• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Interaksi antara Perubahan Penggunaan Lahan,

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pola Interaksi antara Perubahan Penggunaan Lahan,

Kupang dengan Pendekatan Sistem

5.2.1Identifikasi Sistem Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir secara umum merupakan kawasan yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan juga rentan terhadap gangguan yang dapat mempengaruhi lingkungan dan ekosistemnya. Salah satu persoalan yang kerap muncul pada kawasan pesisir antara lain, meningkatnya pembangunan pada kawasan tersebut seperti permukiman dan sarana penunjang pariwisata lainnya yang dengan sendirinya akan menekan jumlah ketersediaan lahan pada kawasan tersebut sehingga lama kelamaan akan semakin padat dan menimbulkan permasalahan.

89 Kota kupang mengawali perkembangan kotanya pada kawasan pesisirnya, sehingga berbagai macam aktivitas berlangsung pada kawasan tersebut yaitu, perdagangan dan jasa serta aktivitas perekonomian lainnya. Keberadaan permukiman pada kawasan tersebut sudah ada sejak lama namun tidak sepadat sekarang. Dalam beberapa tahun terakhir kawasan pesisir Kota Kupang sedang giatnya melakukan kegiatan pembangunan, baik itu hotel dan restoran maupun permukiman, baik yang masih tahap perencanaan maupun yang sudah berjalan. Dari hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa beberapa lahan di pesisir Kota Kupang sebagiannya sudah dimiliki oleh para pengembang untuk dijadikan lahan permukiman. Pada tahun 2013 wajah pesisir Kota Kupang sudah banyak mengalami perubahan, terutama perubahan bentuk lahan, hal tersebut dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang mulai kawasan tersebut antara lain, permukiman, industri, perdagangan dan jasa serta utilitas lainnya seperti pendidikan, hotel, supermarket, pasar dan lain sebagainya. Perubahan penggunaan lahan pada suatu kawasan memiliki korelasi positif dengan tingginya pertumbuhan penduduk pada kawasan tersebut. Peningkatan jumlah penduduk kota merupakan gambaran atau cerminan adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Tingginya kebutuhan lahan terbangun pada kawasan pesisir secara perlahan akan mengurangi ruang terbuka hijaunya (RTH) dan akan mengurangi kenyamanan lingkungannya. Sebagai jalur hijau sempadan pantai seharusnya kawasan pesisir bebas dari bangunan, namun dalam perkembangannya kawasan ini dijadikan sebagai obyek penunjang pariwisata dan berkembang dengan pesat tanpa terlebih dahulu memperhitungkan secara matang mengenai dampak dan kerugian yang ditimbulkan oleh pembangunan dan pengembangan yang akan dilakukan. Dampak lainnya adalah kawasan tersebut akan menjadi kawasan yang kumuh serta tidak sedap untuk dipandang mata. Kegiatan pada kawasan pesisir Kota Kupang semakin lama akan semakin padat seiring dengan perkembangannya, sehingga pengelolaan sampah pada kawasan tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pemerintah dan stakeholder, karena elemen sampah merupakan salah satu elemen yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang membutuhkan lahan sebagai tempat melaksanakan berbagai macam kegiatan.

Tingginya perubahan penggunaan lahan pada kawasan pesisir Kota Kupang tentu saja akan memberikan dampak yang luas bagi kawasan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang sudah tidak bisa lagi menampung berbagai macam kegiatan yang terdapat pada kawasan tersebut salah satunya adalah jumlah sampah yang juga ikut meningkat, dan jika tidak didukung oleh sistem pengelolaan sampah yang memadai tentu saja akan menimbulkan permasalahan yang sangat serius. Sistem pembentuk lingkungan kawasan pesisir dalam kajian ini sangat dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu komponen fisik dan non- fisik yang keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Permukiman merupakan salah satu komponen fisik yang memberikan pengaruh terhadap komponen lainnya misalnya jumlah penduduk. Dalam rangka menyusun pemodelan dinamika perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang, maka dibentuk 2 (dua) buah sub sistem yang bertujuan mempresentasikan permasalahan penggunaan lahan yang terjadi, sub sistem-sub sistem tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan memberikan hubungan

90

umpan balik, sub sistem tersebut terdiri dari sub sistem penggunaan lahan dan sub sistem pertumbuhan penduduk.

