• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Dalam dokumen 2015 LAPORAN TAHUNAN (Halaman 66-83)

BAB IV HASIL KERJA

A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

2. Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Berdasarkan hasil pemeriksaan feces anak sekolah dasar di 5 sekolah dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan jumlah sampel sebesar 195 orang secara mikroskospis didapat hasil sebagai berikut :

1. Prevalensi Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar

Diketahui bahwa hasil pemeriksaan feses anak Sekolah Dasar di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan menunjukkan tidak ada yang positip infeksi kecacingan .

2. Prevalensi Kejadian Kecacingan berdasarakan Jenis Cacing pada Anak Sekolah Dasar.

Diketahui bahwa kejadian kecacingan berdasarkan jenis cacing pada anak Sekolah Dasar di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tidak ada yang positif baik

Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm dan

campuran dari 195 feces yang diperiksa.

3. Proporsi Kejadian Kecacingan berdasarkan Jenis Infeksi Cacing pada Anak Sekolah Dasar.

Diketahui bahwa kejadian kecacingan berdasarkan jenis infeksi cacing di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tidak ada yang positif baik Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm dan campuran dari 195 feces yang diperiksa. 4. Proporsi Kejadian Kecacingan berdasarkan Jenis Cacing

Campuran Pada Anak Sekolah Dasar.

Diketahui bahwa kejadian kecacingan berdasarkan jenis infeksi cacing campuran di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tidak ada yang positif baik Ascaris + Trichuris, Ascaris + Hookworm, Ascaris + Trichuris + Hookworm dan Trichuris + Hookworm dari 195 feces yang diperiksa.

57

5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Tabel 4.26

Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar berdasarkan Karakteristik di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

No Karakteristik Feces % 1 Umur (Tahun) 6 – 8 9 – 11 ≥ 12 0 189 6 0 96,9 3,1 Total 195 100 2 Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan 103 92 52,8 47,2 Total 195 100

3 Minum Obat Cacing

ya tidak 34 161 17,4 82,6 Total 195 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil wawancara dengan 195 responden didapatkan bahwa kelompok umur 6-8 tahun sebanyak 0 orang (0%), kelompok umur 9-11 tahun sebanyak 189 orang (96,9%) dan kelompok umur ≥ 12 tahun sebanyak 6 orang (3,1%). Jenis kelamin responden terbanyak perempuan sebanyak 92 (47,2%), laki-laki sebanyak 103 orang (52,8%). Responden yang minum obat cacing 6 bulan terakhir sebanyak 34 orang (17,4%) sedangkan yang tidak minum obat cacing 6 bulan terakhir ini sebanyak 161 orang (82,6%) pada anak Sekolah Dasar di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

6. Lingkungan dan Personal Hygiene Anak Sekolah Dasar Tabel 4.27

Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Lingkungan dan Personal Hygiene di 5 Sekolah Dasar

di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

No Lingkungan dan Personal Hygiene Feces %

1 Kepemilikan Jamban Tidak Ada Ada 0 195 0 100 Total 195 100

2 Tempat Biasa Pembuangan Tinja

Kebun Sembarangan Jamban Sendiri 0 0 195 0 0 100 Total 100 100

58 3 Personal Hygiene Baik Sedang Buruk 175 20 0 89.7 10.3 0 Total 195 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil wawancara dari 195 responden yang tidak memiliki jamban didapatkan sebanyak 0 orang (0%) sedangkan responden yang memiliki jamban sebanyak 195 orang (100%). Tempat responden biasa membuang tinja semuanya membuang tinja di jamban sendiri sebanyak 195 orang (100%) dan Kebersihan responden sebagian besar berada pada personal hygiene kategori baik yaitu sebanyak 175 orang (89,7%) sedangkan paling sedikit ditemukan dengan personal hygiene kategori sedang yaitu sebanyak 20 orang (10,3%).

