• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2. Kabupaten Tanah Laut

Informasi umum tentang Kabupaten Tanah Laut tersedia cukup lengkap pada jaringan internet pada alamat situs http://www.tanahlautkab.go.id/ (Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Laut 2012). Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tanah Laut terletak di bagian selatan provinsi tersebut pada posisi 114o30’ 22” - 115 o 10’ 30” bujur timur dan 3o30’ 33” - 4 o10’ 30” lintang selatan. Ibukota kabupaten terletak di Pelaihari, sekitar 65 km dari ibukota provinsi, Banjarmasin. Wilayah kabupaten dibatasi oleh Laut Jawa pada bagian barat dan selatan, Kabupaten Tanah Bumbu di bagian timur dan Kabupaten Banjar di bagian utara. Luas wilayah kabupaten adalah 3,631.35 km2 dan mencakup 9.71% dari wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tanah Laut memiliki 11 kecamatan dan 135 desa.

Wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh dataran rendah yang landai di bagian selatan, namun bergelombang dan bergunung-gunung di bagian utara. Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 10 m dan kemiringan 0 – 3% mendominasi wilayah kabupaten (67%) membentang dari bagian barat hingga timur, mulai dari wilayah selatan (pantai) ke utara (pedalaman). Wilayah ini memiliki potensi untuk usaha tanaman pangan lahan basah (padi sawah) dan perikanan tambak pada wilayah-wilayah sepanjang pantai. Wilayah perbukitan dengan ketinggian antara 10 hingga 250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kelerengan 3-25% terpusat di bagian tengah yang membentang dari bagian barat hingga timur dan mencakup

sekitar 26% dari luas total wilayah kabupaten. Wilayah pegunungan dengan lereng yang terjal terpusat di bagian utara dengan beberapa puncaknya seperti Gunung Kematian (951 m dpl), Gunung Batu Belerang (921 m dpl) dan Gunung Batu Karo (621 m dpl).

Kabupaten Tanah Laut termasuk daerah beriklim tropis basah dengan hujan turun merata sepanjang tahun dan curah hujan berkisar antara 2,000 sampai 3,000 mm per tahun. Jenis tanah di wilayah ini didominasi oleh podsolik, alluvial dan latosol. Jenis tanah podsolik yang relatif mudah terkena erosi dengan produktivitas tanah rendah sampai sedang menempati sekitar 33% dari luas total wilayah. Jenis tanah alluvial dan latosol dengan produktivitas sedang sampai tinggi masing-masing menempati sekitar 32% dan 29% dari luas total wilayah.

Jumlah penduduk di Kabupaten Tanah Laut berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah 296.282 orang dengan rasio laki-laki dan wanita yang seimbang (1.05). Jumlah penduduk di Kecamatan Takisung dan Jorong yang menjadi lokasi penelitian ini masing-masing adalah 27,923 dan 28,907 jiwa. Laju pertambahan penduduk rata-rata selama tahun 2000 – 2010 di wilayah kabupaten adalah 2.51% per tahun. Kecamatan Jorong termasuk wilayah yang memiliki laju pertambahan penduduk tinggi, yaitu 3.13% per tahun karena termasuk daerah pengembangan industri. Sementara di Kecamatan Takisung rata-rata pertumbuhan penduduknya hanya 1.26% per tahun selama periode tersebut di atas.

Kabupaten Tanah Laut memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang mencakup bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan dan kehutanan. Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu sentra produksi pangan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Produksi padi tahun 2010 mencapai lebih dari 140 ribu ton dan sebagian besar berupa surplus yang dapat dimanfaatkan oleh wilayah lainnya di luar kabupaten. Di Tanah Laut telah berdiri industri tepung tapioka (PT. Citra Borneo Sukses Agro) yang dapat menampung produksi ubi kayu di wilayah ini.

Dalam bidang perkebunan, komoditas kelapa sawit dan karet merupakan dua primadona perkebunan yang mengalami perkembangan cukup pesat. Pada tahun 2010 luas areal perkebunan kelapa sawit dan karet masing-masing mencapai sekitar 91 ribu ha dan 18 ribu ha dengan produksi masing-masing sekitar 45 ribu

ton dan 9.6 ribu ton. Dalam bidang pertambangan, batubara dan bijih besi merupakan komoditas unggulan dengan produksi rata-rata selama kurun waktu 2005-2009 masing-masing adalah sekitar 3.5 juta dan 303 ribu metrik ton. Kabupaten Tanah Laut memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 200 km yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai areal budidaya tambak, baik untuk komoditas ikan maupun udang. Produksi perikanan laut pada tahun 2010 mencapai hampir 20 ribu ton, sedangkan budidaya ikan mencapai hampir 800 ton.

