• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI PERKEMBANGAN APM SMP KABUPATEN WONOSOBO DIBANDINGKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Nilai SAKIP

RELEVANSI PERKEMBANGAN APM SMP KABUPATEN WONOSOBO DIBANDINGKAN PROVINSI JAWA TENGAH

5.859

4.688

5.479

5.258

78,66 78,89 79,13 79,31 79,84

74,07 73,75 73,99

72,18

76,5

2015 2016 2017 2018 2019

RELEVANSI PERKEMBANGAN APM SMP KABUPATEN WONOSOBO DIBANDINGKAN PROVINSI JAWA TENGAH

2015-2019

JATENG WONOSOBO

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-96 Sumber: Profil Pendidikan 2015-2019

iii. Fasilitas Pendidikan

Kondisi bangunan penyelenggaraan pendidikan adalah salah satu faktor utama terselenggaranya kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah. Bangunan sekolah yang baik memberikan kontribusi yang baik terhadap kegiatan proses belajar mengajar bagi pendidik dan peserta didik.

Grafik 2. 48 Persentase Ruang Kelas Sesuai SNP Jenjang SD/MI s/d SMP/MTs Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

Selama kurun waktu 5 tahun, persentase ruang kelas sesuai SNP baik jenjang SD maupun SMP naik dengan signifikan. Untuk jenjang SD persentase ruang kelas sesuai SNP naik 8% selama kurun waktu 5 tahun, sedangkan jenjang SMP persentase ruang kelas sesuai standar SNP naik 14 % selama 5 tahun terakhir.

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-97 iv. Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Hal ini sering digunakan sebagai salah satu indikator berhasil/tidaknya pembangunan di bidang pendidikan. Penyebab utama putus sekolah antara lain kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak sebagai investasi masa depannya, kondisi ekonomi orang tua yang miskin serta keadaan geografis.

Grafik 2. 49 Angka Putus Sekolah Jenjang SD/MI s/d SMP/MTs Kabupaten Wonosobo 2015-2019

Angka putus sekolah di tingkat SD meskipun fluktuatif namun cenderung menurun, begitu juga dengan angka putus sekolah di tingkat SMP. Namun demikian angka putus sekolah tidak mencerminkan angka sesungguhnya anak usia sekolah yang tidak bersekolah namun hanya menggambarkan siswa yang tidak menlanjutkan sekolah sampai lulus.

v. Angka Kelulusan Sekolah

Angka kelulusan sekolah menunjukan tingkat kelulusan siswa dalam menyelesaikan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan.

Pada tingkat SD/setara, sepanjang tahun 2015-2019 tingkat kelulusan

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-98 Grafik 2. 50 Angka Kelulusan Jenjang SD/MI s.d SMP/MTs

Kabupaten Wonosobo Tahun 2018-2019

Angka kelulusan baik jenjang SD maupun SMP fluktuatif dengan kondisi pada tahun 2019, angka kelulusan SD mencapai 99,99 % sedangkan tingkat SMP 99,52%. Angka kelulusan ini merupakan perbandingan antara jumlah siswa pada awal masuk dibandingkan jumlah siswa yang lulus sehingga pengaruh siswa yang putus sekolah, tinggal kelas ataupun pindah sekolah menjadi penyebab angka kelulusan tidak mencapai 100%.

vi. Angka Melanjutkan

Angka melanjutkan sekolah adalah salah satu bukti nyata dari kegiatan pendidikan yang secara berjenjang terjadi dalam siklus pendidikan. Angka melanjutkan sekolah dari tingkat SD/setara ke jenjang SMP/setara disajikan dalam grafik sebagai berikut:

Grafik 2. 51 Angka Melanjutkan SD ke SMP dan SMP ke SMA Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

Sumber : Profil Pendidikan 2015-2019

93,22 91,97 93,61 94,46 96,32

74,1 70,73

79,64

76,55 80,98

70 80 90 100

2015 2016 2017 2018 2019

Perkembangan Angka Melanjutkan dari SD ke SMP dan dari SMP ke SMA

Tahun 2015-2019 Kabupaten Wonosobo

AM SD ke SMP AM SMP ke SMA

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-99 Perkembangan Angka melanjutkan baik ke jenjang SMP maupun SMA/SMK fluktuatif namun cenderung naik. Angka melanjutkan ke SMP pada tahun 2019 meningkat 1,86%

dibandingkan tahun 2018, sedangkan angka melanjutkan ke SMA naik 4,43% dibandingkan tahun 2018. Kenaikan ini menunjukkan kinerja yang positif baik dari pelayanan pendidikan maupun kesadaran masyarakat untuk melanjutkan sekolah.

vii. Guru yang memenuhi Kualifikasi S1/D4

Peningkatan kualitas pendidikan harus dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidik, seperti guru yang memenuhi syarat.

