• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP REHABILITAS

B. Pengertian Umum Rehabilitasi Anak Penyandang Cacat

2. Jenis Rehabilitasi

Pasal 18 ayat (2) Undang Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menyatakan bahwa “Rehabilitasi meliputi rehabilitasi medik, pendidikan, pelatihan dan sosial”.

a. Rehabilitasi Medik

Rehabilitasi medik adalah kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui tindakan medik agar penyandang cacat dapat mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin dan dimaksudkan agar penyandang cacat dapat mencapai kemampuan fungsional secara maksimal.81

Rehabilitasi medik dilakukan dengan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui tindakan medik yang berupa pelayanan:

a. Dokter; b. Psikologi; c. Fisioterapi; d. Okupasi terapi; e. Terapi wicara;

f. Pemberian alat bantu atau alat pengganti; g. Sosial medik;

h. Pelayanan medik lainnya. 82

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi mediknya memiliki 2 (dua) orang dokter yang rutin bertugas secara bergantian untuk memeriksa kesehatan peserta program rehabilitasi selama berada di panti. Dokter tersebut berada di panti 3 (tiga) kali selama satu minggu di

81

Penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pada Pasal 18 ayat (2).

82

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat Pasal 42.

jam kerja dan untuk membantu dokter disediakan 2 (dua) orang perawat yang tetap berada dipanti 24 jam (tinggal dan menetap di panti). Sehingga dapat memantau keadaan kesehatan peserta program rehabilitasi selama dua puluh empat jam setiap harinya. Selain itu Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara juga memiliki 2 (dua) orang tenaga psikologis. Petugas tersebut memberikan pembinaan psikologis dan mental terhadap anak penyandang cacat peserta program rehabilitasi. Berhubung Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara merupakan panti rehabilitasi terhadap anak penyadang cacat tubuh maka Panti juga menyediakan terapi fisioterapis sebanyak 2 orang, yang juga selalu siap sedia selama 24 jam (menetap di panti).

Untuk menunjang progam rehabilitasi terhadap anak penyandang cacat tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara, panti juga memberikan alat bantu yang sesuai dengan kebutuhan para peserta program rehabilitasi berupa kursi roda dan tongkat penyanggah. Untuk pelayanan medik berbentuk obat-obatan secara umum dan ringan Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara juga menyediakan resep dengan sepengetahuan dokter Panti dan jika ternyata peserta program rehabilitasi memerlukan perawatan yang lebih insentif atau rawat inap, maka digunakan jamkesmas.83

Pemberian alat bantu kesehatan terhadap peserta program rehabilitasi berupa bantuan kaki palsu atau tangan palsu sampai saat ini belum dapat terlaksana, hal

83

Wawancara dengan R.S.N. Pegawai Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Pada tanggal 28 Februari 2011

tersebut berkaitan dengan anggaran biaya panti yang tidak mencapai pada tahapan itu. Walaupun demikian pihak panti tetap mencari informasi ketika ada pihak ketiga yang ingin menyumbangkan atau memberikan bantuan berupa tangan dan kaki palsu, selanjutnya mengikutsertakan anak didik didalamnya.84

b. Rehabilitasi Pendidikan

Pasal 45 Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menyatakan bahwa: “Rehabilitasi pendidikan dilakukan dengan pemberian pelayanan pendidikan secara utuh dan terpadu melalui proses belajar mengajar.” Rehabilitasi pendidikan merupakan kegiatan pelayanan pendidikan secara utuh dan terpadu melalui proses belajar mengajar yang bertujuan agar peserta program rehabilitasi anak penyandang cacat dapat mengikuti dan memperoleh pendidikan secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.85

Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendapatkan pencapaian rehabilitasi yang lebih optimal. Panti memastikan setiap peserta program rehabilitasi penyandang cacat tubuh minimal memiliki kemampuan baca tulis. Tetapi walaupun dalam syarat penerimaan program rehabilitasi anak penyandang cacat harus bisa baca tulis dan seterusnya namun tidak menutup kemungkinan adanya peserta program rehabilitasi yang buta huruf atau tidak memiki kemampuan baca tulis.

Tidak hanya baca tulis Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara juga memberikan pendidikan sesuai dengan keahlian dan kemampuan dari peserta

84Ibid.

85

Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pada Penjelasan Pasal 18 ayat (2).

program, seperti tehknisi telepon genggam, bengkel dan lainnya. Untuk peserta yang telah memiliki bakat di bidang tertentu Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara akan mendukung peserta program rehabilitasi dengan memfasilitasi dan membantu untuk mengembangkan bakat tersebut. Seperti misalnya Andri Sipayung adalah seorang peserta program rehablitasi yang memiliki bakat dalam bidang komputer dan tentunya memiliki kemauan yang kuat untuk maju dan berhasil, selanjutnya bakatnya terus di asah oleh pengajar secara khusus, sampai akhirnya anak didik tersebut di pekerjakan menjadi staf honor bagian administrasi pada kantor dipanti ini.86

c. Rehabilitasi Pelatihan

Rehabilitasi pelatihan adalah kegiatan pelayanan pelatihan secara utuh dan terpadu agar penyandang cacat dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.87

Rehabilitasi pelatihan dilakukan dengan pemberian pelayanan pelatihan secara utuh dan terpadu melalui kegiatan yang berupa:

a. Asessment pelatihan; b. Bimbingan dan penyuluhan;

c. Latihan keterampilan dan permagangan; d. Penempatan;

e. Pembinaan lanjut.88

86

Wawancara dengan R.S.N. Pegawai Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Pada tanggal 28 Februari 2011

87

Penjelasan Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 18 ayat (2).

