• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul berita “Anggaran Untuk Pemindai di Sekolah Rp 3 Miliar” a. Struktur Makro (Tematik)

Berita “Anggaran Untuk Pemindai di Sekolah Rp 3 Miliar” tampil pada halaman pertama Kompas edisi tanggal 03 Maret 2015. Teks tersebut secara umum menggambarkan bahwa ditemukannya anggaran siluman selain UPS dalam RAPBD 2015 versi DPRD.

Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa (Eriyanto, 2012: 229). Topik utama yang dikembangkan melalui teks tersebut adalah tentang pengadaan anggaran pemindai dan pencetak di SMPN 73 Tebet Jakarta Selatan yang dinilai kurang tepat. Dan subtopik dalam teks berita ini adalah tentang perusahaan pemenang lelang yang kurang meyakinan, adanya anggaran siluman selain UPS dan pencabutan dukungan partai Nasdem dalam panitia hak angket.

b. Superstruktur (Skematik)

Skematik merupakan skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti (Eriyanto, 2012: 231). Berita secara umum memiliki dua kategori yaitu summary yang ditandai dengan judul dan lead, serta story yaitu isi berita secara keseluruhan. Isi berita memiliki dua kategori yaitu proses atau jalannya peristiwa dan komentar yang ditampilkan didalam teks.

Pada teks berita ini disusun dengan struktur piramida terbalik. Fakta-fakta disusun secara sekuensial dari atas kebawah diurutkan mulai dari yang terpenting sampai yang kurang penting, struktur ini dinamakan piramida terbalik (Mursito, 2013: 160). Dari judul “Anggaran Untuk Pemindai di Sekolah Rp 3 Miliar” sudah mengarah pada topik utama, namun masih kurang jelas anggaran yang dimaksudkan, seharusnya dituliskan anggaran siluman supaya pembaca yang tidak mengikuti secara aktif pemberiataan kasus ini dapat langsung mengerti maksud dari teks berita tersebut. Dan judul tersebut akan lebih memiliki daya tarik untuk dibaca. Dalam buku Kusumaningrat (2009: 156) menjelaskan terkait penulisan judul yang pembaca belum tentu tahu, dalam pemberitaan yang terus berjalan (running story) yang pemberitaanya sudah berlangsung beberapa hari hendaknya dijelaskan secara singkat perkembangannya yang lalu. “JAKARTA, KOMPAS – Dalam rincian Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2015 versi DPRD DKI Jakarta termuat sejumlah usulan anggaran yang tidak jelas. Dalam rancangan itu antara lain ada program pengadaan alat pemindai dan pencetak masing-masing Rp 3 miliar untuk 40 sekolah di Jakarta Selatan. Salah satu sekolah yang ditulis mengajukan pengadaan kedua alat itu adalah SMP Negeri 73 Tebet, Jakarta Selatan.”

Lead pada berita ini termasuk kedalam lead berurutan, karena kalimat demi kalimat dalam lead menjelaskan informasi secara runtut.

Lead berurutan adalah fakta-fakta disusun secara kronologis untuk menunda klimaks atau kepuasan pembaca dalam memenuhi keingintahuannya sampai akhir berita (Kusumaningrat, 2009: 142). Pada kalimat pertama lead berita ini menjelaskan mengenai RAPBD DKI versi DPRD DKI memuat sejumlah usulan anggaran yang tidak jelas, selanjutnya kalimat kedua menjelaskan mengenai anggaran yang tidak jelas tersebut dan kalimat ketiga menjelaskan mengenai instansi yang dianggap mengajukan anggaran tersebut. Kalimat disusun secara berurutan sehingga pembaca akan tertarik untuk membaca berita hingga akhir.

Pada teks berita ini, penulis membagi dalam beberapa isu. Isu yang pertama adalah anggaran pemindai dan pencetak dalam RAPBD DKI 2015 untuk sekolah yang lebih membutuhkan pembangunan gedung. Isu berikutnya menjelaskan instruksi Wali Kota Jawa Barat yang tidak memperbolehkan camat menerima barang dan jasa yang tidak diusulkan. Isu berikutnya menjelaskan pencabutan dukungan partai Nasdem dalam panitia hak angket DPRD DKI. Isu lain yang menjadi pelengkap adalah Menteri Dalam Negeri yang dinilai lambat dalam menangani polemik APBD DKI Jakarta.