7. Kejadian Kecacingan berdasarkan Berat Ringannya Infeksi Kecacingan Anak Sekolah Dasar

Diketahui bahwa kejadian kecacingan berdasarkan berat ringannya infeksi cacing di 5 Sekolah Dasar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tidak ditemukan cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm karena dari 195 feces yang diperiksa tidak ada yang positif.

g. Kajian Faktor Risiko Kejadian Leptospirosis

Kajian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Kotabaru. Pelaksanaan survei ini menindak lanjuti kegiatan pada tahun 2014 yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadi penyakit leptospirosis di Pulau Kerasian Kecamatan Tanjung Lalak Kabupaten Kotabaru.

Adapun tahap kegiatannya adalah tahap pertama melakukan kegiatan penangkapan tikus di sekitar wilayah pemukiman masyarakat dan tahap selanjutnya berupa pembedahan tikus untuk mengetahui kondisi fisiknya apakah terinfeksi kuman Leptospira dilihat dari ginjalnya. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan pengambilan spesimen darah dengan RDT terhadap masyarakat Pulau Kerasian Kecamatan Tanjung Lalak Kabupaten

59

Kotabaru. Adapun hasil yang diperoleh dari pemeriksaan spesimen darah dengan RDT dengan jumlah responden sebanyak 255 orang. hasil pemeriksaan spesimen tersebut adalah, sebanyak 222 orang (87,1%) dinyatakan negatif, dan sebanyak 33 orang (12,9%) dinyatakan positif leptospirosis.

Uraian kegiatannya sebagai berikut : survei ini merupakan jenis survei observasional deskritif, berlokasi di Pulau Kerasian Kecamatan Tanjung Lalak Kabupaten Kotabaru, sedangkan pelaksanaannya dilakukan dua tahap, yaitu : Tahap I : 15 – 18 Sep 2015, Tahap II : 17 – 20 Nop 2015. Populasi dalam survei ini adalah masyarakat yang tinggal di Pulau Kerasian. Sampel adalah darah jari, tikus serta air bersih di sumur gali yang digunakan masyarakat di Pulau Kerasian Kecamatan Tanjung Lalak Kabupaten Kotabaru.

Berdasarkan hasil pemeriksaan darah jari pada masyarakat Pulau Kerasian dengan menggunakan RDT leptospirosis sebanyak 255 orang didapat hasil sebagai berikut :

1. Prevalensi Leptospsirosis pada Masyarakat Pulau Kerasian Tabel 4.28

Prevalensi Kasus Leptospirosis pada Masyarakat Pulau Kerasian di Kabupaten Kotabaru Tahun 2015

No Kasus Leptospirosis Feces %

1 Negatif 222 87,1

2 Positif 33 12,9

Total 255 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan RDT leptospirosis pada masyarakat pulau Kerasian di Kabupaten Kotabaru ditemukan positif leptospirosis berdasarkan RDT leptospirosis sebanyak 33 orang atau 12,9%.

2. Distribusi Sebaran Leptospsirosis pada Masyarakat Pulau Kerasian

Tabel berikut menggambarkan distribusi sebaran leptospirosis yang berdasarkan RT (Rukun Tetangga) yang terjadi di Pulau Kerasian Kecamatan Tanjung Lalak Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

60

Tabel 4.29

Sebaran Kasus Leptospirosis Berdasarkan Asal RT Tahun 2015

RT Jumlah Kasus Leptospirosis %

01 11 33,3 % 02 1 3,0 % 03 3 9,2 % 04 4 12,1 % 05 10 30,3 % 06 4 12,1 % Total 33 100 %

Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas kasus tertinggi ditemukan di wilayah RT 01 yaitu sebanyak 11 kasus (33,3%) sedangkan yang terendah di RT 02 sebanyak 1 kasus (3,0%).

