• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan primer, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Jenis-jenis data sekunder yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi tentang:

 Luas areal dan perkembangan tanaman dan produktivitas kayu rakyat pada masing-masing lokasi studi kasus.

 Program-program pemerintah atau non pemerintah yang berkaitan dengan usaha pengembangan tanaman kayu rakyat.

 Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan usaha tanaman kayu rakyat, yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka dari internet, perpustakaan serta pengumpulan bahan-bahan laporan pada berbagai instansi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Lembaga-lembaga sebagai sumber data antara lain adalah:

 Kantor Kementerian Kehutanan di Jakarta,

 Unit-unit Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan di daerah,

 Dinas Kehutanan tingkat provinsi dan kabupaten,

 Kantor desa,

 Sekretariat organisasi-organisasi kemasyarakatan di tingkat desa dan atau kecamatan.

Jenis-jenis data primer yang dikumpulkan dari responden penelitian meliputi:

a. Data rumah tangga petani responden

Data petani responden yang dikumpulkan meliputi identitas keluarga petani, jumlah anggota keluarga, usia anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga, sumber pendapatan keluarga, kepemilikan dan alokasi penggunaan lahan, jenis usaha tani yang dilakukan, jenis tanaman kayu, alasan penanaman kayu dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tanaman kayu. Data ini dikumpulkan melalui pelaksanaan survey rumah tangga terhadap para petani responden yang dipilih secara khusus (purposive sampling).

Di Kabupaten Gunungkidul pemilihan responden dilakukan sedapat mungkin untuk mewakili kondisi masyarakat pada masing-masing desa terpilih. Karena hampir seluruh penduduk melakukan praktek penanaman kayu (kayu jati) di desa-desa tersebut, keterwakilan responden didekati dari luas kepemilikan lahan keluarga petani. Tabel 4 menyajikan komposisi jumlah responden pada masing-masing desa penelitian yang mewakili sekitar 2% dari jumlah populasi keluarga petani di desa-desa tersebut. Wawancara survey rumah tangga dilakukan penulis dan dibantu oleh para pencacah data (enumerator) dengan menggunakan panduan wawancara (terlampir dalam bentuk soft file). Pelatihan khusus dilakukan selama satu hari terhadap para pencacah data sebelum proses wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 2 sampai 3 jam per keluarga, bertempat di tempat kediaman petani responden atau di lahan saat mereka melakukan pekerjaan rutinnya.

Di Kabupaten Tanah Laut pemilihan responden petani dilakukan dengan teknik ranking kesejahteraan keluarga (wealth ranking). Di Desa Ranggang, teknik ini dilakukan dengan proses diskusi bersama beberapa tokoh masyarakat. Di dalam teknik ini seluruh KK pada kedua RT terpilih

(RT 6 dan 7) dikelompokkan ke dalam tiga kategori tingkat kesejahteraan menurut persepsi para tokoh masyarakat, yaitu kategori miskin, sedang dan kaya. Kriteria yang digunakan oleh para tokoh masyarakat di dalam pengelompokkan tersebut disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4 Komposisi jumlah petani responden pada survey rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

No. Nama desa Populasi keluarga petani

(KK) Jumlah responden (KK) 1 Katongan 1,160 29 2 Candirejo 1,913 36 3 Bejiharjo 3,986 80 4 Dadapayu 1,916 38 5 Karangduwet 1,566 5 6 Karangasem 26 7 Giripurwo 1,885 38 8 Giripanggung 1,152 23 Jumlah 13,578 275

Table 5 Kriteria yang digunakan dalam teknik ranking kesejahteraan keluarga di Desa Ranggang

No. Kriteria Miskin Sedang Kaya

1 Kondisi rumah Tidak atau semi permanen Semua KK yang tidak tergolong ke dalam kategori miskin atau kaya Permanen 2 Kepemilikan kendaraan bermotor Tidak memiliki Memiliki mobil atau motor 3 Kepemilikan perabotan mebel rumah tangga Tidak memiliki Memiliki 4 Kepemilikan hewan ternak Sedikit Banyak 5 Luas kepemilikan lahan Kurang dari 1 ha Lebh dari 2 ha 6 Jaminan sumber pendapatan Tidak memiliki jaminan yang pasti Stabil (memiliki sumber pendapatan yang bersifat rutin) 7 Tingkat pendidikan anak

SD atau SMP Sedikitnya SMU

Dari proses diskusi ranking kesejahteraan, diketahui bahwa jumlah petani yang aktif melakukan kegiatan penanam kayu di desa ini adalah sekitar 30 KK dengan komoditi kayu yang ditanam fokus kepada tanaman mahoni.

Seluruh petani penanam kayu tersebut dimasukkan sebagai responden petani. Jumlah responden keseluruhan di desa ini adalah 101 KK atau merepresentasikan sekitar 14% dari jumlah populasi KK di tingkat desa. Selain responden petani penanam kayu, sisa responden dipilih secara acak dan proporsional untuk mewakili seluruh populasi KK di desa.

Di Desa Asam Jaya, pemilihan responden petani dilakukan dengan teknik serupa seperti yang dilakukan di Desa Ranggang. Diskusi dalam rangka pemilihan responden diikuti oleh sekitar 30 orang perwakilan desa, yang terdiri dari tokoh masyarakat, kelompok wanita dan perwakilan petani. Dari proses diskusi tersebut diketahui bahwa jumlah petani penanam kayu adalah sekitar 34 KK, dengan jenis kayu yang ditanam adalah jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) dan akasia (Acacia mangium Willd.). Seluruh KK petani penanam kayu tersebut dimasukkan sebagai resonden survey rumah tangga. Dari proses diskusi diketahu juga bahwa jumlah KK di Desa Asam Jaya adalah 383 KK dengan komposisi 95 KK tergolong kategori miskin, 226 KK dalam kategori sedang dan 62 KK dalam kategori kaya. Jumlah total responden survey rumah tangga di desa ini adalah 52 KK. Responden petani yang tidak tergolong sebagai petani kayu dipilih secara acak dan proporsional untuk mewakili ketiga kategori kesejahteraan keluarga tersebut.

