• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jejaring Epidemiologi

Dalam dokumen 2015 LAPORAN TAHUNAN (Halaman 39-63)

BAB IV HASIL KERJA

A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

2. Jejaring Epidemiologi

2. Jejaring Epidemiologi

a. Kajian dan Monitoring Faktor Risiko Sumber Penular dan Efektivitas Intervensi Malaria.

Survei dinamika penularan malaria dilaksanakan di 8 Kabupaten/Kota yaitu di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Kotabaru, (Provinsi Kalimantan Selatan), Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Gunung Mas (Provinsi Kalimantan Tengah), Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Berau (Provinsi Kalimantan Timur) dan Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara)

Jenis kegiatan adalah spot survey dan observasi lingkungan dilakukan pada titik tertentu yang dianggap dapat mewakili daerah sekitarnya dengan menggunakan checklis, yang bertujuan ingin mengetahui faktor risiko lingkungan, faktor perilaku dan vektor malaria di lokasi kegiatan.

Titik sampling pada kegiatan ini adalah tempat penangkapan nyamuk pada rumah (indoor dan outdoor) serta di lingkungan sekitar rumah dan kandang ternak.

Populasi pengambilan spesimen darah pada masyarakat yang berada di lokasi tempat dilakukannya survei. Sedangkan penentuan sampel sebagai responden yang diambil spesimen darahnya adalah masyarakat yang mempunyai risiko tinggi tertular penyakit malaria di sekitar wilayah penangkapan vektor dengan menggunakan RDT serta pemeriksaan mikroskofis malaria sebanyak 30 orang responden. Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut, untuk mengetahui faktor risiko lingkungan, faktor risiko kondisi perumahan dan faktor risiko perilaku masyarakat menggunakan lembar cheklist. Kuesioner dan bahan serta alat yang digunakan adalah : alat anemometer, hygrometer, pH meter, senter, petridish, pipet, label, termometer, alat tulis, salinometer, kloroform, kapas, kain kasa. Untuk mengetahui jenis malaria dan sebaran vektor dilakukan identifikasi vektor, melalui penangkapan nyamuk menggunakan aspirator, dan Untuk mengetahui semua penduduk di wilayah lokasi kegiatan terjangkit atau tidak parasit

30

malaria, dilakukan pemeriksaan spesimen darah dengan menggunakan RDT dan pemeriksaan mikroskofis malaria, dengan hasil sebagai berikut :

Lokasi survei dinamika penularan malaria dilaksanakan di Desa Bumi Rahayu Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara (gagal, karena adanya faktor cuaca), Desa Sudan Kabupaten Kotawaringin Timur, Desa Teluk Lawah Kabupaten Gunung Mas, Desa Kartika Bhakti Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah, Desa Bukit Merdeka Kabupaten Kuta Kartanegara, Desa Labanan Makmur Kabupaten Kalimantan Timur, Desa Pulau Kerasian Kabupaten Kota Baru dan Desa Mangkaok Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Adapun hasil kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Responden dan Jenis Nyamuk yang Tertangkap

pada Kegiatan Survei Dinamika Penularan Malaria Tahun 2015

N o Tempat Hasil Pemeriksaan Jumlah Respon den Penderita Malaria (+) Nyamuk Anopheles Jumlah Jenis 1

Desa Bumi Rahayu Kabupaten Bulungan Kaltara

30 - 30

An. Choci, An. Vagus,

An. Letifer dan An. Subpictus

2

Desa Kartika Bhakti Kabupaten Seruyan Kalteng 30 - 7 An. Subpictus, An.Teselatus, An. Barbirostris, 3

Desa Teluk Lawah Kabupaten Gunung Mas Kalteng

30 - 2 An. Letifer

4

Desa Bukit Merdeka Kabupaten Kutai Kartanegara Kaltim

30 - - -

5 Desa Labanan Makmur

Kabupaten Berau Kaltim 30 - - -

6

Desa Pulau Kerasian Kabupaten Kotabaru Kalsel 30 - - - 7 Desa Mangkaok Kabupaten Banjar Kalsel 30 - 30 An. Barbirostris, Cochi, Teselatus, Vagus dan Ombrosus.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa, dari 8 lokasi kegiatan survei yang direncanakan sebelumnya, untuk Kabupaten Nunukan

