JAWA TENGAH
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-54 g. Kesehatan
i. Angka Kematian Bayi (AKB)
Grafik 2. 25 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2019
Perkembangan angka kematian bayi fluktuatif namun cenderung menurun. Pada tahun 2019 angka kematian bayi menurun dari 8,3 pada tahun 2018 menjadi 8,24 per 1000 kelahiran dengan jumlah kematian sebesar 83 kasus atau menurun 21%. Penyebab kematian bayi pada tahun 2019 antara lain karena berat badan lahir bayi rendah yang merupakan penyebab terbesar, asfiksia atau gangguan penurunan pasokan oksigen, kelainan bawaan dan penyebab lain.
ii. Angka Kematian Ibu (AKI)
Grafik 2. 26 Angka Kematian Ibu Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2019
Perkembangan angka kematian ibu di Kabupaten Wonosobo fluktuatif bahkan pada tahun 2019 mengalami kenaikan yang cukup tajam dibandingkan dua tahun sebelumnya. Dari 14.335 ibu hamil pada tahun
11
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber : Dinas Kesehatan 2020 Angka Kematian Ibu Per 100.000 Kelahiran Hidup
dan Kasus Kematian Ibu Kabupaten Wonosobo 2015-2019
Kasus Kematian Ibu AKI
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Dinas Kesehatan, 2020 Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1000 kelahiran dan Jumlah Kasus
Kematian Bayi Kabupaten Wonosobo 2015-2019
AKB Kasus Kematian Bayi
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-55 2019 ada 16 kasus kematian ibu tersebar hampir di semua wilayah kecamatan yang disebabkan oleh hipertensi dalam masa kehamilan 6 kasus, perdarahan 1 kasus, gangguan sistem peredaran darah 2 kasus dan 7 kasus karena penyebab lain.
iii. Prevalensi Balita Gizi Buruk
Grafik 2. 27 Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019
Perkembangan balita gizi buruk di Kabupaten Wonosobo cenderung menurun dan rendah, namun demikian kasus gizi buruk tetap menjadi perhatian mengingat dampak gizi buruk pada balita akan menyebabkan buruknya perkembangan fisik dan otak balita, rentan terhadap penyakit dan bahkan kematian.
iv. Prevalensi Stunting
Grafik 2. 28 Prevalensi Stunting Baduta Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019
0,11 0,12
0,11 0,11
0,17
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Dinas Kesehatan, 2020
Perkembangan Prevalensi Balita Gizi Buruk
Prevalensi Balita Gizi Buruk
16,85
11,14
19,2
9,69 9 9,31
11 13 15 17 19 21
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Dinkes
Prevalensi Stunting Baduta 2015- 2019
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-56 Perkembangan Prevalensi stunting pada balita di bawah dua tahun (baduta) fluktuatif namun cenderung menurun. Pada tahun 2019 berdasarkan hasil penimbangan serentak prevalensi stunting pada baduta menurun dari 9,69 tahun 2018 menjadi 9,31.
Meskipun perkembangan prevalensi stunting selama 4 tahun terakhir menurun, Kabupaten Wonosobo masih tetap menjadi prioitas penanganan stunting nasional, yang artinya posisi Kabupaten Wonosobo dibandingkan kabupaten/ kota se Indonesia masih dibawah rata- rata angka nasional. Sebagai kabupaten prioritas penanganan stunting, ada 10 desa yang menjadi fokus intervensi berdasarkan prevalensi stunting.
Tabel 2. 24 Perkembangann Persentase Balita Stunting Berdasarkan Penimbangan Serentak 2017-2019 di 10 Desa Prioritas Stunting
Puskesmas Desa 2017 2018 2019
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Wadaslintang 1 Sumbersari 3 7,5 8 16 8 16
Kalikajar 2 Kwadungan 46 11,84 35 10 36 11,4
Purwojiwo 22 8,84 20 8,6 20 9,9
Kertek 2 Pagerejo 186 31,11 145 30,1 148 28,9
Kepil 2
Ngalian 7 12,82 3 5,9 44 11,9
Tanjunganom 35 14,84 56 25,3 57 25,9
Pulosaren 46 17,57 116 34,3 96 31,6
Selomerto 1 Pakuncen 1 1,47 3 3,9 10 12,8
Kejajar 1 Sigedang 32 13,33 64 28,4 92 35,2
Igirmranak 15 11,86 26 35,6 38 48,1
10 desa prioritas stunting di Kabupaten Wonosobo, 6 diantaranya kategori desa merah atau desa prioritas intervensi penanggulangan kemiskinan, yaitu desa Purwojiwo, desa Pagerejo, Desa Pulosaren, Desa Sigedang dan Desa Igirmranak.
