• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah seluruh data yang memiliki kaitan dengan dinamika pola penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang. Seluruh jenis data dan alat tersebut tersaji dalam Tabel 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam penelitian, seperti data Dinas Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kota Kupang, Badan Pusat Statistik, Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Kupang, Dinas Kebersihan Kota Kupang serta Kelurahan dan Kecamatan pesisir Kota Kupang. Data primer dikumpulkan berdasarkan hasil observasi langsung ke lapangan serta hasil wawancara dengan para pihak yang dianggap berpengalaman dalam dinamika permasalahan di kawasan pesisir Kota Kupang.

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, mulai dari proses pengumpulan data sampai pada proses pengolahannya adalah perangkat keras dan perangkat lunak (software). Perangkat keras yang digunakan terdiri dari kamera digital, seperangkat komputer dan voice recorder, sedangkan perangkat lunak (software) yang digunakan dalam pengolahan datanya terdiri dari

Powersim Constructor 2.5, ArcGis 9.3, ER Mapper 7.1, Microsoft Office dan excell 2010.

Tabel 1 Matrik Hubungan Antara Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Keluaran

No Tujuan Jenis Data Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Keluaran 1 Menganalisis

Dinamika dan pola Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir periode tahun 1999, 2006 dan 2013. - Citra Landsat 1999 - Citra Landsat 2006 - Citra Landsat 2013 - Peta Administrasi - Bappeda kota Kupang - BIOTROP Permohonan Formal ke institusi terkait - Interpretasi Citra - Overlay SIG - Peta Guna Lahan di kawasan Pesisir periode tahun1999-2013 - Pola Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir 2 Mengkaji keterkaitan antara perubahan penggunaan lahan, jumlah penduduk dan jumlah sampah periode tahun 1999 - 2030 - Luas penggunaan lahan 1999, 2006, dan 2013 - Jumlah penduduk tahun 1999-2012 - Jumlah sampah per

jiwa; 1.02 kg/jiwa/hari - Hasil analisis citra (tahap 1) - BPS Kota Kupang - Dinas kebersihan Kota Kupang Permohonan formal ke institusi terkait Pemodelan Sistem Dinamik Perkembangan perubahan penggunaan lahan, jumlah penduduk dan peningkatan jumlah sampah periode tahun 1999 - 2030 3 Merumuskan arahan kebijakan pengembangan kawasan pesisir Kota Kupang

- Data kuisioner dan wawancara (Primer) - Data hasil analisis

tahap 1 dan 2 - stakeholder - keluaran tujuan 1 - 2 - Survey dengan kuisioner dan wawancara - Sintesa berdasarkan hasil tahap 1 - 2 Uraian arahan secara deskriptif kualitatif Arahan Kebijakan pengembangan kawasan pesisir Kota Kupang

27 3.3Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dan informasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder sebagai berikut : a. Pengumpulan data primer, yang terdiri atas:

 Observasi atau pengamatan di lapangan, dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting kawasan pesisir Kota Kupang.

 Wawancara dengan menggunakan kuisioner, dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden. Wawancara dilakukan dengan para narasumber yang berasal dari institusi yang memiliki kaitan dengan pengembangan wilayah di kawasan pesisir. Kuisioner digunakan untuk memperoleh informasi dari masyarakat, dengan cara menyebarkan kuisioner pada masyarakat yang bermukim dikelurahan- kelurahan kawasan pesisir Kota Kupang. Masyarakat yang di pilih adalah masyarakat yang telah lama bermukim di kawasan pesisir karena lebih memahami tentang perkembangan dan permasalahan yang terjadi terutama dinamika perubahan yang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang, serta beberapa pihak swasta yakni, pengusaha yang melakukan kegiatan usaha di kawasan tersebut.

Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi.

sampel merupakan sebagian individu yang diselidiki (Hadi 2004). Atau wakil dari

populasi yang dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nasir 1999). Penetapan sampel penelitian ini ditempuh melalui teknik area sampling adalah populasi yang berada pada daerah besar kemudian dibagi menjadi daerah-daerah kecil yang jelas batas-batasanya (Bungin 2006).