Pada bagian lead penulis menjelaskan ketidakjelasan RAPBD DKI 2015. Pada paragraf selanjutnya dijelaskan mengenai salah satu anggaran yang tidak jelas dalam RAPBD tersebut. Pada paragraf 10 dan 11 dijelaskan bahwa ada anggaran program sekolah yang tidak

diusulkan dalam Rencana Kegiatan Anggaran 2015. Pada paragraf 13 dijelaskan pencabutan dukuangan oleh partai Nasdem dalam panita hak angket, serta pada paragraf 14 partai Gerindra yang tidak mencabut dukungannya. Pada paragraf 16-17 dijelaskan komentar dari Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksana Otonomu Daerah Robert Endi Jaweng mengenai lambannya Mendagri dalam menangani polemik APBD DKI.

c. Struktur Mikro Semantik

Semantik merupakan makna yang ingin ditekanakan penulis yaitu wartawan pada teks berita dengan memberikan penekanan pada fakta dan komentar atau dengan memberikan detil yang lengkap terhadap fakta yang menguntungkan komunikator yaitu wartawan pada media massa. Elemen sintaksis sangat erat dengan elemen leksikon dan sintaksis karena penggunaan leksikon dan struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat memunculkan makna tertentu pula. Makna yang ingin ditekankan dalam sebuah teks dapat dilihat dari elemen latar, detail, maksud, pengandaian dan nominalisasi. (Sobur, 2012: 78-79)

Oleh sebab itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan atau penulis (Eriyanto, 2012: 235). Dalam teks ini, latar yang disampaikan adalah tentang instansi yang tidak mengajukan pengadaan barang namun ada dalam RAPBD DKI Jakarta 2015 salah

satunya pengadaan alat pengindai dan pencetak di sekolah. Seperti tergambar dalam paragraf 2 berikut:

“Saat ini kondisi SMPN 73 memprihatinkan karena bangunan sekolah mangkrak lebih dari satu tahun. Saya tidak mengajukan anggaran pengadaan barang. Saya hanya meminta pembangunan sekolah dilanjutkan agar anak-anak bisa belajar dengan nyaman, kata Kepala Sekolah SMPN 73 Tebet Sukirman, Senin (2/3).”

Elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang eksplisit (Eriyanto, 2012: 238). Elemen detil pada teks ini berisi penjelasan yang cukup mengenai dugaan anggaran siluman yang semakin kuat tercantumkan dalam APBD DKI Jakarta seperti pemenang lelang UPS yang ternyata merupakan perusahaan konsultan teknik, penganggaran program seperti e-SMS dan e-smart teacher education, serta pengunduran diri anggota partai dalam panitia hak angket yang merasa bahwa penyelesaian kasus anggaran siluman lebih penting dari pada menyelesaikan pengajuan RAPBD oleh Basuki.

Elemen wacana pengandaian (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks yaitu dengan adanya pernyataan dari pihak yang dapat dipercaya untuk menguatkan pendapat yang ingin disampaikan (Sobur, 2012: 79). Elemen wacana praangapan pada teks ini melihat pernyataan dari beberapa pihak yang dapat dipercaya terkait kasus ini. Selain

menyertakan pernyataan dari Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksana Otonomu Daerah Robert Endi Jaweng, disertakan pula pernyataan dari pegawai CV Wisanggeni yang disebut sebagai pemenang tender pengadaan UPS, anggota fraksi partai Gerindra dan DPP PDIP serta keterangan dari Mendagri. Kompas mempercayai nara sumber tersebut untuk dimintai keterangan terkait temuan dana siluman dalam APBD DKI.

Elemen maksud dalam analisis wacana memiliki tujuan akhir untuk menyajikan informasi secara eksplisit, serta menyembunyikan informasi atau fakta secara implisit (Eriyanto, 2012: 240). Elemen maksud yang ada dalam teks berita ini antara lain pernyataan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama pada paragraf 14 yang menyatakan angket muncul dikarenakan DPRD menuduhnya memaslsukan APBD padahal DPRD yang memalsukan dan memasukkan anggaran Rp 12,1 triliun yang tak pantas. Maksud yang dapat ditangkap dalam kalimat tersebut adalah Gubernur DKI ingin menegaskan bahwa dibandingkan hak angket yang diambil oleh DPRD, penyelesaian anggaran yang tiba-tiba muncul dalam DPRD jauh lebih penting. Basuki membuat kesan negatif tehadap hak angket DPRD yang lebih mementingkan penyelidikan kesalahan pengajuan APBD oleh Basuki daripada permasalan anggaran tiba-tiba muncul APBD.

