• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Renvoi

Dalam dokumen DASAR-DASAR HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (Halaman 87-95)

BAB V RENVOI

4. Jenis Renvoi

Dalam HPI Tradisional dikenal 2 (dua) jenis Single-Renvoi:

a. Remission (Penunjukan Kembali), yaitu proses renvoi oleh Kaidah HPI asing kembali ke arah Lex Fori;

b. Transmission (Penunjukkan lebih lanjut), yaitu proses renvoi oleh Kaidah HPI asing ke arah suatu sistem hukum asing lain. Berikut ini digambarkan dalam skema:

Negara A

(prinsip nasionalitas) Negara B

(prinsip domisili) menunjuk (sistem kontinental) Single renvoi Remission menunjuk kembali Renvoi Sachnormverweisung HUKUM ASING HUKUM KITA

Kemungkinan lain:

Contoh transmission:

Hakim Indonesia menghadapi persoalan tentang perkawinan yang telah dilangsungkan oleh seorang warga negara Amerika Serikat yang berdomisili di Perancis, di mana perkawinan itu dilangsungkan. Persoalannya adalah: apakah orang tersebut sudah cukup umur waktu melangsungkan perkawinan tersebut. Hukum mana yang diterapkan?

Menurut HPI Indonesia berdasarkan prinsip nasionalitas (Pasal 16 AB), maka hukum nasional orangnya yang berlaku, yaitu hukum Amerika Serikat. Tetapi apakah ini berarti hukum intern Amerika Serikat yang harus diperhatikan, atau juga termasuk HPI-nya? Kalau HPI-nya juga termasuk dalam penunjukan itu, maka HPI Amerika Serikat (yang menggunakan prinsip domisili) akan menunjuk terus kepada hukum Perancis sebagai hukum domisili orangnya. Jadi kalau hukum Indonesia menerima transmission itu, maka hakim Indonesia akan menerapkan hukum Perancis, sebaliknya kalau transmission tidak diterima, maka hukum intern Amerika Serikat-lah yang akan diterapkan.

Contoh transmission: Fakta:

Seorang paman dan saudara sepupu perempuan yang kedua-duanya berkewarganegaraan Swiss, tinggal di Moskow (Rusia) dan mereka menikah disana. Sebelum melangsungkan perkawinan tersebut mereka telah minta penjelasan baik dari instansi Rusia maupun dari instansi Swiss apakah perkawinan mereka diperbolehkan. Kedua instansi ini baik dari Rusia maupun dari Swiss, tidak melihat adanya suatu keberatan. Karena menurut HPI Rusia, perkawinan harus dilangsungkan menurut hukum Rusia (Rusia menganut prinsip territorial; jadi berlaku lex loci celebrations). Sedangkan menurut ketentuan HPI (ekstern) Swiss, perkawinan ini dilangsungkan menurut hukum Rusia (bahwa suatu perkawinan yang dilakukan di luar negeri menurut hukum yang berlaku di sana dianggap sah

Negara A Negara B (prinsip nasionalitas) Menunjuk terus (prinsip domisili) tapi domisilinya bukan di B tapi di C Transmission C

menurut hukum Swiss. Menurut hukum intern Swiss perkawinan antara seorang paman dan saudara sepupu perempuan dilarang, apabila dilangsungkan di negara Swiss, tetapi karena perkawinannya dilangsungkan di Rusia, maka perkawinan tidak dilarang.

Dengan demikian, akan berlaku hukum Rusia yang tidak mengenal larangan perkawinan antara paman dengan saudara sepupunya, maka perkawinan yang bersangkutan baik menurut hukum Rusia maupun menurut HPI Rusia dan HPI Swiss sah adanya.

Kemudian para mempelai pindah ke Hamburg (Jerman), di sini timbul percekcokan hingga perempuan mengajukan gugatan untuk perceraian. Sedangkan pihak paman mengajukan pembatalan perkawinan.

Jawaban:

1. Forum yang berwenang:

Pengadilan mana yang berwenang mengadili kasus ini? Yaitu pengadilan Jerman karena sesuai dengan prinsip actor sequitor forum rei yaitu gugatan diajukan ke pengadilan tempat di mana tergugat bertempat tinggal. Karena tergugat bertempat tinggal di Hamburg, maka forum yang berwenang harus di tempat tinggal tergugat.

2. Titik taut primer adalah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang menciptakan hubungan HPI dalam kasus ini yang merupakan titik taut primer harus dilihat/ditinjau dari pengadilan yang berwenang menyelesaikan sengketa ini. Menurut pandangan pengadilan Hamburg perkara ini adalah perkara HPI karena ada unsur asingnya yaitu pihak penggugat dan tergugat berkewarganegaraan Swiss.

