• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015 LAPORAN TAHUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2015 LAPORAN TAHUNAN"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN

PENYEHATAN LINGKUNGAN

BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN

DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

(BBTKLPP) BANJARBARU

2016

2015

LAPORAN

TAHUNAN

(2)
(3)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ………. i

Daftar Isi ………. ii

Daftar Grafik ………. iii

Daftar Tabel ………. v

Daftar Gambar ……… ix

BAB I : PENDAHULUAN 1 A. Hambatan Tahun Lalu………... 1

B. Kelembagaan ...………. 1

C. Sumber Daya ………. 3

BAB II : TUJUAN DAN SASARAN KERJA 9 A. Dasar Hukum...………... 9

B. Tujuan, Sasaran, Indikator ………... 10

BAB III : STRATEGI PELAKSANAAN 12 A. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran... 12

B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Strategi .………. 12

C. Terobosan yang Dilakukan.………. 13

BAB IV : HASIL KERJA 15 A. Pencapaian Tujuan dan Sasaran ………. 15

B. Realisasi anggaran ... 144

(4)

iii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1.1 Perbandingan Jumlah Pegawai BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2011-2015... 3 1.2 Sumber Daya Manusia BBTKLPP Banjarbaru Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2015 ... .

4

1.3 Sumber Daya Manusia BBTKLPP Banjarbaru Menurut Jenis Jabatan Tahun 2015 ...

4

4.1 Ovitrap Indeks Pemasangan di dalam Rumah Kota Banjarmasin Tahun 2015 .... 45 4.2 Ovitrap Indeks Pemasangan di luar Rumah Kota Banjarmasin Tahun 2015 ... 45 4.3 Ovitrap Indeks Pemasangan didalam Rumah Kota Balikpapan Tahun 2015 ... 46 4.4 Ovitrap Indeks Pemasangan di luar Rumah Kota Balikpapan Tahun 2015 ... 46 4.5 Kontainer Positif Larva di Pemukiman Kelurahan Pengambangan Kota

Banjarmasin Tahun 2015 ...

47

4.6 Kontainer Positif Larva di Pemukiman Kelurahan Batu Ampar Kota Balikpapan Tahun 2015 ...

47

4.7 Distribusi Rumah dengan Kontainer > 3 buah Kota Banjarmasin Tahun 2015... 48 4.8 Distribusi Rumah dengan Kontainer > 3 buah Kota Balikpapan Tahun 2015 ... 48 4.9 Jenis Kontainer Positif Larva Tempat Umum di Kelurahan Pengambangan

Banjarmasin Tahun 2015 ...

49

4.10 Jenis Kontainer Positif Larva Tempat Umum di Kelurahan Batu Ampar Balikpapan Tahun 2015 ...

49

4.11 Distribusi Kasus Leptospirosis Menurut RT di Desa Pulau Kerasian Tahun 2015.. 60 4.12 Distribusi Kasus Leptospirosis berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pulau

Kerasian Tahun 2015 ...

60

4.13 Distribusi Kasus Leptospirosis Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pulau Kerasian Tahun 2015 ...

61

4.14 Hasil Uji Petik Kualitas Air PDAM di Kalimantan Selatan Tahun 2014-2015 ... 99 4.15 Hasil Uji Petik Kualitas Air PDAM di Kalimantan Tengah Tahun 2014 – 2015 ... 100 4.16 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Minum (PDAM) di Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara Tahun 2014 – 2015 ...

100

4.17 Hasil Pemeriksaan Kimia Makanan pada TPM di 8 Kabupaten/Kota Tahun 2015 102 4.18 Hasil Pemeriksaan Alat Makan pada TPM di 8 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ... 103

(5)

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.19 Hasil Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Makanan pada TPM di 8 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ...

103

4.20 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Minum dan Air Bersih pada TPM di 8 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ...

104

4.21 Hasil Pengukuran Kualitas Lingkungan Rumah Sakit di 10 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ...

105

4.22 Hasil Pemeriksaan Kualitas Makanan Rumah Sakit di 10 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ...

105

4.23 Hasil Pengukuran Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit di 10 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ...

106

4.24 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Minum dan Air Bersih Rumah Sakit di 10 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ...

106

4.25 Rekap Jumlah Sampel Swasta Per Laboratorium Tahun 2011 – 2015 ... 120

4.26 Rekap Jumlah Sampel Monitoring per Laboratorium Tahun 2011 – 2015 ... 121

4.27 Jumlah Penerimaan Sampel di Laboratorium Kimia Tahun 2012 – 2015 ... 126

4.28 Jumlah Penerimaan Sampel Kimia per Bulan Tahun 2015 ... 126

4.29 Jumlah Parameter Spektrofotometri Tahun 2015 ... 128

4.30 Jumlah Parameter AAS Tahun 2015 ... 129

4.31 Jumlah Parameter Titrasi Tahun 2015 ... 129

4.32 Jumlah Parameter Direct Tahun 2015 ... 129

4.33 Jumlah Parameter Gravimetri Tahun 2015 ... 130

4.34 Total Jumlah Sampel Swasta Berdasarkan Parameter Tahun 2015 ... 131

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Pegawai BBTKLPP Banjarbaru Berdasarkan Golongan Tahun 2014 - - 2015 ...

5

1.2 Nilai Aset Sarana dan Prasarana Kantor BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015 ... 5 1.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Anggaran BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015... 8 4.1 Target dan Capaian Kinerja Banjarbaru Tahun 2015 ... 15 4.2 Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Sampel Makanan di Pondok Pesantren Putri

An-Najah Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar ...

18

4.3 Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Sampel Air di Pondok Pesantren Putri An-Najah Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar ...

18

4.4 Pengukuran Kualitas Udara di Halaman Stadion Olahraga 29 November Sampit Kabupaten Kotawaringi Timur Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 ...

20

4.5 Pengukuran Kualitas Udara di Puskesmas Pelambuan Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 ...

20

4.6 Pengukuran Kualitas Udara di Halaman Kantor Unit Kewaspadaan dan Penggulungan Krisis Kesehatan Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 ...

20

4.7 Pengukuran Kualitas Udara di Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 ...

21

4.8 Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Responden dan Jenis Nyamuk yang Tertangkap pada Kegiatan Survei Dinamika Penularan Malaria Tahun 2015 ...

30

4.9 Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis Tahun 2015 ... 38 4.10 Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasisdi Kabupaten Tabalong Tahun

2015 ...

39

4.11 Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten HSU Tahun 2015 ...

40

4.12 Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 ...

40

4.13 Prosentase Hasil Survei Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten Tapin Tahun 2015 ...

41

4.14 Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Responden dan Jenis Nyamuk yang Tertangkap pada Kegiatan Survei Vektor Filariasis Tahun 2015 ...

42

4.15 Hasil Pemeriksaan HI, BI, CI dan ABJ pada Kegiatan Kajian Faktor Risiko Penyakit DBD ( Kota Banjarmasin dan Kota Balikpapan) Tahun 2015...

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.16 Hasil Survei Larva di Tempat Umum Kelurahan Pengambangan Kota Banjarmasin Tahun 2015 ...

48

4.17 Hasil Survei Larva di Tempat Umum Kelurahan Batu Ampar Kota Balikpapan Tahun 2015 ...

49

4.18 Hasil Uji PCR Terhadap Serotype Virus pada Spesimen Thorax Nyamuk di Kota Banjarmasin Tahun 2015 ...

50

4.19 Hasil Uji PCR Terhadap Serotype Virus pada Spesimen Thorax Nyamukdi Kota Balikpapan Tahun 2015 ...

50

4.20 Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Sikap Terkait Pemberantasan DBD Tahun 2015 ...

50

4.21 Hasil Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Sikap Terkait Pemberantasan DBD Tahun 2015 ...

51

4.22 Prevalensi Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Banjar Tahun 2015 ...

53

4.23 Prevalensi Kejadian Kecacingan berdasarkan Jenis Cacing pada Anak Sekolah Dasar di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Banjar Tahun 2015 ...

53

4.24 Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Karakteristik di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Banjar Tahun 2015 ...

54

4.25 Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Lingkungan dan Personal Hygiene di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Banjar Tahun 2015 ...

55

4.26 Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar berdasarkan Karakteristik di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 ...

57

4.27 Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Lingkungan dan Personal Hygiene di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 ...

57

4.28 Prevalensi Kasus Leptospirosis pada Masyarakat Pulau Kerasian di Kabupaten Kotabaru Tahun 2015 ...

59

4.29 Sebaran Kasus Leptospirosis Berdasarkan Asal RT Tahun 2015 ... 60 4.30 Sebaran Kasus Leptospirosis Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pulau

Kerasian Tahun 2011 ...

61

4.31 Sebaran Kasus Leptospirosis Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pulau Kerasian Tahun 2011...

61

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.33 Hasil Pemeriksaan Sampel Kualitas Air Sumur Galidi Desa Pulau Kerasian Tahun 2015 ...