Grafik.4.11

Distribusi Kasus Leptospirosis Menurut RT di Desa Pulau Kerasian Tahun 2015

3. Distribusi Sebaran Leptospsirosis pada Masyarakat Pulau Kerasian berdasarkan Kelompok Umur

Grafik.4.12

Distribusi Kasus Leptospirosis berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pulau Kerasian Tahun 2015

. 33,3 3 9,2 12,1 30,3 12,1 RT 01 RT 02 RT 03 RT 04 RT 05 RT 06 36,3% 27,2% 9,1% 6,1% 15,1% ≤ 10 thn 11-20 thn 21-30 thn 31-40 thn ≥ 40 thn

61

Tabel 4.30

Sebaran Kasus Leptospirosis Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2011

Umur ∑ Penduduk Jumlah Kasus % Jumlah

Kasus AR  10 thn 624 12 36,3 % 0,019 10-19 thn 400 9 27,2 % 0,022 20-29 thn 296 3 9,1 % 0,010 30-39 thn 288 2 6,1 % 0,006 40-49 thn 269 2 6,1 % 0,007 ≥ 50 thn 339 5 15,2 % 0,014 Total 2.216 33 100 0,015

Sumber: Data Primer dan Pulau Laut Kepulauan dalam Angka 2011

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa AR (Attack Rate) tertinggi pada sebaran kasus leptospirosis berdasarkan kelompok umur 10-19 tahun yaitu sebesar 0,022. Sedangkan AR terendah pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebesar 0,006.

4. Distribusi Sebaran Leptospsirosis pada Masyarakat Pulau Kerasian berdasarkan Jenis Kelamin

Grafik.4.13

Distribusi Kasus Leptospirosis berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pulau Kerasian Tahun 2015

Tabel 4.31

Sebaran Kasus Leptospirosis berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pulau Kerasian Tahun 2011

Jenis Kelamin ∑ Penduduk Jumlah Kasus % AR

Laki-laki 1.076 14 42,4 0,013

Perempuan 1.140 19 57,6 0,016

Total 2.216 33 100 0,015

Sumber: Data Primer dan Pulau Laut Kepulauan dalam Angka 2011 42,4%

57,6%

62

Berdasarkan jumlah penduduk di Desa Pulau Kerasian, maka dapat dihitung angka Attack Rate; kasus leptospirosis pada laki-laki sebanyak 14 orang adalah 0,013 dan AR kasus leptospirosis pada wanita sebanyak 19 orang sebesar 0,016.

5. Hasil Penangkapan Tikus

Berdasarkan hasil pembedahan tikus sebanyak 15 ekor tikus di 50 rumah penduduk dengan menggunakan perangkap kemudian dilakukan identifikasi jenis dan diperiksa ginjal didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.32

Sebaran Tikus Berdasarkan Asal RT di Desa Pulau Kerasian Tahun 2015

RT Jumlah Tikus Jenis Tikus Ginjalnya Keadaan

Ratus ratus Ratus novedicus

01 5 3 2 3 Terinfeksi 02 1 0 1 Baik 03 2 1 1 1 Terinfeksi 04 2 0 2 Baik 05 2 2 0 Baik 06 3 1 2 1 Terinfeksi Total 15 7 8 5 Terinfeksi

Dari tabel di atas tikus yang banyak ditemukan di wilayah RT 01 yaitu sebanyak 5 ekor tikus yang diduga ginjalnya terinfeksi bakteri leptospirosis sebanyak 3 tikus sedangkan yang terendah di RT 02 sebanyak 1 ekor tikus dan ginjalnya dalam keadaan baik.

6. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Gali

Sampel air diambil dari sumur gali yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk keperluan minum dan memasak sehari-hari. Masing-masing wilayah RT diwakili satu sampel, kecuali RT 01 yang wilayahnya berdekatan dengan garis pantai sehingga tidak ditemukan sumur. Untuk keperluan sehari-hari, warga RT 01 mengambil air di sumur warga yang berada di RT 02, sumur gali tersebut sudah dipasang clorin diffuser. Tabel berikut menunjukkan hasil pemeriksaan Clorin sampel air bersih yang diambil.