Stunting berhubungan dengan status gizi dan kesehatan masyarakat, terutama pada ibu hamil, bayi dan balita. Beberapa penyebab stunting di Kabupaten Wonosobo adalah menurunnya kunjungan balita ke posyandu, rendahnya kepatuhan minum tablet FE pada ibu hamil, pola asuh yang salah terutama pada pemberian asupan makanan pada balita dan ibu hamil, rendahnya cakupan remaja putri yang minum tablet FE, cakupan kunjungan ibu hamil minimal 4 kali ke fasilitas kesehatan
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-57 masih kurang. Selain itu, rendahnya sanitasi dan belum terpenuhinya akses air bersih serta rendahnya akses
h. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
i. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Tabel 2. 25 Perkembangan IPG Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019
No Uraian Tahun
2015 2017 2018 2019
Indikator Penyusunan IPG
1. Angka Harapan Hidup
(tahun) 72,86 73,19 73,35 73,48
2. Harapan Lama Sekolah
(tahun) 11,7 11,72 11,73 11,77
3. Rata -rata Lama Sekolah
(tahun) 5,81 6,27 6,5 6,51
4. Pengeluan per Kapita yang
Disesuaikan (Rpjuta) 8,71 8,813 9,306 9,57 IPG 92,91 92,61 92,91 92,72 Sumber: BPS, 2020
Perkembangan angka Indeks Pembangunan Gender selama periode 2015-2019 terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut. Untuk Kabupaten Wonosobo, perubahan yang dimaksud karena peningkatan besaran persen/rate dari komponen IPM yaitu angka harapan hidup, angka harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita disesuaikan.
Grafik 2. 29 Perkembangan IPG Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2019
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-58 Indeks Pembangunan Gender di Kabupaten Wonosobo selama kurun lima tahun mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2019 menjadi 92,72%. Angka tersebut di atas Indeks Pembangunan Gender Provinsi pada tahun 2019 yang berada 91,89%.
Grafik 2. 30 Posisi Relatif IPG Kabupaten/ Kota Wilayah Eks Karesidenan Kedu Terhadap Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019
Capaian IPG Tahun 2019 Kabupaten Wonosobo melebihi rata- rata IPG Jawa Tengah, meskipun jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Eks Karesidenan Kedu, capaian IPG Kabupaten Wonosobo menempati urutan ke-2 terendah.
j. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Grafik 2. 31 Efektivitas Perkembangan Capaian Indeks Pemberdayaan Gender Kabupaten Wonosobo dibandingkan Provinsi Jawa Tengah
2014-2018
Sumber : BPS, 2020
45,36 47,72 50,55 51,41
74,46 74,80 75,10 74,03
2014 2015 2017 2018
Grafik Efektivitas Perkembangan Capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabpaten Wonosobo dibandingkan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014-2018
Kabupaten Wonosobo PROVINSI JAWA TENGAH
RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-59 Selama empat tahun terakhir gap capaian IDG Kabupaten Wonosobo dan Jawa Tengah sangat tinggi namun signifikan dengan capaian IDG Provinsi Jawa Tengah yang mengalami tren kenaikan, dengan demikian kenaikan IDG di Kabupaten Wonosbo memberikan kontribusi pada kenaikan IDG Provinsi Jawa Tengah. Rendahnya capaian IDG di Kabupaten Wonosobo disebabkan rendahnya persentase perempuan di parlemen.
Grafik 2. 32 Perkembangan Indeks Komposit IDG Kabupaten Wonosbo 2015-2018
Dalam kurun waktu empat tahun, indeks komposit mengalami kenaikan yang meggambarkan tren partisipasi perempuan dalam politik, pengambilan keputusan dan akses terhadap sumber daya ekonomi.
Keterlibatan perempuan di parlemen meningkat dengan bertambahnya jumlah perempuan sebagai anggota legislatif dari 2 menjadi 3 perwakilan.
Perempuan sebagai tenaga profesional juga semakin meningkat yang berarti semakin banyak perempuan di Kabupaten Wonosobo yang mampu mengakses pekerjaan profesional sehingga berpengaruh pula terhadap kenaikan sumbangan pendapatan perempuan.
1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 55,00
2015 2016 2017 2018
Sumber: BPS, 2020