63

4.34 Distribusi Responden berdasarkan Variabel yang diukur pada Kegiatan Kajian Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus Tahun 2015 ...

70

4.35 Pencapaian Kegiatan Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium Tahun 2015 ...

73

4.36 Hasil Pengolahan Air Gambut ... 76

4.37 Hasil Rata-Rata Pengolahan Air Gambut Di Desa Makmur... 78

4.38 Hasil Rata-Rata Pengolahan Air Sungai Di Desa Jorong ... 79

4.39 Hasil Rata-Rata Pengolahan Air Gambut Di Liang Anggang ... 79

4.40 Uji Coba Bahan Koagulan Alami Lokasi 1 dan Lokasi 2 ... 81

4.41 Uji Coba Bahan Koagulan Alami Lokasi 3 dan Lokasi 4 ... 82

4.42 Hasil Pengujian Parameter Lapangan ... 83

4.43 Hasil Pengujian Parameter H2S Setelah Perlakuan dengan Chlorine Diffuser ... 85

4.44 Kualitas Air Limbah Laboratorium pada IPAL BTKLPP Banjarbaru Bulan Maret Tahun 2015 ... 89 4.45 Kualitas Air Limbah Laboratorium pada IPAL BTKLPP Banjarbaru Bulan Juni Tahun 2015 ... 90 4.46 Kualitas Air Limbah Laboratorium pada IPAL BTKLPP Banjarbaru Bulan Agustus Tahun 2015 ... 91 4.47 Daftar Jejaring Kerja dan Kemitraan Laboratorium Tahun 2015 ... 95

4.48 Daftar Alat Yang Dipelihara ... 97

4.49 Pencapaian Kegiatan Bidang ADKL Pada Tahun 2015 ... 98 4.50 Hasil Kajian ADKL/ARKL Pemukiman dan Perkantoran Pada PT. Adaro

Indonesia Tahun 2015 ...

98

4.51 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Minum (PDAM) yang Tidak Memenuhi Syarat Tahun 2015 ...

101

4.52 Hasil Kajian Tingkat Risiko Fe, Mn, NO2, dan NO3 pada pengguna Air PDAM

Tahun 2015 ...

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.53 Hasil Kegiatan Di Asrama Haji Banjarbaru (Embarkasi Banjarmasin) Tahun 2015 107 4.54 Hasil Kegiatan Di Asrama Haji Palangkaraya (Embarkasi Palangkaraya) Tahun

2015 ...

107

4.55 Hasil Kegiatan Di Asrama Haji Balikpapan (Embarkasi Balikpapan) Tahun 2015 .. 108

4.56 Hasil Inspeksi Sanitasi Pada 5 Pondok Pesantren di 2 Kabupaten/Kota Tahun 2015 ... 108 4.57 Diklat Permintaan dari Eksternal Tahun 2015 ... 114

4.58 Diklat Eksternal BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015 ... 114

4.50 Rekap Persentase Penilaian Kepuasan Pelanggan Tahun 2011 – 2015 ... 121

4.60 Data Asal dan Jumlah Sampel Tahun 2015 ... 127

4.61 Parameter Terakreditasi dan Parameter Belum Terakreditasi ... 130

4.62 Jumlah Parameter Yang Diperiksa Pada Sampel Swasta ... 134

4.63 Jumlah Parameter yang Diperiksa pada Sampel Monitoring ... 135

4.64 Kegiatan yang Dilakukan Instalasi Entomologi Tahun 2015 ... 143 4.65 Alokasi dan Realisasi Keuangan Berdasarkan Output di Satker BBTKLPP

Banjarbaru Tahun 2015 ...

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Cara Memilih Sampel Rumah ke Dua ... 35

4.2 Cara Memilih Sampel Rumah yang Tidak Cukup Satu Arah ... 35

4.3 Alat Pengolah Sampah ... 75

4.4 Desain Alat Pengolahan Air Gambut ... 77

4.5 Pengolahan Air Sungai dan Gambut ... 80

4.6 Uji Coba Model/Prototype Pengembangan Teknologi Pengolahan Air Gambut ... 138 4.7 Desain Model/Prototype Teknologi Pengolahan Sampah ... 139

4.8 Uji Coba Model/Prototype Teknologi Pengolahan Sampah ... 139

4.9 Proses Uji Coba Bahan Koagulan Alami sebagai Alternatif Pengolahan Sederhana Air Baku Air Minum ... 140 4.10 Pengolahan Air Gambut di Desa Bumi Makmur ... 141

(11)

1

BAB I

ANALISA SITUASI AWAL TAHUN

A. HAMBATAN TAHUN LALU

Dalam pelaksanaan kegiatan, semua yang direncanakan diawal tahun sampai akhir tahun dapat terlaksana dengan baik, walaupun masih ada kekurangan maupun hambatan/kendala.

Kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan tahun 2015, diantaranya :

1. Ketersediaan sumber daya manusia yang kurang sehingga personil banyak yang rangkap tugas;

2. Kondisi wilayah layanan yang luas dengan kondisi terpencil sulit dijangkau menyebabkan sulitnya penanggulangan KLB < 24 jam;

3. Kemampuan SDM dalam hal rancang bangun TTG masih terbatas;

4. Kemampuan pemeriksaan spesimen yang terbatas sehingga kesulitan bila terjadi KLB penyakit diluar kemampuan laboratorium BBTKLPP Banjarbaru;

5. Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal, komitmen masyarakat wilayah penempatan alat pengolahan air bersih masih kurang sehingga umur pemakaian alat pengolah air tidak bertahan lama, produk TTG mirip dengan produk program kementerian lain seperti PU juga program pemerintah PNPM Mandiri, sehingga perlu pengembangan disain produk TTG.

B. KELEMBAGAAN

BBTKLPP Banjarbaru sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 2349/Menkes/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Wilayah kerja BBTKPP Banjarbaru meliputi 3 provinsi yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur/Kalimantan Utara.

(12)

2

B/BTKLPP mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dibidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.

Dalam melaksanakan tugas, Unit Pelaksana Teknis bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan program dan laporan b. Pelaksanaan urusan keuangan dan

c. Pelaksanaan urusan kepegawaian dan umum

2. Bidang Surveilans Epidemiologi menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular dan tidak menular

b. Pelaksanaan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, wabah dan bencana

c. Pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi, kesehatan lingkungan, kesehatan matra, dan pengendalian penyakit;

d. Pelaksanaan kemitraan dan jejaring kerja bidang surveilans epidemiologi

e. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi. 3. Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium menyelenggarakan

fungsi :

a. Pengembangan dan penapisan teknologi pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra

b. Pengembangan laboratorium pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra

c. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengembangan teknologi dan laboratorium

d. Pendidikan dan pelatihan di bidang pengembangan teknologi dan laboratorium bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra

(13)

3

4. Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :

a. Analisis dampak lingkungan fisik dan kimia b. Analisis dampak lingkungan biologi

c. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang analisis dampak kesehatan lingkungan

d. Pendidikan dan pelatihan di bidang analisis dampak kesehatan lingkungan

C. SUMBER DAYA

1. Sumber Daya Manusia

Jumlah SDM BBTKLPP Banjarbaru per 31 Desember 2015 adalah sebanyak 72 orang. Jumlah tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan, jabatan dan pendidikan sebagai hasil dari perbandingan/analisis dengan tahun sebelumnya dapat diuraikan sebagai berikut :

Grafik.1.1

Perbandingan Jumlah Pegawai BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2011-2015

69 68 67 70 72 64 65 66 67 68 69 70 71 72 2011 2012 2013 2014 2015

Pada tahun 2014 jumlah pegawai berjumlah 70 orang bila dibandingkan dengan tahun 2015 bertambah menjadi 72 orang. Penambahan jumlah pegawai dikarenakan adanya pegawai baru (CPNS) sebanyak 4 orang dan mengundurkan diri sebagai PNS sebanyak 2 orang.

(14)

4

Grafik.1.2

Sumber Daya Manusia BBTKLPP Banjarbaru Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015

S2; 13

S1; 34 D4; 1

D3; 21

D1; 1 SLTA; 2

Jenjang pendidikan pegawai yang paling banyak pada tahun 2015 adalah strata S1 sebanyak 34 orang, kemudian D3 sebanyak 21 orang, Strata S2 sebanyak 13 orang, Untuk jenjang pendidikan D4 dan D1 masing-masing 1 orang, sedangkan pendidikan SMA sebanyak 2 orang.

Jenis jabatan yang mendukung pelaksanaan tupoksi BBTKLPP Banjarbaru terdiri dari jabatan struktural dan jabatan fungsional .