Syarat pendidik adalah berpendidikan setingkat strata satu atau diploma empat.

Grafik 2. 52 Persentase Guru yang memenuhi Kualifikasi S1/ D4

Persentase guru dengan kualifikasi pendidkan S1/D4 dan bersertifikat pendidik selama 5 tahun mengalami kenaikan yang signifikan terutama pada pendidk PAUD yang meningkat 18,35%

dibandingkan tahun 2015. Untuk jenjang SMP pendidik dengan

kualifikasi pendidikan S1/D4 dan bersertifikat pendidik naik 18,32 % dibandingkan tahun 2015. Sedangkan pada jenjang SMP

kenaikan hanya 1,92%.

viii. Hasil Evaluasi Kinerja RKPD sampai dengan Tahun 2019 Kinerja penyelenggaran urusan pendidikan ditunjukkan oleh capaian kinerja sebanyak 32 target indikator kinerja.

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-100

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-101

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-102

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-103

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2019

Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program urusan pendidikan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 32 indikator kinerja program urusan pendidikan

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 30 indikator

 Realisasi kinerja program kategori tinggi sebanyak 1 indikator

 Realisasi kinerja sasaran dan program kategori sangat rendah sebanyak 1 indikator

Beberapa capaian kinerja pada urusan pendidikan yang sesuai target bahkan melebihi target kinerja antara lain persentase sekolah yang menerapkan sekolah inklusi baik di tingkat SD maupun SMP. Sesuai Amanat Permendiknas RI Nomor 70 Tahun 2009 bahwa semua satuan pendidikan negeri wajib menyelenggarakan pendidikan inklusi di semua jenjang pendidikan. Maka dalam 4 tahun terakhir, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga berupaya untuk meningkatkan layanan penyelenggaraan sekolah inklusi melalui pelatihan bagi guru dengan sekolah yang memiliki siswa berkebutuhan khusus, pemenuhan sarana prasarana sekolah inklusi serta fasilitasi assesment terhadap anak berkebutuhan khusus untuk memastikan apakah peserta didik bisa terlayani di sekolah umum atau harus direkomendasikan di sekolah

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-104 khusus. Sampai dengan tahun 2019 terdapat 15 SD dan 15 SMP penyelenggara sekolah inklusi di Kabupaten Wonosobo.

Angka Partisipasi Murni (APM) baik tingkat SD maupun SMP mengalami kenaikan, artinya semakin banyak anak-anak bersekolah sudah sesuai dengan umur yang ditetapkan yaitu untuk SD usia 7-12 tahun dan SMP 13-15 tahun.

APM di Kabupaten Wonosobo tidak bisa mencapai angka 100% karena masih ada anak dengan usia di bawah ketentuan sudah memasuki jenjang pendidikan di atasnya atau sebaliknya masih ada anak dengan usia di atas ketentuan masih bersekolah di jenjang pendidikan di bawahnya serta masih ada angka putus sekolah baik jenjang SD maupun SMP. Angka partisipasi sekolah baik tingkat SD maupun SMP meningkat selaras dengan kenaikan angka melanjutkan SD ke SMP.

Kenaikan partisipasi kasar jenjang PAUD selain karena faktor kesadaran masyarakat, pemenuhan sarana dan prasarana PAUD juga disebabkan oleh dukungan dana desa yang memberikan alokasi pada kegiatan PAUD kelompok umur 3-4 tahun.

b. Urusan Kesehatan

i. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita Kabupaten Wonosobo pada tahun 2015-2019 mengalami penurunan. Pada tahun 2015 angka kematian Balita sebesar 11% menurun menjadi 2,54%.

Grafik 2. 53 Perkembangan Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup dan Jumlah Kematian Balita

Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-105 ii. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Angka Kelangsungan Hidup Bayi merupakan probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Pada tahun 2015-2019 Angka Kelangsungan Hidup Bayi mengalami kenaikan dari 99,03% tahun 2015 menjadi 99,18% pada tahun 2019.

