• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAH FASILITAS PERIBADATAN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003

GAMBAR 2.12 PETA PEMBAGIAN ZONA FISIK KOTA BANDA ACEH

JUMLAH FASILITAS PERIBADATAN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003

Kecamatan Masjid Surau / langgar Gereja Gereja katolik Pura Vihara Kelenteng

Meuraxa 10 29 0 0 0 0 0 Banda Raya 6 23 0 0 0 0 0 Baiturrahman 17 21 0 0 0 0 0 Lueng Bata 2 10 0 0 0 0 0 Kuta Alam 23 27 3 2 0 4 1 Kutaraja 6 9 0 0 1 0 0 Syiah Kuala 11 18 0 0 0 0 0 Ulee Kareng 7 6 0 0 0 0 0 Jaya Baru 7 20 0 0 0 0 0 JUMLAH 89 163 3 2 1 4 1

Sumber : Podes Kota Banda Aceh,Tahun 2003

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk, maka perkiraan kebutuhan fasilitas peribadatan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel

2.27

TABEL 2.27

PROYEKSI KEBUTUHAN FAS ILITAS PERIBADATAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011 DAN 2016 NO FASILITAS JENIS STANDAR PENDUDUK PENDUKUNG (Jiwa) STANDAR LUAS LAHAN (m2) KEBUTUHAN TAHUN 2011 LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2011 KEBUTUHAN TAHUN 2016 LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2016 1 Masjid Skala Kecamatan 120000 4000 2 7806 2 8973 2 Masjid Skala Lingkungan 30000 1750 8 13661 9 15703

2

2.8.8..44 PPEERRKKAANNTTOORRAANN DDAANN PPEELLAAYYAANANANN UUMMUUMM

Untuk kebutuhan sarana perkantoran dan Pelayanan Umum berdasarkan wilayah yang terkena dampak maka Kantor Kecamatan diperlukan di 6 kecamatan yang terkena dampak kecuali Kecamatan Baiturrahman, Sedangkan Kantor Desa/Kelurahan diperlukan antara lain di daerah berikut:

1. Kecamatan Meuraxa, meliputi: Kel. Ulee Lheule, Kel. Deah Glumpang, Kel. Deah Teungoh, Kel. Deah Baro, Kel. Lambung, Kel. Gampong Pie, Kel. Gampong Blang, Kel. Lamjabat, Kel. Asoenanggro, Kel. Surien, Kel. Gampong Baro, Kel. Pungee Ujong, Kel. Pungee Jurong, Kel. Lampaseh Kota, Kel. Lampaseh Aceh.

2. Kecamatan Kuta Raja, meliputi: Kel. Gampong pande, Kel. Gampong Jawa, Kel. Merduati, Kel. Keudah, Kel. Lampaseh Kota, Kel. Kampung Baru.

3. Kecamatan Jaya Baru, meliputi: Kel. Ulee Pata, Kel. Lampoh Daya, Kel. Bitai, Kel. Lam jamee, Kel. Emperom.

4. Kecamatan Kuta Alam, meliputi: Kel. Lampulo, Kel. Lamdingin, Kel. Bandar Baru. 5. Kecamatan Syiah Kuala, meliputi: Kel. Dayah Raya, Kel. Alue, Naga, Kel. Tibang, dan

Kel. Jeulingke.

6. Kecamatan Baiturrahman, meliputi: Kel. Sukaramai

Untuk kantor Pos Hansip di 6 kecamatan tidak diperlukan, hanya diperlukan pos pengamanan untuk para pengungsi 1 unit di masing-masing kecamatan. Sedangkan untuk Kantor Pos Pembantu diperlukan di pusat Kota Banda Aceh di perlukan di Kecamatan Kuta Alam 1 unit, Baiturrahman 1 unit, Jaya Baru 1 unit dan Syiah Kuala 1 unit. Serta sarana PLN, PDAM, Telkom, dan Polsek diperlukan 1 unit di masing-masing wilayah yang terkena dampak untuk melayani masyarakat yang sedang membangun kembali wilayahnya yang terkena tsunami.

2

2.9.9 HAHARRAAPPAANN DDAANN AASSPPIIRRAASSII SSTTAAKKEEHHOOLLDDEERRSS

Sebelumnya merencanakan wilayah yang terkena dampak bencana, harapan masyarakat pada para stakeholder perlu melakukan beberapa pertimbangan terhadap perencanaan wilayah Provinsi Banda Aceh, khususnya Kota Banda Aceh. Diantaranya:

2

2.9.9..11 PEPERRTTIIMMBBAANNGGAANN SSOOSSIIAALL--BBUUDDAAYYAA

Masyarakat Banda Aceh pada umumnya terdiri dari pedagang, nelayan dan petani dan sangat kuat ibadatnya dengan nilai budaya yang islami. Pembangunan kedepan harus memperhatikan nilai budaya dan islami yang hidup dalam masyarakat, dengan demikian Rencana Tata Ruang didasarkan pada nilai-nilai ini. Untuk Land Mark kota yang berfokus pada mesjid Baiturahman dan menjadi dasar dari Urban Design kota – kota. Disamping itu situs-situs budaya harus juga diperhatikan agar perkembangan Banda Aceh kedepan tidak mencabut msyarakat Aceh dari akar budaya dan nilai Islamnya. Kehidupan nelayan disepanjang pantai perlu diberi ruang dan teknologi agar kehidupannya lebih baik lagi.