Kawasan hutan di Kabupaten Tanah Laut sebagian besar tergolong kepada hutan produksi tetap (sekitar 66 ribu ha) dan hutan konversi (sekitar 30 ribu ha). Sisanya berupa hutan produksi terbatas, hutan lindung, taman wisata alam dan suaka margasatwa. Terdapat tiga perusahaan tanaman industri kayu yang beroperasi di Tanah Laut, yaitu PT. Inhutani III, PT. Hutan Rindang Banua (HRB) dan PT. Emida. PT, Inhutani III merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan usaha penanaman kayu dari jenis Acacia mangium. Luas areal kerja PT Inhutani III mencakup 57,500 ha yang tersebar di Kabupaten Tanah Laut dan Banjar (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2008). PT. Inhutani antara lain memasok salah satu industri kayu di Pelaihari (PT. Pradipta Ratanindo) sebanyak 20 ribu m3 kayu akasia per tahun (Bapak Tatang dan Mr. Gopar5 23 Mei 2008, komunikasi pribadi). PT. HRB adalah perusahaan dengan luas areal penanaman sebesar 269,000 ha di wilayah kabupaten ini. PT. HRB mengelola sekitar 30% areal tanamannya melalui skema penanaman kemitraan bersama masyarakat. PT. Emida adalah sebuah perusahaan tanaman kayu mahoni yang mengelola areal penanaman seluas 700 ha. Perusahaan ini memasok industri mebelnya yang berlokasi di Surabaya.

Pasokan kayu rakyat di wilayah kabupaten masih didominasi oleh kayu karet yang berasal dari program peremajaan tanaman karet. Inventarisasi hutan rakyat yang dilakukan oleh Team Universitas Lambung Mangkurat (Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Laut dan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat 2008) melaporkan bahwa luas total hutan rakyat di wilayah ini adalah sekitar 40 ribu ha, yang didominasi oleh hutan rakyat murni

5

Bapak Tatang dan Mr. Gopar adalah nara sumber dari PT. Pradipta Ratanindo Pelaihari. Wawancara dilakukan di lokasi pabrik di Desa Liang Anggang Kabupaten Banjar tanggal 23 Mei 2008.

(HRM) karet (77.5%) dan hutan rakyat campuran (22%). Jenis layu lainnya yang dijumpai dalam jumlah yang masih terbatas adalah HRM kayu kelapa, jati dan akasia. Selama pengamatan di lapangan dijumpai juga blok-blok tanaman jati dan sungkai (Peronema canescens) milik masyarakat.

Desa Ranggang

Desa Ranggang merupakan salah satu dari 12 desa/kelurahan di Kecamatan Takisung. Lokasi desa mudah diakses dari ibukota kabupaten dan memiliki infrastruktur jalan yang cukup baik. Jarak desa dari ibu kota kabupaten Pelaihari adalah sekitar 18 km dan dapat ditempuh selama kurang lebih 15-30 menit. Luas wilayah desa mencakup sekitar 11.5 km2 dengan wilayah pemukian yang kompak, terpusat di sekitar jalan utama desa. Relatif semua rumah penduduk mempunyai akses jalan yang mudah.

Berdasarkan catatan Profil Desa Ranggang Tahun 2007 (Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Takisung Desa Ranggang 2007), jumlah penduduk di desa ini adalah 2,629 jiwa, terdiri dari 1,318 jiwa laki-laki dan 1,311 jiwa perempuan di dalam 735 KK. Pada saat dilakukan penelitian, jumlah KK telah bertambah menjadi 975 yang tersebar di dalam 10 Rukun Tetangga (RT). Kelompok etnis yang menghuni Desa Ranggang sebagian besar berasal dari etnis Banjar (85%) dan sisanya berasal dari transmigran asal Jawa yang mulai menghuni desa sejak tahun 1970an (Bapak Fachruji6 16 Okt 2008, komunikasi pribadi).

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell, Arg) merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan oleh penduduk setempat di desa ini, sedangkan budidaya tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King.) mulai diperkenalkan oleh para pendatang dari etnis Jawa. Menurut penuturan beberapa tokoh masyarakat desa (Bapak Suripto7 dan Bapak Heri Supriyanto8 16 Okt 2008,

komunikasi pribadi), penanaman mahoni di Desa Ranggang telah dimulai sejak tahun 1970an secara sporadis oleh masyarakat, walaupun dalam jumlah yang relatif sedikit.

6

Bapak Fachruji adalah Kepala Desa Ranggang yang telah menjabat sejak bulan Desember tahun 2006.

7

Bapak Suripto adalah Ketua Kelompok Tani Sido Maju di RT 06 Desa Ranggang 8

Bapak Heri Supriyanto adalah Sekretaris Kelompok Tani Sido Maju di RT 06 Desa Ranggang, merangkap sebagai Penyuluh Kehutanan Swadaya

Penanaman mahoni secara intensif dimulai sekitar tahun 2003 yang dipicu oleh program rehabilitasi hutan dan penghijauan dari pemerintah (Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan Kabupaten dan Balai Pengelolaan DAS Kementerian Kehutanan). Potensi areal penanaman mahoni yang tersedia di desa ini adalah sekitar 400 ha, dan diperkirakan sebanyak 370 ha telah tertanami. Kegiatan budidaya tanaman mahoni secara aktif terutama dilakukan oleh dua dari delapan kelompok tani yang ada di desa, yaitu Kelompok Tani Sido Maju di RT 6 dan Sinar Karya di RT 7, dimana penduduk di kedua RT tersebut didominasi oleh etnis Jawa. Pada umumnya lahan yang digunakan untuk penanaman mahoni di Desa Ranggang adalah lahan produktif yang biasa digunakan untuk penanaman padi dan palawija.