Grafik 2. 54 Perkembangan Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kabupaten Wonosobo 2015-2019

iii. Angka Kematian BBLR di Rumah Sakit

Bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram. Angka Kematian BBLR Kabupaten Wonosobo pada tahun 2015 sebesar 4,5, pada tahun 2016 sebesar 7,06, pada tahun 2017 sebesar 0,00, pada tahun 2018 sebesar 3,58 serta pada tahun 2019 sebesar 2,4.

Grafik 2. 55 Perkembangan Angka Kematian Balita BBLR Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-106 iv. Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

Prevalensi Ibu Hamil KEK di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2015 sebesar 11,91 naik menjadi 18,78 pada tahun 2019.

Grafik 2. 56 Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) Kabupaten Wonosobo 2015-2019

v. Prevalensi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Prevalensi Bayi BBLR di Kabupaten Wonosobo tahun 2015-2019 mengalami fluktuasi. Tahun 2015 Prevalensi BBLR sebesar 4,71 naik menjadi 5,1 pada tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 3,84 dan pada tahun 2018 naik lagi menjadi 5,31 sedangkan pada tahun 2019 sebesar 5,2.

Grafik 2. 57 Prevalensi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Kabupaten Wonosobo 2015-2019

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-107 vi. Persentase Balita Usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

ASI Eksklusif sangat bermanfaat bagi bayi, diantaranya menyelamatkan nyawa, melindungi terhadap penyakit, mempercepat pemulihan anak yang sakit, memenuhi semua kebutuhan air bayi, mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak, mengurangi kemungkinan obesitas dan sebagainya. Kesadaran akan manfaat ASI eksklusif di Kabupaten Wonosobo terus meningkat. Jika pada tahun 2013 jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif 62,29 %, maka pada tahun berikutnya terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2019 jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif adalah 78,3 % sebagaimana ditunjukkan Grafik 2.57.

Grafik 2. 58 Persentase Bayi kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan Asi Eksklusif Kabupaten Wonosobo 2015-2019

v i i . Penyakit Menular dan Tidak Menular

Penyakit menular yang menjadi prioritas program di Kabupaten Wonosobo adalah TB, HIV/AIDS serta Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan 3 penyakit menular, kondisi penyakit menular di Kabupaten Wonosobo angka kesakitan DBD dan HIV/AIDs mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Angka kesakitan DBD pada tahun 2019 sebesar 10,25 meningkat 5,05 dibandingkan tahun 2018. Demikian pula dengan prevalensi HIV yang mengalami kenaikan menjadi 0,090 pada tahun 2019.

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-108 Tabel 2. 46 Kondisi Penyakit Menular Kabupaten Wonosobo Tahun

2015-2019

Penyakit Menular Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

DBD 34 176 21 41 81

Angka Kesakitan DBD

Per 100.000 4,4 22,44 2,09 5,2 10,25

TB 798 1041 451 1676 1796

HIV/AIDs 76 61 85 153 150

Prevalensi HIV 0,038 0,04 0,06 0,01 0,09

Kusta 16 14 15 15 11

Diare 16513 16275 16706 21259 16234

Malaria 13 18 9 27 6

Angka Kesakitan

Malaria 0 0,02 0,01 0,03 0,01

Sumber: Profil Kesehatan 2015-2019

Sedangkan penyakit tidak menular yang menjadi prioritas program di Kabupaten Wonosobo adalah prevalensi tekanan darah tinggi, prevalensi obesitas penduduk usia 18+ tahun dan persentase penderita gangguan jiwa bebas pasung. P revalensi tekanan darah tinggi mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2019 sebesar 13,10 meningkat dari 9,0 pada tahun 2018.

Tabel 2. 47 Kondisi Penyakit Tidak Menular Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

Penyakit Tidak

Menular 2015 2016 2017 2018 2019

Prevalensi tekanan

darah tinggi (persen) 1,19 0,74 8,7 9 13,1 Prevalensi obesitas

penduduk usia 18+

tahun (persen)

20 0,18 8,4 7,6 10,1

Persentase penderita gangguan jiwa bebas pasung

95 95 97,7 99,46 99,4

Sumber: LKPJ 2015-2019

v i i i . Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk Pada Tahun 2019 rasio puskesmas, poliklinik dan puskesmas pembantu terhadap jumlah penduduk meningkat menjadi 1:11.292 dibanding tahun 2015 sebesar 1:10.073. Hal ini menandakan bahwa pelayanan puskesmas sudah optimal yang

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-109 artinya 1 unit puskesmas melayani 11.292 penduduk pada tahun 2019. Kondisi ini sudah memenuhi standar ideal oleh Permenkes yaitu 1 puskesmas melayani 30.000 penduduk.