Grafik.1.3

Sumber Daya Manusia BBTKLPP Banjarbaru Menurut Jenis Jabatan Tahun 2015

Pada grafik di atas terlihat bahwa jumlah pegawai berdasarkan jabatan terbanyak adalah jabatan fungsional pranata laboratorium sebanyak 22 orang. 5 1 2 2 3 1 1 2 9 1 22 18 0 5 10 15 20 25 Penyusu n lapor an Pengad minitras ian umu m Perenc ana Arsipari s Penata lap Keu angan Bendah ara Verifika tor keu angan Pengelo la Baran g Epidem iolog Entomo log Pranata Laborat

(15)

5

Tabel.1.1

Jumlah Pegawai BBTKLPP Banjarbaru Berdasarkan Golongan Tahun 2014 – 2015

Golongan 2014 2015 a b c d a b c d I - - - - II - 1 6 3 1 1 7 5 III 21 10 14 8 13 13 16 9 IV 6 - 1 - 6 - 1 -

Dibandingkan tahun 2014, pada tahun 2015 jumlah pegawai golongan II a bertambah 1 orang karena adanya pegawai baru. Golongan II c bertambah 3 orang adanya pegawai baru. Golongan II d bertambah 2 orang karena adanya kenaikan pangkat.

2. Sarana dan Prasarana

Dalam mendukung keberhasilan pencapaian tugas pokok dan fungsi BBTKLPP Banjarbaru dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang tercatat pada tahun 2015 yaitu :

Tabel 1.2

Nilai Aset Sarana dan Prasarana Kantor BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015

No Uraian Nilai

1 Peralatan dan Mesin 24.410.430.656

2 Gedung dan Bangunan 3.950.236.450

3 Jaringan 167.225.000

4 Aset Tetap Lainnya 757.000

5 Aset Tetap Yang Tidak Digunakan -

6 Persediaan 2.429.867.039

(16)

6

Rincian penjelasan terkait dengan sarana dan prasarana ini sebagai berikut : a. Tanah

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.00.SJ.SK.III.1464 tanggal 23 Desember 2005 tentang persetujuan pemanfaatan sebagian tanah dan bangunan gedung Departemen Kesehatan pada Politeknik Kesehatan/AKL Banjarbaru di Jl. Mistar Cokrokusumo Banjarbaru, untuk kantor Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Banjarbaru. Luas tanah yang dimanfaatkan seluas 3.106 M2 yang terdiri dari luas halaman 1.051 M2 dan luas diluar halaman 89 M2 serta luas bangunan 1.966 M2. b. Peralatan dan mesin

Inventaris dan peralatan yang dimiliki antara lain ; PC unit sebanyak 36 buah, printer 42 buah, AC 61 buah, meja kerja kayu 103 buah, serta peralatan kantor lainnya. Kendaraan dinas yang dimiliki per 31 Desember 2015 sebanyak 7 buah kendaraan roda 4 dan 3 buah kendaraan roda 2. c. Gedung dan bangunan

Gedung kantor terdiri atas ; gedung kantor permanen 2 lantai yang terletak di Jl. H.Mistar Cokrokusumo no 2A Banjarbaru seluas 1.966 M2, gedung pos jaga permanen, dan tugu / tanda batas administrasi kepemilikan.

d. Aset tetap lainnya

Aset tetap lainnya berupa monografi sebanyak 32 buah. e. Aset tetap yang tidak digunakan

Aset tetap yang tidak digunakan tidak ada f. Jaringan

Jaringan terdiri dari instalasi air buangan domestik kapasitas kecil, jaringan distribusi tegangan diatas 20 KVA.

Rincian laporan BMN pada BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 adalah sebagai berikut :

(17)

7 a. BMN Intrakomptabel tahun 2015

Posisi awal (saldo per 1 Januari 2015) : Rp. 25.982.255.563,-

Mutasi Tambah : Rp. 2.546.393.543,-

Mutasi Berkurang : Rp. -

Posisi Akhir (saldo per 31 Desember 2015) : Rp. 28.528.649.106,- b. BMN Ekstrakomptabel tahun 2015

Posisi Awal (saldo per 1 Januari 2015) : Rp. 73.119.000,-

Mutasi Tambah : Rp -

Mutasi Berkurang : Rp -

Posisi akhir (saldo per 31 Desember 2015) : Rp. 73.119.000,- c. BMN Gabungan Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel tahun 2015

Posisi Awal (saldo per 1 Januari 2015) : Rp. 26.055.374.563,-

Mutasi Tambah : Rp. 2.546.393.543,-

Mutasi Berkurang : Rp. - Posisi Akhir(saldo per 31 Desember 2015) : Rp. 28.601.768.106,-

3. Alokasi Belanja

Pengelolaan keuangan pada tahun 2015 di BBTKLPP Banjarbaru terdiri dari realisasi anggaran belanja dan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Realisasi atas pengelolaan keuangan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Realisasi anggaran belanja

Alokasi anggaran BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 ditetapkan pada DIPA Nomor : SP DIP-024.05.2.613146/2015 tanggal 14 November 2014 sebesar Rp. 13.928.862.000,- dan DIPA revisi ke 01 Nomor : SP DIP-024.05.2.613146/2015 tanggal 26 Maret 2015, DIPA revisi ke 02 Nomor : SP DIP-024.05.2.613146/2015 tanggal 26 Maret 2015, DIPA revisi ke 03 Nomor : SP DIP-024.05.2.613146/2015 tanggal 02 Oktober 2015 dengan total pagu anggaran sebesar Rp. 14.080.205.000-. Pencapaian realisasi anggaran per 31 Desember 2015 sebesar Rp. 11.612.071.677,- atau tingkat penyerapan anggaran sebesar 82,47%. Rincian anggaran dan realisasi anggaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(18)

8

Tabel 1.3

Alokasi Anggaran dan Realisasi Anggaran BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015 Uraian Alokasi Anggaran (Rp) Realisasi Anggaran (Rp) % Sisa Anggaran (Rp) Belanja Pegawai 4.188.594.000 3.854.793.273 92,03 333.800.727 Belanja Barang 7.971.572.000 6.018.132.504 75,49 1.953.439.496 Belanja Modal 1.920.039.000 1.739.145.900 90,58 180.293.100 Jumlah 14.080.205.000 11.612.071.677 82,47 2.467.533.323 b. Pencapaian target realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Target Penerimaan Negara Bukan Pajak BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 adalah sebesar Rp 996.240.000,- dengan pencapaian target PNBP sebesar Rp 736.820.159,- (73,39%).

(19)

9

BAB II

TUJUAN DAN SASARAN KERJA

I. Dasar Hukum

Dalam menetapkan tujuan, sasaran maupun indikator kegiatan, BBTKLPP Banjarbaru mengacu kepada RPJM Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan meliputi surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemeberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.

Peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan yaitu :

a. Undang-Undang No.36 Tahun 2009, tentang Kesehatan;

b. Undang–Undang No.4 Tahun 1984, tentang Wabah Penyakit Menular

c. Peraturan Pemerintah RI No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Kualitas Udara

d. Peraturan Pemerintah RI No.40 Tahun 1991, tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.2349/MENKES/PER/XI/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1116 tahun 2003, tentang Pedoman Penyelenggaran Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1479 tahun 2003, tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu (STP).

h. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/Men.LH/II/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan Untuk Perumahan Dan Permukiman

i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.825/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

j. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.949 tahun 2004, tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

(20)

10

k. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum

l. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IV/1990, tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

m. Keputusan Dirjen PPM-PL No.451-I/PD.03.04.IF/1991, tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB

n. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.05 tahun 2007 tentang Peruntukan Baku Mutu Air Sungai di Kalimantan Selatan.

o. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.053 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambient dan Kebisingan.

p. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.036 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Industri.