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah penduduk yang bermukim di kelurahan-kelurahan pesisir pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Alak, Kecamatan Kota Lama dan Kecamatan Kelapa Lima totalnya berjumlah 107.793 jiwa. Besarnya sampel dapat dicari dengan cara yang sama seperti besarnya sampel untuk mengestimasi mean populasi. Untuk mengadakan estimasi terhadap proporsi maka besar sampel (Nazir, 2003) adalah

N. p ( 1 – p ) B²

n = Dimana: D =

(N – 1 ) D p ( 1 – p ) 4

Dari data total jumlah penduduk dari kelurahan-kelurahan yang masuk dalam kawasan pesisir , maka penentuan jumlah sampelnya yang dianggap p = 0,5 dan bound of error sebesar B = 0,1 adalah sebagai berikut :

B² (0,05)² D = = 0,0025 4 4 N . p ( 1 – p ) n = ( N – 1 ) D p ( 1 – p )

28

(107.793)(0,5)(0,5) =

(107.793)(0,0025) + (0,5)(0,5) = 99.908

Jadi besar sampel yang digunakan adalah 100 orang. b. Pengumpulan data sekunder.

Pengumpulan data ini dilakukan melalui survei dan permohonan formal pada beberapa instansi baik pemerintah maupun swasta yang terkait dengan kebutuhan data. Dalam studi ini instansi yang dituju adalah Bappeda serta Dinas Tata Ruang dan Perumahan, untuk memperoleh data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), data sosial dan ekonomi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kupang, data citra Landsat tahun 1999, 2006, 2013 diperolah dengan bantuan BIOTROP.

3.4Metode Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan tiga metode analisis, yaitu; analisis dinamika perubahan penggunaan lahan, analisis sistem dinamik, analisis deskriptif dan statistika deskriptif. Analisis dinamika perubahan penggunaan lahan adalah untuk mengetahui trend perkembangan penggunaan lahan dan pola perubahan bentuk lahan di kawasan pesisir Kota Kupang. Analisis sistem dinamik atau pendekatan sistem adalah suatu metode pemodelan dengan simulasi komputer yang menggunakan alat bantu software Powersim yang berbasis flow chart tujuannya adalah untuk prediksi perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Untuk analisis deskriptif dan statistika deskriptif digunakan untuk menggambarkan setiap data wawancara maupun data sekunder yang didapat. Dari tiga analisis diharapkan dapat memberikan hasil berupa informasi dengan tujuan untuk menyusun arahan kebijakan dalam menata pengelolaan tata ruang di kawasan pesisir Kota Kupang ke depannya. Bagan alir analisis penelitian ini disajikan dalam Gambar 6.

29

Gambar 6 Bagan Alir Tahapan Penelitian

3.4.1 Analisis Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisis spasial. Analisis spasial dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dinamika perubahan penggunanaan lahan yang terjadi di kawasan pesisir selama periode tahun 1999 - 2013 yang kemudian hasilnya akan di sesuaikan dengan kebijakan RTRWnya, hal ini di lakukan dengan operasi tumpang-tindih (overlay) dengan menggunakan data atribut yang dikombinasikan selanjutnya diaplikasikan ke dalam peta hasil. Dalam penelitian ini digunakan data citra

Landsat yang merupakan gambaran kondisi eksisting pemanfaatan lahan pada kawasan pesisir Kota Kupang

Untuk dapat menghasilkan peta penggunaan lahan yang diinginkan (1999, 2006 dan 2013) maka perlu dilakukan beberapa tahapan dalam interpretasi citra

Landsat untuk mengklasifikasikan penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang adalah sebagai berikut :

Citra Landsat ETM+ Tahun 1999

Citra Landsat ETM+ Tahun Citra Landsat ETM+

Tahun 2006 Interpretasi Citra

Peta Penggunaan Lahan Tahun 1999, 2006 dan 2013 Overlay Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pola Perubahan Penggunaan Lahan Jumlah Penduduk dan Volume sampah

Tahun 1999-2013 Luas Penggunaan Lahan Tahun 1999,2006 dan 2013 Analisis Sistem Dinamik Dinamika Jumlah Penduduk dan Volume Sampah Periode Tahun