3. Titik taut sekunder dan Renvoi. Sesuai dengan hukum Jerman yang prinsip kewarganegaraan, maka hukum Jerman merenvoi ke hukum Swiss, ternyata Swiss yang menganut prinsip domisili merenvoi lagi ke atau penunjukan lebih jauh ke Rusia tempat di mana perkawinan itu dilangsungkan. Dan menurut hukum Rusia perkawinan tersebut sah adanya (menjawab persoalan pendahuluan juga).

4. Kualifikasi adalah penyalinan fakta sehari-hari ke dalam istilah-istilah hukum, ini adalah permasalahan hukum tentang orang, yaitu tentang gugat cerai.

5. Vested right: seseorang yang sudah mendapatkan

hak-haknya yang diperoleh, maka negara harus menghormatinya/ mengakuinya, seperti status sebagai istri.

CONTOH-CONTOH KASUS SINGLE-RENVOI: 1. The Forgo Case (1879)82

Kasus Posisi:

a. Forgo adalah seorang warga negara Bavaria (Jerman); b. Forgo menetap di Perancis sejak berusia 5 tahun, tanpa

berupaya untuk memperoleh tempat kediaman resmi (domicile) di Perancis;

c. Forgo meninggal di Perancis tanpa meninggalkan testament;

d. Forgo adalah seorang anak luar kawin;

e. Ia meninggalkan sejumlah benda-benda bergerak di Perancis;

f. Tuntutan atas pembagian harta peninggalan Forgo diajukan oleh saudara-saudara kandungnya di Pengadilan Perancis. Fakta Hukum:

a. Hukum Perdata intern Bavaria menetapkan bahwa Saudara-saudara kandung dari seorang anak luar kawin tetap berhak untuk menerima harta peninggalan dari anak luar kawin yang bersangkutan;

b. Hukum Perdata intern Perancis menetapkan bahwa Harta peninggalan dari seorang anak luar kawin jatuh ke tangan negara;

c. Kaidah HPI Bavaria menetapkan bahwa Pewarisan benda-benda bergerak harus tunduk pada hukum dari tempat

di mana pewaris bertempat tinggal sehari-hari (habitual recidence);

d. Kaidah HPI Perancis menetapkan bahwa persoalan pewarisan benda-benda bergerak harus diatur berdasarkan hukum dari tempat di mana pewaris menjadi warga negara;

Masalah Hukum:

Berdasarkan hukum manakah (Perancis atau Bavaria) status harta peninggalan benda-benda bergerak milik Forgo diatur? Proses Penyelesaian Perkara:

a. Pada tahap pertama Pengadilan Perancis menggunakan kaidah HPI-nya dan menunjuk ke arah Hukum Bavaria sebagai hukum dan tempat Pewaris menjadi warga negara; b. Penunjukkan ke arah Hukum Bavaria ini ternyata dianggap

sebagai Gesamtverweisung, sehingga termasuk kaidah-kaidah HPI Bavaria;

c. Kaidah HPI Bavaria mengenai pewarisan benda-benda bergerak menunjuk ke arah habitual residence Pewaris. Jadi, dalam hal ini kaidah HPI Bavaria menunjuk kembali ke arah Hukum Perancis sebagai Lex Domicilii Forgo;

d. Hakim Perancis menganggap penunjukkan kembali ini sebagai Sachnormverweisung ke arah hukum intern Perancis (dalam HPI sikap hakim Perancis ini disebut “menerima Renvoi”);

e. Berdasarkan anggapan itu, Hakim Perancis lalu memberlakukan kaidah hukum waris intern Perancis (Code Civil) untuk memutus perkara, dan menetapkan bahwa harta peninggalan Forgo jatuh ke tangan negara Perancis.

2. Kasus Patino v. Patino (1950)83

Kasus Posisi:

- Sepasang suami isteri Warga negara Bolivia mengajukan permohonan untuk perceraian;

- Pernikahan mereka dilakukan dan diresmikan di Spanyol; - Permohonan perceraian diajukan di Pengadilan Perancis.

Fakta Hukum:

- Kaidah HPI Perancis menetapkan bahwa: Perkara-perkara yang menyangkut Status Personal harus ditentukan berdasarkan Prinsip Kewarganegaraan para pihak;

- Kaidah HPI Bolivia menetapkan bahwa: Perkara tentang “Pemenuhan atau Penolakan terhadap permohonan perceraian” harus dilakukan berdasarkan hukum dari tempat perkawinan diresmikan (Lex Loci Celebrationis).

- Kaidah hukum intern Spanyol menutup kemungkinan untuk pelaksanaan perceraian terhadap perkawinan yang resmi dilaksanakan berdasarkan hukum Spanyol.