31

Provinsi Kalimantan Utara kegiatan tidak dapat dilaksanakan, karena penerbangan tidak bisa mendarat dilokasi kegiatan, terkait ada bencana kabut asap sehingga tim kembali ke Banjarbaru. Hasil skrining dengan menggunakan RDT dan pemeriksaan mikoroskopis terhadap masyarakat, semua dinyatakan negatif. Sedangkan jenis nyamuk Anopheles yang tertangkap dan menjadi vektor malaria adalah An. Letifer, An. Vagus, An. Letifer, An. Subpictus, An. Teselatus, An. Barbirostris dan An. Ombrosus.

b. Surveilans Epidemiologi dalam rangka Pengendalian F. buski

Kajian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pelaksanaan survei ini menindak lanjuti kegiatan pada tahun 2012, dan 2014 yang bertujuan ingin mengetahui pola penyebaran Fasciolopsis buski dan kecacingan perut lainnya pada komunitas masyarakat dan mengetahui faktor risiko masyarakat yang berkaitan dengan kejadian kecacingan. Sedangkan tahap kegiatannya adalah tahap pertama melakukan kegiatan pengambilan biota air berupa jenis-jenis keong dan tanaman air di sekitar wilayah pemukiman masyarakat dan tahap selanjutnya berupa pengumpulan tinja (feces) komunitas masyarakat.

Dalam survei ini populasinya adalah komunitas masyarakat yang tinggal di wilayah endemis. Sedangkan sampel yang diambil adalah anak sekolah dasar atau sederajat dari kelas 1 - 6. Adapun jumlah sampel, diambil secara proporsional. Sedangkan hasil kegiatannya dapat digambarkan sebagai berikut : kajian faktor risiko Fasciolopsis buski dilaksanakan di Desa Parupukan dan Desa Sungai Papuyu Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Adapun hasil yang diperoleh dari pemeriksaan spesimen tinja dengan Metode PCR adalah sebagai berikut : prevalensi kejadian kecacingan Fasciolopsis buski pada anak Sekolah Dasar di Desa Parupukan dan Desa Sungai Papuyu Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2015 sebesar 0 %. Distribusi proporsi berdasarkan karakteristik kelompok umur ≥ 12 tahun 51,2% Desa Parupukan, kelompok umur 6-8 tahun 38,2% Desa Sungai Papuyu,

32

laki-laki 51,2% Desa Parupukan, Perempuan 52,3% Desa Sungai Papuyu dan makan obat cacing 6 bulan terakhir sebesar 29,3% Desa Parupukan, 38,6% Desa Sungai Papuyu dan Distribusi proporsi berdasarkan lingkungan, tidak memiliki jamban 78,0%, Desa Parupukan, 75,0% Desa Sungai Papuyu, tempat biasa membuang tinja di jamban sendiri 73,2% Desa Parupukan, 59,1 Desa Sungai Papuyu dan personal higiene kategori baik 87,8% Desa Parupukan, 70,5% Desa Sungai Papuyu. Sedangkan hasil pemeriksaan untuk hospes perantara adalah tidak ditemukannya cercaria pada hospes perantara pertama sampel keong air yang diperiksa. Dan tidak ditemukannya Metacercaria pada hospes perantara kedua sampel kangkung, batang tanding, supan-supan dan air rawa serta sumber air minum dari sumur bor yang diperiksa.

c. Jejaring Kerja Survei Cakupan POPM Filariasis

Kegiatan ini dilakukan di 4 Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Tapin. Pada kegiatan ini jenis kajian yang dipakai adalah deskriftif dengan desain cross sectional. Tujuan survei cakupan adalah untuk mengevaluasi validitas angka laporan cakupan kegiatan POMP Filariasis yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota setempat.

