• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Perubahan Kurikulum Nasional

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing- masing satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.

KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

“(1)Standar isi, (2)Standar proses, (3)Standar kompetensi lulusan, (4)Standar pendidik dan tenaga pendidikan, (5)Standar sarana dan prasarana, (6)Standar pengelolaan dan, (7)Standar pembiayaan, (8)Standar penilaian pendidikan”

. Menurut Dian Sukmara (2007:24) KTSP itu sangat nampak:

“Menekankan perpaduan antara pendekatan, dalam arti bahwa kurikulum yang dikembangkan memfokuskan pada penguasaan isi, penguasaan kemampuan, aspek-aspek kepribadian serta pemecahan masalah maupun kemampuan potensial peserta didik.”

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum berbasis kompetensi atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini DEPDIKNAS masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit lebih berkurang dan guru diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen

Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan di berbagai wilayah dan daerah. Dengan demikian, implementasi KTSP di sekolah dan satuan pendidikan akan memiliki warna yang berbeda satu sama lain, sesuai dengan kebutuhan wilayah dan daerah masing-masing;sesuai dengan karakteristik masing-masing sekolah dan satuan pendidikan;serta sesuai pula dengan kondisi, karakteristik, dan kemampuan peserta didik. Namun demikian, semua KTSP yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah dan daerah itu, akan memiliki warna yang sama, yakni warna yang digariskan oleh standar nasional pendidikan (SNP).

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mempresentasikan, apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan

siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Ada empat implementasi dikembangkan dalam kurikulum 2013 tersebut yaitu:

a. Standar Kompetensi lulusan, dalam hal ini yang diharapkan pada peserta didik yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap (meliputi: pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya), keterampilan (meliputi: pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret), dan pengetahuan (mampu menghasilkan pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya yangberwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban).

b. Standar isi, Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Kompetensi dikembangkan melalui:

 Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran (pada tingkat SD)

 Mata pelajaran (pada tingkat SMP dan SMA)

 Vokasinal (pada tingkat SMK) c. Standar proses pembelajaran

 Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

 Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.

 Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

 Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh

dan teladan.

d. Standar penilaian

 Penilaian berbasis kompetensi.

 Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

 Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu

pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).

 Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.

 Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa

sebagai instrumen utama penilaian.

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, diekspilisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi kebiasaan sehari-hari serta simbol-sombol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya.

Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan dan kegatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta

didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.

Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakteristik dan kompetensi, pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak.

Oleh karena itu, pengembangan rencana, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dimulai dari analisis karakter dan kompetensi yang akan dibentuk, atau yang diharapkan, muncul setelah pembelajaran. Bedanya dengan kurikulum sebelumnya Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Semua komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik baik dalam real curriculum, maupun dalam hidden curriculum.

Oleh karena itu untuk mengefektifkan program pendidikan karakter dan meningkatkan kompetensi dalam kurikulum 013 diperlukan koordinasi, komunikasi dan jalinan kerja sama anatara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah; baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pengawasannya.

BAB III

GURU A. Pengertian Guru

Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu atau ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampakan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjai suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya.

Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai halyang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal.

Menurut undang-undang no. 14 tahun 2005 guru adalah:

“Guru professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidkan dasar, dan pendidikan menengah”.

Dalam mengupayakan pencapaian hal tersebut, para pendidik sering disebut ustaz, murabb, muallim, mudarris, mursyid, dan muaddib.

Abd. Rahman Getteng (2012) mengemukakan bahwa:

“Predikat ustaz biasa digunakan untuk seorang professor.”

Ini mengandung makna bahwa seorang guru atau dosen dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Seorang dikatakan professional, apabila pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, dan sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata:

ة َرْثَف ْيف َنوُشْيعَش ْمُهـنَلأ كُلاَفْطَأ ملْعَت كَل ةَفلَتْخُم هناَم َز

Artinya:

“Ajarilah anak-anak kamu karena mereka akan hidup pada masa yang berbeda dengan masa kalian.”

B. Peran, Fungsi, dan Tanggung Jawab Guru 1. Peran dan Fungsi Guru

Momon Sudarma (2013:13) mengatakan bahwa guru merupakan:

“Jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang pandai bicara dalam bidang-bidang tertentu belum dapat disebut sebagai guru.”

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih. Mendidik berarti meneruskaan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan d sekolah harus menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta didiknya.pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar.

Keberadaan guru bagi suatu bangsa yang sedang membangun,terlebih lebih lagi kelangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan dan pergeseran nilai yang cenderung member nuansa kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk dapat mengadaptasikan diri.

Menurut E. Mulyasa (2005) mengemukakan bahwa :

“Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kehandalan seseorang sebagai manusia pembangunan.dengan kata lain, potret dan wajah bangsa ini di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan cita para guru di tengah-tengah masyarakat.

2. Tanggung Jawab Guru Sebagai Pendidik

Tanggung jawab guru sebagai pendidik pada hakikatnya merupakan pelimpahan tanggung jawab dari setiap orang tua.guru

mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memilki kompetensi yang diperlukan sebagaiman yang diamanatkan dalam Undang-undang guru dan dosen.

Menurut Kunandar (2007:56) Tanggung jawab yang harus diemban oleh guru pada umumnya, khususnya guru agama dengan fungsinya yang meliputi:

 Tanggung jawab moral,

 Tanggung jawab dalam bidang pendidikan,

 Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan,

 Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan.