Proses Penyelesaian Perkara:

- Hakim Perancis, pertama-tama menggunakan kaidah HPI Lex Fori untuk menentukan hukum yang seharusnya berlaku, dan berdasarkan prinsip kewarganegaraan, kaidah HPI Perancis menunjuk ke arah hukum Bolivia;

- Penunjukkan ke arah Hukum Bolivia oleh hakim Perancis ternyata dimaksudkan sebagai Gesamtverweisung ke arah kaidah HPI Bolivia;

- Kaidah HPI Bolivia ternyata menunjuk ke arah tempat Peresmian Perkawinan (Locus Celebrationis) dan dalam hal ini adalah Spanyol. Penunjukkan dari Bolivia ke arah hukum Spanyol inilah yang merupakan Renvoi ke arah sistem hukum ketiga (dan tidak kembali ke arah Lex Fori);

- Hakim Perancis kemudian menganggap bahwa seorang hakim Spanyol akan menolak penunjukan ini dan menganggapnya sebagai Sachnormenverweisung ke arah hukum intern Spanyol;

- Dengan asumsi ini, hakim Perancis kemudian memberlakukan hukum intern Spanyol dan menolak permohonan cerai yang bersangkutan, dan pola berpikir yang digunakan hakim Perancis ini menggambarkan proses Renvoi dalam arti

3. Kasus Harta Peninggalan Schneider (1950)84

Kasus Posisi:

- A seorang warga negara Amerika Serikat, berdomisili di negara bagian New York dan berasal dari Swiss;

- A meninggal di New York dan meninggalkan sebuah tanah dan rumah di Swiss;

- Tanah di Swiss sebenarnya telah dijual, dan uang hasil penjualannya telah ditransfer ke New York, tetapi untuk kepentingan proses pewarisan tetap dianggap sebagai benda tetap (immovable);

- A meninggalkan sebuah testament yang mewariskan tanah/hasil penjualan tanah itu kepada pihak-pihak ketiga (beneficiaries) yang bukan ahli waris menurut garis keturunan;

- Para ahli waris menggugat testament dan mengklaim hak-haknya atas tanah di Swiss sebagai ahli waris menurut undang-undang;

- Gugatan diajukan di Pengadilan New York.

Fakta-fakta Hukum:

a. Hukum intern Swiss mengkualifikasi perkara sebagai perkara tentang kedudukan ahli waris menurut undang-undang dalam pewarisan testamentair;

b. Hukum intern New York mengkualifikasikan perkara sebagai perkara pewarisan tanah melalui testament;

c. Kaidah HPI New York menetapkan bahwa untuk perkara-perkara pewarisan benda-benda tetap, maka hukum yang diberlakukan adalah hukum dari tempat di mana benda berada;

d. Kaidah HPI Swiss menetapkan bahwa status dan kedudukan ahli waris dalam proses Pewarisan Testamentair harus tunduk pada hukum dari tempat di mana Pewaris memiliki kewarganegaraannya yang terakhir;

e. Kaidah hukum intern negara bagian New York menetapkan bahwa seorang pewaris testamentair dapat dengan sah mewariskan kekayaannya kepada pihak-pihak ketiga (beneficiaries), bahkan juga bila ia mengabaikan kedudukan ahli warisnya;

f. Kaidah hukum intern Swiss menetapkan bahwa seorang pewaris tidak dapat mewariskan kekayaannya melalui testament dengan mengabaikan bagian dari ahli waris menurut undang-undang (legitieme portie)

Proses Penyelesaian Perkara:

a. Walaupun tanah telah dijual dan hasil penjualannya telah ditransfer ke New York, hakim New York pertama-tama mengkualifikasikan perkara berdasarkan hukum New York (lex fori) sebagai perkara pewarisan benda tetap, dan berdasarkan kaidah HPI New York, perkara ini harus tunduk pada Hukum Swiss berdasarkan asas Lex Rei Sitae (di sini berlangsung penunjukan pertama);

b. Hakim New York kemudian mengkualifikasikan perkara berdasarkan hukum Swiss dan menganggapnya sebagai perkara tentang kedudukan ahli waris menurut undang-undang dalam pewarisan testamentair. Penunjukan ke arah hukum Swiss itu ternyata merupakan Gesamtverweisung ke arah kaidah HPI Swiss;

c. Kaidah HPI Swiss menetapkan bahwa kedudukan ahli waris dalam pewarisan testamentair harus diatur berdasarkan hukum dari tempat di mana pewaris memiliki kewarganegaraannya yang terakhir. Jadi kaidah HPI Swiss dianggap akan menunjuk kembali ke arah New York; d. Hakim New York kemudian menganggap bahwa penunjukan

kembali oleh kaidah HPI Swiss itu sebagai Sachnormverweisung ke arah hukum intern New York, dan memutuskan bahwa tanah/hasil penjualan tanah akan dibagikan sesuai amanat yang ada di dalam testament;

Pranata Single-Renvoi tersebut berkembang di Eropa Kontinental, sedangkan di Inggris berkembang sejenis Renvoi, yang dinamakan The

Foreign Court Theory (disingkat FCT).

Dalam dokumen DASAR-DASAR HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (Halaman 87-95)