II. Tujuan, Sasaran, Indikator

a. Tujuan

Berdasarkan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019, tujuan yang ingin dicapai adalah terselenggaranya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya .

b. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai BBTKLPP Banjarbaru pada tahun 2015 adalah meningkatnya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium melalui peningkatan kinerja bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), bidang Surveilans Epidemiologi (SE), bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium (PTL) dan bagian Tata Usaha (TU).

c. Indikator

Indikator kinerja yang ditetapkan dalam pelaksanaan program adalah sebagai berikut:

1. Jumlah kejadian SKD-KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan 30 dokumen

2. Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang 31 dokumen 3. Jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung 4 dokumen

(21)

11

4. Jumlah kajian pengendalian penyakit tidak menular 9 dokumen 5. Jumlah kajian kualitas air minum 38 dokumen

6. Jumlah kajian sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU) 18 dokumen

7. Jumlah kajian sanitasi Tempat Pengolahan Makanan (TPM) 8 dokumen 8. Jumlah kajian penyehatan lingkungan 6 dokumen

9. Jumlah TTG penyehatan lingkungan 4 unit

10. Jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang 1 unit 11. Jumlah alat kesehatan 24 unit

12. Jumlah pengujian laboratorium 7.000 sampel 13. Jumlah dokumen data dan informasi 5 dokumen 14. Jumlah laporan keuangan 26 dokumen

15. Jumlah laporan target dan pagu PNBP 14 dokumen

16. Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 12 bulan 17. Jumlah layanan administrasi kepegawaian 4 dokumen

18. Jumlah fasilitas pendukung perkantoran 17 unit 19. Jumlah SDM yang dilatih 92 orang

(22)

12

BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN

I. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran

Dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dikembangkan strategi sebagai berikut :

1. Melaksanakan jejaring kerja dan kemitraan dengan lintas program & lintas sektor;

2. Mengembangkan kemampuan deteksi dini & respon cepat terhadap KLB; 3. Melaksanakan respon cepat dan penanggulangan KLB;

4. Melaksanakan diseminasi informasi advokasi kepada sektor terkait; 5. Melaksanakan kajian kesehatan lingkungan;

6. Melaksanakan kajian pengendalian penyakit; 7. Mengembangkan kemampuan SDM;

8. Melaksanakan jejaring & kemitraan laboratorium; 9. Melaksanakan pengembangan sarana & prasarana; 10.Melaksanakan pemutakhiran metode pengujian; 11. Melaksanakan kalibrasi alat;

12. Melaksanakan quality control;

13. Melaksanakan pengembangan model; 14. Melaksanakan pengembangan teknologi; 15. Melaksanakan monev penerapan teknologi;

16. Mengembangan, memperkuat sistem pembiayaan;

17. Melaksanakan pengeluaran informasi, evaluasi & laporan;

18. Melaksanakan pengelolaan keuangan, kepegawaian dan kerumahtanggaan.

II. Hambatan dalam Pelaksanaan Strategi

Hambatan yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan, diantaranya :

1. Ketersediaan sumber daya manusia yang kurang sehingga personil banyak yang rangkap tugas;

2. kondisi wilayah layanan yang luas dengan kondisi terpencil sulit dijangkau menyebabkan sulitnya penanggulangan KLB < 24 jam;

(23)

13

3. Kemampuan SDM dalam hal rancang bangun TTG masih terbatas;

4. Kemampuan pemeriksaan spesimen yang terbatas sehingga kesulitan bila terjadi KLB penyakit diluar kemampuan laboratorium BBTKLPP Banjarbaru; 5. Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal, komitmen

masyarakat di wilayah penempatan alat pengolahan air bersih masih kurang sehingga umur pemakaian alat pengolah air tidak bertahan lama, produk TTG mirip dengan produk program kementerian lain seperti PU juga program pemerintah PNPM Mandiri sehingga perlu pengembangan disain produk TTG;

6. Adanya verifikasi lapangan pada assesment akreditasi laboratorium tahun 2014 karena adanya hal-hal serius sehingga jadwal reassessment pada tahun 2015 tidak bisa berjalan sesuai jadwal setiap tahunnya;

7. Adanya penyelenggara yang membatalkan agenda pelatihan karena minimnya jumlah peserta;

8. Kendala pada kegiatan kalibrasi yaitu adanya alat yang rusak sehingga kalibrasi tidak bisa di laksanakan sesuai jadwal yang telah di tetapkan. Selain kerusakan pada alat yang akan di kalibrasi juga karena belum diketahuinya sistem pendaftaran kalibrasi pada institusi kalibrasi dengan menggunakan sistem on line;

9. Kurangnya jumlah tenaga teknis yang melaksanakan kegiatan dimaksud dan terbatasnya waktu pelaksanaan, terutama untuk kegiatan yang melibatkan pihak ketiga.

III. Terobosan yang Dilakukan

Adapun untuk mengatasi kendala tersebut perlu dilakukan upaya tindak lanjut : 1. Meningkatkan jejaring kerja dengan lintas sektor dan lintas program;

2. Meningkatkan kemampuan pemeriksaan specimen; 3. Meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium;

4. Meningkatkan kemampuan SDM baik melalui pelatihan atau kesempatan tugas belajar;

5. Mengusulkan formasi kebutuhan tenaga sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan;

(24)

14

6. Melakukan monitoring dengan cara selalu menjalin berkomunikasi dengan KAN terkait tindak lanjut proses akreditasi laboratorium;

7. Mengganti dengan program diklat yang lain yang sesuai dengan kebutuhan laboratorium dan memaksimalkan on the job training;

(25)

15

BAB IV HASIL KERJA

I. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Pada kurun waktu tahun 2015 telah dilakukan berbagai kegiatan dan upaya dalam mendukung program Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru. Pada akhir tahun 2015 pencapaian kegiatan sebagai berikut :

Tabel. 4.1

Target dan Capaian Kinerja BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015

NO OUTPUT TARGET CAPAIAN

1 Investigasi dan penanggulangan KLB 21 dokumen 15 dokumen 2 Pengendalian faktor risiko pada kondisi matra 9 dokumen 8 dokumen 3 Kajian dan monitoring faktor risiko sumber

penular dan efektivitas intervensi DBD

6 dokumen 6 dokumen 4 Kajian dan monitoring faktor risiko sumber

penular dan efektivitas intervensi malaria

12 dokumen 11 dokumen 5 Pengamatan faktor risiko dan sumber penular

leptospirosis di wilayah kerja

1 dokumen 1 dokumen 6 Survei penilaian mikrofilaria 8 dokumen 8 dokumen 7 Survei schistosomiasis (Fasiolopsis buski) 4 dokumen 4 dokumen 8 Sosialisasi dan advokasi demam tifoid 4 dokumen 3 dokumen 9 Monitoring faktor risiko PTM melalui kegiatan

Posbindu PTM pada kelompok masyarakat khusus

4 dokumen 3 dokumen

10 Penduduk usia > 15 tahun yang melakukan pemeriksaan gula darah

5 dokumen 5 dokumen 11 TTG penyehatan pemukiman

(model /protype teknologi pengendalian vektor)

1 unit 1 unit

12 TTG bidang STBM

(model/protype teknologi sampah)

1 unit 1 unit 13 TTG peningkatan kualitas sarana air minum: 21 unit 21 unit 14 Tenaga terlatih bidang pengelolaan limbah 37 orang 34 orang

15 Kajian ADKL/ARKL 6 dokumen 6 dokumen

16 Peta kualitas air minum 38 dokumen 38 dokumen

17 Peta kualitas TTU 18 dokumen 18 dokumen

18 Peta kualitas TPM 8 dokumen 8 dokumen

19 Tenaga terlatih bidang ADKL/ARKL 10 orang 10 orang 20 Dokumen perencanaan dan anggaran 3 dokumen 3 dokumen 21 Dokumen data dan informasi 5 dokumen 5 dokumen 22 Dokumen evaluasi dan pelaporan 5 dokumen 5 dokumen

(26)

16

24 Target dan pagu PNBP 14 dokumen 14 dokumen

25 Laporan Aset Negara (BMN) 5 dokumen 5 dokumen 26 Layanan adminitrasi kepegawaian 4 dokumen 4 dokumen

27 Jumlah SDM yang dibina 45 orang 27 orang

28 Akuntabiltas Kinerja Pemerintah 2 dokumen 2 dokumen

29 Alat kesehatan 24 unit 24 unit

30 Layanan perkantoran 12 bulan 12 bulan

31 Perangkat pengolah data dan komunikasi 3 unit 4 unit 32 Peralatan dan fasilitas kantor 14unit 18 unit

A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

1. Surveilans Epidemiologi (Seksi Adokasi KLB) Investigasi dan Penanggulangan KLB

a. Penyelidikan Epidemiologi KLB Keracunan Pangan Pada Pekerja PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Divisi Konstruksi V Kalimantan di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

Penyelidikan Epidemiologi KLB Keracunan Pangan pada pekerja PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Divisi Konstruksi V Kalimantan di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan dilaksanakan pada tanggal 03 September 2015. Jumlah kasus sebanyak 33 kasus dari 45 responden yang diwawancarai. Gejala yang paling banyak dirasakan yaitu diare (100%) dan sakit perut (81%) dengan masa inkubasi terpendek 2 jam dan inkubasi terpanjang 11 jam (Periode KLB=9 jam, CFR=0).

Hasil dari kegiatan ini dapat dijadikan dasar tindak lanjut bagi pengelola katering, Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Pemerintah setempat baik secara lintas program maupun lintas sektor, sehingga penanggulangan KLB keracunan pangan tidak berhenti pada investigasi semata tetapi berkesinambungan dalam penanganannya serta pencegahan terjadi kembali KLB tersebut. Selain itu masyarakat perlu diberikan penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi pengolahan makanan dan minuman.

