• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Perdagangan dan Pasar

BAB IV PERKEMBANGAN PELABUHAN AIR BANGIS SUMATERA

4.2 Aktivitas Perdagangan

4.2.1 Jaringan Perdagangan dan Pasar

Jaringan perdagangan yang dimaksud di sini adalah proses sosial yang terjadi ketika berlangsungnya proses tukar menukar barang antara para pelaku perdagangan yang mencakup penduduk lokal atau saudagar pribumi, timur asing, dan mancanegara yang berlangsung pada beberapa kawasan di Pantai Barat Sumatera, termasuk di Pelabuhan Air Bangis. Jaringan perdagangan itu ada, jika kegiatan perdagangan itu berlangsung antara dua atau lebih daerah. Ada dua bentuk jaringan perdagangan yang ada di Pelabuhan Air Bangis, yaitu perdagangan antar daerah kota pantai dengan hinterland, dan perdagangan kota pantai dengan daerah foreland (baik itu antar kota pantai, antar pulau lepas pantai, atau antar daerah kota pantai dengan luar negeri).

Jaringan perdagangan antara daerah pantai dengan daerah hinterland di kawasan Pantai Barat Sumatera, mengikuti hubungan tradisional di antara kedua daerah tersebut. Jaringan perdagangan ini ada, sebagai bentuk adanya hubungan atau ikatan territorial, sosial, ekonomi, dan budaya yang sudah lama terjalin di antara kedua daerah tersebut. Sejak abad XIX, sudah terdapat delapan jalur perdagangan145

antara daerah kota pantai dengan daerah hinterland. Tiga diantaranya ada di kawasan

145 Delapan jalur perdagangan ini, yaitu:

- Rute antara kawasan Singkel dan Barus dengan daerah Pak-Pak.

- Rute antara Sibolga dengan Angkola.

- Rute antara Natal dengan pedalaman Mandailing.

- Rute antara Air Bangis dengan Rao.

- Rue antara Pariaman dengan Tanah Datar.

- Rute antara Padang dengan Tanah Datar dan Solok.

- Rute antara Bandar X dengan Solok Selatan. Ibid., hal. 144.

90

utara Pantai Barat Sumatera (noordelijke afdeling) dan lima berada di kawasan selatan (zuidelijke afdeling). Pelabuhan Air Bangis tergabung ke dalam lima rute di kawasan selatan. Rute jalur perdagangan Pelabuhan Air Bangis adalah dengan Rao yang ada di daerah hinterland.

Perdagangan antara Pelabuhan Air Bangis dengan daerah Rao dihubungkan dengan jalan setapak. Barang-barang dagangan dibawa oleh kuli angkat, kuda beban dan pedati.146 Para pedagang yang berdagang di kawasan ini terdiri dari berbagai bangsa. Di samping orang Minangkabau juga ada orang Mandailing, Cina, Indo, dan Eropa. Namun untuk periode sebelum tahun 1850-an peran pedagang Minangkabau lebih dominan.

Kebanyakan penduduk yang mendiami daerah Pelabuhan Air Bangis berasal dari negeri-negeri hinterland (Minangkabau dan Mandailing) yang mempunyai hubungan langsung dengan pelabuhan via jalan-jalan setapak dan jalur sungai. Jadi, sebagian besar penduduk hinterland seperti Rao, Bonjol dan Ujung Gading, membawa komoditas perdagangannya ke pasar-pasar pelabuhan Air Bangis. Di Pelabuhan Air Bangis, pedagang-pedagang dari daerah hinterland tersebut, sebetulnya sudah mempunyai orang-orang atau pedagang-pedagang tertentu147 yang

146 S. Muller dan L. Horner, Reizen en onderzoekingen in Sumatra , Gedaan Op Last der Nederlandsche Indische Regering, Tusschen de Jaren 1833 en 1838, ’S-Gravenhage: K. Fuhri, 1855, hal. 64-65; Lihat juga tulisan A. Pruys van der Houven, Een Woord Over Sumatra In Brieven Verzameld en Uitgegeven, Rotterdam: H. Nijgh, 1864, hal. 22.

147Orang-orang atau pedagang-pedagang tertentu ini maksudnya adalah para penghulu yang berprofesi sebagai pedagang perantara antara pedagang kecil dari daerah hinterland dengan pedagang luar seperti orang Eropa, dan orang Timur Asing.

