• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERUBAHAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KE KURIKULUM 2013 DAN DAMPAKNYA BAGI GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI PERUBAHAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KE KURIKULUM 2013 DAN DAMPAKNYA BAGI GURU"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) Pada Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

MUH. WAHYUDDIN S. ADAM 105190139111

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H/ 2015 M

(2)

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 (Gedung Iqra Lt. 4 ) Fax/Telp. (0411)851914 Makassar 90223

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah mengadakan Sidang Munaqasyah pada :

Hari : Jumat, 01 Shafar 1437 H/ 13 November 2015 M Tempat : Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar

Jl. Sultan Alauddin No.259 (Gedung Iqra Lantai 4) Makassar MEMUTUSKAN

Bahwa Saudara

Nama : Muh. Wahyuddin S. Adam

Nim : 105 19 1391 11

Judul Skripsi : Studi Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke Kurikulum 2013 Dan Dampaknya Bagi Guru.

Dinyatakan : Lulus

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I. Dr. Abd. Rahim Razaq, M. Pd.

NBM : 554 612 NIDN: 092008590

Penguji I : Markas Iskandar, S. Ag., M. Pd.I. (………) Penguji II : Ahmad Abdullah, S. Ag., M.Pd. (………) Pembimbing I : Amirah Mawardi S. Ag., M.Si (………) Pembimbing II : Dra. Mustahidang Usman M.Si (………)

Makassar, 04 Shafar 1437 H 16 November 2015 M Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Agama Islam

Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I.

NBM: 554 612

(3)

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 (Gedung Iqra Lt. 4 ) Fax/Telp. (0411)851914 Makassar 90223

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi Saudara Muh. Wahyuddin S. Adam, NIM. 105 190 139 111, yang berjudul ”Studi Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke Kurikulum 2013 Dan Dampaknya Bagi Guru.” Telah diajukan pada hari Jumat, 01 Shafar 1436 H/13 November 2015 M, dihadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 04 Shafar 1437 H 16 November 2015 M DEWAN PENGUJI :

1. Ketua : Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I (……….… ….) 2. Sekertaris : Dr. Abd.Rahim Razaq, M. Pd (………..…….) 3. Tim penguji : Markas Iskandar, S. Ag., M. Pd.I. (………...) : Ahmad Abdullah, S. Ag., M.Pd. (…...……….……...) : Amirah Mawardi S. Ag., M.Si (………...…………) : Dra. Mustahidang Usman M.Si (………..………….)

Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Agama Islam

Drs .H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I NBM : 554 612

(4)

di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/ peneliti sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat di buat atau dibantu secara langsung orang lain baik keseluruhan ataupun sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 23 Muharram 1437 H 05 November 2015 M

Peneliti

Muh. Wahyuddin S. Adam

v

(5)

Punya JATI DIRI

Dengan Jati Diri Ia MEMBINA DIRI

Karena Membina Diri Ia Jadi Punya HARGA DIRI Sadar Punya Harga Diri Seharusnya Ia TAHU DIRI Tapi Terkadang Ia Tak Tahu Diri Lalu Buru-buru UNJUK DIRI

Kecewa Ternyata Unjuk Diri Membuatnya LUPA DIRI Dan Tidak Sedikit Yang Akhirnya BUNUH DIRI

Gelar Sarjana yang telah Diraih itu akan menjadi Simbol Diriku Identitas Sebagai Mahasiswa Aktivis skaligus Akademis telah berakhir Semua Dinamika Perjuanganku akan selalu Terpatri dalam Sanubariku

Pahit Manisnya Akan menjadi Kenangan yang Sukar Dilupakan Akhir Prosesi ini menjadi Bekal di Awal Masa Depan Ku

“Jika Orang Lain Tidak Pernah Berfikir Melakukan Kejahatan Mengapa Kita Harus Memikirkan Kebaikan”

“ Fastabiqul Khaerat”

vi

(6)

(Dibimbing oleh Bunda Amirah Mawardi dan Mustahidang Usman).

Studi ini bermaksud untuk membahas tentang proses perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan ke kurikulum 2013 dan dampaknya terhadap guru. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Library research, dimana penelitian lebih berfokus dan berhadapan langsung dengan teks literatur yang relevan atau buku-buku yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

Adapun pendekatan ilmiah yang digunakan dalam penyusunan data adalah pendekatan perspektif, penedekatan kasuistik, pendekatan filosofis. Sedangkan proses pengumpulan data pustaka dengan dua cara yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan pola berpikir induktif dan deduktif.

Berdasarkan hasil kajian yang mendalam diperoleh kesimpulan bahwa Penerapan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan dalam sistem pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian kurikulum, tetapi menyangkut perubahan fundamental dalam sistem pendidikan. Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan. Karena KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan dari segi konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar tetapi juga menyangkut pola piker, filosofis, komitmen guru, sekolah, dan stake holder pendidikan.