Tanggung jawab guru sebagai pendidik sangat besar sesuai dengan amanah dan tanggung jawab yang dipikulnya sangat besar pula. Sebab mereka telah sanggup mengemban amanah. Mereka berhak mendapat penghargaan, padahal ia memiliki tanggung jawab. Seorang guru pada hakikatnya adalah pelaksana amanah dari orang tua sekaligus amanah dari Allah SWT, Amanah masyarakat dan amanah pemerintah. Amanah tersebut mutlak harus dipertanggung jawabkan kepada pemberi amanah. Firman Allah SWT dalam Surah An-nisa (58):



“Sesungguhnya Allah Memerintahkan kamu menunaikan (menyerahkan) amanah kepada yang berhak menerimanya.”

Nabi bersabda dalam salah satu hadistnya dari Abdullah Bin Umar:

هِتهيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُك َو ٍعاَر ْمُكُّلُك ُلوُقَي َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هللَّا ىهلَص ِ هللَّا َلوُسَر ُتْعِمَس ( ىراخب هاور )

Artinya:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabkan kepemimpinannya”(HR.

Bukhari).

C. Kompetensi dan Profesi Guru 1. Kompetensi Guru

Masalah Kompetensi merupakan salah satu faktor penting dalam pembinaan guru sebagai suatu jabatan profesi. dalam UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditetapkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Guru sebagai jabatan professional diharapkan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang ditetapkan dalam undang-undang.

Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi:

a. Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Secara rinci

masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

 Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: memamahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.

 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidik-an untuk kepentingan pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

 Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode:menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

 Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.

b. Kompetensi Kepribadian, merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

 Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan

norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

 Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

 Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

 Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

 Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

sesama pendidik dan tenaga kependidikan. c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi professional, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam

kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

 Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis

untuk me-nambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Oemar Hamalik (2006) mengemukakan bahwa pentingnya kompetensi guru sebagai:

1.) Alat seleksi penerimaan guru 2.) Pembinaan guru

3.) Penyusunan kurikulum

4.) Hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa.

2. Profesi Guru

Posisi guru mengarah dan mewujudkan menjadi sebuah profesi. Sejak lahirnya Undang-undang sistem pendidikan nasional yang baru tahun 2003 pengakuan status sosial guru sebagai profesi mulai menguat.

Secara rinci, kedua pemikir ini merujuk pada pandangan dari National Education Association (NEA), menyebutkan ada delapan criteria, sebuah pekerjaan disebut profesi, yakni :

(1)Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

(2)Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus (3)Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama (4)Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang sinambung

(5)Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaannya permanen,

(6)Jabatan yang menentukan standar etika (baku) oleh kelompok sendiri,

(7)Jabatan yang mementingkan tatanan di atas keuntungan pribadi, dan

(8)Jabatan yang mempunyai organisasi profesi kuat dan terjalin cepat.

Sikun Pribadi dalam Omar Hamalik (2006) mengemukakan bahwa profesi itu pada hakikatnya adalah:

“Suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.”

D. Kode Etik Guru

Betapa pentingnya tugas dan tanggung jawab guru yang diamanatkan kepada guru dalam mengantarkan peserta didiknya agar berhasil sebagaimana yang diharapkan, maka guru perlu memiliki etika kepribadian atau kode etik antara lain:

1. Ilmu

Ijazah bukan semata –mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.

2. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru.

Guru yang berpenyakit menular, misalnya , sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu,guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar.

Jadi kesehatan fisik sangat penting terlebih lagi bagi seorang pemimpin termasuk guru mengingat bahwa tugasnya yang memerlukan kerja fisik. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah (247) yang berbunyi:



“Sesungguhnya Allah telah memilihnya (thalut) menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”

3. Berkelakuan baik

Budi pekerti sangat penting dalam pendidikan watak anak didik.

Menurut Ramayulis (2005) Guru harus menjadi:

“Model teladan salah satunya membentuk akhlak mulia pada diri pribadi yang akan ditransformasikan kembali kepada peserta didik. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin menjadi pendidik. Diantara akhlak mulia guru tersebut adalah bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, dan bersifat manusiawi.”

Menurut Soetjipto (1999) Kode etik guru Indonesia merupakan :

“Landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru. Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan yang Maha Esa, bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar.”

Berikut rumusan kode etik guru Indonesia pada kongres XVI di jakarta:

a. Guru berbakti membimbing kepada peserta didik untuk membentuk Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

e. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

f. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

g. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

h. Guru melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Menurut E. Mulyasa (2005) sedikitnya ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu:

 Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran

 Menunggu peserta didik berperilaku negative

 Menggunakan destructive displine

 Mengabaikan perbedaan peserta didik

 Merasa paling pandai dan tahu

 Tidak adil (diskriminatif)

 Memaksa hak peserta didik

Guru harus menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat luas dengan selalu menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji dan mempunyai integritas yang tinggi. Guru mempunyai visi ke depan dan mampu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu yang membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.

BAB IV

PERUBAHAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KE KURIKULUM 2013 DAN DAMPAKNYA BAGI GURU

Banyak orang menganggap kurikulum berkaitan dengan bahan ajar atau buku-buku pelajaranyang harus dimiliki peserta didik,sehingga perubahan kurikulum identik dengan perubahan buku pelajaran. Benarkah demikian? Apakah kurikulum hanya berkaitan dengan bahan ajar? Apakah aktifitas siswa mempelajari bahan ajar tidak termasuk kurikulum?

Persoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar akan tetapi banyak persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan,persoalan materi pelajaran, serta persoalan-persoalan lannya terkait dengan hal itu.

Istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan memiliki multi tafsir. Para ahli pendidikan memiliki penafsiran berbeda tentang kurikulum.

Namun demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai karena kurikulum memang hanya untuk diperuntukkan untuk peserta didik.

Dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya dengan usaha untuk memperoleh ijazah. Ijazah sendiri padav

Dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya dengan usaha untuk memperoleh ijazah. Ijazah sendiri padav

Dokumen terkait