• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke

4. Kedudukan Guru dalam implementasi Kurikulum

Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Kebijakan pendidikan yang semula dilakukan secara sentralisasi telah berubah menjadi desentralisasi, yang menekankan bahwa pengambilan kebijakan pendidikan berpindah dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah.

Menurut E. Mulyasa (2009:2) standar nasional pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh setiap

sekolah dan satuan pendidikan di berbagai wilayah dan daerah. Dengan demikian, implementasi KTSP di setiap sekolah akan memiliki warna yang berbeda satu sama lain sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing. Namun demikian, semua KTSP yang dikembangkan oleh masing-masing daerah itu akan memiliki warna yang sama,yakni warna yang digariskan oleh standar nasional pendidikan (SNP/PP.No.19 tahun 2005) sehingga kemasan kurikulum yang berbeda-beda akan bermuara pada visi, msi, dan tujuan yang sama yang diikat oleh SNP. Hal ini sejalan dengan falsafah bhinneka tunggal ika sehingga pendidikan yang diimplementasikan secara beragam tetap dapat dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa, untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengajar bukan hanya menyampaikan mata pelajaran akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk watak,

pereadaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.

Dalam implementasinya, walaupun istilah yang digunakan “pembelajaran”, tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya dalam istilah mengajar itu juga membelajarkan siswa. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran siswanya. Keyakinan ini muncul karena tidak semua orang memiliki kemampuan baik dari segi pengalaman bahkan pengetahuan.dalam proses pembelajaran guru memiliki peran yang sangat penting.

Bagaimanpun hebatnya kemajuan sains, teknologi, peran guru tetap akan diperlukan.

Wina sanjaya (2008:208) mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan. Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan pengetahuan maka mengajar memiliki karakteristik berikut sesuai dengan implementasi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP):

Pertama, Proses pengajaran berorientasi pada guru.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan

yang sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswa?apa yang harus dikuasai siswa?bagaimana cara melihat keberhasilan belajar? Semuanya tergantung guru. Oleh karena itu begitu pentingnya peran guru, maka biasannya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tidak mungkin ada proses pembelajaran tanpa guru.

Kedua, Siswa sebagai obyek belajar. Konsep

mengajar sebagi proses menyampaikan materi pelajaran, menempatkan siswa sebagai obyek yang harus menguasai materi pelajaran. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Sebagai obyek belajar kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan gayanya sangat terbatas. Sebab dalam proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.

Ketiga, kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan

waktu tertentu. Proses pengajaran berlangsung pada waktu dan tempat tertentu. Misalnya di dalam kelas penjadwalan yang ketat sehingga siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Demikian juga halnya dengan waktu yang diatur sangat singkat. Manakala waktu belajar sesuai mata

pelajaran tertentu telah habis maka siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Keempat, tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan sekolah.

Dari komponen tersebut penulis menganggap proses belajar mengajar di sekolah sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan itu akan menjadikan guru tersebut menjadi guru yang professional. Seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang dijelaskan bahwa:

“Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajra, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta ddik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”

Sedangkan Menurut Kunandar (2007:48) guru professional adalah:

“Guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk belajar. Guru dituntut mencari tahu terus menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar.

Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar

bersama pesrta didik bukan mendiamkannya atau malah menyalahkannya.”

Seorang guru harus meyakini bahwa pekerjannya merupakan pekerjaan professional yang merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian standar proses pendidikan sesuai dengan harapan.

Perlu diketahui Nana Syaodih (1997:157) berpendapat bahwa keberhasilan implementasi kurikulum bergantung pada kemampuan guru karena guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Sekalipun guru tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum,guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari pusat. Gurulah yang mengolah, meramu kembali kurikulum . peranan guru sangat penting dalam keberhasilan tujuan pendidikan karena guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar siswa dalam kelas tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang sangat luas.

Implementasi KTSP dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan menuntut guru untuk lebih sabar, penuh perhatian, dan pengertian. Serta mempunyai kreativitas dan penuh dedikasi untuk membangkitkan kepercayaan diri siswa. Kondisi demikian akan menimbulkan rasa persahabatan antara guru dengan siswa, sehingga mereka

tidak canggung untuk bertanya jika ada kesulitan. Tidak sedikit siswa di sekolah canggung untuk bertanya jika tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya kebanyakan siswa lebih memilih diam walaupun tidak memahami penjelasan guru.

Islam juga mengatur tentang pendidikan dan allah menjanjikan kepada hambanya untuk menaikkan derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Seperti yang termaktub dalam firmannya di Q.S Al-Mujadillah 58:11 yang berbunyi:

 kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

B. Kurikulum 2013

1. Sejarah munculnya kurikulum 2013

Dewasa ini bangsa Indonesia harus percaya sepenuhnya kepada kekuatan pendidikan dalam membangun suatu bangsa dan negara. Kesadaran dan keinginan kuat dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk memperbaiki mutu pendidikan sudah terlihat pada era ini. Sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan:

“Mempunyai fungsi mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik agar peserta didik dapat berkepribadian santun dan berakhlak mulia serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan tanggung jawab.”

