• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap

BAB IV Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke

D. Analisis Dampak Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap

(Kemendikbud) telah melakukan pengembangan kurikulum sebagai revisi atas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) yang diberi nama Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diberlakukan mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 yang dilaksanakan secara bertahap sampai tahun 2015 mendatang. Dalam pelaksanaannya, perubahan kurikulum tersebut menuai berbagai sikap dari masyarakat baik itu pro maupun kontra. Sejak Indonesia merdeka perubahan kurikulum sudah 10 kali terjadi yang mana banyak dikarenakan pergantian kekuasaan, bahkan memunculkan pameo klasik: “ganti menteri ganti kurikulum” atau “ganti menteri ganti buku”.

Meskipun telah menuai berbagai pro kontra, pemerintah bersikeras untuk tetap melaksanakan Kurikulum 2013 dengan alasan perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia ke depan seiring perubahan zaman yang semakin pesat. Pemerintah mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 ini bukanlah kurikulum baru, tapi merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP (2006). Menurut pemerintah dalam Kurikulum 2013 ini terdapat penambahan bahan ajar esensial yang belum ada pada

KTSP, selain tetap mempertahankan materi yang masih relevan, dan menghilangkan materi yang dianggap tidak penting. Lebih jauh lagi, dalam pendidikan di Indonesia perlu dirumuskan kurikulum yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Kurikulum 2013 pun serentak dilaksanakan di satuan pendidikan terpilih secara bertahap pada awal tahun ajaran 2013/2014. Setelah diimplementasikan, kurikulum ini ternyata masih menyimpan tanda tanya besar bagi berbagai pihak, terutama bagi satuan pendidikan sebagai lembaga yang menyelenggarakan proses pembelajaran dan guru sebagai garda terdepan dalam implementasi kurikulum yang langsung berhadapan dengan peserta didik dan kunci penyelenggaraan pembelajaran di kelas.

Pelaksanaan kurikulum 2013 terbagi atas dua tingkatan, yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan pelaksanaan kurikulum tingkat kelas. Pada pelaksanaan kurikulum sekolah, maka kepala sekolah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Sedangkan pelaksanaan kurikulum di tingkat kelas, maka yang berperan besar adalah guru. Dengan disiapkannya kurikulum 2013 ini menjadi tantangan bagi para guru (tenaga pendidik) untuk dapat menerapkan dan menyesuaikan kurikulum 2013.

Sejauh ini masih banyak terjadi pro-kontra di kalangan praktisi pendidikan terkait dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Pihak

yang mendukung kurikulum baru ini menyatakan, kurikulum 2013 memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, lebih fokus pada tantangan masa depan bangsa, dan tidak memberatkan guru dalam dalam penyusunan kurikulum pengajaran. Pihak yang kontra menyatakan, kurikulum 2013 kurang fokus karena menggabungkan beberapa mata pelajaran. Ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan kemampuan dari setiap masing-masing guru.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo (Kompas 5 Juni 2014) menurutnya kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis observatif integratif itu dinilai mengabaikan kesiapan guru. Belum benyak guru yang tahu bagaimana konsep kurikulum 2013.

Pemerintah tidak mempertimbangkan kondisi hiterogen guru terutama guru dipedalaman, mereka tidak mudah untuk beradaptasi dengan hal-hal yang baru apalagi dalam waktu yang singkat.

Kurangnya pemahaman dari guru dalam menerapkan kurikulum 2013 akan bisa menimbulkan kesalahan yang dilakukan oleh guru sendiri.

Masih banyak guru yang beranggapan dalam kurikulum 2013 ini guru tidak lagi perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap dijelaskan oleh guru. Banyak juga guru-guru yang belum siap secara mental dengan implementasi kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, dan pada kenyataan sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu

yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru. Selain itu guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

Belajar dari pengalaman perubahan-perubahan kurikulum yang rutin dilakukan oleh pemerintah harusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan, jangan hanya sekedar mengkaji isi substansi dari sebuah kurikulum. Namun juga harus mengkaji dan mempertimbangkan operasional penerapan kurikulum baru di sekolah-sekolah juga harus diperhatikan.