Populasi pada kegiatan ini adalah semua masyarakat yang berdomisili dilokasi kegiatan dengan besar sampel adalah 30 klaster / desa, dimana setiap klaster dipilih 10 rumah, jadi ada 300 rumah yang disurvei dengan asumsi responden berkisar 1500 bila terdapat 5 orang dalam satu kepala keluarga.

Tata Cara Survei

Metode survei yang diterapkan adalah survei klaster berbasis populasi (population-based cluster survey) menggunakan formulir wawancara yang dibakukan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

33 1. Pemilihan desa klaster

Tiga puluh desa survei akan dipilih dengan cara sampling acak secara proporsional. Metode yang digunakan untuk menetapkan desa-desa klaster dengan menggunakan sampling populasi proporsional.

Cara berikut ini digunakan untuk memilih desa klaster :

1) Hitung jumlah desa di satu kabupaten/kota sebagai unit implementasi dan buatkan daftar nama seluruh desa yang ada. (kolom 1)

2) Dengan menggunakan data jumlah penduduk berdasarkan sensus nasional, isikanlah jumlah penduduk dari tiap desa. (kolom 2)

3) Buat daftar jumlah kumulatif penduduk dalam kolom 3.

4) Tentukan interval sampling dengan cara membagi total jumlah penduduk di kabupaten/kota tersebut dengan 30. Contoh : jumlah kumulatif penduduk adalah 27,648, maka interval samplingnya adalah 27,648/30 = 912.6.

5) Pilih nomor pertama sebagai “titik awal”, dengan cara memilih satu nomor di antara angka 1 sampai dengan angka interval sampling secara acak, dari tabel nomor acak. Pada kolom jumlah penduduk kumulatif (kolom 3), nomor yang terpilih sebagai “titik permulaan” mengacu pada desa klaster pertama yang akan disurvei. Contoh : diantara nomor 1 dan 921,6, misalkan angka 520,4 terpilih secara acak menjadi titik-1. Pada daftar jumlah penduduk kumulatif (kolom 3), nomor 520,4 ini berada pada posisi desa ke-2. Maka berarti desa nomor urutan ke-2 ini terpilih menjadi desa klaster (kolom 4).

6) Selanjutnya, desa-desa lain yang akan terletak pada titik-titik selanjutnya. Titik ke-2 ditentukan dengan menambahkan angka interval sampling kepada angka “titik awal”. Contoh : titik ke-2 adalah adalah 921.6+520.4=1442. Titik ke-2 ini mengacu pada desa ke-3.

34

7) Desa selanjutnya (titik ke-3) ditentukan dengan cara menambahkan “titik awal” dengan 2 x interval sampling. Demikian seterusnya sampai terpilih 30 desa klaster.

8) Seandainya terdapat 2 titik atau lebih dalam satu desa, berarti desa tersebut terpilih 2 kali sebagai desa klaster. Jika hal ini terjadi, maka jumlah rumah yang harus disurvei harus 2 x 10 rumah, yaitu 20 rumah.

2. Pemilihan rumah yang akan disurvei

Pilih 10 rumah akan dijadikan sasaran wawancara di setiap desa klaster. Jika tersedia daftar atau peta rumah-rumah dalam desa klaster yang akan disurvei, baik dari kepala desa maupun BPS Kabupaten/Kota, maka 10 rumah dapat dipilih secara acak berdasarkan daftar tersebut.