2

2.9.9..22 PEPERRTTIIMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII

Ekonomi Banda Aceh didukung oleh sektor jasa, perikanan, pertanian serta wisata. Penataan kembali kota harus di upayakan untuk memperkuat sektor ini sehingga semakin modern dan dapat meningkatkan kesempatan kerja. Untuk nelayan dan petani perlu diperhatikan dengan sarana TPI dan infrastruktur pendukungnya. Dibidang wisata, kiranya Tsunami dapat diambil hikmah untuk sektor wisata mengingat kejadian tanggal 26 Desember 2004 yang lalu adalah suatu kejadian besar di dunia.

Ekonomi kota berbasis pada kelautan wisata dan jasa, diharapkan pembangunan prasarana dapat mendukung transformasi sektor Basik ini menjadi semakin modern sehingga secara terus menerus dapat meningkatkan nilai tambah dan penyerapan terhadap angkatan kerja.

2

2.9.9..33 PEPERRTTIIMMBBAANNGGAANN IINNFFRRAASSTTRRUUKKTTUURR

Pertimbangan infrastruktur perlu diarahkan untuk meningkatkan pelayanan sosial-ekonomi kota. Disamping itu juga untuk meningkatkan keamanan kawasan kota; yaitu mengatasi banjir dan juga perlu ditata agar dapat juga melindungi kota dari kemungkinan serangan tsunami dimasa yang akan datang.

Dari berbagai diskusi dengan stakeholder dikawasan perkotaan Banda Aceh dan sekitarnya bebarapa keinginan pengembangan kota kedepan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengembangan kota dilakukan dengan penanganan kawasan bersyarat antara lain dilakukan dengan pengaman (Buffer Zone) dan peringatan dini bencana Tsunami dan bila diperlukan dan diinginkan dapat melakukan “relokasi” ke kawasan yang lebih aman, dengan dukungan infrastruktur penghubung yang memadai dan baik. 2. Pengembangan Kota didasarkan pada nilai budaya dan Islami yang berkembang di

masyarakat Aceh

3. Pengembangan Kota harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melindungi hak masyarakat akan tanahnya.

4. Pengembangan kota harus dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan ekonomi kotanya.

5. Pengembangan kota harus dapat melindungi bahaya kota dari bahaya bencana (gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor).

6. Pengembangan kota harus dapat menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan kota.

7. Pengembangan infrastruktur harus dapat meningkatkan pelayanan kota.

8. Sebagian penduduk memilih ingin bermukim kembali, dengan syarat pengamanan (Buffer Zone) dan peringatan dini bencana tsunami.

9. Sebagian lainnya ingin pindah ke kawasan yang lebih aman, dengan dukungan infrastruktur penghubung yang memadai dan baik.

10. Pusat - pusat pelayanan fasilitas sosial dan utilitas harus berada di lokasi yang aman. 11. Kegiatan usaha dan pasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat berjalan

kembali normal.

12. Identitas kota dan masyarakat (yang bersifat religius dan budaya) tetap dipertahankan.

13. Pembangunan kota dan kawasan tetap memperhatikan prinsip-prinsip hak kepemilikan tanah dan property.

14. Menerapkan pembangunan kota yang menganut prinsip-prinsip manajemen Disaster yang berbasis tata ruang

R

REENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG

K

KOOTTAA BBAANNDDAA AACCEEH H

3

3..11 KKEEDDUUDDUUKKAANN KKOOTTAA BBAANNDDAA AACCEEHH DDAALLAAM M KKOONNSSTTEELLAASSII RREEGGIIOONNAALL

Rencana tata ruang merupakan upaya untuk mengintegrasikan berbagai macam sumber daya di suatu wilayah/kota ke dalam suatu deliniasi wilayah perencanaan. Artinya komponen-komponen tata ruang di dalam wilayah perencanaan harus terintegrasi, di samping itu, wilayah perencanaan juga harus terintegrasi dengan rencana yang hirarkinya lebih tinggi. Dalam perencanaan Kota Banda Aceh, selain harus memperhatikan komponen-komponen tata ruang yang ada di wilayahnya, juga harus memperhatikan peranannya dalam lingkup yang lebih luas. Dengan demikian perencanaannya akan dapat menciptakan kesinergian dengan rencana-rencana spasial lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, langkah awal dalam perencanaan Kota Banda Aceh adalah perlunya menetapkan Peran, Fungsi, dan Kedudukan Kota Banda Aceh dalam konstelasi regional, sehingga dalam pelaksanaannya di masa mendatang dapat bersinergi dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Penetapan ini mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang dimiliki Kota Banda Aceh dan arahan-arahan penataan ruang yang hirarkinya lebih tinggi serta rekomendasi dari rencana-rencana serupa yang telah disusun sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan di atas, Peran Kedudukan dan Fungsi Kota Banda Aceh ditetapkan sebagai berikut.

BAB