(27)

17

Keuntungan yang didapat pekerja dan pengelola katering dari pelaksanaan penyelidikan ini antara lain mendapat informasi tentang kejadian keracunan pangan sehingga dapat memberikan pertolongan pertama terhadap penderita keracunan dan segera melaporkan kejadian tersebut ke puskesmas atau petugas kesehatan terdekat. Selain itu juga mendapatkan informasi tentang pentingnya pengolahan dan penyimpanan makanan secara bersih, sehingga dapat dihindarinya faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian keracunan pangan. Selain itu juga mendapatkan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Peningkatan pengetahuan pekerja dan pengelola katering tentang pengendalian kejadian keracunan dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta hygiene dan sanitasi pengolahan dan penyimpanan makanan minuman sehingga mereka mampu melindungi diri dan dapat meminimalisasi risiko kejadian keracunan pangan.

b. Penyelidikan Epidemiologi KLB Diare di Pondok Pesantren Putri An-Najah Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

Penyelidikan Epidemiologi KLB diare dilaksanakan di Pondok Pesantren Putri An-Najah Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 16 Oktober 2015. Jumlah kasus sebanyak 52 kasus dengan jumlah total santri 380 orang. Adapun hasil pemeriksaan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

(28)

18

Tabel 4.2

Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Sampel Makanan di Pondok Pesantren Putri An-Najah Desa Cindai Alus

Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar

No Jenis Sampel Parameter

Salmonella Staphylococcus V. cholera E.coli

1 Nasi makan siang Negatif Positif Negatif Negatif

2 Nasi makan malam Negatif Negatif Negatif Negatif

3 Sambal masak Negatif Positif Negatif Positif

4 Ayam masak

habang Negatif Negatif Negatif Positif

5 Ikan patin goreng Negatif Positif Negatif Negatif

6 Daging mentah

bagian luar Negatif Positif Negatif Positif

7 Daging mentah

bagian dalam Negatif Negatif Negatif Positif

8 Terong goreng Negatif Negatif Negatif Negatif

Sumber : Laporan Hasil Uji BBTKLPP Banjarbaru, 2015

Tabel 4.3

Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Sampel Air di Pondok Pesantren Putri An-Najah Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar

No Jenis Sampel Parameter

Enterobactericeae Salmonella MPN Coli Colitinja

1 Air minum ruang

makan Positif Negatif 40 40

2 Air minum kamar

tidur khadijah Positif Negatif > 1600 > 1600

Sumber : Laporan Hasil Uji BBTKLPP Banjarbaru, 2015

Hasil dari kegiatan ini dapat dijadikan dasar tindak lanjut bagi pengelola pondok pesantren, dinas kesehatan kabupaten dan pemerintah setempat baik secara lintas program maupun lintas sektor, sehingga penanggulangan KLB diare tidak berhenti pada investigasi semata tetapi berkesinambungan dalam penanganannya.

Keuntungan yang didapat santri dan pengelola dari pelaksanaan penyelidikan ini antara lain mendapat informasi tentang penyakit diare dan cara penularannya sehingga dapat dihindarinya faktor risiko yang dapat menyebabkan penularan diare di wilayah tersebut. Selain itu juga mendapatkan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

(29)

19

Peningkatan pengetahuan santri dan pengelola pesantren tentang pengendalian penyakit diare dan penyakit lainnya dengan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga mereka mampu melindungi diri dan dapat meminimalisasi risiko kejadian penyakit diare dan penyakit lainnya.

c. Pengukuran Kualitas Udara dalam Rangka Sistem Kewaspadaan Dini terkait Kabut Asap

Pengukuran kualitas udara dalam rangka KLB pencemaran udara akibat kabut asap. Pengukuran dilaksanakan di 4 Kabupaten / Kota pada saat terjadinya kabut asap, di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan serta Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Pengukuran kualitas udara Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah bertempat di Halaman Stadion 29 November Sampit pada tanggal 19 – 23 Agustus 2015. Pengukuran kualitas udara Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan bertempat di halaman kantor Unit Kewaspadaan dan Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tanggal 8 – 11 September 2015 dan 14 – 15 September 2015. Pengukuran kualitas udara Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan bertempat di Puskesmas Pelambuan pada tanggal 16 – 18 September 2015 dan 21 – 23 September 2015. Pengukuran kualitas udara Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 14 – 16 Oktober 2015, 19 – 22 Oktober 2015, dan 26 – 29 Oktober 2015. Parameter pengukuran kualitas udara berdasarkan parameter fisika meliputi suhu udara, kelembaban, kecepatan dan arah angin, parameter PM10 dan PM2,5, parameter kimia berdasarkan Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Karbon Monoksida (CO2) dan Ozon (O3) Adapun hasil yang diperoleh dari pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

(30)

20

Tabel 4.4

Pengukuran Kualitas Udara

di Halaman Stadion Olahraga 29 November Sampit

Kabupaten Kotawaringi Timur Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015

No Tanggal PARAMETER Katagori ISPU PM10 SO2 NO2 O3 CO 1 19 – 20 Agust 2015 < 50 < 50 < 50 < 50 < 50 Baik 20 – 21 Agust 2015 77 < 50 < 50 < 50 < 50 Sedang 2 21 – 22 Agust 2015 99 < 50 < 50 < 50 < 50 Sedang 21 – 22 Agust 2015 115 < 50 < 50 < 50 < 50 Tidak Sehat Tabel 4.5

Pengukuran Kualitas Udara di Puskesmas Pelambuan Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015

No Tanggal PARAMETER Katagori

ISPU PM10 SO2 NO2 O3 CO 1 16 – 17 Sept 2015 51 67 < 50 < 50 < 50 Sedang 17 – 18 Sept 2015 < 50 68 < 50 < 50 < 50 Sedang 2 21 – 22 Sept 2015 < 50 63 < 50 < 50 < 50 Sedang 21 – 22 Sept 2015 78 57 < 50 < 50 < 50 Sedang Tabel 4.6

Pengukuran Kualitas Udara di Halaman Kantor Unit

Kewaspadaan dan Penanggulangan Krisis Kesehatan Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015

No Tanggal PARAMETER Katagori

ISPU PM10 SO2 NO2 O3 CO 1 8 – 9 Sept 2015 231 53 < 50 < 50 < 50 Sangat Tidak Sehat 9 – 10 Sept 2015 266 122 < 50 < 50 106 Sangat Tidak Sehat 10 – 11 Sept 2015 115 73 < 50 < 50 < 50 Tidak Sehat 2 14 – 15 Sept 2015 194 53 < 50 < 50 82 Tidak Sehat

(31)

21

Tabel 4.7

Pengukuran Kualitas Udara di Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015

No Tanggal PARAMETER Katagori

ISPU PM10 SO2 NO2 O3 CO 1 14 – 15 Oktober 2015 340 < 50 < 50 < 50 52 Berbahaya 15 – 16 Oktober 2015 757 < 50 < 50 < 50 141 Berbahaya 2 19 – 20 Oktober 2015 1839 76 < 50 < 50 105 Berbahaya 20 – 21 Oktober 2015 3476 < 50 < 50 < 50 109 Berbahaya 21 – 22 Oktober 2015 2052 < 50 < 50 < 50 68 Berbahaya 3 26 – 27 Oktober 2015 610 < 50 < 50 < 50 < 50 Berbahaya 27 – 28 Oktober 2015 271 < 50 < 50 < 50 < 50 Sangat Tidak Sehat 28 – 29 Oktober 2015 185 < 50 < 50 < 50 < 50 Tidak Sehat

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa hasil pengukuran kualitas udara menunjukan kategori ISPU dari baik sampai berbahaya. Kategori berbahaya pada titik pantau di di Palangkaraya tanggal 14 – 22 Oktober 2015.

Pada pengukuran kualitas udara dalam rangka KLB pencemaran udara akibat kabut asap didapatkannya data kualitas udara ambien (Indeks Standar Pencemaran Udara / ISPU) dan angka kesakitan penyakit saluran pernafasan yang berhubungan dengan dampak pencemaran udara pada saat terjadinya kabut asap akibat kebakaran hutan.

Pengukuran kualitas udara dalam rangka KLB pencemaran udara akibat kabut asap merupakan respon cepat dan segera dilaksanakan penanggulangan pencemaran udara akibat kabut asap serta langkah pencegahan penyakit saluran pernafasan sebagai dampak dari penurunan kualitas udara.