Tetapi jika daftar/peta rumah tidak tersedia, maka cara pemilihan 10 rumah dilakukan sebagai berikut :

a. Tentukan titik pusat, misalnya sebuah masjid atau sebuah kantor di pusat desa klaster.

b. Lakukan proses pengacakan untuk menentukan arah yang harus diikuti oleh tim survei dimulai dari lokasi titik pusat. Cara penentuan arah dapat dengan memutar sebuah botol/bolpen/pensil, dan setelah botol/bolpen/pensil berhenti berputar ikuti arah yang ditunjuk oleh mulut botol/bolpen/pensil dan mulai menghitung rumah, dimulai dari rumah yang terletak dengan titik pusat.

c. Jika pada kenyataannya tidak ada jalan pada arah yang ditunjuk oleh botol/bolpen/pensil, putarlah botol/bolpen/pensil sekali lagi searah jarum jam, sampai botol tersebut menunjuk ke arah dimana terdapat jalan untuk dilalui. Ikutilah jalan tersebut.

d. Beri nomor sesuai urutan rumah-rumah yang berada di kedua sisi jalan, mulai dari rumah yang pertama dan seterusnya ke arah yang sama, sampai tim survei mencapai batas desa.

35

e. Pilihlah secara acak sebuah nomor rumah di antara nomor 1 dan nomor rumah terakhir yang tercatat. Rumah tersebut akan menjadi rumah nomor satu yang terpilih untuk disurvei. (Pengacakan untuk memilih rumah pertama yang disurvei dapat juga dilakukan dengan menggunakan nomor seri mata uang kertas).

f. Untuk memilih rumah kedua yang disurvei, pilihkan rumah yang pintu depannya berhadapan dengan rumah pertama/terdekat dengan rumah pertama. Hal ini dapat berarti tim survei harus berbelok ke arah jalan yang berbeda. Lanjutkan cara seleksi rumah yang demikian sampai tercapai 10 rumah yang disurvei.

Gambar 4.1

Cara Memilih Sampel Rumah ke Dua

g. Jika ternyata jumlah rumah yang akan disurvei tidak cukup di satu arah saja, maka tim survei harus kembali ke titik awal untuk melakukan pengacakan arah kembali, dengan memutar botol lagi untuk menentukan arah yang baru. Ikuti arah yang ditunjuk oleh botol dan lanjutkan proses wawancara sampai tercapai 10 rumah dalam 1 desa klaster.

Gambar 4.2

36

3. Kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan rumah yang akan disurvei.

 Jika lebih dari 1 keluarga tinggal dalam 1 rumah yang disurvei, mereka harus diasumsikan sebagai 1 keluarga.

 Jika tidak ditemukan seorang pun di dalam rumah yang terpilih untuk disurvei pada saat tim berkunjung, tim survei harus kembali mengunjungi rumah tersebut sebelum menyelesaikan survei di hari itu. Jika pada kunjungan kedua rumah tersebut masih kosong, rumah tersebut tetap terhitung sebagai salah satu dari 10 rumah yang disurvei (Jangan menggantinya dengan rumah yang lain). Catatlah rumah tersebut sebagai ”Pergi” di dalam formulir wawancara.

 Pada kasus di mana seluruh keluarga di rumah terpilih sudah pindah ke tempat/daerah lain setelah POMP Filariasis, maka wawancara tidak dapat dilakukan, tetapi rumah keluarga tersebut tetap terhitung sebagai salah satu dari 10 rumah yang disurvei. (Jangan menggantinya dengan rumah yang lain). Catatlah rumah tersebut sebagai ”Pergi” di dalam formulir wawancara.

 Jika ada keluarga terpilih yang menolak untuk diwawancarai pada kunjungan pertama, tim harus berusaha untuk memberi pengertian akan pentingnya survei ini, agar keluarga tersebut mengerti dan bersedia untuk diwawancarai. Tetapi jika keluarga tersebut tetap menolak, rumah tersebut tetap terhitung sebagai salah satu dari 10 rumah yang disurvei (Jangan menggantinya dengan rumah yang lain). Catatlah rumah tersebut sebagai ”Menolak” di dalam formulir wawancara.

 Jika kebetulan rumah yang terpilih merupakan rumah kosong yang tidak berpenghuni, tinggalkan rumah tersebut, dan Jangan Hitung rumah tersebut sebagai salah satu dari 10 rumah yang disurvei, dan pindah ke rumah berikutnya.