Seiring berjalannya waktu pemerintah kembali melakukan perombakan kurikulum untuk dunia pendidikan. Yaitu hadirnya kurikulum baru “Kurikulum 2013”. Penerapan Kurikulum 2013 dalam sistem pendidikan Indonesia itu lebih menekankan pada aspek moralitas dan potensial si peserta didik. Apa yang dialami oleh peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dan guru tetap menilai perilaku para peserta didiknya selama proses belajar mengajar berlangsung. Sasaran perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013 tidak lain adalah Guru sebagai pelaksana langsung dalam kelas. Maka dari itu kualitas dan kuantitas Guru itu mesti diseimbangkan agar menjadi Guru professional dan proporsional.

Vii

(7)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas rahmat dan hidayah serta kesempatan yang telah diberikan kepada hambanya sehingga peneliti dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi tercinta, Muhammad saw yang telah menyinari dunia ini dengan cahaya Islam. Serta keluarga-Nya dan para sahabat- sahabat-Nya dan orang-orang yang mengikuti beliau.

Peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta salam penuh hormat kepada Amirah Mawardi S.

Ag, M. Si dan Dra Mustahidang Usman M. Si sebagai pembimbing I dan II atas kerelaan meluangkan waktu membimbing dan mengarahkan peneliti.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor UNISMUH Makassar dan Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam. Amirah Mawardi, S.Ag, M.Si dan Dr. Hj. Maryam, M.Th.I selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam serta segenap Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam UNISMUH Makassar yang telah membekali penulis ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta salam penuh hormat dengan segenap cinta kepada keluarga terutama kepada Ayahanda (Safruddin) dan Ibunda (Sri Nurwahyuanti & Aslia Jalil) yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayang serta doanya selama ini

(8)

viii

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan Sahabat Merah seperjuangan di Pikom IMM FAI (Fitriani Nuralam Sari,Risnawati K, Kurnia, Nirwana, Muhammad Fauzan Basri, Muh. Khairul Abror,Rahadi, Muh. Ulil Amri, Abd. Rahman, Khairul Yusuf Ahmad, Mahmud Arni, Muh.

Safu’ah, dan Fatwa Ibrahim S.) yang selama ini memberi dukungan dan motivasi demi tercapainya cita-cita penulis. Serta Sahabat yang saya anggap saudaraku (Defrion Hendrik, Darwis L, Fajar Alam Bulu, Fajar Siddiq,dan Rahli Sadri) teman seperjuangan dalam suka maupun duka dalam menjalani dinamika dunia perkuliahan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011 khususnya kelas D UNISMUH Makassar atas solidaritas yang diberikan selama menjalani perkuliahan, semoga kebersamaan dan keakraban kita akan terus terjaga hingga akhir hayat. Dan semua pihak yang telah membantu penulis demi kelancaran penyusunan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu semoga bantuan dan dukungannya mendapat balasan dari Allah.

Peneliti menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Peneliti telah berusaha untuk menjadikan skripsi ini, sebuah karya yang bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Namun dibalik semua itu, kesempurnaan hanya milik Allah yang Maha Sempurna dan tidak dimiliki manusia. Untuk itu, saran dan kritikan yang bersifat

(9)

viii

membangun sangat diharapkan untuk perbaikan menuju kesempurnaan hasil penelitian ini.

Akhir kata, peneliti kembalikan semua kepada Allah, semoga keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis memperoleh balasan yang berlipat ganda dari Allah. Semoga kita semua senantiasa mendapat rahmat dan hidayah-Nya, Aamiin.

Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Makassar, 05 November 2015

Peneliti

(10)

BERITA ACARA ...ii

PENGESAHAN SKRIPSI ...iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...v

MOTTO ...vi

ABSTRAK ...vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Jenis Penelitian ...5

F. Metode Pendekatan ...5

G. Metode Pengumpulan Data ...5

H. Metode Pengolahan Data ...6

I. Teknik Analisis Data ...6

(11)

B. Landasan Pengembangan Kurikulum...11

C. Mengajar dan Belajar Dalam Implementasi Kurikulum ...14

D. Metode Mengajar CBSA...17

E. Jenis-jenis Kurikulum ...21

F. Perubahan Kurikulum Nasional ... ... 24

BAB III Guru ...32

A. Pengertian Guru ...32

B. Peran, Fungsi, dan Tanggung Jawab Guru ...33

C. Kompetensi dan Profesi Guru ...36

D. Kode Etik Guru ...42

BAB IV Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke Kurikulum 2013 Dan Dampaknya Terhadap Guru A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ...46

1. Pengertian KTSP ...44

2. Latar Belakang Lahirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ...48

3. Konsep Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan………..49

4. Kedudukan Guru dalam implementasi Kurikulum tingkat satuan pendidikan……… 56

(12)

3. Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum

2013 ... 68

C. Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke Kurikulum 2013 Dan Dampaknya Bagi Guru... 72

D. Analisis Dampak Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Guru ... 84

BAB V Penutup ... 94

A. Kesimpulan ...94

B. Saran ...95

xi

(13)

x DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 1 Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Antara KTSP 2006

dengan Kurikulum 2013………...78 Tabel. 2 Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Antara KTSP 2006

dengan Kurikulum 2013

………..………...79 Tabel. 3 Perbedaan Esensial Kurikulum SD Pada KTSP 2006 dengan

Kurikulum 2013………..……….…81 Tabel. 4 Perbedaan Esensial Kurikulum SMP Pada KTSP 2006 dengan

Kurikulum

2013….………...…..83 Tabel. 5 Perbedaan Esensial Kurikulum SMA/SMK Pada KTSP 2006

dengan Kurikulum

2013……….……..83

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu pondasi terjadinya suatu proses pembelajaran. Karena kurikulum dalam pendidikan adalah standard yang dapat menjadi peran yang menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia.