Sepertihalnya di Kabupaten Gunungkidul, wawancara dalam rangka survey rumah tangga dilakukan oleh penulis dengan dibantu oleh para pencacah data yang sebelumnya telah dilatih secara khusus. Wawancara dilakukan dengan alat bantu kuesioner (dilampirkan dalam bentuk soft file). b. Informasi umum tentang praktek pengusahaan tanaman kayu rakyat

Informasi umum tentang praktek pengusahaan tanaman kayu rakyat bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang komprehensif atas sejarah atau latar belakang kegiatan penanaman kayu oleh masyarakat, kebiasaan- kebiasaan para petani di dalam penyelenggaraan usaha tanaman kayu rakyat, prospek usaha (termasuk aspek-aspek yang berkaitan dengan pemasaran kayu), permasalahan-permasalahan yang dihadapi di dalam penyelenggaraan

usaha tanaman kayu dan peluang-peluang yang tersedia bagi upaya pengembangan usaha tanaman kayu tersebut.

Pengumpulan informasi-informasi tersebut dilakukan melalui wawancara dengan para tokoh masyarakat dan aparat pemerintahan di tingkat desa dan kabupaten serta melalui diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD). Wawancara dengan tokoh masyarakat dilakukan antara lain terhadap kepala desa dan perangkat desa, pedagang kayu dan ketua kelompok tani. Wawancara dengan nara sumber atau informan di tingkat kabupaten dilakukan terhadap pejabat atau staf pegawai pemerintahan (khususnya pada lingkup Dinas Kehutanan kabupaten dan Kantor Penyuluhan) dan perwakilan industri kayu.

Diskusi kelompok terfokus dilakukan sebagai pelengkap dari survey rumah tangga. Diskusi ini merupakan bagian dari metoda triangulasi untuk memverifikasi data dan informasi yang diperoleh melalui pelaksanaan survey rumah tangga. Diskusi kelompok terfokus terutama dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang praktek-praktek pengelolaan tanaman kayu rakyat. Diskusi dilakukan bersama perwakilan kelompok tani, tokoh-tokoh masyarakat di lokasi studi kasus dan perwakilan dari instansi lokal yang terkait dengan sektor kehutanan. Diskusi kelompok terfokus yang telah dilaksanakan meliputi:

 Diskusi kelompok terfokus tentang praktek pengelolaan hutan rakyat jati di Kabupaten Gunungkidul. Diskusi ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2007 di Wonosari, Gunungkidul dan dihadiri oleh sekitar 60 peserta dari berbagai perwakilan masyarakat dan instansi setempat.

 Diskusi kelompok terfokus tentang hutan tanaman rakyat di Kabupaten Tanah Laut. Diskusi ini telah dilaksanakan di kota Banjarbaru, Desa Asam Jaya dan Desa Ranggang masing-masing pada tanggal 17, 18 dan 19 Maret 2009. Diskusi dihadiri oleh masing-masing sekitar 30 peserta yang merupakan perwakilan dari masyarakat dan instansi setempat.

c. Data finansial usaha tani

Pengumpulan data finansial usaha tani bertujuan untuk mengetahui kinerja finansial dari usaha tanaman kayu serta usaha tani alternatif lainnya. Di Kabupaten Gunungkidul, data finansial tersebut dikumpulkan dari 31 petani responden yang merupakan sub set dari responden petani di dalam survey rumah tangga. Data yang dikumpulkan mencakup data biaya input produksi dan pendapatan yang diperoleh dari produksi usaha tani. Fokus pengumpulan data adalah pada jenis pengelolaan lahan dengan model kitren (fokus uaha pada tanaman jati rakyat) dan tegalan (fokus usaha pada produksi tanaman pangan).

Di Kabupaten Tanah Laut karena belum ada praktek pemanenan hasil tanaman kayu, maka pengumpulan data finansial dilakukan melalui wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat yang dianggap memahami aspek-aspek finansial tersebut. Pengumpulan data di kabupaten ini difokuskan pada kegiatan tanaman kayu (tanaman kayu mahoni di Desa Ranggang dan kayu jabon di Desa Asam Jaya) dan tanaman perkebunan karet serta kelapa sawit. Kedua jenis usaha tani terakhir dipilih karena relatif sudah dipraktekkan oleh sebagian besar masyarakat di wilayah ini.

d. Data inventarisasi tanaman kayu rakyat

Inventarisasi atas tanaman kayu rakyat dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik tanaman kayu yang diusahakan petani. Kegiatan ini tidak dilakukan secara langsung oleh penulis, namun dilakukan oleh team peneliti yang tergabung di dalam proyek penelitian seperti telah dijelaskan terdahulu (lihat sub bab 3.2).

Di Kabupaten Gunungkidul inventarisasi tanaman jati rakyat dilakukan atas 227 petak lahan yang mencakup model penggunaan lahan pekarangan, tegalan dan kitren. Metoda inventarisasi yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling dengan menggunakan petak ukur 20 X 20 m. Di Kabupaten Tanah Laut inventarisasi tanaman kayu rakyat dilakukan terhadap 77 petak tanaman mahoni di Desa Ranggang dan 92 petak tanaman jabon

serta 19 petak tanaman akasia di Desa Asam Jaya. Informasi rinci tentang pelaksanaan inventarisasi tersebut disajikan di dalam Lampiran 6.

Dokumen terkait