Tabel 2. 48 Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

Tahun Capaian Indikator Rasio Per 30.000 penduduk

1 2015 1:10.073

2 2016 1:10.073

3 2017 1:11.003

4 2018 1:11.003

5 2019 1:11.292

Sumber : LKPJ 2015-2019

ix. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

Dalam kurun waktu 2015-2019 rasio dokter per satuan penduduk di Kabupaten Wonosobo mengalami perkembangan fluktuatif. Pada tahun 2015 rasio dokter per 100.000 penduduk sebesar 1,62: 10.000 meningkat menjadi 1,63: 10.000.

Tabel 2. 49 Perkembangan Rasio Dokter di Kabupaten Wonosobo Tahun 2015 – 2019

Tahun

Jumlah Dokter

Rasio per 100.000 Dokter Umum Dokter

Spesialis

Dokter

Gigi Total

2015 95 51 16 162 1,62: 10.000

2016 56 46 12 114 1,14: 10.000

2017 72 84 24 180 1,80: 10.000

2018 43 87 19 149 1,49: 10.000

2019 1,63 : 10.000

Sumber : LKPJ 2015-2019

x. Persentase Puskesmas Terakreditasi

Jumlah puskesmas yang dibina untuk akreditasi pelayanan pada tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 100% dibandingkan tahun 2015 sebesar 16,00% dikarenakan adanya pendampingan dari komite akreditasi puskesmas serta merupakan salah satu syarat dalam pelaksanaan izin operasional. Dalam rangka mendorong peningkatan pelayanan di Puskesmas perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah melalui pemenuhan sarana dan prasarana yang menunjang syarat pelaksanaan akreditasi.

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-110 Grafik 2. 59 Persentase Puskesmas Terakreditasi Kabupaten

Wonosobo Tahun 2015-2019

xi. Persentase Desa ODF

Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai 100%

pada seluruh komunitas. Sedangkan Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Persentase Desa ODF Kabupaten Wonosobo dari tahun 2015-2019 mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 sebesar 5,90 menjadi 25,7 pada tahun 2019.

Grafik 2. 60 Persentase Desa ODF Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-111 xii. Cakupan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin

Pemenuhan pembiayaan masyarakat miskin sebagai salah satu upaya dalam penurunan kemiskinan dengan mengurangi beban pengeluaran kebutuhan dasar maka dilaksanakan program JKN PBI dan JKN Non PBI APBN. Pada tahun 2019 Cakupan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin mengalami peningkatan menjadi 93,00 dari 88,4 pada tahun 2015.

Grafik 2. 61 Cakupan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Kabupaten Wonosobo 2015-2019

xiii. Hasil Evaluasi RKPD sampai dengan Tahun 2019

Kinerja penyelenggaran urusan kesehatan ditunjukkan oleh capaian kinerja sebanyak 74 target indikator kinerja.

Tabel 2. 50 Capaian Kinerja Urusan Kesehatan

No

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-112

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-113

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-114

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-115

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-116

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-117

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-118

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-119

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-120

Sumber: : Dinas Kesehatan dan RSUD Setjonegoro, 2019

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program urusan kesehatan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 74 indikator kinerja program urusan kesehatan

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 66 indikator

 Realisasi kinerja program kategori kategori tinggi sebanyak 3 indikator

 Realisasi kinerja program kategori sedang sebanyak 2 indikator

 Realisasi kinerja program kategori sangat rendah sebanyak 2 indikator

 Data tidak diketahui sebanyak 1 indikator

Beberapa capaian kinerja urusan kesehatan pada tahun 2019 secara umum mengalami kenaikan bahkan melebihi target yang telah ditetapkan.