Penjelasan sebelumnya menjelaskan bahwa dalam rancangan model perubahan penggunaan lahan, terdapat variabel-variabel yang akan mempengaruhi kinerja sistem yang kemudian di gambarkan kedalam diagram input-output, hal tersebut merupakan dasar dalam pembentukan diagram sebab akibat (causal loop). Dalam model tersebut terdapat input lingkungan, input tidak terkontrol dan input

terkontrol dan juga terdapat output yang di inginkan dan output yang tidak di inginkan. Identifikasi sistem dalam penelitian ini adalah berdasarkan data primer pendapat stakeholders, data sekunder dan pengamatan di lapangan yang kemudian dilakukan pengelompokan serta analisis data. Input tidak terkontrol yang mempengaruhi kinerja sistem antara lain adalah permintaan akan lahan dan pertumbuhan penduduk serta jumlah peningkatan sampah.

Input lingkungan yang juga mempengaruhi kinerja sistem ini merupakan kebijakan-kebijakan pemerintah yang memiliki hubungan dengan pengembangan pada kawasan pesisir Kota Kupang seperti UU No. 26/2007 tentang penataan ruang nasional, UU No. 27/2007 tentang pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, Kepres No 32/1990, Perda Kota Kupang Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan yang terakhir Perda No. 11/2011 tentang RTRW Kota Kupang. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan dasar pijakan yang digunakan oleh pemerintah Kota Kupang. Tetap tersedianya ruang terbuka hijau atau kawasan hijau pada kawasan pesisir Kota Kupang tentu saja akan memberikan dampak posisitf bagi kelestarian lingkungan kawasan tersebut. Jika sistem ini dapat berjalan dengan baik dan pemerintah konsisten dengan kebijakan tersebut maka

input tersebut diharapkan dapat menghasilkan output pengembangan kawasan pesisir yang lebih baik kedepannya serta berkelanjutan.

Dalam sistem ini beberapa variabel output yang tidak di inginkan memiliki peluang terjadi, antara lain alih fungsi lahan yang cepat, angka pertumbuhan penduduk yang terus meningkat serta laju peningkatan sampah yang tidak dapat dikendalikan. Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang kerap muncul dalam pengembangan kawasan perkotaan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan menunjukkan sebagian besar penduduk pesisir Kota Kupang membuang sampahnya ke laut, dengan alasan bahwa sampah yang mereka kumpulkan pada tempat penampungan sementara (TPS) tidak diangkut oleh Dinas Kebersihan. Oleh karena itu kebijakan fungsi pengendalian dalam penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota kupang harus bisa di kontrol dengan tujuan mewujudkan pengembangan kawasan pesisir kedepannya yang lebih baik yang tetap menjaga kelestarian lingkungan kawasan tersebut.

Interaksi dari masing-masing variabel (jenis penggunaan lahan, jumlah penduduk dan volume sampah) berdampak terhadap penambahan dan pengurangan pada masing-masing variable tersebut antara lain, jumlah luas lahan, penduduk dan sampah. Gambaran diagram input ouput atau identifikasi sistem I- O dalam perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang di sajikan dalam Gambar 36.

91

Gambar 36 Diagram input output Variabel yang Mempengaruhi Kinerja Sistem. 5.2.2 Simulasi Model Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan

Pesisir Kota Kupang

Berdasarkan hasil analisis dinamika perubahan penggunaan lahan (Tujuan 1) maka akan mempermudah dalam pembentukan model permasalahan yang dihadapi atau dengan kata lain pemodelan sistem dinamika perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang dibangun berdasarkan logika hubungan dan interaksi antar komponen yang memiliki keterkaitan. Komponen-komponen tersebut antara lain meliputi pertumbuhan penduduk dan jumlah timbunan sampah serta luas penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang . Masing-masing komponen memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain dan memberikan pengaruh dalam hal penambahan dan pengurangan pada masing-masing komponen tersebut. Keterkaitan antar komponen dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 2 (dua) sub model yaitu : 1) penduduk, 2) penggunaan lahan di kawasan pesisir. Pada Gambar 11 (Flow Diagram) atau dalam diagram