63

Tabel 4.33

Hasil Pemeriksaan Sampel Kualitas Air Sumur Gali di Desa Pulau Kerasian Tahun 2015

No Tempat Hasil Uji Clorin Lapangan

1. Rumah Bapak Supiani ( Asrul Sani ) RT.6 0,01mg/l

2. Rumah Fitriani RT.05 0.01mg/l

3. Rumah Tiara RT.04 0

4. Sumur RT.03 0,01mg/l

5. Sumur RT.02 0

Dari tabel diatas hasil pemeriksaan clorin dilapangan menunjukan hanya tiga sumur yang masih ada clorinnya dengan konsntrasi 0,01mg/l.

h. Kajian Hubungan Kualitas Air terhadap Kejadian Penyakit Demam Typhoid

Kajian ini dilaksanakan di Desa Pengaron, Benteng dan Mengkauk wilayah kerja Puskesmas Pengaron Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, Desa Danau Ganting wilayah kerja Puskesmas Buntok Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah dan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Redep Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Pelaksanaan survei ini bertujuan mengetahui adanya hubungan kualitas air bersih dengan angka kejadian penyakit demam Typhoid.

Tahapan kegiatan ini adalah dengan cara pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur terhadap masyarakat untuk mendukung data yang diperoleh dilakukan observasi langsung terhadap sumber air minum, tempat pembuangan tinja, kondisi jamban, tempat cuci tangan serta tempat penyimpanan air matang. Populasi dan sampel untuk kajian ini adalah seluruh penduduk yang menggunakan air bersih untuk air minum, dengan hanya bersedia dijadikan responden/diwawancarai. Penduduk yang menggunakan air bersih (PDAM, sungai, sumur gali dan depot air minum). Daerah kajian adalah daerah yang pernah atau sedang terjadi kasus demam Typhoid di suatu wilayah puskesmas atau kabupaten (dalam kurun waktu satu tahun terakhir).

64

Berdasarkan hasil wawancara dan pemeriksaan diketahui : 1) Kabupaten Berau.

 Didapatkan data bahwa responden yang pernah menderita penyakit Typhoid sebanyak 22 orang (44%) kemudian yang tidak pernah menderita penyakit Typhoid sebanyak 28 orang (56%),

 Distribusi responden menurut jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 27 orang (54%) dibandingkan responden laki-laki yaitu sebesar 23 orang (46%).

 Tingkat pendidikan responden yang paling tinggi adalah SLTA/sederajat sebanyak 21 orang (452%), kemudian SD/sederajat sebanyak 11 orang (22%), kemudian Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 10 orang (20%), kemudian SLTP/sederajat sebanyak 7 orang (14%) dan yang Tidak sekolah sebanyak 1 orang (2%).

 Penggunaan air bersih yang paling tinggi oleh masyarakat di wilayah puskesmas Pengaron Kabupaten Banjar adalah air dari PDAM/ledeng sebesar 48 orang (96%), sedangkan penggunaan paling rendah adalah sumur gali yaitu 2 orang (4%), sebanyak 29 responden (58%) mempunyai kualitas air yang jernih dan tidak berbau, 13 responden (26%) mempunyai air yang keruh dan berwarna, 1 responden (2%) mempunyai kualitas air yang keruh, berwarna dan berbau dan 7 responden yang mempunyai air bersih yang berbau kaporit.

 Jenis jamban yang paling banyak digunakan adalah jamban jongkok leher angsa sebanyak 43 orang (86%), dan jamban duduk leher angsa sebanyak 7 orang (14%). jarak septik tank lebih dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak 1 orang (2%), yang kurang dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak 18 orang (36%) dan yang tidak tahu sebanyak 31 orang (62%), hal ini dikarenakan mereka paling banyak menggunakan PDAM/ledeng jadi tidak mempunyai sumber air bersih sendiri di rumah tangganya.

 Melakukan cuci tangan sebelum makan dengan angka sebesar 47 orang (94%) dan yang kadang-kadang 3 orang (6%). Kemudian cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar yaitu 45 orang (90%), yang tidak melakukan 4 orang (8%), dan kadang-kadang melakukan 1

65

orang (2%). Kebiasaan buang air besar di jamban adalah 47 orang (94%), yang tidak melakukan 2 orang (4%) dan yang kadang-kadang 1 orang (2%).

 Merebus air dengan benar sebelum diminum sebanyak 43 orang (86%), yang tidak direbus 3 orang (6%) dan yang kadang-kadang direbus sebanyak 4 orang (8%).