Elemen sintaksis merupakan salah satu elemen paling penting yang dimanfaatkan untuk mengimplikasikan ideologi. Melalui struktur sintaksis, wartawan dapat menggambarkan aktor peristiwa tertentu secara positif dan negatif. Terdapat tiga level sintaksis yaitu koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. (Sobur, 2012: 80-82)

Dalam teks berita ini, bentuk koherensi sebab-akibat yang terdapat dalam paragraf 15 yang berisi Mendagri dinilai lambat dan tidak menggunakan otoritas yang dimilikinya dalam menyelesaikan polemik APBD DKI Jakarta. “Akibatnya, publik dirugikan karena pembangunan terhambat dan upah PNS di DKI tersendat, ujar Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng.” Dalam paragraf tersebut dijelaskan bahwa terhambatnya pembangunan di DKI dan tersendatnya upah PNS di DKI Jakarta karena sikap Mendagri yang lambat dan tidak menggunakan otoritas yang dimilikinya dalam menyelesaikan polemik APBD DKI Jakarta yang melibatkan berbagai pihak ini. Dikarenakan polemik APBD DKI yang belum kunjung selesai merugikan bagi masyarakat DKI Jakarta.

Stilistik

Elemen stilisktik (leksikon) merupakan cara pandang yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan

pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Leksikon dapat ditelusuri dari judul hingga isi teks. (Sobur, 2012: 82-83)

Pada lead terdapat kalimat “Dalam rincian Rancangan Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah 2015 versi DPRD DKI Jakarta termuat sejumlah usulan anggaran yang tidak jelas.” Kata “termuat” dalam KBBI berarti telah dimuat (dimasukkan, diisikan, dipasang), dapat dimuat (dimasukkan dan sebagainya). Dalam kalimat tersebut kata “termuat” terkesan menegaskan bahwa rincian anggaran yang tidak jelas sengaja dimunculkan dalam RAPBD DKI 2015 dan kata versi dalam kalimat tersebut semakin memperkuat pihak DPRD DKI yang membuat usulan anggaran tidak jelas tersebut.

Pada paragraf 6 terdapat pernyataan Wali Kota Jawa Barat Anas Efendi yaitu “Saya instruksikan kepada para camat dan lurah untuk tidak menerima barang dan jasa yang tidak mereka usulkan. Ini agar mereka terhindar dari sangkaan terlibat korupsi.” Kata “instruksi” dalam KBBI bararti perintah atau arahan (untuk melakukan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu tugas), pelajaran. Dan “sangkaan” dalam KBBI berarti dugaan, perkiraan, keraguan, kesangsian. Sehingga dalam pernyataan tersebut kedua kata yaitu “instruksi” dan “sangkaan” semakin menegaskan bahwa pemerintah tidak mengetahui mengenai anggaran UPS yang tidak jelas dan untuk

itu para camat dan lurah diminta untuk tidak menerima sesuatu apapun yang tidak ada dasar usulan yang jelas.

Retoris

Elemen retoris terkait fungsi persuasif dengan menggunakan gaya bahasa, interaksi, ekspresi, metafora dan grafis. Penggunaan retoris dapat diamati dari judul hingga isi teks. (Sobur, 2012: 83-84)

Terdapat sejumlah gaya bahasa atau sering disebut majas dalam teks berita ini yang terdapat dalam paragraf 4 yang berbunyi “Saat ini kondisi SMPN 73 memprihatinkan karena bangunan sekolah mangkrak lebih dari satu tahun.” Kalimat “kondisi SMPN 73 memprihatinkan” mengandung majas personifikasi. Majas personifikasi merupakan majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia (http://www.rumpunnektar.com /2013/11/jenis-jenis-majas.html?m=1 diakses pada 17 Mei 2016). Jadi kalimat “kondisi SMPN 73 memprihatinkan” menggambarkan keadaan banguanan sekolah yang tidak layak difungsikan. Dan kata “mangkrak” dalam KBBI berarti terbengkalai. Untuk itu kata “mangkrak” disini maksudnya adalah gedung sekolah yang sudah lebih dari satu tahun tidak terurus dan tidak dilanjutkan proses pembangunannya. Majas personifikasi diatas menjelaskan bahwa penulis mengorangkan SMPN 73 seolah dalam keadaan yang menyedihkan.

d. Kesimpulan

Jadi kesimpulannya adalah wacana yang muncul dalam teks berita dengan judul berita “Anggaran Untuk Pemindai di Sekolah Rp 3 Miliar” adalah temuan anggaran siluman yang semakin kuat. Pada pemberitaan selanjutnya Kompas juga mewacanakan semakin kuatnya dugaan anggaran siluman APBD DKI dengan mengutip keterangan-keterangan dari pihak yang terlibat dalam temuan dana siluman tersebut.

5. Judul berita “Evaluasi APBD DKI Sudah Tuntas”