37 4. Proses wawancara

 Di setiap rumah, sebelum wawancara dimulai, tim menanyakan kesediaan kepala keluarga secara lisan, apakah bersedia untuk berpatisipasi dalam survei cakupan ini (ketua tim survei sebaiknya memberi penjelasan singkat tentang tujuan dan pentingnya survei cakupan ini).

 Jika kepala keluarga setuju untuk berpartisipasi, petugas pewawancara menuliskan jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah pada saat POMP Filariasis diadakan. Daftar ini meliputi anggota keluarga yang mungkin sudah pindah/tidak lagi tinggal serumah setelah POMP Filariasis dan anggota keluarga yang bukan sasaran POMP Filariasis.

 Wawancara harus dilakukan terhadap setiap anggota keluarga (termasuk anak-anak), menggunakan daftar pertanyaan baku (Lampiran 3).

 Wawancara dimulai, dan setiap anggota keluarga ditanyai satu per satu oleh petugas pewawancara (setiap orang mewakili dirinya sendiri). Orang tua boleh menjawab pertanyaan yang ditujukan kepada anak-anaknya yang masih relatif kecil (belum sanggup untuk mewakili dirinya), dan untuk anggota keluarga yang kebetulan tidak berada di rumah pada saat wawancara, boleh diwakili oleh anggota keluarga lainnya.

 Informasi terpenting dapat diperoleh dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

a) Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah pada saat POMP Filariasis diadakan, termasuk jumlah anggota keluarga yang bukan sasaran pengobatan (wanita hamil, anak di bawah 2 tahun dan yang berpenyakit berat).

b) Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap anggota keluarga adalah: nama, umur, jenis kelamin dan minum obat/tidak minum obat dengan alasan- alasannya.

38

 Informasi tambahan yang menyangkut pengetahuan keluarga, kepuasan terhadap pelaksanaan pengobatan, dll, ditanyakan dan dijawab oleh kepala keluarga.

Survei Cakupan POPM Filariasis dilakukan terhadap masyarakat setempat yang sudah ditentukan berdasarkan pemilihan klaster / desa, kemudian petugas mendatangi rumah-rumah yang sudah dipilih menurut aturan yang sudah ditentukan. Jumlah klaster / desa yang dijadikan sasaran survei cakupan POPM Filariasis sebanyak 30 klaster / desa, dengan rincian tiap klaster / desa dipilih 10 rumah untuk didata jumlah anggota keluarga masing-masing yang berada serumah. Sehingga diperkirakan responden yang diperoleh berkisar antara 1200 sampai 1500 orang, jika dalam setiap rumah terdapat 4 – 5 orang anggota keluarga.

Hasil Kegiatan Survei Cakupan POPM Filariasis yang dilaksanakan di 4 Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Tapin. Adapun hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis Tahun 2015

N o Kabupaten / Kota Jumlah Kec / Puskesmas Jumlah Sasaran Jumlah Responden Jumlah anggota keluarga Meneri ma obat Minum obat Alasan tdk minum obat Bukan sasaran Sasaran tapi tdk minum 1 Tabalong 10 1.051 1.154 683 509 103 542 2 HSU 12 1.097 1.238 1.102 957 141 140 3 Tanbu 14 1.041 1.181 934 838 140 203 4 Tapin 12 929 1.095 853 761 166 168

Berdasarkan tabel diatas dapat menggambarkan bahwa dari keempat kabupaten lokasi kegiatan tersebut, adalah di Kabupaten Tabalong dari 10 Puskesmas dengan jumlah sasaran 1051, jumlah responden dengan rincian jumlah anggota keluarga sebanyak 1154, menerima obat 683, minum obat 509, sedangkan alasan tidak minum

39

obat dengan rincian bukan sasaran sebesar 103 dan sasaran tapi tidak minum sebesar 542.

Kabupaten Hulu Sungai Utara dari 12 Puskesmas dengan jumlah sasaran 1.097, jumlah responden dengan rincian jumlah anggota keluarga sebanyak 1.238, menerima obat 1.102, minum obat 957, sedangkan alasan tidak minum obat dengan rincian bukan sasaran sebesar 141 dan sasaran tapi tidak minum sebesar 140.