Ada beberapa hal yang seharusnya diperhatikan pemerintah dalam menerapkan kebijakan implementasi kurikulum 2013 ini. Pertama, kesiapan guru sebagai elemen terpenting dalam mewujudkan tujuan kurikulum. Kedua, kesiapan sekolah mulai dari kondisi sekolah dan infrastruktur yang ada di setiap sekolah. Ketiga, kesiapan dokumen seperti buku pelajaran, buku panduan untuk guru, dan dokumen lain sebagai pendukung. Seharusnya pemerintah mempertimbangkan serta mengkaji kembali tentang kesiapan dari guru, sekolah, dan dokumen yang mendukung proses penerapan kurikulum 2013, karena belajar dari perubahan-perubahan kurikulum yang terdahulu masih benyak kekurangan dan perubahan kurikulum 2013 ini bukan hanya sekedar menjadi agenda tahunan yang justru merugikan.

Berikut dampak positif dan negatif kurikulum 2013 terhadap guru:

a. Dampak Positif

1. Pada kurikulum 2013, guru tidak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus. Silabus dan bahan ajar di buat oleh pemerintah.

2. Guru hanya menyiapkan RPP dan media pembelajaran untuk mata pelajaran yang akan diajarkan.

3. Dengan perubahan yang terjadi guru memaksimalkan dalam penyusunan materi yang berkaitan, penyampaian materi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik agar dapat membangun karakter dan emosionalnya, serta penilaian yang sesuai.

b. Dampak Negatif

1. Guru belum siap dan sulit mengubah pola pikirnya

Penyiapan guru dilakukan melalui pelatihan yang telah diprogramkan pemerintah secara hierarki mulai dari pemilihan instruktur nasional, guru inti, guru kelas, dan guru mata pelajaran. Selanjutnya dalam pelaksanaan, guru kelas maupun guru mata pelajaran tetap dalam pengawasan serta pendampingan. Akan tetapi, selama proses penyiapan tersebut, pelatihan berlangsung searah dan lebih mengedepankan pemberian ceramah kepada guru yang menjadikan pelatihan berjalan tidak optimal. Dengan cara seperti itu, akan sulit untuk

mengubah pola pikir guru dalam waktu yang Lebih berbahaya lagi jika implementasi kurikulum dilaksanakan ketika guru belum siap, sehingga berpengaruh buruk terhadap proses belajar dan masa depan anak-anak Indonesia.

2. Guru pada beberapa mata pelajaran kehilangan tugas dan jam mengajar

Meniadakan dan menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi keresahan tersendiri untuk guru. Pasalnya, mereka terikat dalam syarat minimal jam mengajar yaitu 24 jam pelajaran. Dalam Kurikulum 2013, guru mata pelajaran IPA untuk kelas X SMK ditiadakan. Contoh lainnya adalah penghapusan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) di SMP dan SMA. Penggabungan beberapa mata pelajaran juga berimplikasi pada nasib guru yang akan kekurangan bahkan kehilangan jam mengajar. Hal tersebut menjadikan guru resah karena tidak dapat memenuhi syarat jam mengajar yang sesuai standar kompetensi.

3. Minimnya informasi mengenai pedoman dan sosialisasi kurikulum 2013

Sampai saat ini, dalam Kurikulum 2013, belum ada pedoman penjurusan atau minat di tingkat SMA. Tidak ada juga sosialisasi kepada kepala program keahlian di SMK. Hal ini membingungkan pihak sekolah, guru, dan murid. Selain itu,

pemerintah telah menjanjikan adanya buku panduan bagi guru.

Sementara pada pelaksanaannya terdapat kasus kekurangan buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat pada satuan pendidikan, karena belum terdistribusikan dengan baik. Di beberapa kota, akhirnya pemerintah kabupaten/kota mengambil kebijakan sendiri-sendiri. Hal lainnya adalah belum adanya kejelasan mengenai sistem evaluasi untuk Kurikulum 2013 karena sistem penilaian di Kurikulum 2013 berbeda dengan sistem penilaian pada KTSP 2006.

4. Isi buku tidak sesuai

Seperti kita ketahui, pada Kurikulum 2013 peserta didik dan guru diberikan buku yang telah disusun oleh pusat. Namun, beberapa waktu terakhir, ditemukan adanya ketidaksesuaian antara isi buku dengan materi dan perkembangan kognitif peserta didik. Beberapa temuan tersebut antara lain masih adanya analogi-analogi yang masih dirasa belum pantas diberikan kepada siswa karena mengandung kata-kata kasar, dan beberapa materi atau bahan bacaan tidak sesuai dengan usia siswa. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi tim pengembangan buku untuk benar-benar mengkaji kelayakan isinya. Hal ini juga memperlihatkan kelemahan guru sebagai penyaring konten ketika menggunakan buku tersebut dalam kegiatan belajar mengajar.

Berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan diatas penulis berpendapat bahwa persoalan utama dalam implementasi kurikulum adalah kesiapan pola pikir guru, berkurangnya jam pelajaran guru, minimnya pedoman, dan ketidaksesuaian isi buku dengan kurikulum baru.

Untuk mengubah pola pikir ini guru harus terus dibina dan dilatih tidak hanya pada saat persiapan tetapi pada saat pelaksanaan melalui pendampingan secara terus menerus. Dari sisi guru, guru juga dituntut untuk peka terhadap perubahan dan memiliki jiwa inisiatif yang tinggi.

Guru harus berlatih untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan dihadapi dalam implementasi kurikulum baru ini.

Perubahan kurikulum yang membuat berkurang bahkan hilangnya jam mengajar jangan sampai menyurutkan semangat mengajar guru.

Satuan pendidikan harus aktif dan kreatif dalam mengelola jam mengajar guru ini, sehingga prinsip keadilan dan pemenuhan syarat jam mengajar dapat terpenuhi. Minimnya pedoman yang disiapkan, menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah. Pemerintah harus segera menyiapkan kekurangan tersebut. Masalah ketidaksesuaian buku juga harus segera ditindaklanjuti, guru harus ikut aktif dalam menyaring substansi yang ada dalam buku terutama yang diberikan kepada siswa sehingga tidak ada kesalahan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Bagi pemerintah, perlu dilakukan pengkajian lebih dalam mengenai pengembangan kurikulum yang lebih luas, dengan mempertimbangkan pada kondisi geografis Indonesia. Jangan sampai kurikulum baru hanya

dapat diterapkan di kota-kota besar saja tetapi harus dapat merangkul seluruh wilayah Indonesia, mengingat sekarang uji coba hanya dilakukan di kota-kota besar. Kurikulum merupakan jembatan dalam menyukseskan pendidikan sebagai modal dasar pembangunan nasional untuk itu pelaksanaannya perlu dikawal, dikritisi, dan terus dievaluasi dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Dengan dukungan dan fondasi yang kuat dari pemerintah, DPR-RI, dan masyarakat melalui pelaksanaan Kurikulum 2013 maka tujuan pendidikan pun dapat dicapai dengan baik.

Menurut E. Mulyasa (2013:45) kunci sukses ketiga yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah aktivitas peserta didik setelah kepemimpinan kepala sekolah dan kreativitas peserta didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktivitas peserta didik, terutama dsiplin diri. Guru harus membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkat standar perilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam setiap aktivitasnya. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prnsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan, yakni sikap yang demokratis.

E.Mulyasa (2013:46) pun menambahkan bahwa strategi untuk mendsiplinkan peserta didik sesuai implementasi kurikulum 2013 sebagai berikut:

 Konsep diri. Strategi ni menekankan bahwa konsep-konsep diri masing masing individu merupakan fakta penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga

peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

 Keterampilan berkomunikasi. Guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

 Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami. Perilaku perilaku salah didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.

 Klarifikasi nilai. Strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.

 Analisis transaksional. Disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.

 Terapi realitas. Sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus berpikir positif dan bertanggung jawab.

 Disiplin yang terintegrasi. Metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.

 Modifikasi perilaku. Perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remidiasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

 Tantangan bagi disiplin guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.

Melalui berbagai strategi kedisiplinan tersebut penulis mengharapkan tercipta iklim yang kondusif bagi implementasi kurikulum 2013, sehingga peserta didik dapat menguasai berbagai kompetensi sesuai dengan tujuan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan penjelasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil butir-butir kesimpulan sebagai berikut:

 Perubahan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk

mengatasi masalah atau meningkatkan kualitas kehidupan.

Demikian halnya dalam konteks pendidikan, setiap usaha perubahan seharusnya diarahkan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas kualitas pendidikan. Perubahan Kurikulum seharusnya merupakan suatu upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan yang berkesinambungan.

 Penerapan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan dalam sistem

pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian kurikulum, tetapi menyangkut perubahan fundamental dalam sistem pendidikan.

Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigm dalam pembelajaran dan persekolahan. Karena KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan dari segi konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar tetapi juga menyangkut pola piker, filosofis, komitmen guru, sekolah, dan stake holder pendidikan.

 Penerapan Kurikulum 2013 dalam sistem pendidikan Indonesia itu lebih menekankan pada aspek moralitas dan potensial si peserta didik. Apa yang dialami oleh peserta didik akan menjadi hasil

belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dan guru tetap menilai perilaku para peserta didiknya selama proses belajar mengajar berlangsung.