 Anggota keluarga yang buang air besar sembarangan sebanyak 5 orang (10%), kemudian yang tidak melakukan 44 orang (88%) dan yang kadang-kadang diluar 2 orang (4%).

 Kebiasaan menyimpan air matang di tempat yang tertutup dan aman dilakukan oleh 47 orang (94%), kemudian 2 orang (4%) yang tidak melakukannya dan yang kadang-kadang menyimpannya 1 orang (2%).  Ketersediaan air untuk cuci tangan di dapur oleh

masyarakat/responden ada 49 orang (98%) tersedia air sedangkan yang tidak tersedia air untuk cuci tangan 1 orang (2%). Kemudian untuk ketersediaan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan rumah tangga ada 49 orang (98%) sedangkan yang tidak tersedia sabun ada 1 orang (2%).

 Tidak satupun sampel yang diambil mengandung kuman Salmonella, hanya ada beberapa yang positif dengan menggunakan metode H2S ini memberikan informasi bahwa ada beberapa kuman/bakteri golongan enterobacteria yang terkandung dalam sampel tersebut tetapi bukan kuman Salmonella.

2) Kabupaten Barito Selatan

 Didapatkan data bahwa responden yang pernah menderita penyakit Typhoid sebanyak 23 orang (46%) kemudian yang tidak pernah menderita penyakit Typhoid sebanyak 27 orang (54%).

 Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 29 orang (58%) dibandingkan responden laki-laki yaitu sebesar 42 orang (42%).

 Tingkat pendidikan responden yang paling tinggi adalah SLTA/sederajat sebanyak 16 orang (32%), kemudian SLTP/sederajat sebanyak 28 orang (28%), kemudian SD/sederajat sebanyak 12 orang

66

(24%), kemudian Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 6 orang (12%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (4%).

 Pekerjaan yang paling banyak sebagai responden survei ini adalah tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 19 orang (38%) dan pekerjaan responden yang paling sedikit adalah pekerja hutan yaitu sebanyak 1 orang (2%).

 Penggunaan air bersih yang paling tinggi oleh masyarakat di Desa Danau Ganting Puskesmas Buntok Kabupaten Barito Selatan adalah sumur gali sebesar 35 orang (38%). Sedangkan penggunaan paling rendah adalah sumur gali yaitu 0 orang (0%). sebanyak 36 responden (72%) mempunyai kualitas air yang jernih dan tidak berbau, 12 responden (24%) mempunyai air yang keruh dan berwarna dan sisanya 2 responden (4 %) mempunyai kualitas air yang keruh, berwarna dan berbau.

 Jenis jamban yang paling banyak digunakan adalah jamban jongkok leher angsa sebanyak 31 orang (62%), tidak punya kloset 12 orang (24%), plengsengan 7 orang (14%) dan yang menggunakan jamban cemplung 1 orang (2 %).

 Penyimpanan air mentah yang menggunakan wadah tertutup 42 orang (84%), yang menggunakan wadah terbuka 3 orang (6%) dan yang tidak mempunyai wadah penyimpanan sebanyak 5 orang (1%).

 Jarak septik tank lebih dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak 40 orang (80%), kurang dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak 7 orang (14%) dan yang tidak tahu sebanyak 3 orang (6%); yang memiliki bayi/balita ada 20 orang (62,5%), membuang tinja di septik tank 7 orang (21,8%) masih membuang di tempat terbuka atau semak-semak 3 orang (9,4%) membuang di sungai dan 2 orang (6,3%) yang masih membuang di WC cubluk.

 Responden melakukan cuci tangan sebelum makan dengan angka sebesar 50 orang (100%). Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar yaitu 45 orang (90%), tidak melakukan 4 orang (8%), dan kadang-kadang melakukan 1 orang (2%).

67

 Kebiasaan buang air besar di jamban adalah 42 orang (84%), yang tidak melakukan 7 orang (14%) dan yang kadang-kadang 1 orang (2%).