Kurikulum merupakan salah satu hal yang sangat urgen untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah, Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dalam proses belajar mengajar di institusi lembaga pendidikan dalam pengelolaannya suatu kurikulum pendidikan.

Setelah isu reformasi pendidikan digulirkan, banyak bermunculan gagasan-gagasan pembaharuan pendidikan, Reformasi sebagai sebuah gerakan yang memiliki perspektif sejarah politik monumental,karena era reformasi menjadi era pemerintahan substitusi pemerintahan orde.

Tentunya gagasan reformasi pendidikan ini memiliki momentum yang amat mendasar dan berbeda dengan gagasan yang sama pada era sebelumnya.

1

(15)

Arah reformasi dalam mewujudkan pengembangan pendidikan terkait dengan kebijakan kurikulum adalah ikut diperbaharuinya kurikulum yang ada sebelumnya dari kurikulum 1994 diperbaharui menjadi kurikulum 2004 atau KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Selang dua tahun kemudian KBK pun telah mengalami pembaharuan kembali menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan) atau Kurikulum 2006 kemudian diperbaharui kembali yang dinamakan kurikulum 2013.

Kurikulum dikatakan penting dalam sebuah pendidikan karena keberhasilan sebuah pendidikan untuk dapat mencetak output atau disebut dengan peserta didik yang bermutu (berkualitas) itu sangat ditentukan oleh kurikulum sebuah pendidikan. Kurikulum yang kurang tepat bagi sekolah justru akan memberi masalah-masalah baru dalam dunia pendidikan, Karena kurikulum baru belum tentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah itu sendiri.

Tujuan Pemerintah mengganti kurikulum dalam pendidikan tidak lain adalah karena ingin memperbaiki mutu pendidikan supaya bisa berkembang lebih baik dari sebelumnya. Tapi apakah demikian?. Pada Realitasnya tidak ada perubahan mutu yang diberikan oleh pendidikan di Indonesia bahkan mutu pendidikan akhir-akhir ini memberikan hasil yang mengecewakan, justru perubahan kurikulum pendidikan yang begitu cepat menimbulkan masalah-masalah baru dalam dunia pendidikan, Seperti halnya banyak prestasi siswa yang menurun,hal ini mungkin disebabkan

(16)

karena siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada kurikulum yang baru. Sebenarnya begitu banyak terhadap mutu pendidikan tidak hanya karena pergantian kurikulum, tapi sejatinya kurikulum merupakan dasar program pendidikan.

Perubahan kurikulum yang terus menerus berganti menjadi fenomena yang memiliki dampak tersendiri dari berbagai pihak

penyelenggara pendidikan di sekolah, baik warga sekolah yaitu kepala sekolah, tenaga pendidik dan peserta pendidik, maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak – pihak lain. Sebagai instrumen peningkatan mutu pendidikan, kurikulum selalu melakukan perubahan – perubahan yang bertujuan melakukan perbaikan,

pengembangan dan pelengkap dari kurikulum terdahulu.. Pada dasarnya mengubah kurikulum sama halnya mengubah manusia yang terlibat sebagai peragaan kurikulum. Oleh sebabnya perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan pokok yang akan diangkat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke Kurikulum 2013?

2. Bagaimana Dampak Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke Kurikulum 2013 Terhadap Guru ?

(17)

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah, maka penulis dapat memaparkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013.

2. Untuk mengetahui dampak perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013 bagi Guru

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan manfaat dan keunggulan penelitian ini adalah:

1. Dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Indonesia khususnya terhadap lembaga pendidikan untuk senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia melalui kurikulum.

2. Dari hasil penelitian ini bagi Universitas Muhammadiyah Makassar, diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan terutama bagi guru dan siswa.

3. Bagi peneliti memperdalam dan memperluas wawasan serta menumbuhkan sadar akan pentingnya dunia pendidikan demi generasi indonesia yang lebih maju.

E. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif, karena menekankan pada penelitian yang berupaya untuk menelusuri dan mencari referensi yang

(18)

berkaitan dengan studi perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan ke kurikulum 2013 dan dampaknya terhadap guru.

F. Metode Pendekatan

Dalam rangka mengumpulkan data-data teoritis untuk menjawab permasalahan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan perspektif, yaitu penulis menghimpun data-data dari para pendapat Ilmuan terkemuka dan handal dalam menguasai pembahasan tentang kurikulum dan guru.

2. Pendekatan kasuistik yaitu penelitian yang menggunakan berbagai analisis berdasarkan peristiwa social yang telah terjadi.

3. Pendekatan filisofis, yaitu mendekati objek pembahasan secara bebas, mendalam, dengan teliti untuk mendapatkan hakekat objek yang diteliti.

G. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan proposal ini, penulis menggunakan beberapa macam sumber untuk memberikan penjelasan-penjelasan dan penulis menggunakan studi pustaka (library research) atau suatu penelitian kepustakaan. Dimana pengumpulan data ini meliputi sumber buku-buku yang berkaitan dan relevan dengan permasalahan ini. dan melalui sumber sekunder yang merupakan sumber penunjang yang dijadikan alat bantu untuk menganalisa terhadap masalah yang telah ditetapkan atau yang dikaji.

(19)

H. Metode Pengolahan Data

Dalam mengelolah data yang telah dikumpulkan, penulis menggunakan pengolahan data secara kualitatif, yaitu mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian diolah guna mendapatkan data yang akurat dan dapat di interpretasikan ke dalam konsep yang sesuai dengan topik yang dibahas.

I. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data merupakan langkah-langkah penting dalam suatu penelitian. Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan pendekatan interpretative, penulis menggunakan beberapa metode penganalisaan data yaitu:

1. Metode Induktif yaitu, suatu metode penulisan yang berdasarkan pada hal-hal yang bersifat khusus dan hasil analisis tersebut dapat dipakai sebagai kesimpulan yang bersifat umum.

2. Metode Deduktif yaitu, metode penulisan atau penjelasan dengan bertolak dari pengetahuan yang bersifat umum, atau mengolah data dan menganalisa dari hal-hal yang sifatnya umum guna mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus.

3. Metode Komparatif yaitu metode yang dipakai dengan menganalisis data dengan jalan membandingkan antara satu pendapat dengan pendapat yang lain atau antara satu data dengan data lain. Kemudian mencari persamaan dan perbedaan untuk diambil suatu kesimpulan

(20)

dan menghubungkan dengan realitas yang terjadi dilapangan sehingga penulis dapat menarik kesimpulan bahwa argumen inilah yang sangat tepat untuk diaplikasikan dalam penelitian.

(21)

BAB II

KURIKULUM A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologi kurikulum (Curriculum) berasal dari Bahasa Yunani yaitu curir yang berarti “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Itu berarti istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dan garis start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (Subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.

Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan. Para ahli mengartikan kurikulum yaitu:

Menurut Nana Sudjana (2009:17) kurikulum adalah:

“Program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis, di berikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana atau harapan.”

Menurut Nana Syaodih (2010:6) kurikulum merupakan:

“Suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

(22)

Menurut Nasution (2012:5) kurikulum dipandang sebagai:

“Suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.”

Sedangkan menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 19 dalam Mashur Muslich (2012:1) kurikulum adalah:

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikanuntuk mencapai suatu tujuan.pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran ataukegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Istilah kurikulum pada dasarnya tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experience) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.

Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus berjalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya

(23)

pendapat mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoritis kita agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum.

R. Ibrahim (2005:23) dalam mengelompokkan kurikulum itu menjadi tiga dimensi, yaitu:

1. Kurikulum Sebagai Substansi

“Dimensi pertama memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat jugamenunjuk pada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat.”

2. Kurikulum Sebagai Sistem

“Dimensi kedua memandang kurikulum sebagai bagian dari system persekolahan, sistem pendidikan dan bahan masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu system adalah tersusunnya suatu kurikulum. Dan fungsi dari sistem kurikulum adalah memelihara kurikulum agar tetap dinamis.”

3. Kurikulum Sebagai Bidang Studi

“Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu sebagi studi kurikulum. Hal ini merupakan kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan,sehingga menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.”

(24)

Dari berbagai pendapat diatas tentang pengertian kurikulum penulis dapat menyimpulkan bahwa kurikulum sebagai bahan penelitian menuju pendidikan yang berbasis kompeten.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum 1. Hakikat Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai.

Sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa kita pada persoalan menentuan hal-hal yang mendasar dalam proses pengembangan kurikulum yang kemudian kita namakan asas-asas landasan pengembangan kurikulum.

Landasan pengembangan kurikulum diibaratkan seperti fondasi sebuah bangunan. Apa yang akan terjadi seandainya sebuah gedung yang menjulang tinggi berdiri di atas fondasi yang rapuh? Ya, tentu saja bangunan itu tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu, sebelum sebuah gedung dibangun,terlebih dahulu

(25)

disusun fondasi yang kukuh. Semakin kukuh fondasi sebuah gedung, maka akan semakin kukuh pula gedung tersebut.

Layaknya membangun sebuah gedung, maka menyusun sebuah gedung kurikulum juga harus didasarkan fondasi yang kuat.

Kesalahan menentukan dan menyusun sebuah fondasi kurikulum berarti kesalahan dalam menentukan kebijakan dan implementasi pendidikan.

Atas dasar itu, maka pengembangan kurikulum (curriculum development atau curriculum planning) adalah proses atau

kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di sekolah.

2. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum a. Prinsip Relevansi

Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntunan dan harapan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi.

b. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip ini memiliki dua sisi: pertama, fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan

(26)

kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

c. Prinsip kontinuitas

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.

d. Efektifitas

Prinsip ini berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

e. Efisiensi

Prinsip ini berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.

C. Mengajar dan Belajar Dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) dan Kurikulum 2013

Kurikulum memiliki dua dimensi yang sama pentingnya, yakni kurikulum sebagai pedoman dan kurikulum sebagai implementasi.