 Dampak perubahan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan menjadi

Kurikulum 2013 terhadap guru itu melahirkan dampak positif dan negative. Ditinjau dari sisi positifnya membuat para guru lebih praktis dalam menilai peserta didiknya karena dinilai segala aspek.

Sedangkan dari sisi negatifnya membuat banyak waktu terbuang bagi para guru untuk menyesuaikan diri dalam implementasinya Kurikulum 2013 karena siswa yang aktif akan membuat sebagian guru cenderung berperan pasif dan melupakan tugas, peran, dan tanggung jawabnya sebagai guru.

B. Saran

Dari hasil penelitian diatas maka penulis memberi saran skaligus kritikan terhadap pemerintah khususnya menteri pendidikan yang selama ini telah berupaya untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia, yaitu:

 Diharapkan kepada guru untuk mengajar dengan menekankan observasi, analisa, menalar dan refleksi agar peserta didik mampu berpikir analitis.

 Memperbaiki sistem evaluasi dalam dunia pendidikan kita yang

selama ini metode pembelajaran kita menghafal, ceramah, dan belajar agar lulus Ujian Nasional maka solusinya adalah dengan menghapus pelaksanaan Ujian Nasional.

 Diharapkan kepada pemerintah selalu membuat evaluasi terhadap

pelaksanaan kurikulum KBK dan KTSP lebih dulu. Berdasar ini baru kita mengetahui apa yang perlu diubah lebih awal agar kita dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan Terjemahnya Kementerian Agama 2011

Cowley, Sue. 2011. Perilaku siswa. Penerjemah: Gina Gania. Jakarta:

Erlangga Group

Darmawan, Deni. 2012. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, R. 2005. Penelitian dan penilaian pendidikan, Bandung. Sinar Baru Algesindo.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi guru profesional. Bandung. Rosdakarya.

Mulyasa E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta. Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum.

Bandung. Remaja Rosdakarya.

Muslich, Mashur. 2012. Seri standar nasional pendidikan KTSP dasar pemahamaan dan pengembangan. Jakarta. Bumi Aksara.

Nasution. 2012. Kurikulum dan pengajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Ramayulis. 2013. Profesi dan etika keguruan. Jakarta. Kalam mulia

Rahman, Abduh. 2012. Menuju guru profesional dan beretika. Yogyakarta.

Grhaguru.

Rembangy, Musthofa. 2010. Pendidikan Transformatif. Yogyakarta.

Teras.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Kencana

Prenada Media Group.

Sudarma, Momon. 2013. Profesi guru dipuji, dikritisi, dan dicaci. Jakarta.

Rajawali pers

Sudjana, Nana. 2009. Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah. Bandung. Sinar Baru Algesindo.

Sukmara, Dian. 2007. Implementasi life skill dalam KTSP. Bandung. CV Mughni sejahtera.

Syaodih, Nana. 2010. Pengembangan kurikulum teori dan praktek.

Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Syaefudin, Ahmad. 2013. Selamat Datang Kurikulum 2013. Semarang.

Jawa Pos.

Tirtahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta.

Kencana Prenada media Group.

UUD RI. No. pada tahun 2005. Tentang undang-undang guru dan dosen.

Jakarta: Mahirsindo Utama.

Wardhani, Indah Surya. 2013. Jarak Idealisme Kurikulum dan Realitas.

Semarang. Kompas.

1992 di kota Daeng Makassar sebagai Ibukota Sulawesi Selatan. Ia anak pertama dari tujuh bersaudara, satu adek kandung, dua adek tiri (Sebapak), tiga adek tiri (Seibu). buah kasih sepasang suami istri yang bernama Syafruddin A. Adam dan Sri Nurwahyuanti Akuba.

Ia mulai menjajaki pendidikan formal pada tahun 1999 di SD Inpres hartako Indah dan selesai pada tahun 2005. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Pesantren Tarbiyah Takalar kemudian pindah di pesantren gontor 7 di Kendari kemudian terakhir pindah di MTs. Hubbul Wathan di Toli-toli dan tamat tahun 2008. Tahun itu juga ia melanjutkan pendidikan ke MAN 1 Makassar dan tamat tahun 2011. Dan tahun itu juga ia melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, Alhamdulillah ia diterima pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Dalam mengakhiri studinya pada perguruan tinggi tersebut ia menyelesaikan skripsi dengan judul: ”Studi Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ke Kurikulum 2013 dan Dampaknya Bagi Guru”

Dokumen terkait