• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Pengaduan Berdasarkan Klasifikasi Pengaduan, 2016—2020

Klasifikasi 2020 2019 2018 2017 2016

Meminta dan/atau menerima uang, barang, dan fasilitas lainnya 37 37 41 25 41

Penyalahgunaan keuangan kantor dan fasilitas kedinasan 2 7 8 6 8

Penyalahgunaan data elektronik 4 1 1 1 0

Pelayanan eksternal DJP 3 13 13 16 21

Pelayanan internal DJP 4 2 7 3 7

Pelanggaran peraturan kedinasan 54 48 36 46 22

Pelanggaran peraturan terkait jam kerja 12 4 8 5 5

Pelanggaran peraturan terkait pengadaan barang dan/atau jasa

pemerintah 2 4 1 0 2

Tata Kelola Pemerintahan

176

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

Klasifikasi 2020 2019 2018 2017 2016

Pelanggaran prosedur terkait perkawinan dan perceraian 15 17 27 16 17

Pelanggaran martabat dan kehormatan PNS 24 24 31 17 22

Tidak terkait pegawai DJP 15 26 18 65 19

Jumlah 172 183 191 200 164

Sumber: Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur.

Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur melaksanakan pengadministrasian dan pengawasan atas tindak lanjut pengaduan yang masuk di DJP. Pada tahun 2020, Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur menyelesaikan sebanyak 140 dari 172 pengaduan yang masuk.

Foto:

Nandhya Marfiana -

KPP Pratama Jakarta Menteng Dua

Pihak eksternal yang melakukan pengawasan/pemeriksaan pada DJP di tahun 2020 meliputi Aparat Pengawasan Fungsional, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, serta komite nonstruktural, yaitu Komite Pengawas Perpajakan.

1. Badan Pemeriksa Keuangan

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan dengan tujuan tertentu, dan pemeriksaan kinerja.

Sehubungan dengan penerbitan beberapa ketentuan mengenai insentif perpajakan untuk wajib pajak terdampak Covid-19, pada tahun 2020 BPK melakukan pemeriksaan kinerja dengan tema: “Pemberian Insentif Perpajakan kepada Wajib Pajak Dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Tahun 2020 pada Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan serta Instansi Terkait Lainnya di Jakarta dan Daerah”.

J. PENGAWASAN/PEMERIKSAAN OLEH PIHAK EKSTERNAL

Tata Kelola Pemerintahan

177

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

Kriteria yang digunakan pada pemeriksaan tersebut antara lain terkait penyusunan peraturan; perhitungan biaya, output dan indikator keberhasilan; realisasi jumlah, waktu dan sasaran; serta kegiatan pengawasan. Proses pemeriksaan berlangsung mulai September hingga Desember 2020, yang akan dilanjutkan dengan penyampaian tanggapan dari DJP atas konsep temuan dan konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan oleh BPK.

Pada periode yang sama, BPK juga melakukan pemeriksaan kinerja dengan tema: “Pengelolaan Sistem Informasi Pelaporan Pendapatan, Piutang, dan Utang Perpajakan Tahun 2019-2020 pada Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan, serta Instansi Terkait Lainnya di Jakarta”. Adapun pemeriksaan keuangan oleh BPK dilakukan secara rutin pada periode semester I.

Hasil pemeriksaan BPK pada tahun 2019 yang disampaikan melalui penyampaian LHP pada tahun 2020, yaitu:

2. Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Keuangan dengan kewenangan sebagai aparat pengawasan intern pemerintah memiliki tugas menyelenggarakan pengawasan internal atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang ada di lingkungan Kementerian Keuangan. Terdapat empat unit kerja di Itjen yang melaksanakan pemeriksaan di DJP, yaitu Inspektorat I, Inspektorat V, Inspektorat VII, dan Inspektorat Bidang Investigasi (IBI).