91

akan mereka datangi, untuk menjual komoditi atau produk dagang yang mereka bawa tersebut.148

Bentuk perdagangan yang kedua di Pelabuhan Air Bangis adalah perdagangan antara pelabuhan Air Bangis dengan daerah foreland (baik itu antar kota pantai, antar pulau lepas pantai, atau antar daerah kota pantai dengan luar negeri). Kawasan perdagangan antar kota pantai yaitu hubungan perdagangan yang dilakukan Pelabuhan Air Bangis dengan kota pantai lainnya, baik di utara seperti Natal, Sibolga, Barus, dan Singkel, maupun ke selatan seperti Tiku, Pariaman, dan Padang.

Hubungan dengan kota-kota pantai tersebut, tetap dilakukan pedagang-pedagang dari Pelabuhan Air Bangis. Pedagang-pedagang-pedagang di Pelabuhan Air Bangis ini umumnya pedagang lokal (Minangkabau), pedagang Cina dan timur asing yang banyak mendiami Pelabuhan Air Bangis. Banyaknya pedagang asing yang mendiami Pelabuhan Air Bangis dikarenakan tidak adanya peranan raja atau penguasa setempat dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran kawasan antara Pelabuhan Air Bangis hingga Kota Padang (sebelum Pemerintah Belanda menjadikan wilayah ini basis ekonomi dan politiknya).149

Setelah perdagangan antar kota pantai, perdagangan yang dilakukan Pelabuhan Air Bangis juga dengan daerah pulau-pulau lepas pantai seperti ke pulau Nias dan Pulau Batu. Untuk perdagangan yang dilakukan Pelabuhan Air Bangis

148 Pola perdagangn seperti ini sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman VOC. Lihat Adolph Eschels-Kroon, Beschryving van Het Eiland Sumatra, Inzonderheid Ten Aanzienvan Deszelfs Koophandel, Harlem: C. H. Bohn en Zoon, 1783, hal. 21-49; dan lihat juga Arsip Sumatra’s Westkust

(Swk.), No. 123/3, Politieke Verslag van Residentie Tapanoeli, 1864, ANRI. 149 Gusti Asnan, op.cit., hal. 158.

92

dengan kawasan negeri luar, yakni dimulai ketika Pelabuhan Air Bangis di buka Pemerintah Hindia Belanda untuk perdagangan besar tahun 1839, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Negeri luar yang dimaksud adalah kawasan Indonesia Timur seperti Batavia, Makasar, dan Ambon, serta negeri-negeri Asia dan Eropa, yang kapalnya berlabuh di Pelabuhan Air Bangis

Dengan adanya jaringan perdagangan, maka terbentuklah suatu perkumpulan antara pedagang dan pembeli di tempat-tempat tertentu. Dalam perkumpulan tersebut terjadi aktivitas perdagangan. Tempat-tempat perkumpulan tersebut dikenal dengan pasar. Pasar bisa didirikan dimana saja, tetapi pada umumnya pasar kebanyakan berada di persimpangan-persimpangan jalan dan muara sungai. Hal ini dikarenakan, tempat-tempat seperti itu, tentu ramai dilewati penduduk.

Pasar di Pelabuhan Air Bangis, berada dekat dengan pelabuhan. Hal ini sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mempermudah aktivitas perdagangan di Pelabuhan Air Bangis itu sendiri. Selain di dekat pelabuhan, pasar juga terdapat di muara Sungai Air Bangis dan Sungai Sikabau. Pasar di Pelabuhan Air Bangis dikelola oleh Pemerintah Belanda dan pemerintah lokal. Pasar yang dikelola Pemerintah Belanda, biasanya pasar yang menampung komoditas ekspor utama wilayah tersebut. Pasar ini berada di wilayah pelabuhan dengan fasilitas gudang-gudang, untuk penyimpanan dan pengumpulan barang.

Pasar yang dikelola oleh pemerintah lokal atau penghulu, biasanya sederhana saja, tidak ada bangunan permanen yang dibangun. Di sekitar Pelabuhan Air Bangis, pasar seperti ini banyak dijumpai. Para penghulu juga ikut berdagang, biasanya

93

sebagai pengumpul komoditas ekspor dari daerah hinterland, dan menjualnya lagi ke pedagang asing di Pelabuhan Air Bangis. Pasar ini biasanya dilakukan setiap hari namun dengan tempat yang berbeda-beda. Pasar seperti ini disebut juga dengan pekan. Setiap pasar akan mendapat jatah pekan sesuai dengan hari yang telah ditentukan penghulu, namun bisa saja suatu pasar dibuka dua kali dalam seminggu, jika terdapat kelebihan komoditi di wilayah tersebut.