Desa Asam Jaya

Desa Asam Jaya merupakan salah satu dari 10 desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Jorong. Lokasi desa terletak sekitar 13 km dari kota kecamatan Jorong dan sekitar 42 km dari ibu kota kabupaten Pelaihari. Desa ini dapat dicapai melalui jalan poros Pelaihari – Batulicin dengan infrastruktur jalan yang relatif baik dengan jarak tempuh sekitar 1 jam dari ibu kota kabupaten Pelaihari. Akses jalan di dalam desa cukup baik karena pada umumnya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat, walaupun sebagian besar jalan masih berupa jalan tanah yang telah diperkeras.

Desa Asam Jaya merupakan pengembangan dari desa transmigrasi dan sebelumnya disebut dengan Desa Trans 400. Angka 400 menunjukkan jumkah KK transmigran yang pada awalnya ditempatkan di wilayah ini sejak tahun 1991. Catatan profil desa tahun 2007 menunjukkan jumlah penduduk sebanyak 1,621 dengan rasio laki-laki dan wanita = 1.08 dan terdiri dari 410 KK. Penduduk didominasi oleh transmigran dari etnis Jawa (1484 orang) dan sebagian kecil dari etnis Banjar, Sunda, Bali, Madura dan Bugis. Berdasarkan ranking kesejahteraan yang dilakukan saat penelitian dilakukan, jumlah KK telah berkurang menjadi 383 KK, yang terdiri dari 95 KK pada kategori keluarga miskin, 226 KK pada kategori sedang dan sisanya 62 KK pada kategori kaya. Mata pencaharian penduduk terdiri dari petani (295 jiwa), karyawan swasta (264 jiwa), buruh tani (63 jiwa),

pedagang (59 jiwa), dan sisanya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), tukang (jasa) dan pengrajin.

Berdasarkan catatan profil desa tahun 2007 (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tanah Laut 2007), desa ini memiliki luas wilayah sekitar 1,300 ha dengan distribusi penggunaan lahan seperti terlihat pada Tabel 6. Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell, Arg,) merupakan jenis yang paling populer ditanam petani di Desa Asam Jaya walaupun umur tegakannya relatif masih muda. Luas total tanaman karet masyarakat berdasarkan profil desa tahun 2007 adalah 75 ha. Jenis komersial lainnya adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis) yang mulai menarik minat masyarakat. Luas total tanaman kelapa sawit yang dimiliki masyarakat di desa ini baru mencapai 25 ha.

Jenis tanaman kayu rakyat yang dibudidayakan di desa ini adalah tanaman jabon (Anthocephalus cadamba Miq,). Penanaman jabon dimulai sekitar tahun 2003 yang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan kayu lapis (PT, Hendratna). Selain tanaman jabon, beberapa keluarga petani juga memiliki tanaman akasia (Acacia mangium Willd.) yang dibangun melalui kontrak kerjasama dengan perusahaan hutan tanaman industri, yaitu PT. HRB. Sekitar 25 KK (7% dari total KK di desa) telah menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaan ini sejak tahun 2003. Di dalam kerjasama tersebut pada prinsipnya petani hanya menyediakan areal lahan karena seluruh aktivitas penanaman dilakukan oleh perusahaan. Menurut penuturan staf PT. HRB di lokasi (Bapak Andri Jatiatmana9 18 Okt 2008, komunikasi pribadi) tujuan penanaman adalah untuk memasok industri serpih dengan rotasi tebang antara 6 sampai 7 tahun. Sistem pembagian hasil antara perusahaan dengan pemilik lahan adalah 60:40 dari harga jual kayu yang disepakati setelah dikurangi biaya produksi.

Tabel 6 Distribusi penggunaan lahan di Desa Asam Jaya, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut

9

Bapak Andri Jatiatmana adalah perwakilan PT. Hutan Rindang Banua, beralamat di Jl. Sei Baru RT 06 RW 04, Desa Asam-Asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.

No. Penggunaan lahan Luash (ha)

1 Tegal/ladang 715.50

2 Pemukiman 112.50

3 Sawah tadah hujan 122.00

4 Tanah perkebunan rakyat 61.00

5 Tanah hutan:

- Hutan konversi 193.00

- Hutan produksi 49.93

- Hutan lindung 30.00

6 Tanah fasilitas umum:

- Kas desa 10.00

- Perkantoran pemerintah 8.00

- Lapangan 3.00

- Lainnya 29.00

Jumlah 1333.93

Sumber: Profil Desa Tahun 2007 (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tanah Laut 2007), data diolah.

Dokumen terkait