Temuan audit Inspektorat I merupakan temuan di bidang perpajakan atas kelemahan dalam pengelolaan tugas dan fungsi organisasi DJP. Temuan audit pada objek pemeriksaan (unit kerja) dapat ditingkatkan menjadi temuan organisasi sehingga memerlukan tindak lanjut penyelesaian pada tingkat yang lebih tinggi dalam bentuk Policy Recommendation (Polrec). Terdapat delapan tema temuan Polrec 2019 yang telah selesai ditindaklanjuti seluruhnya pada tahun 2020, yaitu:

a. LHP Kepatuhan atas Pengelolaan Fasilitas Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk serta Tidak Dipungut Pajak dalam rangka Impor Sementara dan Impor untuk Dipakai Tahun 2017 s.d. Semester I Tahun 2019;

b. LHP Kepatuhan atas Restitusi Pajak Tahun 2018 s.d. Semester I Tahun 2019 (terdiri dari dua laporan);

c. LHP Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan (LK BA 015) Tahun Anggaran 2019 yang terbagi menjadi dua, yaitu terkait sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

a. Monitoring Pengawasan Proses Restitusi;

b. Monitoring Pengawasan Data PPN;

c. Evaluasi Taxpayer Accounting;

d. Kegiatan Pengawasan Pajak;

e. Piutang Pajak Daluwarsa;

f. Migrasi Data dalam rangka Pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan;

g. Pengawasan Wajib Pajak Bendahara; dan

h. Evaluasi dan Asistensi UKI.

Policy Recommendation 2020 yang Harus Ditindaklanjuti DJP pada 2021

Pengawasan Itjen dalam Program Penanggulangan Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Membuat kebijakan dan langkah-langkah pengawasan wajib pajak yang memanfaatkan insentif pajak agar dapat dijadikan pedoman oleh unit vertikal dalam melakukan pengawasan pemanfaatan insentif pajak.

Pengawasan Itjen atas Proses Registrasi Menyusun regulasi serta rencana aksi pembenahan data masterfile wajib pajak (MFWP), sehingga dapat dilakukan penyelesaian terhadap data anomali yang ditemukan pada MFWP.

Monitoring dan Evaluasi Penyusunan Profil Pegawai, Pemanfaatan Fraud Risk Scenario (FRS) oleh UKI DJP Tahun 2020 serta Penyusunan Rencana Pemantauan Tahunan (RPT) DJP Tahun 2021

Menyusun kebijakan penetapan jumlah dan parameter/prioritas pegawai yang diprofil oleh UKI.

Sumber: Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur.

Tata Kelola Pemerintahan

178

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

Monitoring Inspektorat I atas pelaksanaan pemberian insentif perpajakan dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 tertuang dalam Laporan Hasil Monitoring Inspektorat Jenderal Terkait Pelaksanaan Pemberian Insentif Perpajakan Dalam Rangka Penanganan Pandemi COVID-19 (LAP-30/IJ.2/2020 tanggal 29 Desember 2020), antara lain berkenaan dengan:

Selain itu, Inspektorat I juga melakukan reviu pergeseran anggaran Bendahara Umum Negara (BUN) dari Bagian Anggaran 999.08 (Pengelolaan Belanja Lainnya) ke Bagian Anggaran 999.07 (Pengelolaan Belanja Subsidi) Pajak Ditanggung Pemerintah (DTP) Dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19 Tahun Anggaran 2020 (LAP-13/

IJ.2/2020 tanggal 13 Oktober 2020 dan LAP-27/IJ.2/2020 tanggal 22 Desember 2020). Reviu dilakukan dengan serangkaian aktivitas untuk menelaah dokumen atas nilai usulan pergeseran BUN dan kelengkapan dokumen pendukung pergeseran anggaran. Dari reviu tersebut dihasilkan beberapa rekomendasi yang telah selesai ditindaklanjuti DJP, antara lain berupa:

Temuan pemeriksaan IBI merupakan hasil investigasi atas laporan atau pengaduan terkait dengan pelanggaran Kode Etik dan disiplin yang dilakukan oleh pegawai DJP. IBI menyampaikan Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI) kepada Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur dengan rekomendasi berupa penjatuhan hukuman disiplin sesuai PP Nomor 53 Tahun 2010. Pada tahun 2020, DJP menerima satu LHAI dengan rekomendasi berupa hukuman disiplin dijatuhkan kepada satu CPNS DJP.

a. pelaksanaan pemberian insentif pajak bagi wajib pajak yang terdampak pandemi Covid-19 berdasarkan PMK Nomor 86/PMK.03/2020 stdd.