 Merebus air dengan benar sebelum diminum sebanyak 33 orang (66%), yang tidak direbus 11 orang (22%) dan yang kadang-kadang direbus sebanyak 2 orang (4%).

 Anggota keluarga yang buang air besar sembarangan sebanyak 14 orang (28%), kemudian yang tidak melakukan 35 orang (70%) dan yang kadang-kadang diluar 1 orang (2%).

 Menyimpan air matang di tempat yang tertutup dan aman dilakukan oleh 49 orang (98%) dan yang kadang-kadang menyimpannya 1 orang (2%).

 Ketersediaan air untuk cuci tangan di dapur oleh masyarakat/responden ada 46 orang (92%) tersedia air sedangkan yang tidak tersedia air untuk cuci tangan 4 orang (8%). Kemudian untuk ketersediaan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan rumah tangga ada 47 orang (94%) sedangkan yang tidak tersedia sabun ada 1 orang (2%), kadang-kadang tersedia ada 2 orang (4%).

 Tidak ada satupun sampel yang diambil mengandung kuman Salmonella, hanya ada beberapa yang positif dengan menggunakan metode H2S ini memberikan informasi bahwa ada beberapa kuman/bakteri golongan enterobacteria yang terkandung dalam sampel tersebut tetapi bukan kuman Salmonella.

3) Kabupaten Banjar

 Didapatkan data bahwa responden yang pernah menderita penyakit Typhoid sebanyak 34 orang (64%) kemudian yang tidak pernah menderita penyakit Typhoid sebanyak 17 orang (32%), yang tidak tahu sebanyak 2 orang (4%).

 Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 43 orang (81,2%) dibandingkan responden laki-laki yaitu sebesar 10 orang (18,2%).

 Tingkat pendidikan responden yang paling besar adalah SD/sederajat sebanyak 24 orang (45,3%), kemudian SLTA/sederajat sebanyak 13

68

orang (24,5%), kemudian SLTP/sederajat sebanyak 10 orang (18,9%), tidak sekolah sebanyak 5 orang (9,4%) dan yang Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang (1,9%).

 Jenis pekerjaan responden sebagai petani yaitu sebesar 26 orang (49,1%) dan pekerjaan responden yang paling sedikit adalah pekerja hutan yaitu sebanyak 2 orang (3,8%).

 Penggunaan air bersih yang paling tinggi oleh masyarakat di wilayah puskesmas Pengaron Kabupaten Banjar adalah sumur gali sebesar 39 orang (73,6%). Sedangkan penggunaan paling rendah adalah depot air ulang yaitu 1 orang (1,9%). 39 responden (73,6%) mempunyai kualitas air yang jernih dan tidak berbau, 10 responden (18,9%) mempunyai air yang keruh dan berwarna, 3 responden (5,7%) mempunyai kualitas air yang keruh, berwarna dan berbau dan 1 responden yang mempunyai air bersih yang berbau kaporit.

 Jenis jamban yang paling banyak digunakan adalah jamban jongkok leher angsa sebanyak 23 orang (43,4%), cemplung sebanyak 12 orang (22,6%), tidak punya jamban 9 orang (16,9%), jamban duduk leher angsa sebanyak 8 orang (15,2%) dan yang menggunakan jamban plengsengan 1 orang (1,9%).

 Penyimpanan air mentah yang menggunakan wadah tertutup 49 orang (92,4%), yang menggunakan wadah terbuka 3 orang (5,7%) dan yang tidak mempunyai wadah penyimpanan sebanyak 1 orang (1,9%).  Jarak septik tank lebih dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak

36 orang (67,9%), yang kurang dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak 3 orang (5,7%) dan yang tidak tahu sebanyak 14 orang (26,4%). masyarakat yang memiliki bayi/balita ada 19 orang (50%) yang membuang tinja di septik tank, 4 orang (10,5%) masih membuang di tempat terbuka atau semak-semak, 7 orang (8,4%) membuang di sungai dan 8 orang (21,1%) yang masih membuang di WC cubluk.  Responden melakukan cuci tangan sebelum makan dengan angka

sebesar 50 orang (94,3%) yang tidak mencuci tangan sebanyak 1 orang (1,9%), dan yang kadang-kadang 2 orang (3,8%). Kemudian cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar yaitu 47 orang (88,7%),

69

yang tidak melakukan 5 orang (9,4%), dan kadang-kadang melakukan 1 orang (1,9%).