Persentase posyandu dengan strata mandiri mengalami peningkatan capaian yaitu sebesar 212%. Pada tahun 2019 Dinas Kesehatan telah melakukan penyamaan persepsi tentang DO (Definisi Operasional) dari indikator penentuan strata posyandu, dan puskesmas melakukan penilaian terhadap posyandu dengan DO yang sudah disamakan persepsinya terlebih dahulu. Dalam pelaksanaannya, kegiatan posyandu tidak harus mempunyai gedung tersendiri, namun dapat menggunakan rumah penduduk/warga asalkan sudah ada MoU kerjasama untuk pinjam tempat dengan menandatangani SK dari kader/lurah. Selain itu juga meningkatnya capaian ini juga dipengaruhi oleh adanya CSR (Corporate Social Responsibility) yang membantu kegiatan Posyandu dan juga meningkatnya jumlah kader yang sudah mengikuti pelatihan kader kesehatan baik pelatihan di tingkat provinsi dan di Dinas Kesehatan Kabupaten. Selain itu puskesmas/kecamatan juga turut mendukung

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-121 tingginya persentase capaian posyandu dengan strata mandiri yang tinggi yaitu mencapai 54,99%.

Cakupan desa siaga aktif strata mandiri juga mengalami peningkatan capaian sebesar 167%. Hal ini merupakan suatu prestasi membanggakan yang membuktikan bahwa desa/kelurahan di Kabupaten Wonosobo mampu mewujudkan masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat. Namun di sisi lain, kasus ibu hamil dengan kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK) mengalami peningkatan menjadi 18,78% pada tahun 2019. Status gizi ibu hamil akan mempengaruhi kesehatan bayi dan ibu hamil itu sendiri. Disamping minimnya pendapatan keluarga, faktor rendahnya pendidikan, usia ibu hamil dengan resiko kehamilan yang cukup tinggi baik usia ibu hamil kurang dari 21 tahun maupun lebih dari 30 tahun menyebabkan kurangnya kepedulian terhadap asupan gizi selama kehamilan.

c. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Secara umum, urusan pekerjaan umum ditujukan untuk menangani permasalahan dan memenuhi kebutuhan masyarakat bidang infrastruktur.

Penyelenggaraan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang terkait infrastruktur ke-PU-an diantaranya meliputi pengelolaan sumber daya air, penyelenggaraan jalan, penyelenggaraan sistem penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan drainase lingkungan, penataan bangunan gedung dan penataan ruang. Infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang akan menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah.

Adanya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya permintaan kebutuhan masyarakat. Seiring dengan peningkatan kebutuhan, maka arus distribusi barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat harus berjalan dengan lancar sehingga pemenuhan sarana prasarana infrastruktur sangat diperlukan sebagai penunjang kebutuhan masyarakat. Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini merupakan peran penting infrastruktur sebagai penggerak di sektor perekonomian yang mampu menjadi pendorong berkembangnya sektor-sektor terkait sebagai multiplier

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-122 dan pada akhirnya akan menciptakan lapangan usaha baru dan memberikan output hasil produksi sebagai input untuk konsumsi. Selain itu munculnya bencana alam menjadikan infrastruktur sangat diperlukan sebagai alat pertolongan atau sebagai pengganti infrastruktur yang rusak akibat bencana alam tersebut. Namun jika dalam situasi darurat bencana non alam sebagaimana pandemi Covid-19 yang terjadi tahun 2020 ini, maka selanjutnya prioritas pembangunan infrastruktur lebih ditujukan pada upaya peningkatan konektivitas layanan barang dan jasa dibanding pergerakan orang. Layanan barang dan jasa, distribusi logistik penduduk/suplai bahan pangan dapat dipastikan lancar dengan dukungan infrastruktur yang memadai.

Indikator kinerja utama urusan pekerjaan umum dan penataan ruang diantaranya kondisi jalan mantap (baik dan sedang), kondisi irigasi.

Infrastruktur ke-PU-an yang lebih dominan terlihat kinerjanya yaitu kondisi jalan. Kondisi jalan di Kabupaten Wonosobo mengalami dinamika.

Grafik 2. 62 Grafik Pencapaian Panajng Jalan Kabupaten Kondisi Mantab dan Luas Irigasi

Untuk akses layanan sanitasi, kondisi indikator ini juga didukung oleh urusan lainnya seperti kesehatan terkait promosi kesehatan.