1999 - 2030 Dinamika Luas Penggunaan Lahan Periode Tahun 1999 - 2030 Prediksi Tahun 1999 - 2030 Tahap II Tahap I Analisis Deskriptif Tahap III

Kebijakan Pengembangan Kawasan Pesisir Kota Kupang Pengecekan Lapangan

30

a. Pemotongan Batas Area Penelitian, berfungsi untuk memperoleh wilayah yang akan dianalisis, yaitu wilayah pesisir Kota Kupang.

b. Rektifikasi Citra atau koreksi geometrik terhadap data citra Landsat untuk mengurangi distorsi geometrik. Keakuratan hasil koreksi ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean Square) yang kecil. Nilai RMS yang ditoleransi adalah yang lebih kecil dari 0,5. Untuk mendapatkan Nilai RMS yang kecil dilakukan dengan cara dengan memilih GCP (Ground Control Point) yang kesalahan geometrinya kecil dan membuang GCP yang menyebabkan nilai RMS besar. c. Klasifikasi penggunaan lahan dan deteksi perubahan penggunaan lahan,

mengacu pada sistem klasifikasi standar LAPAN yang terdiri dari 7 (tujuh) jenis penggunaan lahan (hutan bakau/mangrove, permukiman, semak belukar, lahan kosong, hutan kota, sawah dan tubuh air). Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper dan ArcGIS serta menggunakan kombinasi metode klasifikasi secara terbimbing (supervised classification) pada komposit

band 1-2-3 (Gambar 7). Pada klasifikasi terbimbing area yang representatif masing-masing harus ditentukan oleh pengguna (diketahui secara apriori). Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah pencarian daerah yang homogen. Informasi yang diperlukan dalam penetapan sampel area diperoleh dari pengecekan lapangan atau data lapangan, foto udara, peta dan data-data yang lain. Dalam penelitian ini informasi yang digunakan dalam pengecekan data citra satelit tahun 1999 dan 2006 diperoleh dari data wawancara dengan masyarakat pesisir, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Sutanto (1986) menyatakan bahwa teknik interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan menggunakan komponen interpretasi yang meliputi data acuan, kunci interpretasi citra, metode pengkajian dan penerapan konsep multispektral. Beberapa hal yang dijadikan dasar dalam interpretasi visual citra Kota Kupang tahun 1999, 2006 dan 2013 adalah sebagai berikut :

- Data acuan yang digunakan adalah peta penggunaan lahan tahun 1999, 2006 dan 2013, kemudian di olah menggunakan software ArcGis untuk memperoleh hasil interpretasi citra.

- Terdapat 9 unsur yang menjadi dasar utama dalam interpretasi citra, antara lain, 7 unsur yang di kemukakan oleh Lillesand dan Kiefer (1988), yaitu : 1. Bentuk ialah konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Bentuk beberapa

obyek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung hanya berdasarkan kriteria ini. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak obyek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja. Contoh: Gedung sekolah pada umumnya berbentuk I, L, U atau empat persegi panjang, sedangkan gunung api berbentuk kerucut. 2. Ukuran artinya bahwa setiap obyek harus dipertimbangkan sehubungan

dengan skala foto, karena itu dalam memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra harus selalu diingat skalanya. Contoh: Lapangan sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m – 100 m)

3. Pola ialah hubungan susunan spasial obyek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak obyek alamiah maupun bangunan dan akan memberikan suatu pola yang membantu penafsir untuk mengenali obyek tersebut. Contoh: pola

31 aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi misalnya dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam dan selalu menghadap kejalan, sedangkan untuk kebun kelapa, karet dan kopi mudah dibedakan dengan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan pola yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

4. Bayangan , dalam hal ini penting bagi penafsir terdapat dua hal yang bertentangan, yaitu:

 Bentuk atau kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil suatu obyek (dapat membantu interpretasi)

 Obyek dibawah bayangan hanya dapat memantulkan sedikit cahaya dan sukar diamati pada foto (menghalangi interpretasi)

5. Rona adalah warna atau kecerahan relatif obyek pada foto. Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum tampak, spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu karakter pemantulan obyek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan rona pada foto udara berwarna.

6. Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur dihasilkan oleh kumpulan unit kenampakan yang mungkin terlalu kecil apabila dibedakan secara individual, seperti daun tumbuhan dan bayangannya. Tekstur dinyatakan dalam bentuk kasar, halus dan sedang, misalnya: hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.

7. Situs atau lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek yang lain dapat sangat berguna untuk membantu pengenalan suatu obyek. Misalnya permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan, juga persawahan terdapat pada daerah yang datarannya rendah dan sebagainya.

Sedangkan 2 unsur lain yang di ungkapkan oleh Sutanto (1986), yaitu : 8. Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lainnya. Contoh: stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih sari satu (bercabang).

9. Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu. Contoh : tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.

- Metode pengkajian yang dilakukan adalah metode pengkajian umum ke pertimbangan khusus, dengan menggunakan sebanyak mungkin kunci interpretasi citra.

- Penerapan konsep multispektral, yaitu penggunaan alternatif beberapa band secara bersamaan untuk memudahkan dalam proses interpretasi.

32

 Citra dengan komposit band 542 (false colour composite) dapat dengan mudah untuk membedakan obyek vegetasi dengan non vegetasi. Obyek bervegetasi dipresentasikan dengan warna hijau dan tanah kering dengan warna merah.

 Citra dengan band 321 (true colour composite) merupakan kombinasi komposit citra yang merefleksikan warna sebenarnya yang ada di permukaan bumi (natural colour). Deteksi perubahan penggunaan lahan dilakukan setelah diperolehnya data penggunaan lahan dari tiga titik tahun yang dianalisis yaitu tahun 1999, 2006 dan 2013. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan matriks transisi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi mengenai dinamika penggunaan lahan yang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang selama periode tahun 1999 – 2006 dan periode tahun 2006 – 2013. Konsep matriks transisi perubahan penggunaan lahan dapat disusun seperti tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks Dinamika Penggunaan Lahan Tahun 1999 – 2006

Jenis Penggunaan Lahan Luas Tahun 2006 (ha)

Jumlah 1999 (ha) HB HK LD PMK TB air SWH TK L u as L ah an 1 9 9 9 (h a) Hutan Bakau (HB) 1 2 3 4 5 6 7 HB 1999 Hutan Kota (HK) 8 9 10 11 12 13 14 HK 1999 Ladang/tgln/bkr (LD) 15 16 17 18 19 20 21 LD 1999 Pemukiman (PMK) 22 23 34 25 26 27 28 PMK 1999 Perairan/tubuh air (TBair) 29 30 31 32 33 34 35 TB air 1999 Sawah (SWH) 36 37 38 39 40 41 42 SWH 1999 Tanah Kosong (TK) 43 44 45 46 47 48 49 TK 1999 Jumlah 2006 (ha) HB 2006 HK 2006 LD 2006 PMK 2006 TB air 2006 SWH 2006 TK 2006

Bentuk matriks transisi diatas juga digunakan pada penggunaan lahan periode tahun 2006 – 2013. Tabel hasil luas penggunaan lahan selama periode tahun 1999, 2006 dan 2013 nantinya akan di jadikan sebagai acuan dan merupakan salah satu komponen yang diaplikasikan kedalam pendekatan sistem dinamik dengan bantuan software Powersim dengan tujuan untuk meprediksi dan melihat lebih jauh perkembangan penggunaan lahan dari waktu ke waktu (1999 – 2030)

3.4.2 Analisis Sistem Dinamik

Sebagaimana pada uraian diatas bahwa disain model dengan pendekatan sistem dinamik dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat trend dinamika perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kawasan pesisir Kota Kupang hingga 30 tahun kedepan. Dengan kata lain penggunaan sistem dinamik dalam penelitian hanya dibatasi pada prediksi perkembangan dari masing-masing komponen variable yang terkait antara lain, jenis penggunaan lahan, jumlah penduduk dan volume sampah periode tahun 1999 – 2030. Masing-masing komponen dimodelkan untuk menggambarkan hubungan keterkaitan, sehingga melalui

33 pendekatan sistem dinamik ini diharapkan akan memperoleh kebijakan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan pengembangan dan pembangunan kawasan pesisir Kota Kupang ke depannya yang lebih baik dan bijaksana.