 Kebiasaan buang air besar di jamban adalah 44 orang (83%), yang tidak dijamban 7 orang (13,2%) dan kadang-kadang 2 orang (3,8%).  Merebus air dengan benar sebelum diminum sebanyak 49 orang

(92,4%), yang tidak direbus 2 orang (3,8%) dan yang kadang-kadang direbus sebanyak 2 orang (3,8%).

 Anggota keluarga yang buang air besar sembarangan sebanyak 26 orang (49,1%), kemudian yang tidak sembarang BAB 23 orang (43,4%) dan yang kadang-kadang diluar 3 orang (7,5%).

 Kebiasaaan menyimpan air matang di tempat yang tertutup dan aman dilakukan oleh 51 orang (96,2%), kemudian 1 orang (1,9%) yang tidak melakukannya dan yang kadang-kadang menyimpannya 1 orang (1,9%).

 Ketersediaan air untuk cuci tangan di dapur oleh masyarakat/responden ada 51 orang (96,2%) tersedia air sedangkan yang tidak tersedia air untuk cuci tangan 2 orang (3,8%). Ketersediaaan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan rumah tangga ada 52 orang (98,1%) sedangkan yang tidak tersedia sabun ada 1 orang (1,9%).

 Tidak ada satupun sampel yang diambil mengandung kuman Salmonella, hanya ada beberapa yang positif dengan menggunakan metode H2S ini memberikan informasi bahwa ada beberapa kuman/bakteri golongan enterobacteria yang terkandung dalam sampel tersebut tetapi bukan kuman Salmonella.

i. Deteksi Dini Kejadian Diabetes Melitus (DM)

Kajian ini bertujuan mendeteksi sedini mungkin kejadian diabetes melitus pada masyarakat serta untuk mengetahui faktor-faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus di lokasi kegiatan. Sasaran kegiatan ini meliputi penduduk risiko tinggi menderita diabetes melitus (usia 15 tahun keatas).

70

Survei faktor risiko kejadian diabetes melitus pada kelompok masyarakat risiko tinggi ini dilaksanakan di 4 provinsi di 6 kabupaten/kota. Pemeriksaan yang dilakukan pada survei ini meliputi pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, kadar asam urat dalam darah, kadar kolesterol dalam darah, pengukuran tekanan darah, serta pengukuran berat badan dengan menggunakan body fat analyzer. Masyarakat yang dijadikan responden dalam survei ini adalah kelompok risiko tinggi terkena diabetes melitus yaitu kelompok usia 15 tahun ke atas. Risiko ini berhubungan dengan pola makan dan aktivitas fisik pada kelompok masyarakat tersebut. Pemeriksaan kadar gula darah, asam urat dan kolesterol dalam darah menggunakan RDT (Rapid Diagnostic Test). Adapun hasil kegiatannya sebagai berikut :

Tabel 4.34

Distribusi Responden berdasarkan Variabel yang diukur pada Kegiatan Kajian Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus Tahun 2015

Variabel Lokasi (Kabupaten/Kota)