Menurut Umar Tirtahardja dan La Sulo (2006:1) Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi- potensi kemanusiaannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis.

Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.

Dalam upaya pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang

berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Berangkat dari sudut pandang tersebut E. Mulyasa (2013:14) mengemukakan bahwa:

“Sumber Daya Manusia (SDM) akhir-akhir ini disebut-sebut sebagai sumber permasalahan perkembangan pendidikan di Indonesia. Karena bangsa yang mampu berkembang dan meningkatkan Sumber Daya Manusia itulah yang mampu mencerdaskan bangsa dan negaranya.”

Mustofa Rembangy (2010:8) pun menambahkan:

“Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia negara ini perlu ditata kembali agar mampu untuk mencerdaskan anak bangsa.”

Ahmad Syaefuddin (2013:7) menuturkan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemajuan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu usaha dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta mengubah perilaku, dan meningkatkan kualitas menjadi lebih baik.

Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan, merupakan wadah atau tempat proses pendidikan yang memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Secara internal sekolah memiliki perangkat yakni guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana.

Secara eksternal sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal dan horizontal.

KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 tidak terlepas dengan penataan pendidikan di sekolah. Sesuai dengan perkembangan zaman setiap lembaga harus bisa menyesuaikannya. Seperti halnya kurikulum. Kurikulum haruslah selalu mengikuti perkembangan zaman. Tak hanya kurikulum saja yang harus mampu menyesuaikan perkembangan zaman. Tetapi juga buku teks yang digunakan sebagai proses belajar mengajar harus mampu menyesuaikan perkembangan zaman.

E.Mulyasa (2013:66) meengatakan dewasa ini pemerintah telah sepakat untuk menyempurnakan kurikulum sehingga terbentuklah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah di uji cobakan pada tahun 2004. KBK (Competency Based Curriculum) dijadikan acuhan dan pedoman bagi pelaksanaan

pendidikan dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Indah Surya Wardhana (2013:12) Tujuan kurikulum ini adalah untuk mencetak generasi 2045 yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis,dan bertanggungjawab.

E.Mulyasa (2013:60) Penyusunan kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di mana ada beberapa permasalahan di antaranya:

1) Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia.

2) Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan belum terakomodasi di dalam kurikulum.

4) Belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global,

5) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

6) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.

Jika kurikulum diperbaharui, maka buku teks pelajaran yang digunakan siswa pun harus menyesuaikan kurikulum yang berlaku.

Sehingga tidak menimbulkan ketimpangan pada seseorang yang menggunakan buku ajar. Kurikulum 2013 sifatnya masih uji coba maka belum semua sekolahan menerapkan kurikulum 2013.

2. Konsep Kurikulum 2013

Konsep kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Berbicara konsep kurikulum baru 2013 sebenarnya dapat dianggap tidak membawa sesuatu yang baru. Konsep kurikulum baru ini dinilai sudah pernah muncul dalam kurikulum yang dulu pernah digunakan.

.Namun tinjauan penulis terkait konsepsi kurikulum, setidaknya Ada tiga konsep tentang kurikulum 2013, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

Sedangkan Wina Sanjaya (2008:4) mengatakan konsepsi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengatakan ada 3.

Kurikulum sebagai mata pelajaran, sebagai pengalaman belajar, dan sebagai perencanaan program pembelajaran.

Nana Syaodih Sukmadinata (2010:27) Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi. Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai

dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara. Konsep ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep kurikulum sebelumnya, namun dalam kurikulum 2013 ini lebih bertumpu kepada kualitas guru sebagai implementator di lapangan.

Konsep kedua, adalah kurikulum 2013 sebagai suatu sistem,

yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap danamis.

Konsep ini juga dapat dipastikan mengalami perubahan dari konsep kurikulum yang sebelumnya, sebab wacana pergantian kurikulum dalam sistem pendidikan memang merupakan hal yang wajar, mengingat perkembangan alam manusia terus mengalami perubahan. Namun dalam menentukan sistem yang baru diharapakan para pembuat kebijakan jangan asal main rubah saja,

melainkan harus menentukan terlebih dahulu kerangka, konsep dasar maupun landasan filosofis yang mengaturnya.

Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu

bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum.

Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Berubahnya kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaharui setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak bangsa dan atau generasi muda.

3. Peran Guru dalam Implementasi kurikulum 2013

E. Mulyasa (2013:99) Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara professional merancang pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur

pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

Kunandar (2007:211) mengatakan Implementasi adalah

“Suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi tertulis dalam bentuk pembelajaran.”