65,25 66,24 62,28 PERBANDINGAN CAPAIAN PANJANG JALAN KABUPATEN

DALAM KONDISI MANTAP DAN LUAS IRIGASI DALAM KONDISI BAIK

Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi Mantap Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-123 Grafik 2. 63 Dinamika Capaian Akses Sanitasi Dasar Kabupaten Wonosobo

Sesuai dengan indikator kinerja daerah berdasarkan indikator RKPD Tahun 2019, kinerja urusan pekerjaan umum dan penataan ruang tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. 51 Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Berdasarkan Indikator RKPD Tahun 2019

No Indikator Kinerja Program yang terbangun jalan lingkar

28 40 65 161,33 ST 60 108,33

5 Tingkat kemantapan

jalan 66,82 68 65,428 96,22 ST 75 87,24

6

Persentase Panjang jalan yang dilakukan pemeliharaan rutin per tahun

5,56 15 14,15 94,33 ST 25 56,6

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-124 No Indikator Kinerja

Program

Persentase jembatan kondisi rusak yang

10 Persentase panjang

jalan yang dileger 0 1 0 0 SR 60 0

11

Rasio Panjang jalan rusak akibat bencana yang direhabilitasi

Rasio drainase jalan kondisi baik dan

tersedianya air irigasi untuk pertanian akses air minum yang layak 21 Persentase penduduk

berakses sanitasi 58,6 82,8 60,89 73,54 S 100 60,89

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-125 No Indikator Kinerja

Program rincinya melalui peta analog dan peta

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, 2019

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program urusan pekerjaan umum dan penataan ruang pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Terdapat 26 (dua puluh enam) indikator kinerja program urusan pekerjaan umum dan penataan ruang.

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 12 indikator

 Realisasi kinerja program kategori tinggi sebanyak 1 indikator

 Realisasi kinerja program kategori sedang sebanyak 3 indikator

 Realisasi kinerja program kategori rendah sebanyak 2 indikator

 Realisasi kinerja program kategori sangat rendah sebanyak 8 indikator

Dari 11 (sebelas) program pada urusan pekerjaan umum dan penataan ruang terdapat 6 (enam) program yang secara umum pencapaian kinerja telah memenuhi persyaratan minimal bahkan di atas persyaratan minimal kelulusan penilaian kinerja, yaitu Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong, Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan

RKPD 2021 Kabupaten Wonosobo Bab II II-126 Pengairan lainnya, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah dan Program Perencanaan Tata Ruang. Namun demikian, dari program-program tersebut terdapat indikator program yang masih di bawah persyaratan minimal pencapaian kinerja yang diharapkan, yaitu rasio jaringan irigasi yang capaian kinerjanya 56,37% dikarenakan ketersediaan jaringan irigasi belum memenuhi kebutuhan terhadap luasan lahan pertanian yang perlu dialiri, serta indikator Persentase RDTR yang dilegalisasi pada Program Perencanaan Tata Ruang yang dikarenakan masih belum terbitnya rekomendasi dari instansi vertikal lainnya.

Sedangkan 5 (lima) program lainnya yaitu Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan, Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan, Program Lingkungan Sehat Perumahan, Program Pemanfaatan Ruang, dan Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang pencapaian/realisasi kinerja capaian belum memenuhi/masih di bawah persyaratan minimal pencapaian kinerja yang diharapkan. Belumc. tercapainya realisasi kinerja pada Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan khususnya pada indikator rasio jembatan yang telah dilakukan inspeksi/pemeriksaan rutin dikarenakan belum tersedianya peralatan serta sumber daya manusia yang memiliki kompetensi untuk melakukan kegiatan inspeksi jembatan, sedangkan untuk indikator persentase panjang jalan yang dileger dikarenakan belum dilaksanakannya penyertifikatan jalan sebagai prasyarat pelegeran jalan.

Pada Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan tidak dialokasikan anggaran secara khusus dimana penanganan terkait indikator rasio panjang jalan rusak akibat bencana yang direhabilitasi dan rasio jumlah jembatan rusak akibat bencana yang direhabilitasi dilaksanakan melalui mekanisme dana Tak Terduga. Program Lingkungan Sehat Perumahan dengan indikator Persentase KK berakses sanitasi layak belum

Pada Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan tidak dialokasikan anggaran secara khusus dimana penanganan terkait indikator rasio panjang jalan rusak akibat bencana yang direhabilitasi dan rasio jumlah jembatan rusak akibat bencana yang direhabilitasi dilaksanakan melalui mekanisme dana Tak Terduga. Program Lingkungan Sehat Perumahan dengan indikator Persentase KK berakses sanitasi layak belum