2. Nilai Tukar Petani
Semakin meningkatnya nilai tukar petani menunjukkan semakin membaiknya pendapatan masyarakat Kabupaten Banjar, karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Banjar berusaha di sektor pertanian. Dari data yang diperoleh seperti pada tabel 2.42 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tukar petani terus mengalami peningkatan, dimana tahun 2005 sebesar 82,08 persen, tahun 2006 menjadi 90,24 persen, tahun 2007 sebesar 94,65 persen, tahun 2008 sebesar 97,54 persen, dan pada tahun 2009 terjadi kenaikan lagi menjadi 100,40 persen, 2011 menjadi 109,56 persen.
Tabel 2.38. Rata-Rata Nilai Tukar Petani di Kabupaten Banjar Tahun 2012 s/d 2013
No. Tahun Rata-rata nilai tukar petani (%)
1. 2012 107
2. 2013 104,66
Sumber data : BPS Provinsi Kalsel
3. Penataan Wilayah
Mengingat bahwa Pembangunan Daerah Kabupaten Banjar, merupakan bagian Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, yang sekaligus bagian integral dari Pembangunan Nasional, perlu dipelihara keserasian dan keselarasan antara Pembangunan Daerah dan Pembangunan Nasional.Untuk itu pada setiap kegiatan pembangunan daerah, selain memperhatikan kondisi, potensi dan prioritas daerah, di Kabupaten Banjar diusahakan juga terpeliharanya laju pembangunan antar wilayah, sehingga dapat memperkecil perbedaan tingkat pertumbuhan antara wilayah yang satu dengan yang lainnya. Untuk bagian wilayah yang masih terbelakang
dan kurang berkembang, perlu diberikan prioritas pengembangan dan motivasi pembangunan yang disesuaikan dengan kemampuan wilayahnya.
Tujuan yang hendak dicapai melalui penataan Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) tersebut adalah:
1. Mengusahakan pemerataan pembangunan yang serasi di dalam suatu sub SWP agar perbedaan tingkat kemakmuran antara wilayah yang maju dengan wilayah yangmasih terbelakang dapat diperkecil.
2. Mengusahakan dan mengarahkan kegiatan pembangunan daerah atau wilayah sesuai dengan kondisi dan potensi serta fungsi yang terdapat di setiap sub SWP.
3. Mengembangkan hubungan ekonomi antar Sub SWP secara saling menguntungkan sehingga terjalin interaksi yang harmonis dalam kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan politik/ keamanan sehingga terwujud struktur ekonomi regional yang kuat dan mampu menunjang kesatuan ekonomi nasional yang kokoh.
4. Mempertajam prioritas pembangunan sehingga memungkinkan terjangkaunya wilayah-wilayah minus, kawasan kritis dan pantai oleh kegiatan pembangunan, antara lain melalui program-program khusus dengan memerhatikan sepenuhnya upaya penyelamatan kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Untuk menunjang kebijaksanaan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) maka kebijaksanaan spasial Kabupaten Banjar dibagi menjadi 3 (tiga) Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) dan pusat-pusatnya sebagai berikut: 1. SSWP I meliputi Kecamatan Martapura, Martapura Barat, Martapura
Timur, Astambul, Aranio dan Karang Intan dengan pusat di Martapura. 2. SSWP II meliputi Kecamatan Sungai Tabuk, Kertak Hanyar, Tatah
Makmur, Aluh-Aluh, Beruntung Baru. dan Gambut dengan pusat di Gambut.
3. SSWP III meliputi Kecamatan Sungai Pinang, Paramasan, Simpang Empat, Telaga Bauntung, Pengaron, Sambung Makmur, dan Mataraman dengan pusat di Simpang Empat.
Kebijaksanaan Pembangunan Daerah berdasarkan pendekatan tata ruang/perwilayahan (spasial) yang tercermin dalam sistem perwilayahan Pembangunan,perlu ditingkatkan dan dipertajam serta diefektifkan pelaksanaannya di masa yang akan datang terutama mengenai sub-sub Wilayah Pembangunan (SSWP) yang merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pembangunan (SWP).
Kebijaksanaan yang ditempuh dalam pembangunan nasional dan regional mempunyai dampak terhadap perkembangan sektoral di
daerahyang pada dasarnya juga menjadi landasan penentuan kebijaksanaan tersebut. Pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan yang ditempuh mempunyai artiluas yang cukup besar kaitannya dengan pembangunan kota, terutama kota-kota yang menjadi pusat pengembangannya. Dengan demikian, hal ini perlu dibahas dandianalisis mengenai sejauhmana pengaruh kebijaksanaan yang ada terhadap kebijaksanaan sektoral kota-kota di wilayah Kabupaten Banjar.
Sektor-sektor pokok yang akan dikembangkan di daerah mempunyai mekanisme pertimbangan dan dampak yang ditimbulkannya bagi setiap wilayah masing-masing yang diuraikan sebagai berikut:
a. Pengembangan sektor pertanian dapat menimbulkan kaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkage). Kaitan ke depan adalah rangsangan ke arah berkembangnya agrobisnis, yaitu sektor perdagangan dan industri, sedangkan kaitan ke belakang adalah peningkatan produksi pertanian secara lebih besar lagi (ekstensifikasi dan intensifikasi).