Kurikulum sebagai pedoman berfungsi sebagai acuan atau dokumen kurikulum sedangkan kurikulum sebagai implementasi adalah aktualisasi dari kurikulum pedoman itu. Oleh karena itu, maka implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses yang mengajar yang dilakukan guru dan proses belajar yang dilakukan siswa di dalam ataupun di luar kelas.

(27)

a. Konsep dasar mengajar

Menurut Wina Sanjaya (2008:11) Kata teach atau mengajar berasal dari:

“Bahasa inggris kuno, yaitu taecan yang berarti memperlihatkan.

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.”

Proses penyampaian itu sering dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Dalam Konteks Itu, mentransfer tidak diartikan dengan memindahkan seperti misalnya mentransfer uang. Sebab, kalau kita mentransfer uang maka jumlah uang yang dimiliki akan berkurang bahkan hilang setelah ditransfer ke orang lain. Apakah mengajar juga demkian? Tidak. Bahkan mungkin saja ilmu yang dimilki guru akan bertambah. Oleh sebab itu kata mentransfer dalam konteks ini diartikan sebagai proses menyebarluaskan, seperti menyebarluaskan api. Ketika api dipindahkan maka api tidaklah menjadi kecil akan tetapi semakin membesar. Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar memiliki beberapa karakteristik berikut:

 Proses pengajaran berorientasi pada guru

 Siswa sebagai objek belajar

 Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat atau waktu tertentu

 Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.

(28)

Sue Cowley (2011:19) mengungkapkan bahwa mengajar adalah:

“Pekerjaan paling menyenangkan jika kita memiliki siswa berperilaku baik. Setiap hari memberi pengalaman baru dan berbeda.”

Akan tetapi mengajar jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa saja, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

b. Pengajaran dan pembelajaran

Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan.

Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.

Menurut Deny Darmawan (2012:67) Pembelajaran adalah:

“Suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan pengajaran yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengajaran dan lelaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran dalam tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi.”

Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut, maka membelajarkan itu tidak hanya sekedar mengajar karena

(29)

membelajarkan yang berhasil harus memberikan banyak perlakuan kepada siswa. Oleh karenanya guru haus memiliki multi peran dalam pembelajaran.

C. Makna belajar

Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri.

Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar:

 Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir merasakan. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa.

Kegiatan tersebut merupakan manifestasi dari adanya aktivitas mental.

 Perubahan perilaku

Hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya.

(30)

Perubahan perilaku diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu Kognitif (Intelektual), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan)

 Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sedangkan siswa belajar dengan menjelaskan penjelasan guru atau membaca buku adalah contoh belajar Individu.

D. Metode mengajar CBSA

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sebagai istilah yang sama maknanya dengan Student Active Learning (SAL). CBSA adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar.

Pada hakekatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadamya yang berbeda tergantung pada kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.

(31)

Rohani (2010:77) menyatakan bahwa CBSA merupakan:

“Salah satu strategi partisipasi siswa sebagai subjek didik secara optimal sehingga siswa mampu mengubah dirinya (tingkah laku, cara berpikir, dan bersikap) secara lebih efektif dan efisien”.

Kehadiran CBSA sebagai alternatif strategi pengajaran dimaksudkan untuk mempertinggi atau mengoptimalkan aktifitas dan keterlibatan siswa dalam proses pengajaran.

Guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi pada kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih aktif dalam interaksi itu, bukan guru. Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Sistem pengajaran seperti itulah yang dikehendaki dalam pendidikan modern agar keaktifan siswa menyangkut kegiatan fisik dan mental akan tersalurkan dan aktivitas siswa dalam kelompok sosial akan membuahkan interaksi dalam kelompok.

Berdasarkan teori di atas, disimpulkan bahwa metode mengajar CBSA merupakan strategi pembelajaran yang menghendaki partisipasi siswa secara optimal sehingga siswa mampu mengubah dirinya lebih efektif dan efisien.

Metode mengajar CBSA merupakan salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa akan berhasil belajarnya apabila metode mengajar yang digunakan oleh guru sesuai dengan tujuan. Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu,

(32)

menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana, dan sebagainya. Keaktifan itu ada yang dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat diamati secara langsung.

Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan dan sekaligus sebagai keharusan dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada gilirannya berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang efektif.

Peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar.

Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandang sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misalnya melalui suasana kekeluargaan terbuka dan bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.

(33)

CBSA dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan. Keaktifan guru dilakukan pada tahap-tahap kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut pembelajaran. Peranan guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa, melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayanan bagi siswanya. Siswa aktif belajar, sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, ialah:

Menyiapkan lembaran kerja

Menyusun tugas bersama siswa;

Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;

Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila siswa mendapat kesulitan;

Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan;

Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;

Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lambat;

Menyalurkan bakat dan minat siswa;

Mengamati setiap aktivitas siswa.

(34)

Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA tidak diartikan guru menjadi pasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya. Guru bertindak sebagai guru inquiry dan fasilitator.

E. Jenis-jenis Kurikulum

Menurut Nasution (2012:7) jenis-jenis kurikulum ada tiga, yaitu:

1. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah Atau Tidak Menyatu).

Kurikulum ini dikatakan demikian karena data data pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subjek atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya. Kurikulum ini dengan tegas memisahkan antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya,umpamanya mata pelajaran biologi dengan pengetahuan sosial atau yang lainnya.