Dengan pelaksanaan kegiatan ini, masyarakat dapat lebih berhati-hati pada saat melakukan aktifitas diluar rumah apabila kualitas udara sudah tidak sehat/berbahaya, dan instansi terkait dapat mengambil langkah-langkah preventif bahaya pencemaran

(32)

22

lingkungan oleh kabut asap akibat kebakaran hutan bagi kesehatan masyarakat.

d. Survei Hipertensi dan Alkohol pada Sopir Angkutan Umum Saat Mudik Lebaran

Kegiatan survei hipertensi dan alkohol pada sopir angkutan umum saat mudik lebaran dilakukan untuk mengetahui risiko hipertensi dan risiko penyakit tidak menular lainnya pada sopir angkutan umum pada saat mudik lebaran. Kegiatan ini dilaksanakan di Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah, Kota Balikpapan dan Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan hasil survei pada 50 sopir angkutan umum di Terminal Pal 6 dan Pelabuhan Trisakti Kota Banjarmasin maka dapat disimpulkan sebagai sebagai berikut :

1. Hipertensi

sebagian besar tekanan darahnya berada pada kategori pre hipertensi sebesar 52% (26 orang),

2. Gula darah

kadar gula darah pada sopir angkutan umum saat sebagian besar normal yaitu sebesar 86% (43 orang), untuk kategori pre DM sebesar 4% (2 orang) dan DM sebesar 10% (5 orang).

3. Kandungan alkohol dalam pernafasan

Hasil pemeriksaan kandungan alkohol dalam pernafasan pada sopir angkutan umum di Kota Banjarmasin pada tabel 3.3 sebesar 100% (50 orang) yang kandungan alkoholnya negatif.

4. Kandungan amphetamin dalam urine

Kandungan amphetamin dalam urine pada sopir angkutan umum, semuanya negatif sebesar 100% (50 orang).

5. Rekomendasi layak mengemudi

Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan terhadap sopir angkutan umum di Kota Banjarmasin terdapat sopir dengan kriteria layak mengemudi 14%, layak dengan catatan 68% dan tidak layak mengemudi sebesar 18%.

(33)

23

Berdasarkan hasil survei pada 53 sopir angkutan umum di Kota Palangkaraya maka dapat disimpulkan sebagai sebagai berikut :

1. Hipertensi

Sebagian besar tekanan darah berada pada kategori pre hipertensi sebesar 43,4 % (23 orang), hipertensi tingkat I sebesar 28,3% (15 orang) dan hipertensi tingkat II sebesar 17% (9 orang). Untuk tekanan darah kategori normal pada pada sopir angkutan umum sebesar 11,3% (6 orang).

2. Gula darah

Hampir semua sopir angkutan umum kadar gula darahnya normal yaitu sebesar 94% (50 orang), kadar gula darahnya kategori pre diabetes melitus (DM) sebesar 4% (2 orang) dan diabetes melitus (DM) sebesar 2% (1 orang).

3. Kandungan alkohol dalam pernafasan

Tidak ada sopir yang positif mempunyai kadar alkohol dalam saluran pernafasannya.

4. Kandungan amphetamin dalam urine

Pemeriksaan kandungan amphetamin dalam urine tidak ditemukan sopir yang positif.

5. Rekomendasi layak mengemudi

Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan terhadap sopir angkutan umum di Kota Palangkaraya terdapat sopir yang dengan kriteria layak mengemudi 55%, layak dengan catatan 28% dan tidak layak mengemudi sebesar 17%.

Berdasarkan hasil survei pada 49 sopir angkutan umum di Kota Balikpapan, dapat disimpulkan sebagai sebagai berikut :

1. Hipertensi

Pada pemeriksaan tekanan darah pada sopir angkutan umum saat mudik lebaran di Kota Balikpapan, untuk tekanan darahnya normal sebesar 27% (13 orang) sedangkan sopir angkutan yang berada pada kategori pre hipertensi cukup banyak yaitu sebesar 51 % (25

(34)

24

orang), dan hipertensi tingkat I sebesar 20 % (10 orang). Untuk kategori hipertensi tingkat II sebesar 2 % ( 1 orang).

2. Gula darah

Hasil pemeriksaan kadar gula darah pada sopir angkutan umum saat mudik lebaran, dimana hampir semua sopir angkutan umum kadar gula darahnya normal yaitu sebesar 93 % (44 orang), sedangkan sopir angkutan umum yang kadar gula darahnya kategori pre diabetes mellitus (DM) sebesar 4% (2 orang), dan 2% (1 orang) penderita diabetes melitus. Sedangkan 3 orang menolak tidak mau diperiksa kadar gula darahnya.

3. Kandungan alkohol dalam pernafasan

Tidak ada sopir yang positif mempunyai kadar alkohol dalam pernafasannya.

4. Kandungan amphetamin dalam urine

Pada pemeriksaan kandungan amphetamin dalam urine terhadap 50 orang sopir, telah terdeteksi kandungan amphetamin pada 1 orang sopir ( 2 %) angkutan umum di Kota Balikpapan.

5. Rekomendasi layak mengemudi

Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan terhadap sopir angkutan umum di Kota Balikpapan sopir dengan kriteria layak mengemudi 78%, layak dengan catatan 18% dan tidak layak mengemudi sebesar 4%.

Berdasarkan hasil survei pada 47 sopir angkutan umum di Kota Samarinda, dapat disimpulkan sebagai sebagai berikut :

1. Hipertensi

Sebagian besar sopir angkutan umum mempunyai tekanan darah yang pre hipertensi yaitu sebesar 51% (24 orang) dan tekanan darah normal sebesar 30% (14 orang).

2. Gula Darah

Kondisi gula darah sewaktu sebagian besar berada pada kondisi normal sebesar 98% (46 orang). Sedangkan sopir dengan kondisi gula darah sewaktu masuk kategori DM sebanyak 2% (1 orang).

(35)

25

3. Kandungan alkohol dalam pernafasan

Sopir yang positif mempunyai kadar alkohol dalam pernafasan ditemukan 1 orang sopir 2% (1 orang) dan 98% (46 orang) negatif kadar alkohol.

4. Kandungan amphetamin dalam urine.

Sopir yang positif mempunyai kadar Amphetamin dalam urin ditemukan 1 orang sopir 2% (1 orang) dan 98% (46 orang) negatif kadar amphetamine.

5. Rekomendasi layak mengemudi

Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan terhadap sopir angkutan umum di Kota Samarinda terdapat sopir dengan kriteria layak mengemudi 79%, layak dengan catatan 9% dan tidak layak mengemudi sebesar 12%.

Data ini dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Perhubungan sebagai bahan evaluasi untuk ditindak lanjuti terhadap Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular di wilayah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah, Kota Balikpapan dan Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.

Masyarakat mendapat bahan masukan khususnya kepada pengemudi, tentang bahaya dan penanganan penyakit tidak menular sehingga diharapkan mampu mengurangi faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Hasil kegiatan ini dapat menjadi bahan early warning system sebelum terjadi kecelakaan lalu lintas, selain itu kegiatan ini memberikan informasi kepada masyarakat, terutama pengemudi saat mudik lebaran tentang keadaan kesehatan mereka.

(36)

26

e. Pemantauan Wilayah Setempat dalam Rangka Pengendalian Faktor Risiko Kondisi Matra

Kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka pengendalian faktor risiko kondisi matra untuk mengeliminasi kontaminasi makanan diperlukan upaya untuk mengidentifikasi faktor risiko makanan dan minuman yang memungkinkan akan timbulnya kejadian luar biasa (KLB), sebagai respon cepat BBTKLPP Banjarbaru bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten setempat melaksanakan kegiatan peningkatan sistem kewaspadaan dini melalui pengawasan kualitas makanan dan minuman pada beberapa event.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh BBTKLPP Banjarbaru di wilayah layanan yaitu :

1. Upacara Adat Mappanretasi di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

2. Upacara Peringatan Haul Guru Sekumpul di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

3. Upacara Adat Erau Kutai dan International Folk Art Festival di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

Pada kegiatan Upacara Adat Mappanretasi di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 07 – 10 April 2015 didapatkan hasil pemeriksaan terhadap sampel air dan sampel makanan yaitu:

1) Dari total 34 sampel air yang diambil dan diperiksa dengan menggunakan metode H2S didapat hasil 32,4% sampel yang positif, terdiri dari :

a. Terdapat 3 sampel (27,3%) air yang positif dalam kurun waktu < 24 jam .

b. Terdapat 8 sampel (72,7%) air yang positif dalam kurun waktu > 24 jam.

(37)

27

2) Dari total 32 sampel makanan yang diambil didapat hasil : a. Terdapat 1sampel (3,1%) makanan positif formaldehyde

b. Terdapat 4 sampel (80%) makanan yang terkontaminasi bakteri E.coli.

Pada kegiatan Peringatan Haul Guru Sekumpul di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 24 – 26 April 2015 didapatkan hasil pemeriksaan terhadap sampel air dan sampel makanan yaitu:

1) Dari total 9 sampel air yang diambil dan diperiksa dengan menggunakan metode H2S didapat hasil 6 sampel (66,7%) positif pathogen.

2) Dari total 9 sampel makan yang diambil dan diperiksa secara mikrobiologi didapat hasil 3 (33%) sampel makanan yang positif tercemar bakteri E.coli.

3) Dari total 46 sampel makanan yang diambil dan diperiksa secara kimia didapat hasil terdapat 19 sampel (41,3%) makanan positif ammonia.

Pada kegiatan Upacara Adat Erau dan International Folk Art Festival di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 07 – 11 Juni 2015 didapatkan hasil pemeriksaan terhadap sampel air dan sampel makanan yaitu:

1) Dari total 12 sampel air yang diambil dan diperiksa dengan menggunakan metode H2S didapat hasil 58,3% sampel yang positif; terdiri dari :

a. Terdapat 5 sampel (41,7%) air yang positif dalam kurun waktu < 24 jam.

b. Terdapat 2 sampel (16,6%) air yang positif dalam kurun waktu > 24 jam.

2) Dari total 14 sampel makanan yang diambil didapat hasil : a. Terdapat 4 sampel (14,3%) makanan positif formaldehyde. b. Terdapat 4 sampel (14,3%) makanan positif ammonia.

c. Terdapat 4 sampel (14,3%) makanan positif terkontaminasi bakteri E.coli.

(38)

28

Pada kegiatan Peringatan Haul Guru Sekumpul di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 22 – 24 Juli 2015 didapatkan hasil pemeriksaan terhadap sampel air dan sampel makanan yaitu:

1) Dari total 16 sampel makanan yang diambil dan diperiksa secara kimia didapat hasil semua negatif.

2) Dari total 16 sampel makanan yang diambil diperiksa secara mikrobiologi didapat hasil:

a. Terdapat 4 sampel (25%) makanan positif terkontaminasi bakteri E.coli.

b. Terdapat 1 sampel (6,25%) makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella.

c. Terdapat 1 sampel (6,25%) makanan yang terkontaminasi bakteri Staphylococcus.

Kegiatan ini menghasilkan data kualitas bakteriologis makanan dan minuman ditempat perayaan hari jadi maupun hari besar lainnya.

Data ini berguna bagi Dinas Kesehatan sebagai evidence base pengelolaan makanan dalam rangka memfokuskan sasaran program pengawasan hygiene dan sanitasi makanan untuk meminimalisir KLB keracunan pangan khususnya pada saat perayaan hari jadi maupun hari besar lainnya.

Masyarakat mendapat bahan masukan khususnya kepada penjamah makanan, dalam rangka menumbuhkembangkan pengetahuan dan keterampilan tentang hygiene sanitasi makanan sehingga diharapkan mampu mengurangi faktor risiko KLB keracunan pangan.

Hasil SKD ini dapat menjadi bahan early warning system sebelum terjadi KLB, selain itu kegiatan ini memberikan informasi kepada masyarakat, terutama penjamah makanan agar dapat menjaga kualitas makanannya, mulai dari menyiapkan bahan makanan, memasak, penyimpanan sampai menghidangkannya.

(39)

29

2. Jejaring Epidemiologi

a. Kajian dan Monitoring Faktor Risiko Sumber Penular dan Efektivitas Intervensi Malaria.

Survei dinamika penularan malaria dilaksanakan di 8 Kabupaten/Kota yaitu di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Kotabaru, (Provinsi Kalimantan Selatan), Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Gunung Mas (Provinsi Kalimantan Tengah), Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Berau (Provinsi Kalimantan Timur) dan Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara)

Jenis kegiatan adalah spot survey dan observasi lingkungan dilakukan pada titik tertentu yang dianggap dapat mewakili daerah sekitarnya dengan menggunakan checklis, yang bertujuan ingin mengetahui faktor risiko lingkungan, faktor perilaku dan vektor malaria di lokasi kegiatan.

Titik sampling pada kegiatan ini adalah tempat penangkapan nyamuk pada rumah (indoor dan outdoor) serta di lingkungan sekitar rumah dan kandang ternak.

Populasi pengambilan spesimen darah pada masyarakat yang berada di lokasi tempat dilakukannya survei. Sedangkan penentuan sampel sebagai responden yang diambil spesimen darahnya adalah masyarakat yang mempunyai risiko tinggi tertular penyakit malaria di sekitar wilayah penangkapan vektor dengan menggunakan RDT serta pemeriksaan mikroskofis malaria sebanyak 30 orang responden. Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut, untuk mengetahui faktor risiko lingkungan, faktor risiko kondisi perumahan dan faktor risiko perilaku masyarakat menggunakan lembar cheklist. Kuesioner dan bahan serta alat yang digunakan adalah : alat anemometer, hygrometer, pH meter, senter, petridish, pipet, label, termometer, alat tulis, salinometer, kloroform, kapas, kain kasa. Untuk mengetahui jenis malaria dan sebaran vektor dilakukan identifikasi vektor, melalui penangkapan nyamuk menggunakan aspirator, dan Untuk mengetahui semua penduduk di wilayah lokasi kegiatan terjangkit atau tidak parasit

(40)

30

malaria, dilakukan pemeriksaan spesimen darah dengan menggunakan RDT dan pemeriksaan mikroskofis malaria, dengan hasil sebagai berikut :

Lokasi survei dinamika penularan malaria dilaksanakan di Desa Bumi Rahayu Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara (gagal, karena adanya faktor cuaca), Desa Sudan Kabupaten Kotawaringin Timur, Desa Teluk Lawah Kabupaten Gunung Mas, Desa Kartika Bhakti Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah, Desa Bukit Merdeka Kabupaten Kuta Kartanegara, Desa Labanan Makmur Kabupaten Kalimantan Timur, Desa Pulau Kerasian Kabupaten Kota Baru dan Desa Mangkaok Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Adapun hasil kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Responden dan Jenis Nyamuk yang Tertangkap

pada Kegiatan Survei Dinamika Penularan Malaria Tahun 2015

N o Tempat Hasil Pemeriksaan Jumlah Respon den Penderita Malaria (+) Nyamuk Anopheles Jumlah Jenis 1

Desa Bumi Rahayu Kabupaten Bulungan Kaltara

30 - 30

An. Choci, An. Vagus,

An. Letifer dan An. Subpictus

2

Desa Kartika Bhakti Kabupaten Seruyan Kalteng 30 - 7 An. Subpictus, An.Teselatus, An. Barbirostris, 3

Desa Teluk Lawah Kabupaten Gunung Mas Kalteng

30 - 2 An. Letifer

4

Desa Bukit Merdeka Kabupaten Kutai Kartanegara Kaltim

30 - - -

5 Desa Labanan Makmur

Kabupaten Berau Kaltim 30 - - -

6

Desa Pulau Kerasian Kabupaten Kotabaru Kalsel 30 - - - 7 Desa Mangkaok Kabupaten Banjar Kalsel 30 - 30 An. Barbirostris, Cochi, Teselatus, Vagus dan Ombrosus.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa, dari 8 lokasi kegiatan survei yang direncanakan sebelumnya, untuk Kabupaten Nunukan

(41)

31

Provinsi Kalimantan Utara kegiatan tidak dapat dilaksanakan, karena penerbangan tidak bisa mendarat dilokasi kegiatan, terkait ada bencana kabut asap sehingga tim kembali ke Banjarbaru. Hasil skrining dengan menggunakan RDT dan pemeriksaan mikoroskopis terhadap masyarakat, semua dinyatakan negatif. Sedangkan jenis nyamuk Anopheles yang tertangkap dan menjadi vektor malaria adalah An. Letifer, An. Vagus, An. Letifer, An. Subpictus, An. Teselatus, An. Barbirostris dan An. Ombrosus.

b. Surveilans Epidemiologi dalam rangka Pengendalian F. buski

Kajian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pelaksanaan survei ini menindak lanjuti kegiatan pada tahun 2012, dan 2014 yang bertujuan ingin mengetahui pola penyebaran Fasciolopsis buski dan kecacingan perut lainnya pada komunitas masyarakat dan mengetahui faktor risiko masyarakat yang berkaitan dengan kejadian kecacingan. Sedangkan tahap kegiatannya adalah tahap pertama melakukan kegiatan pengambilan biota air berupa jenis-jenis keong dan tanaman air di sekitar wilayah pemukiman masyarakat dan tahap selanjutnya berupa pengumpulan tinja (feces) komunitas masyarakat.