Bulungan Kotabaru Tanbu Balikpapan Palangkaraya Kotim

Diabetes Ya 2 (6,7%) 1 (3,3%) 3 (10%) 0 (0%) 3 (9,7%) 1 (3,2%) TGT 2 (6,7%) 1 (3,3%) 5 (16,7%) 3 (10%) 4 (12,9%) 1 (3,2%) Tidak 26 (86,6%) 28 (93,4%) 22 (73,3%) 27 (90% 24 (77,4%) 29 (93,6%) Obesitas Ya 2(6,7%) 4 (13,3%) 6 (20%) 6 (20%) 3 (9,7%) 9 (29%) Overweight 11 (36,7%) 14 (46,7%) 8 (26,7%) 13 (43,3) 10 (32,2%) 11 (35,5%) Tidak 17 (56,6%) 12 (40%) 16 (53,3%) 11 (36,7) 18 (58,1%) 11 (35,5%) Hipertensi Ya 9 (30%) 4 (13,3%) 8 (26,7%) 6 (20%) 19 (61,3%) 12 (38,7%) Tidak 21 (70%) 26 (86,7) 22 (73,3%) 24 (80%) 12 (38,7%) 19 (61,3%) Asam Urat Ya 3 (10%) 4 (13,3%) 6 (20%) 2 (6,7%) 13 (41,9%) 4 (12,9%) Tidak 27 (90%) 26 (86,7%) 24 (80%) 28 (93,3%) 18 (58,1%) 27 (87,1%) Kolesterol Ya - 13 (43,3%) 8 (26,7%) 6 (20%) 19 (61,3%) 17 (54,8%) Tidak - 17 (56,7%) 22 (73,3%) 24 (80%) 12 (38,7%) 14 (45,2%) Riwayat DM Keluarga Ya 3 (10%) 10 (33,3%) 2 (6,7%) 8 (26,7%) 4 (12,9%) 5 (16,1%) Tidak 27 (90%) 20 (66,7%) 28 (93,3%) 22 (73,3%) 27 (87,1%) 26 (83,9%)

71

Variabel Lokasi (Kabupaten/Kota)

Bulungan Kotabaru Tanbu Balikpapan Palangkaraya Kotim

Merokok Ya 2 (6,7%) 1 (3,3%) 8 (26,7%) 3 (10%) 0 (0%) 0 (0,%) Tidak 28 (93,3%) 29 (96,7%) 22 (73,3%) 27 (90%) 31 (100%) 31 (100%) Aktivitas Fisik Ya 23 (76,7%) 15 (50%) 26 (86,7%) 24 (80%) 26 (83,8%) 13 (41,9%) Tidak 7 (23,3%) 15 (50%) 4 ((13,3%) 6 (20%) 5 (16,2%) 17 (54,8%)

Berdasarkan hasil yang didapat dari kegiatan survei faktor risiko diabetes melitus yang dilaksanakan oleh BBTKLPP Banjarbaru bekerjasama dengan dinas kesehatan di 6 lokasi yang berbeda pada tahun 2015, direkomendasi sebagai berikut :

1. Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) tentang penyakit tidak menular khususnya diabetes melitus pada masyarakat setempat melalui pelayan kesehatan.

2. Deteksi dini penderita diabetes melitus, agar dapat diberikan penanganan lebih lanjut untuk menghindari komplikasi, kesakitan dan kematian.

3. Penanganan faktor risiko seperti obesitas, hipertensi, kolesterol, asam urat, merokok, dan kebiasaan olahraga dengan meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi yang akurat pada masyarkat. 4. Peningkatan akses pelayanan tatalaksana pada kasus diabetes melitus

untuk menghindari kecacatan dan kematian.

5. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular untuk mengetahui perkembangan penyakit tidak menular khususnya diabetes mellitus. 6. Perlunya upaya untuk meningkatkan kualitas hidup sehat sejak dini

untuk menghindari terjadinya berbagai penyakit yang diakibatkan karena gaya hidup yang tidak sehat dengan mengubah gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan yang seimbang, asupan gizi yang cukup serta melakukan olahraga secara teratur.

72

j. Pengumpulan, Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data Penyakit Tidak Menular

Kegiatan ini bertujuan untuk pengumpulan, pengolahan dan analisis data penyakit tidak menular di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru sebagai bahan perencanaan dan kebijakan dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular. disamping itu, kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan dinas kesehatan provinsi dan rumah sakit rujukan tingkat provinsi. Adapun hasil kegiatannya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kegiatan dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

2. Data penyakit tidak menular di Kalimantan Selatan diperoleh dari RSUD Ulin Banjarmasin. Berdasarkan laporan rekam medis RSUD Ulin

Dalam dokumen 2015 LAPORAN TAHUNAN (Halaman 66-83)

Dokumen terkait