Akan tetapi kurikulum ini juga memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

 Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan berkesinambungan, hal ini karena setiap bahan telah disusun dan diuraikan secara sistematis dan logis dengan mengikuti urutan yang tepat yaitu dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks.

 Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudahdirencanakan dan mudah dilaksanakan dan mudah juga diadakan perubahan jika diperlukan. Adanya kesederhanaan itu sangat diperlukan karena hal itu jelas akan menghemat tenaga sehingga menguntungkan baik dari pihak pengembang kurikulum itu sendiri maupun guru atau satuan pendidikan untuk melaksanakannya.

 Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan datadata yang diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya. Karena kurikulum ini terutama bertujuan untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan maka hal itu dapat dengan mudah diketahui hasilnya yaitu dengan melakukan pengukuran yang berupa tes.

(35)

Disamping ada keunggulan keunggulan kurikulum bentuk ini, ada pula kelemahan kelemahannya, antara lain:

 Kurikulum ini memberi mata pelajaran secara terpisah, satu dengan yang lain tidak ada saling hubungan. Hal itu memungkinkan terjadinya pemerolehan pengalaman secara lepas tidak sesuai dengan kenyataan.Kurikulum bentuk ini kurang memperhatikan masalah masalah yang dihadapai anak secara faktual dalam kehidupan mereka sehari hari. Kurikulum ini hanya sering mengutamakan penyampaian sejumlah pengetahuan yang kadang kadang tidak ada relevansinya dengan kebutuhan kehidupan.

 Cenderung statis dan ketinggalan zaman. Buku buku pelajaran yang dijadikan pegangan jika penyusunannya dilakukan beberapa atau bahkan puluhan tahun yang lalu dan jika tidak dilakukan revisi untuk keperluan penyesuaian akan ketinggalan zaman.

 Tujuan kurikulum bentuk ini sangat terbatas karena hanya menekankan pada perkembangan intelektual dan kurang memperhatikan faktor faktor yang lain seperti perkembangan emosional dan sosial.

2. Correlated Curriculum (Kurikulum Korelasi Atau Pelajaran Saling Berhubungan).

Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi yang lain. Jadi di sini mata pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya, ditempuh dengan cara-cara korelasi antara lain:

a. Korelasi okasional atau incidental,yaitu korelasi yang diadakan sewaktu waktu bila ada hubungannya.

b. Korelasi etis, yaitu yang bertujuan mendidik budi pekerti sebagai pusat pelajaran diambil pendidikan agama atau budi pekerti.

c. Korelasi sistematis, yaitu yang mana korelasi ini disusun oleh guru sendiri.

d. Korelasi informal, yang mana kurikulum ini dapat berjalan dengan cara antara beberapa guru saling bekerja sama, saling meminta

(36)

untuk mengkorelasikan antara mata pelajaran yang dipegang guru A dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru B.

e. Korelasi formal, yaitu kurikulum ini sebenarnya telah direncanakan oleh guru atau tim secara bersama sama.

f. Korelasi meluas (broad field), di mana korelasi ini sebenarnya merupakan fungsi dari beberapa bidang studi yang memiliki ciri khas yang sama dipadukan menjadi satu bidang studi.

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

 Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran yang dapat menopang kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik berhubung mereka menerimanya tidak secara terpisah pisah.

 Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran memungkinkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya secara fungsional. Hal ini disebabkan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.

Adapun kurikulum correlated curriculum memiliki kelemahan kelemahan antara lain:

 Kurikulum bentuk ini pada hakekatnya masih bersifat subject centered dan belum memiliki bahan yang langsung dengan minat dan kebutuhan peserta didik serta masalah masalah kehidupan sehari hari.

 Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dengan lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam. Pembicaraan tentang bebagai pokok masalah bagaimanapun juga tetap tidak dipadu, karena pada dasarnya masing masing merupakan subjek yang berbeda.

Rasanya hampir tak mungkin mempergunakan waktu yang hanya sedikit itu untuk memberikan berbagai pokok masalah yang sebenarnya berasal dari beberapa mata pelajaran yang berbeda.

3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu).

Integrated Curriculum di sini maksudnya beberapa mata pelajaran dijadikan satu atau dipadukan. Dengan meniadakan batas batas mata pelajaran dan bahan pelajaran yang disajikan berupa unit atau keseluruhan.

(37)

Kurikulum ini memiliki beberapa keunggulan antara lain:

 Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum ini bertalian erat satu dengan yang lainnya. Peserta didik tidak hanya mempelajari fakta fakta yang lepas dan kurang fungsional untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.

 Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan, kematangan dan minat peserta didik.

 Dengan kurikulum ini lebih dimungkinkan adanya hubungan yang erat antara madrasah dan masyarakat, karena masyarakat dapat dijadikan laboratorium tempat peserta didik melakukan kegiatan praktek.

F. Perubahan Kurikulum Nasional

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing- masing satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan

(38)

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.

KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

“(1)Standar isi, (2)Standar proses, (3)Standar kompetensi lulusan, (4)Standar pendidik dan tenaga pendidikan, (5)Standar sarana dan prasarana, (6)Standar pengelolaan dan, (7)Standar pembiayaan, (8)Standar penilaian pendidikan”

. Menurut Dian Sukmara (2007:24) KTSP itu sangat nampak:

“Menekankan perpaduan antara pendekatan, dalam arti bahwa kurikulum yang dikembangkan memfokuskan pada penguasaan isi, penguasaan kemampuan, aspek-aspek kepribadian serta pemecahan masalah maupun kemampuan potensial peserta didik.”

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum berbasis kompetensi atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini DEPDIKNAS masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit lebih berkurang dan guru diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen

(39)

Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan di berbagai wilayah dan daerah. Dengan demikian, implementasi KTSP di sekolah dan satuan pendidikan akan memiliki warna yang berbeda satu sama lain, sesuai dengan kebutuhan wilayah dan daerah masing- masing;sesuai dengan karakteristik masing-masing sekolah dan satuan pendidikan;serta sesuai pula dengan kondisi, karakteristik, dan kemampuan peserta didik. Namun demikian, semua KTSP yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah dan daerah itu, akan memiliki warna yang sama, yakni warna yang digariskan oleh standar nasional pendidikan (SNP).

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mempresentasikan, apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan

(40)

siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Ada empat implementasi dikembangkan dalam kurikulum 2013 tersebut yaitu:

a. Standar Kompetensi lulusan, dalam hal ini yang diharapkan pada peserta didik yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap (meliputi: pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya), keterampilan (meliputi: pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret), dan pengetahuan (mampu menghasilkan pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya yangberwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban).

b. Standar isi, Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Kompetensi dikembangkan melalui:

(41)

 Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran (pada tingkat SD)

 Mata pelajaran (pada tingkat SMP dan SMA)

 Vokasinal (pada tingkat SMK) c. Standar proses pembelajaran

 Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

 Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.

 Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

 Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh

dan teladan.

d. Standar penilaian

 Penilaian berbasis kompetensi.

 Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

(42)

 Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu

pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).

 Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.

 Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa

sebagai instrumen utama penilaian.

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, diekspilisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi kebiasaan sehari-hari serta simbol- sombol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya.

Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan dan kegatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta

(43)

didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.

Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakteristik dan kompetensi, pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak.

Oleh karena itu, pengembangan rencana, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dimulai dari analisis karakter dan kompetensi yang akan dibentuk, atau yang diharapkan, muncul setelah pembelajaran. Bedanya dengan kurikulum sebelumnya Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Semua komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik baik dalam real curriculum, maupun dalam hidden curriculum.

Oleh karena itu untuk mengefektifkan program pendidikan karakter dan meningkatkan kompetensi dalam kurikulum 013 diperlukan koordinasi, komunikasi dan jalinan kerja sama anatara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah; baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pengawasannya.

(44)

BAB III

GURU A. Pengertian Guru

Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu atau ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampakan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjai suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya.

Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai halyang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal.

Menurut undang-undang no. 14 tahun 2005 guru adalah:

“Guru professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidkan dasar, dan pendidikan menengah”.

Dalam mengupayakan pencapaian hal tersebut, para pendidik sering disebut ustaz, murabb, muallim, mudarris, mursyid, dan muaddib.

Abd. Rahman Getteng (2012) mengemukakan bahwa:

“Predikat ustaz biasa digunakan untuk seorang professor.”

(45)

Ini mengandung makna bahwa seorang guru atau dosen dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Seorang dikatakan professional, apabila pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, dan sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata:

ة َرْثَف ْيف َنوُشْيعَش ْمُهـنَلأ كُلاَفْطَأ ملْعَت كَل ةَفلَتْخُم هناَم َز

Artinya:

“Ajarilah anak-anak kamu karena mereka akan hidup pada masa yang berbeda dengan masa kalian.”

B. Peran, Fungsi, dan Tanggung Jawab Guru 1. Peran dan Fungsi Guru

Momon Sudarma (2013:13) mengatakan bahwa guru merupakan:

“Jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang pandai bicara dalam bidang-bidang tertentu belum dapat disebut sebagai guru.”

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih. Mendidik berarti meneruskaan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

(46)

mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan d sekolah harus menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta didiknya.pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar.

Keberadaan guru bagi suatu bangsa yang sedang membangun,terlebih lebih lagi kelangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan dan pergeseran nilai yang cenderung member nuansa kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk dapat mengadaptasikan diri.

Menurut E. Mulyasa (2005) mengemukakan bahwa :

“Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kehandalan seseorang sebagai manusia pembangunan.dengan kata lain, potret dan wajah bangsa ini di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan cita para guru di tengah- tengah masyarakat.

2. Tanggung Jawab Guru Sebagai Pendidik

Tanggung jawab guru sebagai pendidik pada hakikatnya merupakan pelimpahan tanggung jawab dari setiap orang tua.guru

(47)

mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memilki kompetensi yang diperlukan sebagaiman yang diamanatkan dalam Undang-undang guru dan dosen.

Menurut Kunandar (2007:56) Tanggung jawab yang harus diemban oleh guru pada umumnya, khususnya guru agama dengan fungsinya yang meliputi:

 Tanggung jawab moral,

 Tanggung jawab dalam bidang pendidikan,

 Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan,

 Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan.

