• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan & Peraturan Direktur Jenderal Pajak Mengenai Teknis Perpajakan, 2020

No. Nomor dan Judul Materi Pokok

Bidang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) 1. Perdirjen Nomor PER-04/PJ/2020

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Ketentuan pelaksanaan Pasal 60 ayat (2) dan Pasal 61 PMK Nomor 147/

PMK.03/2017, mengatur teknis pelaksanaan administrasi NPWP, sertifikat elektronik, dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Saat mulai berlaku: 13 Maret 2020.

2. Perdirjen Nomor PER-07/PJ/2020

Tempat Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaku Usaha Melalui Sistem Elektronik dan/

atau Tempat Pelaporan Usaha Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya

Ketentuan pelaksanaan Pasal 2 ayat (3) huruf a Undang-Undang KUP dan Pasal 2 ayat (2) huruf b PMK Nomor 147/PMK.03/2017, antara lain mengatur:

• administrasi tempat pendaftaran wajib pajak dan pelaku usaha melalui sistem elektronik dan/atau tempat pelaporan usaha PKP pada KPP Wajib Pajak Besar, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus, dan KPP Madya;

• administrasi pemindahan tempat wajib pajak terdaftar dan penghapusan pelaku usaha luar negeri dari KPP-KPP tersebut di atas; serta

• pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan yang terkait.

Saat mulai berlaku: 17 April 2020.

3. Perdirjen Nomor PER-13/PJ/2020 Petunjuk Teknis Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Jabatan sehubungan dengan Pemberian Subsidi Bunga/

Subsidi Margin untuk Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Ketentuan pelaksanaan PMK Nomor 65/PMK.05/2020, antara lain mengatur:

• penerima subsidi bunga/subsidi margin adalah debitur usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, dengan plafon kredit/pembiayaan paling tinggi Rp10 miliar;

• prosedur pemberian NPWP dilakukan secara jabatan berdasarkan hasil penelitian administrasi; dan

• penerbitan NPWP dilakukan melalui Kepdirjen.

Saat mulai berlaku: 26 Juni 2020.

4. Perdirjen Nomor PER-19/PJ/2020 Petunjuk Teknis Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara Jabatan Sehubungan dengan Pemberian Subsidi Bunga/

Subsidi Margin kepada Debitur Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Ketentuan pelaksanaan PMK Nomor 138/PMK.05/2020, antara lain mengatur:

• penerima subsidi bunga/subsidi margin, yaitu debitur perbankan, perusahaan pembiayaan, dan Lembaga Penyalur Program Kredit Pemerintah;

• prosedur pemberian NPWP; dan

• penyalur kredit/pembiayaan dapat melakukan konfirmasi data NPWP debitur melalui saluran tertentu yang ditetapkan DJP dan/atau melalui penyedia jasa aplikasi perpajakan.

Perdirjen ini sekaligus mencabut Perdirjen Nomor PER-13/PJ/2020.

Saat mulai berlaku: 6 November 2020.

Bidang PPh

5. PMK Nomor 123/PMK.03/2020

Bentuk dan Tata Cara Penyampaian Laporan serta Daftar Wajib Pajak dalam Rangka Pemenuhan Persyaratan Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka

Ketentuan pelaksanaan Pasal 6 PP Nomor 30 Tahun 2020, antara lain mengatur:

• bentuk dan tata cara penyampaian laporan pemanfaatan penurunan tarif kepada DJP, berupa laporan bulanan dan laporan kepemilikan saham yang memiliki hubungan istimewa; dan

• Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan daftar wajib pajak yang memenuhi persyaratan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak menggunakan format sesuai ketentuan.

Saat mulai berlaku: 1 September 2020.

6. Perdirjen Nomor PER-03/PJ/2020 Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun yang Pendiriannya Telah Disahkan oleh Menteri Keuangan atau Telah Mendapatkan Izin dari Otoritas Jasa Keuangan

Ketentuan dalam Perdirjen ini mempermudah proses bisnis pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB), yaitu:

• NPWP pusat yang dapat digunakan untuk NPWP cabang;

• satu SKB untuk setiap bank yang dapat digunakan untuk semua cabang bank;

• SKB berlaku satu tahun sejak berlaku; dan

• menghapus pelaporan periodik.