Sedangkan pandangan Oemar hamalik (2007:238) bertolak belakang, dia mengatakan bahwa implementasi adalah:

“Penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya , kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta ddik, baik perkembangan intelektual, emosional, dan fisiknya.

Implementasi kurikulum 2013 merupakan hasil aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukkan kompetensi serta karakter peserta didik.hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah di programkan.

Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar apakah kegiatan pembelajaran dapat dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena

melibatkan aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan.

E. Mulyasa (2013:100) mengatakan bahwa Pembelajaran menyenangkan, efektif, dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru, dengan prosedur berikut:

Pertama, Pemanasan dan Apersepsi. Ini Perlu dilakukan

untuk menjajaki pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru.

Kedua, Eksplorasi. Yaitu tahapan kegiatan pembelajaran

untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.

Ketiga, Konsolidasi pembelajaran. Yaitu untuk mengaktifkan

peserta didik dalam kompetensi dan karakter, serta menguhubngkannya dengan kehidupn yang lebih baik.

Keempat, Pembentukan sikap kompetensi dan karakter.

Semua ini dapat dilakukan dengan prosedur berikut:

 Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep,

pengertian, kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

 Praktekkan pembelajaran secara langsung agar peserta didik dapat membangun sikap, kompetensi,

dan karakter baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.

 Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi

perubahan sikap, kompetensi, dan karakter peserta didik secara nyata.

Kelima, penilaian formatif. Perlu dilakukan untuk perbaikan,

yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan prosedur berikut:

 Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik.

 Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis

kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan kompetensi peserta didik.

 Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam pembelajaran efektif dan bermakna dari uraian diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman sebelumnya materi pembelajaran baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang ada, sehingga pembelajaran harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan dipahami dan peserta didik perlu dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah pusat dari

kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter.

Akhirnya perlu dikemukakan disini pula oleh penulis bahwa dalam rangka implementasi kurikulum 2013, pemerintah telah menyediakan buku acuan utama (BABON), buku guru, buku siswa, dan juga silabus. Dengan demikian, guru tinggal mengikuti apa-apa yang telah disiapkan dalam buku tersebut, serta melaksanakan pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik. Buku BABON dimaksudkan untuk memberikan materi standar dalam pembelajaran, sebagai langkah standarnisasi dalam implementasi kurikulum. Dalam hal ini, buku BABON dirancang untuk memfasilitasi guru dan peserta ddik dalam melakukan pembelajaran. Buku BABON menyajikan materi standar minimal yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik.

Oleh karena itu, jika ada sekolah yang mampu mencapai standar lebih tinggi dari standar minimal, maka kementerian pendidikan dan kebudayaan tidak melarangnya untuk menjadi sekolah unggulan, dengan kualitas pembelajaran diatas standar.

C. Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menjadi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah nama baru dari berbagai nama atau istilah yang disandangkan pada kurikulum sebelum - sebelumnya, istilah baru ini tentunya merupakan upaya pemerhati ahli terhadap kurikulum untuk kemajuan dan kebutuhan dimasa mendatang.

Sebagai alasan mengapa kurikulum harus berubah adalah, untuk mempersiapkan generasi sekarang agar mampu menjawab tantangan masa depan Indonesia. Tuntutan masa depan berubah-ubah, maka kita perlu menyesuaikan kurikulum pendidikan kita.

Mengapa harus berubah? Berangkat dari sebuah pertanyaan ini, maka setidaknya ada empat poin yang ingin penulis tawarkan sebagai jawaban dari pertanyaan mendasar tersebut:

 Kurikulum 2013 harus berubah untuk mempersiapkan generasi

sekarang agar mampu menjawab tantangan masa depan Indonesia. Tuntutan masa depan berubah, maka kita perlu menyesuaikan kurikulum pendidikan kita.

 Substansi perubahan kurikulum 2013 adalah perubahan pada:

Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian.

 Menurut Pak Wamen Pendidikan dan Kebudayaan Bidang

Pendidikan Musliar Kasim Perubahan kurikulum merupakan sebuah keharusan. Kualitas pendidikan Indonesia sudah sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Perubahan kurikulum ini untuk mengatasi ketertinggalan Indonesia. ”Jika penerapan kurikulum ditunda, akan lebih lama kita mengejar ketertinggalan dari negara lain. (Kompas 3 Desember 2012).

 Dengan kurikulum baru diharapkan menghasilkan lulusan dengan kompetensi tinggi dan berpikir analitis.

Adapun perubahan-perubahan yang ada dalam kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya (KTSP) antara lain adalah:

a. Perubahan Standar Kompetensi Lulusan

Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas.

b. Perubahan Standar Isi

Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses).

c. Perubahan Standar Proses

Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

d. Perubahan Standar Evaluasi

Penilaian yang mengukur penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil

Penilaian yang mengukur penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil

Dokumen terkait