Tanggung jawab guru sebagai pendidik sangat besar sesuai dengan amanah dan tanggung jawab yang dipikulnya sangat besar pula. Sebab mereka telah sanggup mengemban amanah. Mereka berhak mendapat penghargaan, padahal ia memiliki tanggung jawab. Seorang guru pada hakikatnya adalah pelaksana amanah dari orang tua sekaligus amanah dari Allah SWT, Amanah masyarakat dan amanah pemerintah. Amanah tersebut mutlak harus dipertanggung jawabkan kepada pemberi amanah. Firman Allah SWT dalam Surah An-nisa (58):



















Terjemahannya:

“Sesungguhnya Allah Memerintahkan kamu menunaikan (menyerahkan) amanah kepada yang berhak menerimanya.”

(48)

Nabi bersabda dalam salah satu hadistnya dari Abdullah Bin Umar:

هِتهيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُك َو ٍعاَر ْمُكُّلُك ُلوُقَي َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هللَّا ىهلَص ِ هللَّا َلوُسَر ُتْعِمَس ( ىراخب هاور )

Artinya:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabkan kepemimpinannya”(HR.

Bukhari).

C. Kompetensi dan Profesi Guru 1. Kompetensi Guru

Masalah Kompetensi merupakan salah satu faktor penting dalam pembinaan guru sebagai suatu jabatan profesi. dalam UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditetapkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Guru sebagai jabatan professional diharapkan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang ditetapkan dalam undang-undang.

Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi:

a. Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Secara rinci

(49)

masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

 Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: memamahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip- prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.

 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidik-an untuk kepentingan pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

 Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

(50)

melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode:menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

 Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.

b. Kompetensi Kepribadian, merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

 Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan

(51)

norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

 Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

 Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

 Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

 Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

(52)

pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

sesama pendidik dan tenaga kependidikan. c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi professional, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam

(53)

kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

 Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis

untuk me-nambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Oemar Hamalik (2006) mengemukakan bahwa pentingnya kompetensi guru sebagai:

1.) Alat seleksi penerimaan guru 2.) Pembinaan guru

3.) Penyusunan kurikulum

4.) Hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa.

2. Profesi Guru

Posisi guru mengarah dan mewujudkan menjadi sebuah profesi. Sejak lahirnya Undang-undang sistem pendidikan nasional yang baru tahun 2003 pengakuan status sosial guru sebagai profesi mulai menguat.

Secara rinci, kedua pemikir ini merujuk pada pandangan dari National Education Association (NEA), menyebutkan ada delapan criteria, sebuah pekerjaan disebut profesi, yakni :

(1)Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

(54)

(2)Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus (3)Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama (4)Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang sinambung

(5)Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaannya permanen,

(6)Jabatan yang menentukan standar etika (baku) oleh kelompok sendiri,

(7)Jabatan yang mementingkan tatanan di atas keuntungan pribadi, dan

(8)Jabatan yang mempunyai organisasi profesi kuat dan terjalin cepat.

Sikun Pribadi dalam Omar Hamalik (2006) mengemukakan bahwa profesi itu pada hakikatnya adalah:

“Suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.”

D. Kode Etik Guru

Betapa pentingnya tugas dan tanggung jawab guru yang diamanatkan kepada guru dalam mengantarkan peserta didiknya agar berhasil sebagaimana yang diharapkan, maka guru perlu memiliki etika kepribadian atau kode etik antara lain:

1. Ilmu

(55)

Ijazah bukan semata –mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.

2. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru.

Guru yang berpenyakit menular, misalnya , sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu,guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar.

Jadi kesehatan fisik sangat penting terlebih lagi bagi seorang pemimpin termasuk guru mengingat bahwa tugasnya yang memerlukan kerja fisik. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah (247) yang berbunyi:





















Terjemahannya:

“Sesungguhnya Allah telah memilihnya (thalut) menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”

3. Berkelakuan baik

Budi pekerti sangat penting dalam pendidikan watak anak didik.

Menurut Ramayulis (2005) Guru harus menjadi:

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET.. Universitas Pendidikan Indonesia

Bila pertanyaan penelitian tidak atau belum memerlukan hipotesis maka tinjauan kepustakaan cukup sampai pada tahap kerangka pemikiran tentang variabel dan indikator

Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan tentang penggunaan kata penghubung dalam adjective clauses yang berfungsi sebagai subjek dengan benar1. Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan

5  Macam keputusan Mahasiswa bisa menjelaskan  Mahasiswa memahami

Walaupun dari hasil penelitian ada juga yang menilai anak laki- laki tidak berperan di dalam keluarga Lampung hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa zaman sudah

Pengaruh Nilai Kewirausahaan dalam Bahan Ajar Terhadap Sikap Kewirausahaan Siswa Kelas XI SMK Negeri 14 Bandung Pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan .... Uji Normalitas

Tim PPM Desa Binaan Universitas Jambi kami bersama dengan petani kelapa sawit Kelurahan Tanjung Johor akan melakukan diversifikasi pangan untuk meningkatkan nilai jual dari jamur

Implementasi penggunaan e-learning pada saaat ini sangat bervariasi. Hal tersebut didasarkan pada prinsip atau konsep bahwa e- learning sebagai upaya