• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo Plant / atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula

Rincian Realisasi Investasi Sub Sektor Minerba Tahun 2016 (Miliar USD)

1. Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo Plant / atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula

Pada tahun 2016, Kementerian ESDM menargetkan pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula sebanyak 12 buah. Target tersebut berhasil direalisasikan sebanyak 8 (delapan) pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/ formula atau terealisasi sebesar 66,67%. Capaian tidak mencapai 100% karena pada prinsipnya klaim adanya pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula berupa telah adanya uji coba terhadap hasil yang telah dibangun/dirancang sehingga telah diketahui kelebihan, kelemahan dan keekonomiannya. Terdapat 4 (empat) pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula yang tidak dapat diklaim karena belum diuji coba namun ketika harus diuji coba, anggaran uji coba tidak tersedia karena adanya pemotongan anggaran (selfblocking) tahap II. Selain itu terdapat pilot plant yang memerlukan pemodelan dengan biaya dan risiko yang cukup tinggi serta waktu yang lama sehingga dengan adanya pemotongan anggaran pemodelan tidak dapat dilaksanakan.

Pilot plant/prototipe/demoplant atau rancangan/ rancang bangun/ formula yang berhasil direalisasikan hanya 8 (delapan), yaitu sebagai berikut:

1) Rancang Bangun Airgun Mini

Hasil rekayasa instrumentasi geoisika mini Airgun berupa rancang bangun yang digunakan untuk sumber getaran seismik di lapangan. Hasil instrumentasi tersebut adalah mini Airgun (5G-Gun) beserta alat kontrol dan aksesoriesnya. Mini Airgun merupakan alat pembangkit gelombang seismik dengan memanfaatkan udara tekanan tinggi sebagai sumber ledakan. Alat ini sebagai alternatif pengganti dinamit yang memerlukan biaya cukup mahal untuk

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Meningkatkan Kapasitas Iptek

1) Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo

Plant atau Rancangan/ Rancangan

Bangun/Formula

2) Jumlah paten dan hasil litbang yang terimplementasikan

12 Buah

57 Buah

8 Buah

11 Buah Tabel 90. Sasaran Strategis XI

AKUNT

ABILIT

AS

KERJA

pengadaan, pengamanan, mobilisasi dan demobilisasinya. Sebaliknya, mini Airgun relatif lebih aman, murah, tidak menimbulkan suara yang keras dan sangat cocok digunakan pada daerah padat penduduk dan rawa-rawa yang sulit dijangkau. Hasil rekayasa mini Airgun dan alat kontrolnya telah dilaksanakan dan di ujicoba memberikan hasil yang baik. Kegiatan rekayasa mini Airgun 2016 berhasil mengatasi sebagian besar kelemahan yang ada pada mini Airgun generasi sebelumnya seperti pada cara kerja yang lebih baik, aspek HSE/LK3 yang lebih baik, sifat portabel yang lebih baik, desain yang lebih baik, dan kemungkinan perbaikan atau pengembangan lebih mudah dilakukan serta kendali elektronika yang kompatibel dengan shot pro seismic standar industri.

Untuk meningkatkan jumlah sumber daya hidrokarbon dan cadangan migas baru maka dilakukan percepatan pengusahaan migas di Indonesia melalui rancang bangun Airgun mini. Perancangan dilakukan di PPPTMGB “LEMIGAS” dan telah diuji coba di lapangan Lusi, Sidoarjo, Jawa Timur.

2) Pembuatan biofuel dari biomassa secara katalitik menggunakan reaktor putar turbin Pilot plant ini bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi biomassa di Indonesia serta Inovasi rekayasa reaktor turbin dan katalis untuk pembuatan biofuel menggunakan teknik Catalytic Pressureless Depolymerization.

Hasil penelitian merupakan penyempurnaan alat reaktor turbin untuk mengetahui karakterisasi katalis, menguji kinerja alat dan katalis sehingga diperoleh produk hasil uji biofuel dan identiikasi biofuel GC MS, komposisi, C H O N S, FTIR.

Biofuel yang dihasilkan terdiri dari yield crude biofuel 14-17 % dan komponen senyawa hidrokarbon C5 – C8 berkisar 5%. Penelitian masih perlu terus dilakukan lebih jauh, terutama mengenai konversi biomassa menjadi biofuel menggunakan reaktor turbin untuk mengoptimalkan hasil yield dan mutu biofuel dan memperoleh metode konversi yang paling ekonomis.

Gambar 63. Implementasi arigun mini di LUSI Sidoarjo, Jatim dan award Karya Inovasi

AKUNT

ABILIT

AS

KERJA

3) Studi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak dan Bahan Dasar Minyak Lumas dan Gemuk Lumas di Indonesia

Kegiatan dilakukan untuk meningkatkan eisiensi penggunaan produk hilir migas dan pemanfaatan bahan bakar alternatif dalam rangka ketahanan energi nasional.

Hasil kegiatan ini berupa hasil karakteristik bahan bakar uji, pengujian sifat isika dan kimia bahan bakar uji (Minyak solar 48, Biodiesel, Minyak Nabati Murni, B-20 dan O-20) yang dianalisis dengan membandingkannya terhadap spesiikasi yang ditetapkan pemerintah. Untuk minyak Solar 48, B-20 dan O-20 parameter pengujian mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 28.K/10/DJM.T/2016 dan Spesiikasi yang ditetapkan oleh SNI 7182:2015 untuk bahan bakar uji (Biodiesel-B-100), sedangkan untuk minyak nabati murni (O-100) parameter pengujian mengacu pada SNI 7183;2015. Hasil pengujian isika dan kimia dari 4 bahan bakar tersebut di atas menunjukkan bahwa seluruhnya memenuhi spesiikasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan uji kinerja mesin menggunakan bahan bakar O-20 konsumsi bahan bakar meningkat 1,62% dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar B-20. Hal ini terjadi karena bahan bakar O-20 memiliki nilai kalor bahan bakar yang lebih rendah dari B-20. Untuk emisi gas buang opasitas didapatkan bahwa bahan bakar B-20 memiliki tingkat emisi gas buang yang lebih rendah dari pada bahan bakar O-20. Hasil pengukuran didapatkan terjadi penurunan opasitas asap pada pemakaian B-20 terhadap O-20 dengan besaran efek penurunan opasitas asap rata-rata sebesar 52,07%.

Hasil rating dan pengukuran beberapa komponen mesin yang dievaluasi diperoleh kesimpulan bahwa komponen-komponen yang ada seperti piston, cylinder head, katup- katup, ring piston dan cylinder liner berbahan bakar B-20 dan O-20 menunjukkan nilai merit yang secara visual dilihat dari pembentukan deposit kurang dari 0,05 mm. Dari hasil rating pada piston bahan bakar B-20 dan O-20 yang digunakan menunjukkan beberapa nilai merit rating yang berbeda. Nilai merit yang berbeda ditunjukkan pada top piston deposit dengan nilai B-20 yaitu 7,69 dan bahan bakar O-20 dengan nilai 7,44.

Penilaian merit rating pada cylinder head memperlihatkan bahwa mesin diesel generator berbahan bakar O-20 pembentukan deposit yang terlihat secara visual lebih tebal dengan nilai merit 7,57 dan berat deposit yang terbentuk 0,094 gram dibandingkan dengan bahan bakar B-20 yang hanya 0,073 gram. Penilaian merit rating dan penimbangan katup masuk dan katup buang pada mesin diesel generator set, memperlihatkan bahwa katup yang menggunakan bahan bakar B-20 pembentukan depsoitnya lebih sedikit dengan nilai rating 7,58 dan hasil penimbangan 0,051 gr. Komponen non metal dan metal

saluran bahan bakar uji pada generator set untuk bahan bakar perendam (O-20) tidak mengalami perubahan dimensi dan berat yang signiikan setelah 1500 jam perendaman, dengan demikian tidak terjadi pelarutan material.

AKUNT

ABILIT

AS

KERJA

4) Optimasi Pengujian Surfaktan Berbasis Bahan Nabati Dengan Metoda Injeksi Berpola di Lapangan “Jirak

Pada bahan baku surfaktan MES telah dilakukan berbagai formulasi dengan melakukan penambahan ko-surfaktan, pelarut yang kemudian dilarutkan dengan air formasi dan air sintetik, tetapi hasil screening laboratorium menunjukkan bahwa formulasi surfaktan dari bahan baku MES belum layak sebagai surfaktan EOR atau belum kompatibel dengan luida reservoir lapangan Jirak. Selanjutnya formulasi yang dilakukan pada tahap VII, menunjukkan beberapa formulasi sudah membentuk micro emulsion/fasa tengah tapi hanya bertahan 3-7 hari, hal ini dianggap formulasi masih belum optimum target kestabilan emulsi yang terbentuk minimal 1 bulan. Formulasi tahap IX pada beberapa formula menunjukan harga IFT 10-3 dyne/cm dan terbentuk micro emulsion/fasa tengah yang kestabilannya juga kurang dari 7 hari, ini artinya belum mencapai target 1 bulan. Berdasarkan hasil pengujian formulasi tahap VII s.d IX belum didapatkannya formula yang memenuhi persyaratan sebagai surfaktan untuk aplikasi injeksi kimia EOR, untuk itu dikembangkan optimasi sintesis terhadap bahan baku surfaktan PDO menjadi PDOS atau AES. Hasil pengukuran IFT pada larutan AES menunjukkan harga IFT yang lebih kecil dari IFT MES ditunjukkan pada Gambar 67. Selanjutnya pada bahan surfaktan ini dilakukan pengujian IFT, iltrasi, thermal stability, phase behavior dan core looding. Hasilnya menunjukkan larutan surfaktan sudah memenuhi beberapa persyaratan seperti:

- Harga IFT 10-3 dyne/cm,

- FR < 1.2 pada konsentrasi surfaktan < 0.5%,

- Thermal stability 1 bulan menunjukkan harga IFT 10-3 dyne/cm dengan konsentrasi surfaktan 0.5%

Persyaratan yang belum terpenuhi: - Kompatibilitas

- Phase behavior

Uji kinerja surfaktan dilanjutkan dengan pengujian core looding untuk mengetahui RF dari larutan surfaktan dalam meningkatkan produksi minyak. Peningkatan produksi minyak atau RF dari hasil pengujian core looding ini menunjukkan bahwa kinerja larutan surfaktan belum optimum dalam meningkatkan produksi minyak, dikarenakan volume larutan surfaktan yang diinjeksikan belum ekonomis/masih terlalu besar. Perlu dilakukan pengembangan sintesa terhadap bahan-bahan kimia untuk mendapatkan bahan baku surfaktan yang dapat diformulasikan dengan surfaktan pendamping/aditif/pelarut lainnya untuk mendapatkan formula yang kompatibel dan ekonomis dengan reservoir target. 5) Studi Pengembangan Aditif Nano Untuk Meningkatkan Kinerja Minyak Lumas

Kegiatan dilakukan untuk mendapatkan spesiikasi minyak lumas dengan aditif nano untuk peningkatan pemanfaatan bahan bakar alternatif dalam rangka ketahanan energi nasional.

Formulasi mencakup spesiikasi sebagaimana dipersyaratkan dalam standar SAE dan API Service. Hasil formulasi sudah terbukti memenuhi spesiikasi yang ditentukan dengan beberapa pengujian karakteristik. Untuk mendapatkan data dosis optimal penambahan aditif nano, dilakukan percobaan menggunakan 2 jenis minyak lumas dasar, HVI 95 dan Yubase 8 dengan 6 variasi dosis % berat MoS2 dan SDS. Dari percobaan ini kemudian dilanjutkan percobaan ke jenis minyak lumas dasar HVI 60 dengan dosis yang paling optimum dari hasil pengujian four-ballscar diameter 2 minyak lumas dasar sebelumnya. Setelah dilakukan perhitungan, besar diameter goresan dari sampel disajikan pada Gambar 68.

Penambahan MoS2 ke dalam minyak lumas dasar memberikan pengaruh yang

baik yaitu dengan menurunkan diameter goresannya. Faktor-faktor yang berpengaruh

AKUNT

ABILIT

AS

KERJA

terhadap keefektifan aditif MoS2 adalah temperatur kerja, kondisi lingkungan terutama kelembaban, ukuran dan tingkat kemurnian.

Karena kecilnya ukuran partikel MoS2, akan semakin mudah teroksidasi menjadi MoO3 yang bersifat abrasive, terutama jika pada kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi dan temperatur tinggi. Semakin tinggi tingkat oksidasi semakin banyak produk MoO3 yang terbentuk yang akan meningkatkan kemungkinan keausan abrasive dan meningkatnya koeisien friksi dari pelumas. Dari hasil pengujian viskositas kinematik sesuai ASTM D 445 dan Cold Cranking Simulator ASTM D 5293 menunjukkan bahwa blendingan I tidak memenuhi standart SAE J 300, sedangkan hasil blendingan II menunjukkan bahwa nilai viscosity dan CCS memenuhi standart SAE J 300. Untuk percobaan akhir, dibuat untuk sampel M dan M-0,1. Perubahan nilai scar diameter dari sampel M setelah ditambahkan aditif nano menunjukkan hasil yang positif yaitu menurunkan nilai scar diameter nya berkisar 0,05 mm atau sekitar 16 %. Hasil ini menunjukkan perubahan sifat perlindungan keausan pada sampel M setelah ditambahkan aditif nano MoS2 memberikan hasil yang positif yaitu dengan menurunkan nilai scar diameter pengujian four-ball ASTM D 4172 sekitar 16%.

Dari percobaan disimpulkan bahwa dosis penambahan aditif pemodiikasi gesekan optimum adalah sebesar 0,1 % berat dan akan ditambahkan ke minyak lumas agar mendapatkan performa yang lebih baik terutama dari segi gesekan dan perlindungan keausannya. Setelah mendapatkan dosis optimal penambahan aditif nano dan cara preparasinya, kemudian dibuat 4 buah minyak lumas yang tersaji pada Tabel 91, dengan karakteristik pada tabel 92.

Tabel 91. Tabel Formula Minyak Lumas Sepeda Motor

SAE10W-40