Saat mulai berlaku: 20 Februari 2020

Pembahasan Kinerja Organisasi

74

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

No. Nomor dan Judul Materi Pokok

7. Perdirjen Nomor PER-08/PJ/2020 Penghitungan Angsuran Pajak Penghasilan untuk Tahun Pajak Berjalan Sehubungan dengan Penyesuaian Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak sehubungan dengan diterbitkannya Perppu No 1 Tahun 2020, maka diterbitkan Perdirjen ini dengan materi antara lain, yaitu:

• penghitungan besarnya angsuran PPh wajib pajak badan dalam hal terjadi penurunan tarif; dan

• masa berlaku tarif baru.

Saat mulai berlaku: 21 April 2020.

8. Perdirjen Nomor PER-24/PJ/2020 Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, Pembatalan serta

Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin Penyelenggaraan Pembukuan atau Pencatatan dengan Menggunakan Bahasa Inggris atau Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dolar Amerika Serikat

Ketentuan pelaksanaan Pasal 5 KMK Nomor 543/KMK.04/2000 dan Pasal 16 PMK Nomor 196/PMK.03/2007 stdtd. PMK Nomor 123/PMK.03/2019, mengatur tata cara pemberitahuan, permohonan, pembatalan/pencabutan pemberitahuan, dan tata cara penerbitan kembali izin atas penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan menggunakan Bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat.

Saat mulai berlaku: 28 Desember 2020.

Bidang PPN dan PPnBM

9. PMK Nomor 41/PMK.03/2020 Persyaratan dan Tata Cara Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu Serta Persyaratan dan Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai

Ketentuan pelaksanaan Pasal 6 PP Nomor 50 Tahun 2019 ini menggabungkan ketentuan dan PMK Nomor 193/PMK.03/2015 dan PMK Nomor 192/

PMK.03/2015 ke dalam satu peraturan.

Materi yang diatur antara lain:

• perubahan mekanisme pemberian fasilitas tidak dipungut;

• penjelasan tentang Surat Keterangan Tidak Dipungut (SKTD) dengan pengajuan secara daring;

• perubahan ketentuan mengenai laporan realisasi; serta

• mekanisme SKTD pengganti dan sanksi.

Saat mulai berlaku: 27 April 2020.

10. PMK Nomor 48/PMK.03/2020 Tata Cara Penunjukan Pemungut, Pemungutan, dan Penyetoran, serta Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean melalui Perdagangan melalui Sistem Elektronik

Ketentuan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020, antara lain mengatur perubahan mekanisme pemungutan PPN atas produk digital, yang sebelumnya melalui mekanisme penyetoran sendiri oleh pembeli sesuai dengan Pasal 3A Undang-Undang PPN menjadi mekanisme pemungutan oleh pelaku usaha PMSE yang ditunjuk sebagai Pemungut PPN PMSE.

Saat mulai berlaku: 1 Juli 2020.

11. PMK Nomor 67/PMK.03/2020

Pemberian Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Pajak Bumi dan Bangunan pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dengan Kontrak Bagi Hasil Gross Split

Ketentuan pelaksanaan Pasal 25 ayat (3) PP Nomor 53 Tahun 2017, antara lain mengatur:

• subjek yang mendapatkan fasilitas Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S);

• fasilitas dan tata cara pemberian fasilitas perpajakan bagi K3S; dan

• kewajiban bagi K3S.

Saat mulai berlaku: 14 Juli 2020.

12. PMK Nomor 92/PMK.03/2020

Kriteria dan/atau Rincian Jasa Keagamaan yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai

Ketentuan pelaksanaan Pasal 7 ayat (2) PP Nomor 1 Tahun 2012, mengatur jenis jasa tertentu dalam kelompok jasa keagamaan yang tidak dikenai PPN, meliputi jasa pelayanan ibadah, jasa pemberian khotbah atau dakwah, jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan, dan jasa lainnya di bidang keagamaan.

Saat mulai berlaku: 22 Agustus 2020.

13. Perdirjen Nomor PER-12/PJ/2020 Batasan Kriteria Tertentu Pemungut serta Penunjukan Pemungut, Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean melalui Perdagangan melalui Sistem Elektronik

Ketentuan pelaksanaan PMK Nomor 48/PMK.03/2020, mengatur batasan kriteria tertentu yang menjadi dasar untuk menunjuk Pelaku Usaha PMSE sebagai Pemungut PPN PMSE, yaitu:

• nilai transaksi dengan pembeli di Indonesia melebihi Rp600.000.000,00 dalam satu tahun atau Rp50.000.000,00 dalam satu bulan; dan/atau

• jumlah traffic atau pengakses di Indonesia melebihi 12.000 dalam satu tahun atau 1.000 dalam satu bulan.

Perdirjen ini juga mengatur tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN PMSE.

Saat mulai berlaku: 1 Juli 2020.

Pembahasan Kinerja Organisasi

75

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

No. Nomor dan Judul Materi Pokok

Bidang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa 14. PMK Nomor 189/PMK.03/2020

Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Pajak atas Jumlah Pajak yang Masih Harus Dibayar

Ketentuan pelaksanaan Pasal 10A Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pasal 48 ayat (11) PP Nomor 74 Tahun 2011, antara lain mengatur:

• tahapan tindakan penagihan yang harus dilaksanakan secara berurutan;

• kriteria rinci mengenai penanggung pajak yang dapat dilakukan tindakan penagihan pajak;

• keharusan untuk melakukan tindakan penagihan kepada penanggung pajak secara hierarkis dan proporsional sesuai tanggung jawab penanggung pajak yang bersangkutan;

• kondisi atau pertimbangan tertentu dari Menteri sebagai dasar pencabutan sita, pencabutan pencegahan dan pelepasan Penanggung Pajak yang disandera; dan

• penyesuaian dalam tata cara pelaksanaan penyitaan atas harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada lembaga perbankan sebagai penyelarasan dengan terbitnya Undang-Undang tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan.

Saat mulai berlaku: 27 November 2020.

Bidang Perpajakan Internasional 15. PMK Nomor 22/PMK.01/2020

Tata Cara Pelaksanaan Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement)

Penandatanganan Naskah MLI pada 7 Juni 2017 oleh Menteri Keuangan yang berisi tentang komitmen Indonesia dalam melaksanakan rekomendasi BEPS Action 14 menjadi latar belakang dibentuknya PMK ini. Materi pokok yang diatur adalah terkait dengan tata cara pelaksanaan harga transfer dan Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha. PMK ini juga mencabut PMK Nomor 7/PMK.03/2015.

Saat mulai berlaku: 18 Maret 2020.

16. Perdirjen Nomor PER-02/PJ/2020 Tata Cara Pelaksanaan Tax Examination Abroad Dalam Rangka Pertukaran Informasi Berdasarkan Perjanjian Internasional

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2017 tentang Tata Cara Pertukaran Informasi Berdasarkan Perjanjian Internasional, maka ditetapkanlah Perdirjen ini. Materi pokok yang diatur dalam aturan ini adalah terkait Tax Examination Abroad.

Saat mulai berlaku: 27 Agustus 2020.

17. Perdirjen Nomor PER-16/PJ/2020 Penanganan Permintaan Pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama dan Penyelesaian Tindak Lanjut Persetujuan Bersama

Semakin meningkatnya permohonan Mutual Agreement Procedure (MAP) dari tahun ke tahun, menjadi salah satu latar belakang terbentuknya Perdirjen ini.

Materi pokok yang diatur adalah terkait ruang lingkup permintaan pelaksanaan MAP dan usulan permintaan pelaksanaan MAP oleh WPDN, pembentukan Komite Pembahas MAP, pembaruan permintaan pelaksanaan MAP, dan tindak lanjut persetujuan bersama.

Saat mulai berlaku: 11 Agustus 2020.

18. Perdirjen Nomor PER-17/PJ/2020 Tata Cara Penyelesaian Permohonan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement)

Sebagai peraturan teknis dari PMK Nomor 22/PMK.03/2020, maka dibentuklah Perdirjen ini. Pokok-pokok pengaturan yang dibahas terkait dengan pengaturan jangka waktu pengajuan permohonan Advance Pricing Agreement (APA) Bilateral, pengaturan pelaksanaan penelitian formal terkait usulan penentuan harga transfer APA dan relaksasi terkait wabah COVID-19, perundingan APA Unilateral dalam hal terdapat pencabutan permohonan APA Bilateral; pengawasan APA melalui evaluasi atas kepatuhan pelaksanaan APA dan kesesuaian kriteria-kriteria dalam APA tindak lanjut hasil evaluasi berupa Peninjauan Kembali dan Pembatalan APA, serta pelimpahan wewenang penandatanganan Pemberlakuan, Perubahan, Pembatalan APA.

Saat mulai berlaku: 17 September 2020.

Lain-lain

19. Perdirjen Nomor PER-20/PJ/2020

Pedoman Akuntansi Piutang Pajak Diterbitkan sesuai amanat PP Nomor 71 Tahun 2020. Perdirjen ini mengatur antara lain: pencatatan dan pengakuan piutang, prosedur hapus buku, akuntansi piutang pajak dalam mata uang asing, dan penerimaan kembali piutang pajak yang telah hapus buku.

Mulai berlaku untuk penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Tahun Anggaran 2020.

Sumber:

• Direktorat Peraturan Perpajakan I.

• Direktorat Peraturan Perpajakan II.

• Direktorat Perpajakan Internasional.

Pembahasan Kinerja Organisasi

76

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

Dalam rangka mewujudkan penerimaan negara yang optimal, DJP diamanatkan untuk turut berkontribusi pada salah satu strategi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2020—

2024, yaitu peningkatan kepatuhan melalui model pengawasan berbasis segmentasi dan teritorial.

Pada tahun 2020, DJP mengimplementasikan strategi tersebut dengan merumuskan metode pengawasan dan pemeriksaan yang lebih efektif terhadap wajib

pajak pada segmen yang berbeda (Surat Edaran Nomor SE-07/PJ/2020). Terhadap wajib pajak strategis penentu penerimaan, pengawasan dilakukan melalui kegiatan penelitian secara komprehensif, sedangkan terhadap wajib pajak lainnya dilakukan pengawasan dengan basis kewilayahan (teritorial). Strategi ini diharapkan dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, baik yang belum terdaftar sebagai wajib pajak maupun yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak namun belum melaksanakan kewajiban perpajakannya.

B. PENGAWASAN

1. Ekstensifikasi

Ekstensifikasi merupakan kegiatan pengawasan yang terhadap wajib pajak yang belum terdaftar, yang dilaksanakan berdasarkan data dan/atau informasi yang dimiliki atau diperoleh DJP, baik yang bersumber dari data eksternal, data internal, maupun data hasil Kegiatan Pengumpulan Data Lapangan (KPDL). Data dan/atau informasi tersebut selanjutnya diolah menjadi Daftar Sasaran Ekstensifikasi (DSE).

Dalam rangka mendukung kegiatan pengawasan berbasis kewilayahan, serta mengingat masih terdapat transaksi informal yang tidak terdeteksi oleh DJP maka diperlukan penguasaan wilayah secara komprehensif berbasis teknologi informasi untuk menggali potensi yang ada secara nyata di lapangan. Melalui tata kelola pengumpulan data lapangan, DJP akan memperoleh tidak hanya data wajib pajak yang sudah ber-NPWP namun juga data wajib pajak yang belum terdaftar. Data wajib pajak yang sudah ber-NPWP akan dimanfaatkan oleh DJP dalam rangka perluasan basis pajak, sedangkan data wajib pajak yang belum terdaftar dapat menjadi sumber DSE yang dapat diandalkan untuk mendukung perluasan dan peningkatan kualitas basis pajak.

Pada tahun 2020, DJP menerbitkan pedoman atau tata cara KPDL dan penjaminan kualitas data (Surat Edaran Nomor SE-11/PJ/2020).

KPDL adalah kegiatan yang dilakukan oleh DJP dan/atau pihak eksternal berdasarkan perjanjian kerja sama dengan DJP untuk mengumpulkan data dan informasi pada lokasi tempat tinggal/kedudukan atau tempat kegiatan usaha/harta wajib pajak. KPDL dilaksanakan melalui teknik pengamatan potensi pajak, tagging,

pengambilan gambar, dan/atau wawancara.

Pelaksanaan KPDL cukup terkendala pada masa pandemi Covid-19 di tahun 2020, mengingat kegiatan ini berbasis lapangan. Dalam tatanan kenormalan baru, KPDL dapat dilaksanakan dengan

memperhatikan protokol kesehatan dan memberikan jaminan keselamatan kerja bagi segenap pegawai yang terlibat.

Data yang akurat dan berkualitas merupakan modal penting dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. Penyediaan data yang berkualitas dapat dipenuhi dengan pemanfaatan data eksternal, data internal, dan data KPDL.

DJP mengolah data tersebut kemudian menyalurkannya ke database Approweb (aplikasi penyandingan data untuk pengawasan) untuk data wajib pajak ber-NPWP dan ke database DSE untuk data wajib pajak yang belum ber-NPWP.

Pembahasan Kinerja Organisasi

77

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

Pada tahun 2020, DSE yang didistribusikan ke kantor vertikal telah memanfaatkan pula data seperti data kependudukan dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), data keuangan, data kendaraan bermotor, dan data perizinan. Untuk menjamin kualitas DSE maka atas data-data tersebut dilakukan proses pengayaan dengan data internal dan data eksternal, serta pemetaan risiko.

a. pembangunan peta dasar DJP Digital Map, yaitu semacam peta digital dengan sumber data yang berasal dari aplikasi sumber terbuka (open source). DJP membentuk peta dasar DJP Digital Map berupa Peta DJP Satelit dan Peta DJP Road.

DJP juga mengembangkan DJP Digital Map versi mobile sehingga nantinya aplikasi ini dapat diakses melalui telepon seluler;

b. pengembangan aplikasi SIDJP NINE Modul Ekstensifikasi, yang meliputi penyesuaian pada menu informasi dan monitoring, penambahan akses pada KP2KP piloting KPP Mikro, integrasi dengan SIDJP NINE modul Alat Keterangan dan Approweb, serta beberapa pembenahan teknis lainnya;

c. pengembangan aplikasi SIDJP NINE Modul Alat Keterangan, yang meliputi pembangunan koneksi dengan data Dukcapil, penambahan role untuk Pemeriksa Pajak, Penilai Pajak, dan pegawai KP2KP, pengembangan menu monitoring produksi data KPDL, pengembangan menu tagging, dan pengembangan teknis lainnya; dan d. pengembangan aplikasi SIDJP NINE Modul

PBB, di mana pada tahun 2020 DJP meluncurkan e-SPOP sebagai sarana wajib pajak untuk melakukan pelaporan objek pajak PBB.

Keberhasilan kegiatan ekstensifikasi perlu ditunjang dengan tools yang andal. Beberapa aplikasi yang dibangun atau dikembangkan DJP di tahun 2020 untuk menunjang kegiatan ekstensifikasi, yaitu:

Foto:

Muhammad Ainul Yaqin - KPP Pratama Cirebon Dua

Pembahasan Kinerja Organisasi

78

Direktorat Jenderal Pajak Laporan Tahunan 2020

2. Intensifikasi

Intensifikasi merupakan upaya yang dilakukan DJP untuk mengoptimalisasi penggalian potensi penerimaan pajak terhadap subjek serta objek pajak terdaftar. Upaya pengamanan penerimaan pajak yang dilakukan dalam ranah intensifikasi pada tahun 2020 mencakup:

a. pengawasan terhadap wajib pajak diprioritaskan pada:

1) tahun/masa pajak yang mendekati jatuh tempo/daluwarsa;

2) wajib pajak yang bergerak di sektor usaha yang masih menunjukan peningkatan pembayaran pajak signifikan selama masa pandemi Covid-19, khususnya pada sektor e-commerce;

b. pengawasan wajib pajak dilaksanakan berdasarkan kebijakan pengawasan dan

pemeriksaan dalam rangka perluasan basis pajak (Surat Edaran Nomor SE-07/PJ/2020);

c. percepatan penyelesaian persiapan pengawasan berbasis kewilayahan;

d. optimalisasi pengawasan wajib pajak dilaksanakan dengan memanfaatkan:

1) data internal dan eksternal yang sudah tersedia dalam sisten informasi dalam rangka melakukan penelitian dan analisis wajib pajak;

2) internet dan media komunikasi tanpa tatap muka dalam rangka pengumpulan data dan komunikasi dengan wajib pajak; dan 3) teknologi informasi dalam rangka

pengawasan wajib pajak yang melakukan aktivitas ekonomi baru; serta

e. pengawasan pembayaran masa dilakukan secara rutin dan terus-menerus terhadap pemenuhan kewajiban pembayaran pajak oleh wajib pajak, serta dilakukan pula atas pemberian insentif bagi wajib pajak yang terdampak pandemi Covid-19.