Untuk memperkuat dorongan ke arah depan perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana perhubungan, demikian pula perlu penyesuaian antara karakteristik pengembangan pertanian dengan pola pengembangan sektor perdagangan dan industri.
Pembangunan industri di masa kini adalah untuk menciptakan struktur ekonomi yang berimbang antara sektor primer, sekunder dan tersier. Memperluas lapangan kerja dan mendorong kesempatan berusaha dengan memanfaatkan sumberdaya manusia. Meningkatkan pembinaan terhadap industri kecil dan kerajinan rakyat di bidang teknologi, permodalan dan pemasaran.Pengembangan industri ini diarahkan untuk ekspor dan kebutuhan dalam negeri, serta untuk meningkatkan ekspor non migas.
Pengembangan sektor pendidikan dan kesehatan lebih banyak dititikberatkan pada pengembangan manusianya. Akan tetapi pengembangan tingkat kemampuan manusianya itu sendiri mempunyai dampak yang paling penting terhadap keikutsertaannya dalam pembangunan maupun pemeliharaan lingkungan.Peningkatan sektor ini mempunyai pengaruh terbesar sebagai pendorong bagi terlaksananya pengembangan sektor-sektor lain yang tersebut di atas. b. Pengembangan sektor pemerintahan berkaitan dengan koordinasi dan
pengawasan pembangunan yang dilaksanakan,mengarah pada pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah. Sektor pemerintahan pada dasarnya menyangkut kegiatan politik, hukum,
penerangan/media massa, serta peningkatan kemampuan aparat pemerintahan yang terlibat alam pembangunan.
5. Fasilitas Bank dan Non Bank
Perbankan merupakan faktor yang sangat berperan dalam menggerakan perekonomian daerah karena kemudahan dalam mengakses modal sangat mempengaruhi pergerakan sektor riil di daerah.
Kegiatan perbankan merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan dapat menciptakan uang giral serta menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Termasuk dalam pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah.
Di Kabupaten Banjar terdapat sejumlah fasilitas perbankan umum seperti ditunjukkan pada tabel 2.39. meliputi :
Tabel.2.39. Fasilitas Perbankan Umum di Kabupaten Banjar Tahun 2010.
No. Nama Lembaga Perbankan
1. Bank Nasioanal Indonesia (BNI 46) 2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) 3. Bank Kalsel
4. Bank Syariah Mandiri 5. Bank Danamon Syariah 6. Bank Mega Syariah
7. Bank Muamalat Indonesia 8. Bank Danamon Simpan Pinjam
Sumber: Bank Indonesia Regional Kalimantan Selatan Tahun 2010
Disamping lembaga perbankan umum dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masayarakat di Kabupaten Banjar terdapat empat unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tersebar diwilayah kecamatan di Kabupaten Banjar sebagaimana termuat pada tabel 2.40.
Tabel 2.40. Faslitas Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Banjar Tahun 2010
No. Bank Perkreditan Rakyat
1. PD. BPR Sungai Tabuk 2. PD. BPR Simpang Empat 3. PD. BPR Astambul 4. PD. BPR Martapura 5. BPR Swasta
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2010
6. Ketersediaan Air Bersih
Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman kegiatan masyarakat menyebabkan peningkatan kebutuhan air. Sumber air selama ini yang dimanfatkan oleh masyarakat Kabupaten Banjar sebagian besar menggunakan air sumur, air sungai dan air PDAM. Kebutuhan air untuk rumah tangga setiap tahun mengalami peningkatan. Data/ informasi yang diperoleh dari PDAM Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih pada tahun 2011 sebanyak 192.719 rumah tangga dan mengalami kenaikan atau menjadi 215.053 rumah tangga pada tahun 2013.
Tabel 2.41. Data Ketersediaan Air Bersih di Kabupaten Banjar Tahun 2013
No. Tahun
Rumah Tangga
yang menggunakan air bersih Jumlah Ratio
1. 2011 192.719 13,75
2. 2012 204.335 14,80
3. 2013 215.053 15,34
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjar Tahun 2013
Dalam rangka memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat terutama melalui keberadaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), menggunakan sumber air baku, DAS Riam Kanan, Sungai Martapura dan irigasi serta sumber air tanah.
7. Iklim Berinvestasi Kemudahan Perijinan
Kemudahan dalam perizinan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian para pengusaha/investor untuk berinvestasi di Kabupaten Banjar. Untuk itu pemerintah Kabupaten Banjar terus melakukan
pembenahan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya masalah perizinan. Untuk mempermudah pelayanan perizinan tersebut pada tahun 2007 pemerintah Kabupaten Banjar mengeluarkan kebijakan pelayanan satu pintu dengan membentuk lembaga pelayanan satu pintu yaitu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan pada tahun 2009 lembaga tersebut menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Banjar.
Waktu penyelesaian perizinan untuk 27 jenis pelayanan perizinan dan non perizinan antara 5 hari sampai dengan 14 hari, untuk pelayanan perizinan yang memerlukan peninjauan kelapangan waktu penyelesaian selama 14 hari.
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai tahun berjalan dan Realisasi RPJMD.