INPUT LINGKUNGAN  UU No 26/2007  UU No 27/2007  Kepres 32/1990  Perda Tahun 2007  Perda No 11/2011

INPUT TIDAK TERKONTROL

 Tingkat permintaan lahan  Pertumbuhan penduduk dan  Volume sampah

OUTPUT TIDAK DIINGINKAN

 Alih fungsi lahan yang cepat dan tidak terkontrol (peningkatan ruang terbangun)

 Degradasi lingkungan dan peningkatan volume sampah

UMPAN BALIK

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR KOTA

KUPANG

OUTPUT DIINGINKAN

 Optimalisasi jalur hijau sempadan pantai, lahan pertanian, hutan bakau dan kawasan RTH lainnya

 Kualitas lingkungan dan ekosistem pesisir yang nyaman, sehat dan bersih  Pengembangan dan pembangunan yang

berkelanjutan

INPUT TERKONTROL

 Alokasi jalur hijau sempadan pantai, lahan pertanian, hutan bakau dan kawasan RTH lainnya

 Peningkatan pelayanan terhadap pengelolaan sampah

92

alir terdahulu telah disajikan kontruksi dari masing-masing sub model yaitu sub model penduduk dan sub model penggunaan lahan.

Pertambahan penduduk pada suatu kawasan tentu saja akan mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi pada kawasan tersebut yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan. Kebutuhan lahan pada wilayah perkotaan terutama berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota. Begitu juga dengan perkembangan yang dialami oleh kawasan pesisir Kota Kupang, sebagian lahan pada kawasan tersebut kini telah di konversi menjadi lahan terbangun seperti, permukiman, hotel dan bangunan lainnya. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi kondisi lingkungan pesisir yang sangat rentan terhadap gangguan, salah satu permasalahan lingkungan yang sedang di alami oleh Kota Kupang umumnya dan pada kawasan pesisir khususnya adalah pengelolaan sampah yang buruk, seperti sudah dibahas sebelumnya bahwa sebagian besar masyarakat pesisir membuang sampahnya langsung kelaut, yang kemudian nantinya akan memberikan dampak yang sangat serius bagi lingkungan dan ekosistem pesisir. Tingginya perubahan penggunaan lahan yang sedang dialami oleh pesisir Kota Kupang tentu saja di pengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang memiliki kecenderungan terus meningkat.

5.2.3 Analisis Kecenderungan Sistem

Analisis kecenderungan sistem bertujuan untuk melihat dan mengukur perilaku sistem kemasa depan berdasarkan simulasi model yang telah dibentuk sebelumnya. Simulasi model ditetapkan selama 31 tahun yang diawali pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2030. Pemilihan awal tahun 1999 disesuaikan dengan hasil analisis citra Landsat yang juga diawali dengan tahun yang sama. Pemilihan kurun waktu tersebut juga didasarkan pada pemikiran yang merupakan jangka panjang yang disesuaikan dengan RTRW Kota Kupang yang berakhir tahun 2031. dimana meningkatnya jumlah kebutuhan lahan diantaranya untuk permukiman turut berperan besar terjadinya perubahan penggunaan lahan pada kawasan tersebut. Pada gambar 37 sebelumnya sudah dijelaskan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja sistem dinamika keruangan pesisir Kota Kupang terdapat beberapa faktor terkontrol yaitu ; a). jumlah kebutuhan lahan dan perkembangannya, b). laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan jumlah sampah. Kedua faktor tersebut merupakan variabel untuk membuat skenario lebih lanjut dalam pengambilan kebijakan pengembangan kawasan pesisir Kota Kupang kedepannya.

Dalam diagram alir yang telah dirumuskan dapat digunakan sebagai asumsi untuk membatasi keberlakuan model. Dimana kecenderungan yang terjadi sejak tahun 1999 akan terus berlanjut dan bersifat tetap dan konsisten selama periode simulasi. Serta tidak ada upaya penekanan terhadap pertumbuhan populasi. 5.2.4 Validasi Model

Proses validasi bertujuan untuk menilai keobyektifan dari suatu pekerjaan ilmiah, karena pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif harus taat fakta. Dalam dunia nyata, fakta adalah kejadian yang teramati. Rangkaian hasil pengamatan tersebut dapat bersifat terukur yang disusun menjadi data kuantitatif atau statistik dan bersifat tak terukur yang disusun menjadi data kualitatif atau informasi aktual.

93 Dalam pemodelan, hasil simulasi adalah perilaku variabel yang diinteraksikan dengan bantuan komputer. Tampilan perilaku variabel tersebut dapat bersifat terukur yang disusun menjadi data simulasi dan bersifat tidak terukur yang disusun menjadi pola simulasi. Keserupaan (tidak berarti harus sama) dunia model dengan dunia nyata ditunjukkan dengan sejauh mana data simulasi dan pola simulasi dapat menirukan data statistik dan informasi aktual.

5.2.4.1Validasi Struktur Model

Validasi struktur model merupakan proses validasi utama dalam berpikir sistem. Untuk melakukan perancangan dan justifikasi seorang pembuat model dituntut untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin atas sistem yang menjadi obyek penelitian. Informasi ini dapat berupa pengalaman dan pengetahuan dari orang yang memahami mekanisme kerja pada sistem atau berasal dari studi literatur. Pada proses ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata, yang berkaitan dengan batasan sistem, variabel-variabel pembentuk sistem, dan asumsi mengenai interaksi yang terjadi dalam sistem. Validasi struktur dilakukan dengan 2 bentuk pengujian, yaitu; uji kesesuaian struktur dan uji kestabilan struktur (Forrester 1968)

1. Uji Konstruksi/Kesesuaian Struktur

Uji kesesuaian struktur dilakukan untuk menguji apakah struktur model tidak berlawanan dengan pengetahuan yang ada tentang struktur dari system nyata dan apakah struktur utama dari sistem nyata telah dimodelkan (Sushil 1993). Hal ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan atas ketepatan dari struktur model.

Pada model yang telah dibangun dapat dilihat pola interaksi dalam sistem tersebut antara lain jumlah penduduk, jumlah peningkatan sampah dan perubahan penggunaan lahan. Interaksi antara ketiga faktor diatas memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pertambahan penduduk pada suatu kawasan tentu saja akan mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi pada kawasan itu sendiri yang selanjutnya menyebabkan meningkatnya permintaan akan lahan sebagai bagian dari berbagai macam kebutuhan. Jika tidak memiliki sistem pengelolaan lingkungan yang baik pada kawasan tersebut maka dapat menimbulkan permasalahan yang baru salah satunya adalah pengelolaan sampah yang secara langsung dapat mempengaruhi daya dukung lingkungan kawasan tersebut. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada kawasan pesisir dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk yang kemudian diikuti oleh meningkatnya jumlah sampah pada kawasan tersebut. Berdasarkan contoh tersebut dengan kata lain, struktur model dinamik yang dibangun adalah valid secara teoritis.

2. Uji Kestabilan Struktur

Uji kestabilan struktur model dilakukan dengan cara memeriksa keseimbangan dimensi peubah pada kedua sisi persamaan model (Sushil 1993). Setiap persamaan yang ada dalam model harus menjamin keseimbangan dimensi antara variabel bebas dan variabel terikat yang membentuknya.

Untuk menguji kestabilan struktur model yang telah disusun, maka masing-masing model diperiksa dengan cara menganalisis dimensi keseluruhan interaksi peubah-peubah yang menyusun model tersebut. Dalam penelitian ini

94

komponen penduduk dan penggunaan lahan digambarkan dalam satu model yang saling berinteraksi. Dimensi tersebut meliputi tanda, bentuk respon dan satuan dari persamaan (equation) matematis yang digunakan.

Pemeriksaan satuan terhadap persamaan yang berkaitan dengan model dinamika perubahan penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

init hutan_bakau = 18,96

flow hutan_bakau = +dt*LP_hutan_bakau doc hutan_bakau = luas lahan hutan bakau 1999 init hutan_kota = 255,09

flow hutan_kota = +dt*LP_hutan_kota

doc hutan_kota = luas lahan hutan kotan 1999 init ladang = 2.235,45

flow ladang = +dt*LP_ladang

doc ladang = luas lahan ladang tahun 1999 init penduduk = 65.733

flow penduduk = +dt*LP_kem_pddk +dt*LP_kel_pddk

doc penduduk = jumlah penduduk pesisir tahun 1999 init permukiman = 473,00

flow permukiman = +dt*LP_permukiman

doc permukiman = luas lahan permukiman pesisir tahun 1999 init sawah = 19,54

flow sawah = +dt*LP_sawah

doc sawah = luas lahan sawah 1999 init tanah_kosong = 103,81

flow tanah_kosong = +dt*LP_tanah_kosong doc tanah_kosong = luas lahan tanah kosong 1999 init tubuh_air = 57,61

flow tubuh_air = +dt*LP_tubuh_air doc tubuh_air = luas lahan tubuh air 1999

aux LP_hutan_bakau = hutan_bakau*Fr_hutan_bakau aux LP_hutan_kota = hutan_kota*Fr_hutan_kota aux LP_kel_pddk = penduduk*Fr_kel_pddk aux LP_kem_pddk = penduduk*Fr_kem_pddk aux LP_ladang = ladang*Fr_ladang

aux LP_permukiman = penduduk=permukiman*Fr_permukiman aux LP_sawah = sawah*Fr_sawah

aux LP_tanah_kosong = tanah_kosong*Fr_tanah_kosong aux LP_tubuh_air = tubuh_air*Fr_tubuh_air

aux Fr_hutan_bakau = GRAPH(TIME) aux Fr_hutan_kota = GRAPH(TIME) aux Fr_kel_pddk = GRAPH(TIME) aux Fr_ladang = GRAPH(TIME) aux Fr_permukiman = GRAPH(TIME) aux Fr_sawah = GRAPH(TIME)

aux Fr_tanah_kosong = GRAPH(TIME) aux Fr_tubuh_air = GRAPH(TIME)

95 aux luas lahan =

hutan_bakau*hutan_kota*ladang*permukiman*sawah*tanah_kosong*tubuh_air aux Timbunan_sampah = penduduk*Fr_sampah

const Fr_kem_pddk = 0,025 const Fr_sampah = 1,02

Tanda tambah (+) untuk +dt*Kel_Pddk dan lainnya menjelaskan bahwa adanya pertambahan nilai pada faktor tersebut dalam hal ini terjadinya pertambahan penduduk kawasan pesisir yang semakin meningkat dan ditandai dengan semakin meningkatnya graph yang berbentuk pada laju pertumbuhan penduduk, kebutuhan lahan untuk permukiman semakin tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang ada. Kebutuhan lahan untuk permukiman dan bangunan lainnya terus meningkat dengan ditandai dengan meningkatnya

graph yang berbentuk pada laju peningkatan lahan permukiman. Luas penggunaan lahan yang lain masing-masing mengalami dinamika, namun luas lahan permukiman paling meningkat seiring dengan berkurangnya luas lahan penggunaan yang lain. Dengan demikian dimensi interaksi dari peubah-peubah yang berkaitan dengan nilai pada model tetap konsisten.

5.2.4.2Validasi Kinerja Model

Tahap ini merupakan aspek pelengkap dalam metode berpikir sistem yang bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai dengan kinerja sistem nyata dan memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta. Caranya adalah membandingkan validasi kinerja model dengan data empiris untu melihat sejauh mana perilaku kinerja model sesuai dengan data empiris.

Muhammadi et al. (2001) menyatakan bahwa validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan antara besar dan sifat kesalahan dapat digunakan, antara lain: 1) Absolute Mean Error (AME) adalah penyimpangan (selisih) antara nilai rata-rata (mean) hasil simulasi terhadap nilai aktual, 2)

Absolute Variation Error (AVE) adalah penyimpangan nilai variasi (variance) simulasi terhadap aktual.

Hasil uji pada model haruslah sesuai dengan batas penyimpangan yakni dibawah 10%. Atas dasar tersebut menunjukkan bahwa keluaran model dinamika perubahan penggunaan lahan pada tabel terlihat, masih valid karena nilai AME dan AVE masing-masing masih dibawah 10% (batas penyimpangan), berdasarkan hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa model dinamika perubahan penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang mampu mensimulasikan perubahan-perubahan yang terjadi di Kota Kupang. Data hasil uji validasi model disajikan pada Lampiran 3.

Jika mengambil hasil uji validasi salah satu jenis penggunaan lahan yakni permukiman menunjukkan bahwa, AME menyimpang 3,21% dan AVE - 0,00057% untuk luas lahan permukiman simulasi dari data luas lahan aktualnya. Seperti telah dijelaskan bahwa batas penyimpangan variabel tersebut pada parameter AME dan AVE adalah <10 persen, yang menunjukkan bahwa model ini mampu mensimulasikan perubahan-perubahan yang terjadi secara aktual di lapangan. Secara visual kecenderungan model dengan dunia nyata atau fakta di lapangan dapat ditampilkan dalam bentuk grafis seperti tertera pada Gambar 37.

96

Gambar 37 Perbandingan Luas Lahan Permukiman Aktual dengan Luas Lahan Permukiman Hasil Simulasi.

Demikian juga perilaku yang dihasilkan oleh model lainnya memiliki pola yang sama dengan perilaku sistem nyata maka model dapat dikatakan telah dapat digunakan. Gambar 38 menjelaskan perbandingan perilaku berdasarkan hasil jumlah penduduk simulasi dan kondisi pertumbuhan jumlah penduduk aktual.

Gambar 38 Perbandingan Jumlah Penduduk Aktual dengan Jumlah Penduduk Hasil Simulasi

Perilaku yang dihasilkan oleh model penduduk simulai memiliki pola yang sama dengan perilaku sistem nyata jumlah penduduk aktual, maka model ini dikatakan telah dapat digunakan. Pembuktian berdasarkan batas penyimpangan atau hasil uji validasi menunjukkan bahwa, AME menyimpang 8,79% dan AVE - 0,0022% untuk jumlah penduduk hasil simulasi dari data jumlah penduduk aktualnya.

5.2.5 Hasil Simulasi Model

Pada model dinamika perubahan penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang terdapat beberapa aspek yang dilihat perilaku sistemnya, dimana masing-masing aspek memiliki keterkaitan satu sama yang lain. Aspek-aspek tersebut adalah

L ua s( h a) Tahun Tahun Tahun Tahun P en duduk( Ji wa )

97 penduduk dan jenis penggunaan lahan yang terdiri dari; hutan bakau, hutan kota, ladang/tegalan, permukiman, perairan/tubuh air, sawah dan tanah kosong.

Variabel penduduk merupakan salah satu komponen penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Jumlah penduduk yang selalu mengalami dinamika dalam jumlahnya, mengakibatkan kebutuhan ruang sebagai wadah kegiatan perkotaan juga berubah terus menerus. Ruang dalam hal ini adalah lahan, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan manusia, karena lahan merupakan wadah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas untuk menjamin kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, dinamika kehidupan sejumlah penduduk di suatu daerah akan tercermin hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan lingkungannya. Pertumbuhan penduduk yang tidak di kontrol dengan baik akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks

Pertambahan jumlah penduduk bisa berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota, sehingga dengan sendirinya akan mengakibatkan tingginya permintaan akan lahan sebagai permukiman, baik itu permukiman masyarakat yang tidak teratur mampun permukiman teratur dan bangunan lainnya. Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, proses perubahan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan. Secara keseluruhan penduduk merupakan obyek dan subyek dalam pembangunan oleh kerena itu sebagai salah satu unsur penting dalam pembangunan maka dinamika pertumbuhan penduduk baik itu penambahan dan pengurangan jumlahnya harus teridentifikasi dengan baik sebagai bahan dasar bagi pemerintah setempat dalam menyusun kebijakan, terutama dalam mengembangkan kawasan pesisir Kota Kupang sebagai kawasan yang rentan terhadap berbagai macam gangguan. Basis data yang kurang baik dalam pencatatan pertumbuhan penduduk akan berdampak sangat luas terutama dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan kawasan.