Pendekatan sistem pada umumnya memiliki dua hal penting yaitu: (1) menemukan semua faktor penting yang ada untuk menemukan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan (2) penyusunan model kuantitatif yang bertujuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan secara rasional. Tahapan-tahapan menggunakan aplikasi sistem dinamik dalam penelitian ini meliputi;

1. Analisis kebutuhan

Tahapan awal yang harus dilakukan dalam pengkajian dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik adalah analisis kebutuhan. Analisis ini dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan stakeholders yang berpengaruh terhadap sistem yang dikaji. Stakeholders yang terlibat dalam dinamika kawasan pesisir ini adalah :

1) Pemerintah Daerah, yaitu badan dan dinas-dinas pada pemerintahan Kota Kupang yang terkait dengan pengelolaan, pengendalian dan pemanfaatan kawasan pesisir.

2) Masyarakat, yaitu orang-orang yang sudah lama tinggal di kawasan pesisir

3) Swasta, yaitu orang-orang yang memiliki kontribusi dalam pembangunan disekitar kawasan pesisir

Analisis kebutuhan stakeholders terhadap dinamika perubahan kawasan pesisir Kota Kupang adalah sebagai berikut :

1) Pemerintah Daerah: Arahan kebijakan dalam pengendalian, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pesisir Kota berbasis lingkungan dengan melibatkan partisipasi stakeholders

2) Masyarakat: Pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan pesisir dengan baik, melalui penyediaan tempat penampungan sampah yang memadai. 3) Swasta: Berkontribusi dalam pengelolaan lingkungan kawasan pesisir

yang berkelanjutan. 2. Formulasi masalah

Dalam tahap formulasi masalah, situasi atau isu yang ada digambarkan dan dibatasi oleh studi identifikasi. Ini merupakan langkah awal yang biasa dilakukan pada sebagian besar pendekatan untuk menyelesaikan masalah. Struktur permasalan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi isu kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pesisir. Dalam tahap ini memerlukan kepastian dalam menentukan sasaran hasil, mempertimbangkan sudut pandang

stakeholders.

2) Mengumpulkan informasi awal dan data yaitu, data dinamika penggunaan lahan kawasan pesisir, catatan statistik, dokumen kebijakan dan wawancara stakeholders.

Formulasi masalah ditentukan atas dasar penentuan informasi melalui identifikasi sistem yang dilakukan secara bertahap (Eriyatno 1999). Berdasarkan analisis kebutuhan, maka dapat diformulasikan masalah sebagai berikut : belum

34

maksimalnya kebijakan dalam pengendalian, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pesisir.

3. Identifikasi sistem.

Identifikasi adalah untuk mengetahui dan mendefinisikan permasalahan di kawasan pesisir yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan rujukan dalam menyusun kebijakan untuk menyelesaikan masalah. Dalam identifikasi sistem perlu dibentuk variabel-variabel yang nantinya akan mempengaruhi kinerja sistemnya. Manetch dan Park (1977) menyebutkan bahwa pada dasarnya variabel-variabel tersebut dibagi dalam 6 (enam) kelompok variabel, kemudian akan digambarkan kedalam bentuk diagram input-output (I-O). Variabel-variabel tersebut terdiri dari : 1) variabel input lingkungan, 2) variabel input tidak terkontrol, 3) variabel input terkontrol, 4) variabel output

di inginkan, 5) variabel ouput yang tidak di inginkan, 6) variabel umpan balik sistem. Masukan dari variabel-variabel tersebut dapat dijadikan rujukan dalam menyusun diagram sebab-akibat (causal-loop). Gambar diagram input-output disajikan dalam Gambar 7.