Kabupaten Tanah Bumbu dari 14 Puskesmas dengan jumlah sasaran 1.041, jumlah responden dengan rincian jumlah anggota keluarga sebanyak 1.181, menerima obat 934, minum obat 838, sedangkan alasan tidak minum obat dengan rincian bukan sasaran sebesar 140 dan sasaran tapi tidak minum sebesar 203.

Kabupaten Tapin dari 12 Puskesmas dengan jumlah sasaran 929, jumlah responden dengan rincian jumlah anggota keluarga sebanyak 1.095, menerima obat 853, minum obat 761, sedangkan alasan tidak minum obat dengan rincian bukan sasaran sebesar 166 dan sasaran tapi tidak minum sebesar 168.

Tabel 4.10

Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten Tabalong Tahun 2015

No Kecamatan/ Puskesmas % Cakupan per Kecamatan / Puskesmas % Cakupan per Kabupaten 1 Jaro 57,0 48,0 % 2 Muara Uya 75,7 3 Ribang 82,0 4 Bintang Ara 14,0 5 Tanjung 28,0 6 Mabuun 36,2 7 Hikun 60,2 8 Kelua 51,0 9 Banua Lawas 25,6 10 Mungkur Agung 50,0

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kegiatan survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Tabalong yang terdiri dari 10 kecamatan, bila dirata-ratakan diperoleh prosentase survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Tabalong sebesar 48,0 %.

40

Tabel 4.11

Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015

No Kecamatan/ Puskesmas % Cakupan per Kec /

Puskesmas % Cakupan per Kabupaten 1 Sungai Karias 77,0 87,85 % 2 Sungai Malang 85,0 3 Sungai Turak 87,0 4 Guntung 95,0 5 Haur Gading 91,0 6 Amuntai Selatan 78,25 7 Babirik 93,0 8 Danau Panggang 97,0 9 Sapala 94,0 10 Alabio 95,0 11 Pasar Sabtu 81,0 12 Banjang 81,0

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kegiatan survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang terdiri dari 12 kecamatan, bila dirata-ratakan diperoleh prosentase survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 87,85 %.

Tabel 4.12

Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015

No Kecamatan/ Puskesmas % Cakupan per Kecamatan / Puskesmas % Cakupan per Kabupaten 1 Pulau Tanjung 95,0 85,1 % 2 Lasung 100,0 3 Teluk Kepayang 100,0 4 Sebamban 1 91,0 5 Giri Mulya 95,0 6 Satui 67,6 7 Sebamban 2 66,0 8 Simpang Empat 37,5 9 Darul Azhar 94,0 10 Mantewe 91,0 11 Batulicin 80,5 12 Karang Bintang 93,0 13 Batulicin 1 100,0 14 Pagatan 81,3

41

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kegiatan survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Tanah Bumbu yang terdiri dari 14 kecamatan, bila dirata-ratakan diperoleh prosentase survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 85,1 %.

Tabel 4.13

Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten Tapin Tahun 2015

No Kecamatan/ Puskesmas % Cakupan per Kec /

Puskesmas % Cakupan per Kabupaten 1 Tapin Utara 69,75 83,14 % 2 Binuang 72,80 3 Hatungun 98,50 4 Tambarangan 94,66 5 Salam Babaris 55,50 6 Banua Padang 82,50 7 Tambaruntung 90,50 8 Pandahan 94,00 9 Bakarangan 64,50 10 Baringin 100,00 11 Margasari 83,00 12 Lokpaikat 92,00

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kegiatan survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Tapin yang terdiri dari 12 kecamatan, bila dirata-ratakan diperoleh prosentase survei cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Tapin sebesar 83,14 %.

d. Jejaring Kerja Survei Vektor Filariasis

Survei vektor filariasis dilaksanakan di 4 Kabupaten/Kota yaitu di Kabupaten Bulungan, (Provinsi Kalimantan Utara), Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin Timur (Provinsi Kalimantan Tengah), Kabupaten Paser (Provinsi Kalimantan Timur).