Dalam survei ini populasinya adalah komunitas masyarakat yang tinggal di wilayah endemis. Sedangkan sampel yang diambil adalah anak sekolah dasar atau sederajat dari kelas 1 - 6. Adapun jumlah sampel, diambil secara proporsional. Sedangkan hasil kegiatannya dapat digambarkan sebagai berikut : kajian faktor risiko Fasciolopsis buski dilaksanakan di Desa Parupukan dan Desa Sungai Papuyu Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Adapun hasil yang diperoleh dari pemeriksaan spesimen tinja dengan Metode PCR adalah sebagai berikut : prevalensi kejadian kecacingan Fasciolopsis buski pada anak Sekolah Dasar di Desa Parupukan dan Desa Sungai Papuyu Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2015 sebesar 0 %. Distribusi proporsi berdasarkan karakteristik kelompok umur ≥ 12 tahun 51,2% Desa Parupukan, kelompok umur 6-8 tahun 38,2% Desa Sungai Papuyu,

(42)

32

laki-laki 51,2% Desa Parupukan, Perempuan 52,3% Desa Sungai Papuyu dan makan obat cacing 6 bulan terakhir sebesar 29,3% Desa Parupukan, 38,6% Desa Sungai Papuyu dan Distribusi proporsi berdasarkan lingkungan, tidak memiliki jamban 78,0%, Desa Parupukan, 75,0% Desa Sungai Papuyu, tempat biasa membuang tinja di jamban sendiri 73,2% Desa Parupukan, 59,1 Desa Sungai Papuyu dan personal higiene kategori baik 87,8% Desa Parupukan, 70,5% Desa Sungai Papuyu. Sedangkan hasil pemeriksaan untuk hospes perantara adalah tidak ditemukannya cercaria pada hospes perantara pertama sampel keong air yang diperiksa. Dan tidak ditemukannya Metacercaria pada hospes perantara kedua sampel kangkung, batang tanding, supan-supan dan air rawa serta sumber air minum dari sumur bor yang diperiksa.

c. Jejaring Kerja Survei Cakupan POPM Filariasis

Kegiatan ini dilakukan di 4 Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Tapin. Pada kegiatan ini jenis kajian yang dipakai adalah deskriftif dengan desain cross sectional. Tujuan survei cakupan adalah untuk mengevaluasi validitas angka laporan cakupan kegiatan POMP Filariasis yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota setempat.

Populasi pada kegiatan ini adalah semua masyarakat yang berdomisili dilokasi kegiatan dengan besar sampel adalah 30 klaster / desa, dimana setiap klaster dipilih 10 rumah, jadi ada 300 rumah yang disurvei dengan asumsi responden berkisar 1500 bila terdapat 5 orang dalam satu kepala keluarga.

Tata Cara Survei

Metode survei yang diterapkan adalah survei klaster berbasis populasi (population-based cluster survey) menggunakan formulir wawancara yang dibakukan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

(43)

33 1. Pemilihan desa klaster

Tiga puluh desa survei akan dipilih dengan cara sampling acak secara proporsional. Metode yang digunakan untuk menetapkan desa-desa klaster dengan menggunakan sampling populasi proporsional.

Cara berikut ini digunakan untuk memilih desa klaster :

1) Hitung jumlah desa di satu kabupaten/kota sebagai unit implementasi dan buatkan daftar nama seluruh desa yang ada. (kolom 1)

2) Dengan menggunakan data jumlah penduduk berdasarkan sensus nasional, isikanlah jumlah penduduk dari tiap desa. (kolom 2)

3) Buat daftar jumlah kumulatif penduduk dalam kolom 3.

4) Tentukan interval sampling dengan cara membagi total jumlah penduduk di kabupaten/kota tersebut dengan 30. Contoh : jumlah kumulatif penduduk adalah 27,648, maka interval samplingnya adalah 27,648/30 = 912.6.

5) Pilih nomor pertama sebagai “titik awal”, dengan cara memilih satu nomor di antara angka 1 sampai dengan angka interval sampling secara acak, dari tabel nomor acak. Pada kolom jumlah penduduk kumulatif (kolom 3), nomor yang terpilih sebagai “titik permulaan” mengacu pada desa klaster pertama yang akan disurvei. Contoh : diantara nomor 1 dan 921,6, misalkan angka 520,4 terpilih secara acak menjadi titik-1. Pada daftar jumlah penduduk kumulatif (kolom 3), nomor 520,4 ini berada pada posisi desa ke-2. Maka berarti desa nomor urutan ke-2 ini terpilih menjadi desa klaster (kolom 4).

6) Selanjutnya, desa-desa lain yang akan terletak pada titik-titik selanjutnya. Titik ke-2 ditentukan dengan menambahkan angka interval sampling kepada angka “titik awal”. Contoh : titik ke-2 adalah adalah 921.6+520.4=1442. Titik ke-2 ini mengacu pada desa ke-3.

(44)

34

7) Desa selanjutnya (titik ke-3) ditentukan dengan cara menambahkan “titik awal” dengan 2 x interval sampling. Demikian seterusnya sampai terpilih 30 desa klaster.

8) Seandainya terdapat 2 titik atau lebih dalam satu desa, berarti desa tersebut terpilih 2 kali sebagai desa klaster. Jika hal ini terjadi, maka jumlah rumah yang harus disurvei harus 2 x 10 rumah, yaitu 20 rumah.

2. Pemilihan rumah yang akan disurvei

Pilih 10 rumah akan dijadikan sasaran wawancara di setiap desa klaster. Jika tersedia daftar atau peta rumah-rumah dalam desa klaster yang akan disurvei, baik dari kepala desa maupun BPS Kabupaten/Kota, maka 10 rumah dapat dipilih secara acak berdasarkan daftar tersebut.

Tetapi jika daftar/peta rumah tidak tersedia, maka cara pemilihan 10 rumah dilakukan sebagai berikut :

a. Tentukan titik pusat, misalnya sebuah masjid atau sebuah kantor di pusat desa klaster.

b. Lakukan proses pengacakan untuk menentukan arah yang harus diikuti oleh tim survei dimulai dari lokasi titik pusat. Cara penentuan arah dapat dengan memutar sebuah botol/bolpen/pensil, dan setelah botol/bolpen/pensil berhenti berputar ikuti arah yang ditunjuk oleh mulut botol/bolpen/pensil dan mulai menghitung rumah, dimulai dari rumah yang terletak dengan titik pusat.

c. Jika pada kenyataannya tidak ada jalan pada arah yang ditunjuk oleh botol/bolpen/pensil, putarlah botol/bolpen/pensil sekali lagi searah jarum jam, sampai botol tersebut menunjuk ke arah dimana terdapat jalan untuk dilalui. Ikutilah jalan tersebut.

d. Beri nomor sesuai urutan rumah-rumah yang berada di kedua sisi jalan, mulai dari rumah yang pertama dan seterusnya ke arah yang sama, sampai tim survei mencapai batas desa.

(45)

35

e. Pilihlah secara acak sebuah nomor rumah di antara nomor 1 dan nomor rumah terakhir yang tercatat. Rumah tersebut akan menjadi rumah nomor satu yang terpilih untuk disurvei. (Pengacakan untuk memilih rumah pertama yang disurvei dapat juga dilakukan dengan menggunakan nomor seri mata uang kertas).

f. Untuk memilih rumah kedua yang disurvei, pilihkan rumah yang pintu depannya berhadapan dengan rumah pertama/terdekat dengan rumah pertama. Hal ini dapat berarti tim survei harus berbelok ke arah jalan yang berbeda. Lanjutkan cara seleksi rumah yang demikian sampai tercapai 10 rumah yang disurvei.

Gambar 4.1

Cara Memilih Sampel Rumah ke Dua

g. Jika ternyata jumlah rumah yang akan disurvei tidak cukup di satu arah saja, maka tim survei harus kembali ke titik awal untuk melakukan pengacakan arah kembali, dengan memutar botol lagi untuk menentukan arah yang baru. Ikuti arah yang ditunjuk oleh botol dan lanjutkan proses wawancara sampai tercapai 10 rumah dalam 1 desa klaster.

Gambar 4.2

Gambar

Gambar 4.3  Alat Pengolah Sampah

Referensi

Dokumen terkait

Strategi bertanya adalah salah satu keterampilan dasar mengajar yang penting sebab keterampilan ini digunakan oleh yang bersangkutan dalam keseluruhan interaksi belajar- mengajar

Patroli pengawasan sangat dibutuhkan pada masa-masa larangan penangkapan ikan terubuk untuk memberikan efek jera terhadap nelayan yang masih melakukan kegiatan

bahwa berdasarkan Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 21 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

Apakah perangkat hukum dan peraturan perundangan yang ada tidak cukup untuk membawa persoalan malpraktik medik ke ranah hukum terutama hukum pidana, untuk itu

Hasil pengukuran validitas pada variabel green consumer behavior terhadap sub variabel visiting a green hotel menunjukkan nilai validitas tertinggi sebesar

Suhu udara kelas 4A dalam tiga Eksperimen yang berbeda dapat diketahu bahwa suhu terendah ada pada Eksperimen 3 (ventilasi terbuka semua) yaitu 25 °C sedangkan

Tujuan penelitian ini mencakup dua hal, yaitu: (1) mendeskripsikan pemetaan konseptual ranah sumber terhadap ranah target ungkapan metaforis tentang cinta yang

Data primer yang diperoleh peneliti, digunakan oleh peneliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel independen (pijatan bayi dan teknik menyusui yang