Gambar 7 Diagram Input Output Variabel yang Mempengaruhi Sistem 4. Pemodelan/Konseptualisasi sistem

Tahap ini merupakan proses untuk mengambarkan kejadian dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat (causal loop). Permasalahan yang dapat dimodelkan adalah permasalahan yang mempunyai, sifat dinamis (berubah terhadap waktu) dan struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur umpan balik (feedback structure). Suatu struktur umpan balik harus dibentuk karena adanya hubungan kausal (sebab akibat) atau dengan kata lain, struktur umpan balik ini merupakan blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran tertutup.

Hubungan kausal dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu: - Struktur Umpan Balik Positif

Salah satu ciri utama dari struktur umpan balik positif adalah adanya hubungan kausal yang saling memperpanjang nilai-nilai variabelnya. Hubungan variabel mengumpan balik terhadap dirinya sendiri

INPUT LINGKUNGAN INPUT TIDAK TERKONTROL POLA INTERAKSI INPUT TERKONTROL UMPAN BALIK OUTPUT TIDAK DI INGINKAN OUTPUT DI INGINKAN

35 secara berkesinambungan untuk memperkuat perumbuhan atau akselerasi (positive growth) pada dirinya sendiri, ataupun penghancuran (negative growth) sebuah proses pertumbuhan struktur umpan balik positif digambarkan dalam bentuk yang mengikuti pola peningkatan atau secara eksponensial.

- Struktur Umpan Balik Negatif

Ciri utama dari struktur umpan balik negatif ini adalah adanya hubungan kausal yang saling memperkecil nilai-nilai variabelnya.

Diagram lingkar sebab akibat (causal loop) dalam analisis sistem dinamik diungkapkan kedalam bahasa gambar tertentu, dengan tujuan untuk menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel dalam suatu permasalahan. Bahasa gambar di dalam model sistem dinamik dibuat dalam bentuk garis panah yang saling terkait untuk membentuk diagram sebab akibat (causal loop), dimana pangkal panah mengungkapkan sebab dan ujung panah mengungkapkan akibat. Dalam penelitian ini diagram anak panah sebab akibat merupakan gambaran dari struktur model dinamika perubahan penggunaan ruang atau lahan di kawasan pesisir yang dibuat berdasarkan diagram input output. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka variabel operasional penelitian ini di susun berdasarkan kerangka sistem dengan unsur-unsur sebagai berikut :

1) Gugus sistem (luas penggunaan lahan, jumlah penduduk, dan jumlah sampah)

2) Elemen sistem terdiri atas :

 Perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir (permukiman, hutan kota/RTH, ladang/tegalan, sawah, tanah kosong, tubuh air, hutan bakau)

 Penduduk ( laju peningkatan jumlah penduduk) yang kemudian mempengaruhi

 Jumlah sampah (laju peningkatan jumlah sampah) 3) Hubungan antara gugus :

Masing-masing variable atau komponen memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya, timbal balik dan saling mempengaruhi, misalnya laju perubahan penggunaan lahan mempunyai hubungan dengan jumlah peningkatan penduduk dan peningkatan volume sampah di kawasan pesisir. Gambaran sederhana yang menunjukkan hubungan antara gugus dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 8 Hubungan Antara Gugus Sistem Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Kota Kupang.

Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Lahan Meningkat

Perubahan Penggunaan lahan pada kawasan Pesisir

36

4) Sifat hubungan antara gugus dalam sistem antara lain

 Memiliki keterkaitan

 Saling tergantung

 Memiliki aliran balik

Adapun model diagram lingkar sebab akibat (causal loop) sistem dinamik perubahan penggunaan lahan, peningkatan jumlah penduduk serta kaitannya dengan jumlah sampah di kawasan pesisir Kota Kupang, disajikan dalam Gambar 9. Simbol (+) maupun (-) merupakan interpretasi penambahan dan pengurangan yang terjadi dalam hubungan antar variabel atau secara singkat merupakan gambaran hubungan antar variabel yang saling memberikan tekanan. Dalam diagram causal loop dibawah menjelaskan hubungan dari masing-masing variabel (jenis penggunaan lahan, penduduk dan sampah) yang saling memberikan tekanan satu dengan yang lain.

Gambar 9 Diagram Lingkar Sebab Akibat Pola Interaksi Perubahan Penggunaan