Jenis kegiatan adalah spot survey dan observasi lingkungan dilakukan pada titik tertentu yang dianggap dapat mewakili daerah sekitarnya dengan menggunakan, yang bertujuan ingin mengetahui faktor risiko lingkungan, faktor perilaku dan vektor malaria di lokasi kegiatan.

42

Titik sampling pada kegiatan ini adalah tempat penangkapan nyamuk pada rumah (indoor dan outdoor) serta dilingkungan sekitar rumah dan kandang ternak. Populasi pengambilan spesimen darah adalah masyarakat yang berada di lokasi tempat dilakukannya survei. Sedangkan penentuan sampel sebagai responden yang diambil spesimen darahnya adalah masyarakat yang mempunyai risiko tinggi tertular penyakit filariasis di sekitar wilayah penangkapan vektor. Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut, Untuk mengetahui faktor risiko lingkungan, faktor risiko kondisi perumahan dan faktor risiko perilaku masyarakat menggunakan lembar bahan serta alat yang digunakan adalah : alat anemometer, hygrometer, pH meter,senter, petridish, pipet, label, termometer, alat tulis, salinometer, kloroform, kapas, kain kasa. Untuk mengetahui jenis dan sebaran vektor serta dilakukan identifikasi vektor, melalui penangkapan nyamuk dengan alat aspirator dan dilakukan pemeriksaan spesimen darah pemeriksaan mikroskofis. Adapun hasil kegiatannya sebagai berikut :

Lokasi survei vektor filariasis dilaksanakan di Desa Bumi Rahayu Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara, Desa Jone Kabupaten Paser Kalimantan Timur, Desa Kartika Bhakti Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah, dan Desa Sudan Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah. Adapun hasil kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14

Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Responden dan Jenis Nyamuk yang Tertangkap pada Kegiatan Survei Vektor Filariasis Tahun 2015

No Tempat Hasil Pemeriksaan Jumlah responden Penderita Filariasis

Nyamuk yang tertangkap

Jumlah Jenis

1.

Desa Bumi Rahayu Kabupaten

Bulungan Kaltara

48 - 30

An. Choci, An. agus, An. Letifer dan An.

Subpictus 2. Desa Jone Kabupaten Paser Kaltim 2 - 9 An. Vagus 3.

Desa Kartika Bhakti Kabupaten Seruyan Kalteng 30 - 36 An. Subpictus, An.Teselatus, An. Barbirostris, Culex sp, Ae. Aegypti. 4. Desa Sudan Kabupaten Kotim Kalteng 30 - 74 An. Letifer Mansonia sp, Culex sp.

43

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa, dari 4 lokasi kegiatan survei, hasil skrining dengan pemeriksaan mikoroskopis terhadap masyarakat, semua dinyatakan negative filariasis. Sedangkan jenis nyamuk yang ditemukan dan ditangkap sebagai vektor filarisis adalah Anopheles sp, Culex sp, Ae. aegypti sp, Mansonia sp.

e. Kajian dan Monitoring Faktor Risiko Sumber Penular dan Efektifitas Intervensi DBD

Kajian ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu di Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur, dengan hasil kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan kajian faktor risiko penyakit DBD dilaksanakan di wilayah kelurahan Pengambangan Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan, Kelurahan Batu Ampar Kecamatan Balikpapan Utara Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan dari kajian ini adalah ingin Mengetahui faktor risiko penyakit DBD diwilayah kerja dengan menggunakan Jenis kajian observasional deskriptif, melalui rancangan studi cross sectional survey. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara dan pengisian kuesioner.

Populasi kajian adalah pemukiman penduduk di kelurahan atau wilayah kerja puskesmas dengan kasus DBD dalam kabupaten

Dalam dokumen 2015 LAPORAN TAHUNAN (Halaman 39-63)

Dokumen terkait