88

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat Pasal 47.

Dalam pelaksanaan rehabilitasi pelatihan, Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara melakukan pelatihan berupa bimbingan dan penyuluhan yang dilaksanakan oleh pengajar yang profesional dan benar-benar menguasai keahlian pada bidang yang dimilikinya.

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara juga melakukan praktek kerja bagi peserta program rehabilitasi di perusahaan ataupun home industry sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki. Setelah Program rehabilitasi selesai Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara masih melakukan monitoring melalui bimbingan lanjut yaitu bimbingan yang di lakukan dengan memantau lansung ke rumah anak penyandang cacat tubuh untuk melihat perkembangan yang terjadi dalam hidupnya setelah proses rehabilitasi selesai.89

d. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial adalah kegiatan pelayanan sosial secara utuh dan terpadu melalui pendekatan fisik, mental dan sosial serta pemulihan dan pengembangan kemauan dan kemampuan agar penyandang cacat dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat.90

Program dan kegiatan rehabilitasi sosial penyandang cacat tersebut dilaksanakan melalui tiga sistem:

1. Institutional-based yang mencakup program reguler, multi layanan dan multi

target group melalui day care dan subsidi silang dan program khusus yang

89

Wawancara dengan R.S.N. Pegawai Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Pada tanggal 28 Februari 2011

90

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat pasal 36

meliputi outreach (penjangkauan), Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK) dan bantuan ahli kepada organisasi sosial dan rehabilitasi sosial berbasis masyarakat;

2. Noninstitutional-based yang mencakup pelayanan pendampingan dengan

pendekatan family-based dan community-based yang menyelenggarakan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM);

3. Pelayanan sosial lainnya mencakup Loka Bina Karya, Praktek Belajar Kerja (PBK), Usaha Ekonomi Produktif/Kelompok Usaha Bersama (UEP/KUBE). Program dan kegiatan pelayanan sosial dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat diarahkan untuk:

a. Meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja untuk meningkatkan kualitas hidup dan taraf kesejahteraan sosial penyandang cacat;

b.Meningkatkan kepedulian sosial masyarakat, memanfaatkan potensi dan sumber kesejahteraan sosial dan sumber daya ekonomi untuk pengembangan usaha ekonomi produktif dan membangun budaya kewirausahaan bagi penyandang cacat;

c. Mendapatkan bantuan sosial setiap bulan bagi penyandang cacat berat sesuai kriteria melalui sistem jaminan sosial;

d.Meningkatkan aksesibilitas fisik penyandang cacat terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, pelayanan kesejahteraan sosial dan sumber daya ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosialnya; e. Meningkatkan aksesibilitas non fisik penyandang cacat dalam setiap

pengambilan keputusan terkait kebijakan publik dan pelayanan sosial sesuai dengan perspektif penyandang cacat.91

Rehabilitasi sosial dilakukan dengan pemberian pelayanan sosial secara utuh dan terpadu melalui kegiatan pendekatan fisik, mental dan sosial yang berupa:

a. Motivasi dan diagnosa psikososial; b.Bimbingan mental; c. Bimbingan fisik; d.Bimbingan sosial; e. Bimbingan keterampilan; f. Terapi penunjang; g.Bimbingan resosialisasi;

h.Bimbingan dan pembinaan usaha; i. Bimbingan lanjut.92

91

Kementerian Sosial, Standarisasi Pelayanan,Opcit, hal. 15.

92

Peraturan Pemerintah tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat pasal 51.

Bentuk kegiatan rehabilitasi sosial anak penyandang cacat di masyarakat dalam mencapai tujuan rehabilitasi sosial secara tuntas, antara lain:

1. Pemutakhiran Data Anak Cacat; 2. Peningkatan Peran Keluarga;

3. Penguatan Jaringan Kerja Antara Lembaga;

4. Pelayanan Pendampingan dan Advokasi untuk Anak Cacat; 5. Pengembangan Perlindungan Sosial Bagi Anak93.

Kegiatan yang berhubungan dengan rehabilitasi sosial tersebut dilakukan Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara, dengan bekerja sama dengan Dinas Sosial di seluruh kabupaten/ kota maupun pihak kementerian sosial pada bagian yang khusus menangani penyandang cacat, hanya saja pelaksanaannya belum terlalu efektif dikarenakan faktor birokrasi maupun terkendala pada sumber daya manusia yang sangat terbatas.94

Dokumen terkait