PMK Nomor 110/PMK.03/2020;

a. telah dilakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Anggaran untuk memastikan pos anggaran yang dipergunakan untuk Subsidi Pajak DTP dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 sesuai ketentuan;

b. pelaksanaan pemberian insentif pajak terhadap barang dan jasa yang diperlukan dalam

penanganan pandemi Covid-19 berdasarkan PMK Nomor 28/PMK.03/2020 stdd. PMK Nomor 143/

PMK.03/2020.

b. telah dilengkapi dokumen Surat Pernyataan

bahwa telah dilakukan penelitian kelengkapan dokumen pendukung yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan ketentuan;

dan

c. telah disusun Kerangka Acuan Kerja dan Rincian Anggaran Biaya Perhitungan Subsidi Pajak DTP atas PPh Final Jasa Konstruksi P3-TGAI dan PPN Impor dan/atau penyerahan Kertas Koran dan/atau Kertas Majalah, serta pengajuan usulan pergeseran anggaran sesuai dengan ketentuan.

3. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

Pada tahun 2020, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melakukan pemantauan pelaksanaan pemberian insentif pajak bagi wajib pajak terdampak Covid-19. Pemantauan meliputi atas sektor usaha dan jumlah wajib pajak yang memanfaatkan insentif pajak, verifikasi kelayakan permohonan insentif pajak, pelaksanaan sosialisasi/penyebaran informasi insentif pajak, realisasi pemberian insentif pajak, dan pelaporan atas pemanfaatan insentif pajak oleh wajib pajak. Atas pemantauan tersebut, BPK menyampaikan saran-saran guna perbaikan kebijakan DJP ke depannya.

4. Komite Pengawas Perpajakan

Komite Pengawas Perpajakan merupakan komite nonstruktural yang bertugas membantu Menteri Keuangan dan bersifat mandiri dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas instansi perpajakan. Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Pengawas Perpajakan menerima pengaduan dari masyarakat terkait kinerja DJP.

Pengaduan tersebut kemudian dianalisis dan diteruskan kepada DJP dalam bentuk permintaan keterangan maupun saran/rekomendasi. Komite Pengawas Perpajakan juga dapat melakukan kajian mengenai hal strategis untuk kemudian menyampaikan saran/rekomendasi kepada DJP.

Tata Kelola Pemerintahan

179

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

Pada tahun 2020, Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur menerima 44 nota dinas berisi saran/rekomendasi dari Komite Pengawas Perpajakan. Saran/rekomendasi dari 22 nota dinas telah dilaksanakan dengan efektif (selesai) dan 22 lainnya masih dalam proses yang akan ditindaklanjuti kembali pada tahun 2021. Dari 22 nota dinas yang masih dalam proses tersebut, 9 diantaranya merupakan nota dinas dengan saran/rekomendasi yang utamanya ditujukan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan ditindaklanjuti bersama dengan DJP.

Sepanjang dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sebanyak 1.261 keputusan hukuman disiplin yang diterbitkan bagi pegawai di lingkungan DJP dengan rincian jenis hukuman disiplin sebagaimana diuraikan dalam tabel di bawah.

Adapun komposisi jenis pelanggaran yang telah diterbitkan keputusan penjatuhan hukuman disiplin pada tahun 2020, yaitu:

a. pelanggaran terhadap ketentuan jam kerja sebanyak 186 keputusan;

b. pelanggaran karena menerima hadiah/pemberian dari pihak tertentu sebanyak 35 keputusan;

c. pelanggaran terhadap SOP sebanyak 19 keputusan;

d. pelanggaran terhadap ketentuan perkawinan dan perceraian PNS sebanyak 6 keputusan; dan e. pelanggaran lainnya sebanyak 31 keputusan.

Penegakan disiplin di lingkungan DJP dijalankan demi menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta mendorong pegawai untuk lebih produktif berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja. Penegakan disiplin PNS di lingkungan Kementerian Keuangan berpedoman pada beberapa ketentuan, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, PP Nomor 53 Tahun 2010, dan PMK Nomor 97/

PMK.09/2018.

Peraturan mengenai penegakan disiplin PNS antara lain memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada pegawai yang telah

terbukti melakukan pelanggaran.

Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina pegawai yang telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri pada masa yang akan datang.

Dalam peraturan tersebut juga disebutkan secara tegas jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu pelanggaran disiplin. Penjatuhan hukuman berupa jenis hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat disesuaikan dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai

yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan hal lain seperti latar belakang dan dampak dari pelanggaran yang dilakukan.

Kewenangan untuk menetapkan keputusan hukuman disiplin bagi pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin juga dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan di atas. Hal lainnya yang diatur, yaitu pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin diberikan hak untuk membela diri melalui upaya administratif, sehingga dapat dihindari terjadinya kesewenang-wenangan dalam penjatuhan hukuman disiplin.

K. PENGENAAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI