• Tidak ada hasil yang ditemukan

B U P A T I B A N J A R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B U P A T I B A N J A R"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

B U P A T I B A N J A R

KATA PENGANTAR

Seraya mengucap Puji syukur ke hadirat Allah SWT, dimana berkat segala rahmat, karunia-Nya jualah segala tugas yang Kami emban selama ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Orientasi penyelenggaraan pembangunan yang berkembang saat sekarang menghendaki adanya arah dan sasaran yang jelas untuk dijadikan target pencapaian. Oleh karenanya dimunculkan istilah pemanfaatan segenap sumber daya, guna mencapai kinerja yang ditetapkan sebelumnya terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat hingga ke daerah.

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Banjar tahun 2015 merupakan kewajiban setiap daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan dan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta secara teknis diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. Hal ini dimaksudkan agar prinsip perencanaan pembangunan daerah yang terintegrasi sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan dilaksanakan berdasarkan potensi daerah.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terlibat aktif dan turut berperan dalam proses penyusunan RKPD 2015 ini terutama kepada pihak DPRD Kabupaten Banjar, Para Akademisi, Seluruh SKPD, Unsur Masyarakat sehingga dokumen perencanaan ini dapat diselesaikan.

(2)

Kita berharap dokumen ini dapat menjadi acuan untuk penyelenggaraan pembangunan terutama bagi SKPD dalam menyusun Rencana Kerja dan juga awal dalam menyusun RAPBD 2015, sehingga konsep pembangunan berkelanjutan dapat diimplementasikan secara menyeluruh.

Martapura, Mei 2014

BUPATI BANJAR

(3)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Dasar Hukum Penyusunan 2

1.3 Hubungan Antar Dokumen 5

1.4 Sistematika Dokumen RKPD 7

1.5 Maksud dan Tujuan 9

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

10

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 10

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

51

2.3 Permasalahan Pembangunan 113

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

120

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 120

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah 123

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 126

4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 126

4.2 Prioritas Pembangunan 136

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN 159

(4)

DAFTAR TABEL

Hal.

1.1 Skema Alur Penyusunan RKPD 2

1.2 Hubungan Antara RKPD dengan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Lainnya

6 1.3 Kedudukan RKPD Kabupaten Banjar Diantara Dokumen Perencanaan

Lainnya

7 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Banjar Menurut Kecamatan Tahun 2012 10 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banjar ADH Konstan Tahun 2011 – 2013 13 2.3 Struktur Perekonomian Kabupaten Banjar ADH Berlaku Tahun 2011 – 2013 14

2.4 PDRB per Kapita Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2013 14

2.5 Produksi Pertanian Kabupaten Banjar Tahun 2008-2012 15 2.6 Populasi ternak besar, ternak kecil, unggas dan aneka ternak 16 2.7 Produksi Perikanan Kabupaten Banjar Tahun 2008-2012 17

2.8 Gini Rasio 18

2.9 Angka melek huruf, Angka rata-rata lama sekolah, APM, dan APK di Kabupaten Banjar Tahun 2009 s/d 2013

19 2.10 Angka usia harapan hidup di Kabupaten Banjar Tahun 2009 s/d Tahun 2013 20

2.11 Sarana dan Prasarana Bidang Kesehatan 20

2.12 Jumlah akseptor di Kabupaten Banjar Tahun 2009-2012 21 2.13 Data Angka Kemiskinan Kabupaten Banjar Tahun 2007-2011 21 2.14 Kesempatan Kerja di Kabupaten Banjar Tahun 2011-2013 22 2.15 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banjar Tahun 2008-2012 22 2.16 Jumlah Group/ Gedung Kesenian dan Club/ Gedung Olahraga di Kabupaten

Banjar

23 2.17 Jumlah Sarana dan Prasarana serta Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah di

Kabupaten Banjar Tahun 2009-2013

24 2.18 Data Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan Tahun 2011 26 2.19 Mutu Pendidikan di Kabupaten Banjar Tahun 2009-2013 26 2.20 Keadaan Sekolah Agama di Kabupaten Banjar Tahun 2013 28

2.21 Jumlah Volume Sampah yang dapat ditangani 29

2.22 Data luasan bukaan tambang batubara dari tahun 2009 s/d tahun 2013 30 2.23 Jumlah Luasan Lahan yang di Tata Reklamasi Tambang Batubara Tahun

2009-2013

30 2.24 Jumlah Luasan Lahan yang Telah di Revigetasi Tambang Batubara Tahun

2009-2013

30 2.25 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Banjar Tahun 2012 31 2.26 Data Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dari tahun 2009-2013 32 2.27 Persebaran Lahan Kritis dan Sangat Kritis di Kabupaten Banjar Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2013

32 2.28 Perkembangan Luas Kegiatan Rehabilitasi Lahan di Kabupaten Banjar Provinsi

Kalimantan Selatan

33 2.29 Jumlah Titik Panas di Kabupaten Banjar dan Provinsi Kalimantan Selatan

tahun 2009 – 2013

34 2.30 Fasilitas Jalan dan Jembatan di Kabupaten Banjar Tahun 2009-2013 35 2.31 Prosentase Jumlah Penduduk Kabupaten Banjar Menurut Agama dan

Keyakinan Tahun 2013

37

2.32 Jumlah tempat ibadah di Kabupaten Banjar 38

(5)

2.34 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Banjar Tahun 2009-2013 41 2.35 Jumlah Anggota DPRD Perempuan di Kabupaten Banjar 42 2.36 Jumlah Perpustakaan dan Pengunjung Perpustakaan di Kabupaten

BanjarTahun 2009 s/d 2013

44 2.37 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita di Kabupaten Banjar

Tahun 2010 s/d 2012

46 2.38 Rata-Rata Nilai Tukar Petani di Kabupaten Banjar Tahun 2012 s/d 2013 46 2.39 Fasilitas Perbankan Umum di Kabupaten Banjar Tahun 2010. 49 2.40 Faslitas Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Banjar Tahun 2010 50 2.41 Data Ketersediaan Air Bersih di Kabupaten Banjar Tahun 2013 50

3.1 PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2009-2013 120

3.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banjar ADH Konstan Tahun 2011 – 2013

121 3.3 Struktur Perekonomian Kabupaten Banjar ADH Berlaku Tahun 2011 – 2013 122 3.4 PDRB per Kapita Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2013 122

(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Guna menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran sering kali ditemukan berbagai kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat menjadi persoalan serius bagi masyarakat yang sudah berperan aktif dalam kegiatan perencanaan melalui musrenbang. Oleh karenanya sangat penting keberadaan dokumen rencana kerja yang dibuat setiap tahun sesuai dengan tahapan perencanaan yang telah diatur. Dokumen dimaksud disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

RKPD tersebut diatas adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), yakni sebagai pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Dokumen ini memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

RKPD Kabupaten Banjar Tahun 2015 merupakan pelaksanaan tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2015 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 5 Tahun 2011. Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), RKPD merupakan Pedoman bagi SKPD untuk menyempurnakan Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD) dan untuk menyusun RKA SKPD Tahun 2015.

Mengingat RKPD merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, maka RKPD 2014 merujuk pada dokumen– dokumen perencanaan yang sudah ada yaitu RPJP Nasional, RPJM Nasional, RKP Tahun 2015, RPJP Provinsi, RPJM Provinsi dan RKPD Provinsi Tahun 2015 terutama dilihat dari keterkaitan kebijakan dan arah pembangunan yang akan dilaksanakan tahun 2015. Penetapan program prioritas yang tertuang dalam RKPD 2015 berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM yang didukung oleh penguatan ekonomi masyarakat melalui fasilitasi dan pelayanan yang lebih optimal dari birokrasi pemerintahan serta mempertahankan pencapaian di bidang pendidikan dan kesehatan dan ketersediaan infrastruktur.

Penyusunan RKPD tahun 2015 dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu penyusunan rancangan awal RKPD, penyusunan rancangan akhir RKPD dan penetapan RKPD dengan menggunakan pendekatan teknokratik, partisipatif, bottom-up dan top-down. Pendekatan teknokratik dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berfikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk menyusun

(7)

perencanaan pendapatan, perencanaan belanja dan perencanaan pembiayaan. Proses partisipatif dilakukan dengan mengikutsertakan seluruh pemangku kepentingan pembangunan antara lain melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Proses bottom-up dilakukan secara berjenjang mulai dari Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional. Sedangkan proses top-down antara lain diimplementasikan dalam bentuk Dedicated Program.

Gambar 1.1: Skema Alur Penyusunan RKPD

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan RKPD Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut:

1. Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 352) Sebagai Undang-undang (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi , dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

(8)

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

(9)

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 30/Tahun 2011/tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);

18. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014;

22. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011-2015 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 Nomor 2);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 04Tahun 2008 tentang Urusan Wajib dan Urusan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Banjar (Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun

(10)

2008 Nomor 04, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Nomor 04);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 09 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banjar (Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2008 Nomor 09, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Nomor 09) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 09 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banjar (Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Nomor 3);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 01 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Banjar 2011 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Nomor 01);

26. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjar 2011-2015;

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berangkat dan disusun dari sebuah proses penjabaran atas visi, misi dan program Kepala Daerah. RPJMD berperan sebagai acuan dasar dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang pada intinya memuat mengenai arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

RKPD ini terintegrasi dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen perencanaan lainnya baik di tingkat nasional maupun daerah, terutama dengan dokumen perencanaan dan penganggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Adapun dokumen perencanaan dan penganggaran tersebut meliputi (1) RPJPD, (2) RPJMD, (3) Renstra-SKPD, (4) RKPD dan (5) Renja-SKPD.Semua dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud di atas, dari sisi waktu mencakup 3 kerangka waktu, yaitu rencana jangka panjang (20 tahun), rencana jangka menengah (5 tahun) dan rencana jangka pendek (1 tahun). Secara substansi, keberadaan RKPD dengan dokumen perencanaan tersebut membentuk keterkaitan yang bersifat hierarkis, yaitu dokumen dengan jangka waktu yang lebih panjang menjadi

(11)

rujukan bagi dokumen dengan jangka waktu yang lebih pendek. Secara diagramatis keterkaitan hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut :

Gambar 1.2:

Hubungan Antara RKPD dengan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Lainnya

Sumber : Undang-undang No. 25 tahun 2004

Mengacu pada Gambar 1.2 dapat diketahui bahwa secara rinci hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya, adalah sebagai berikut :

RKPD disusun dengan memperhatikan pokok-pokok arah kebijakan dalam RKP Nasional melalui mekanisme Musrenbang

 RKPD disusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah yang didalamnya memuat mengenai visi, misi dan arah pembangunan daerah.

 RKPD ini menjadi pedoman bagi penyusunan Renja SKPD yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari tiap SKPD

 RKPD ini nantinya dijabarkan ke dalam RAPBD dengan berpedoman juga kepada Renja SKPD.

Memperhatikan hubungan keterkaitan sebagaimana dijelaskan di atas, maka dalam penyusunan RKPD Tahun 2015 ini harus mengacu dan berpedoman pada dokumen RKP Nasional Tahun 2015, RKPD Provinsi

(12)

Kalimantan Selatan Tahun 2015, RPJM Kabupaten Banjar Tahun 2011-2015, Renstra SKPD Tahun 2011-2015, serta Renja SKPD Tahun 2015. Selain itu kedudukan RKPD Kabupaten tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan tata ruang wilayah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 1.3 seperti di bawah ini.

Gambar 1.3:

KEDUDUKAN RKPD KABUPATEN BANJAR DIANTARA DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA

Sumber : Undang-undang No. 25 tahun 2004

1.4. Sistematika Dokumen RKPD

RKPD Kabupaten Banjar Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, proses penyusunan RKPD, kedudukan RKPD tahun rencana dalam periode dokumen RPJMD, keterkaitan antara dokumen RKPD dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD serta tindaklanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Berisi uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD, baik yang berskala nasional, maupun lokal.

(13)

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Berisi tentang hubungan RKPD dengan dokumen lain yang relevan beserta penjelasannya. Keterhubungan dengan dokumen lain, seperti: RPJPN, RPJP Provinsi, RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten.

1.4. Sistematika Dokumen RKPD

Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD terkait dengan pengaturan bab serta garis besar isi setiap bab didalamnya.

1.5. Maksud dan Tujuan

Memberikan uraian ringkas tentang penyusunan dokumen RKPD bagi daerah dan sasaran penyusunan dokumen RKPD bagi daerah.

BAB II. EVALUASI HASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Kondisi Umum Kondisi Daerah

Berisi tentang gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi, demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

Mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tahun lalu.

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

Berisi uraian umum permasalahan pembangunan daerah, isu permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas pembangunan daerah, dan permasalahan lainnya yang berhubungan dengan layanan dasar dan tugas fungsi SKPD. BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA

KERANGKA PENDANAAN.

Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indicator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Mengemukakan tentang arahan nasional dibidang ekonomi yang bersumber dari dokumen RKP Nasional, RKPD Provinsi dan juga kebijakan dibidang ekonomi dalam dokumen RPJMD Kabupaten.

(14)

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah.

BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Berisi tentang perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah.

4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Menjelaskan tentang hubungan visi/misi dan tujuan/sasaran pembangunan 5 (lima) tahunan yang diambil dari dokumen RPJMD.

4.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Tahun 2015

Berisi gambaran prioritas pembangunan tahun rencana yang Diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun 2015.

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Berisi rencana program dan kegiatan prioritas daerah tahun 2015. BAB VI. PENUTUP

1.5. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan RKPD adalah untuk memberikan arah pembangunan Kabupaten Banjar dan sinergitas program dan kegiatan di daerah, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Banjar maupun yang dilaksanakan bersama-sama masyarakat.

Adupan tujuan penyusunan RKPD Tahun 2015 adalah sebagai:

1. Pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Banjar dalam penyusunan KUA dan PPAS Tahun 2015;

2. Kerangka acuan dalam penyusunan RAPBD Tahun 2015; 3. Pedoman bagi SKPD untuk menyusun Renja-SKPD; dan

4. Alat untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

(15)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

a. Karakteristik Wilayah

Kabupaten Banjar terletak di bagian selatan Provinsi Kalimantan Selatan, berada pada 114° 30' 20" dan 115° 33' 37" Bujur Timur serta 2° 49' 55" dan 3° 43' 38 Lintang Selatan. Luas wilayahnya 4.668,50 Km2 atau sekitar 12,20 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administrasi, Kabupaten Banjar berbatasan dengan:

1. Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan di sebelah Utara;

2. Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu di sebelah Timur;

3. Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru di sebelah Selatan, dan;

4. Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin di sebelah Barat. Berdasarkan data Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013, Kabupaten Banjar terbagi ke dalam 20 wilayah Kecamatan, 277 Desa dan 13 Kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Aranio yaitu 1.166,35 Km² (24,98 %), dan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Martapura Timur, yaitu 29,99 Km² (0,64 %). Adapun rincian data luas wilayah Kabupaten Banjar menurut kecamatan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1. : Luas Wilayah Kabupaten Banjar Menurut Kecamatan Tahun 2013

No. Kecamatan Jumlah Luas Wilayah

(Km2) Persentase Desa Kelurahan 1. Aluh-Aluh 19 0 82,48 1,77 2. Beruntung Baru 12 0 61,42 1,32 3. Gambut 12 2 129,30 2,77 4. Kertak Hanyar 10 3 45,83 0,98 5. Tatah Makmur 13 0 35,47 0,76 6. Sungai Tabuk 20 1 147,30 3,16 7. Martapura 19 7 42,03 0,90 8. Martapura Timur 20 0 29,99 0,64 9. Martapura Barat 13 0 149,38 3,20

(16)

No. Kecamatan Jumlah Luas Wilayah (Km2) Persentase Desa Kelurahan 10. Astambul 22 0 216,50 4,64 11. Karang Intan 26 0 215,35 4,61 12. Aranio 12 0 1.166,35 24,98 13. Sungai Pinang 11 0 458,65 9,82 14. Paramasan 4 0 560,85 12,01 15. Pengaron 12 0 433,25 9,28 16. Sambung Makmur 7 0 134,65 2,88 17. Mataraman 15 0 148,40 3,18 18. Simpang Empat 15 0 243,34 5,21 19. Telaga Bauntung 4 0 158,00 3,38 20. Cintapuri Darussalam 11 0 222,71 4,77 J u m l a h 277 13 4.668,50 100,00

Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru pada tahun 2012, suhu udara di Kabupaten Banjar rata-rata berkisar antara 22,3°C sampai 32,8°C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Mei (32,8°C) dan suhu minimum terjadi pada bulan Juni dan Juli (22,3°C). Selain itu, sebagai daerah tropis maka kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar 40,0 % sampai 100,0 %, dengan kelembaban maksimum pada bulan Pebruari, Maret, April, Oktober, Nopember dan Desember serta minimum pada bulan September.

Curah hujan bulanan berkisar antara 54,4 – 554,3 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, yaitu 554,3 mm, dan yang terendah terjadi pada bulan Mei, yaitu 54,4 mm. Hari hujannya 263 hari dengan hari hujan terbanyak pada bulan Maret yaitu 27 hari. Tekanan udara berkisar antara 1.008,2 mb - 1.014,8 mb. Sedangkan kecepatan angin, setiap bulannya berkisar antara 2 - 16 knot. Penyinaran dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan Mei dan September, yaitu 4,83 % dan terendah pada bulan Desember yaitu sekitar 2,17 %.

Ketinggian wilayah Kabupaten Banjar berkisar antara 0 – 1,878 meter dari permukaan laut (dpl), dimana 35 % berada di ketinggian 0-7 m dpl, 55,54% ada pada ketinggian 50 – 300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpl. Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu tergenang (29,93 %) sebagian lagi (0,58 %) tergenang secara periodik.

Pada umumnya tanah di wilayah ini bertekstur halus (77,62 %) yaitu meliputi tanah liat, berlempung, berpasir dan berdebu. Sementara 14,93% bertekstur sedang yaitu jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39% bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, pasir berdebu.

(17)

Kedalaman efektif tanahnya sebagian besar lebih besar dari 90 cm (66,45 %), sementara kedalaman 60 – 90 cm meliputi 18,77 %, dan 30 – 60 cm hanya 14,83 %.

Menurut peta tanah eksplorasi Tahun 1981 skala 1 : 1.000.000 dari Lembaga Penelitian Bogor di wilayah Kabupaten Banjar dijumpai jenis tanah; tanah organosol, gleihumus dengan bahan induk bahan aluvial dan fisiografi dataran meliputi 3,72 %. Tanah komplek podsolik merah kuning dan laterit dengan bahan induk batuan baku dengan fisiografi dataran meliputi 14,29 %. Tanah latosol dengan bahan induk batuan beku dan fisiografi instrusi meliputi 24,84 %. Tanah komplek podsolik merah kuning, latosol dengan batu induk endapan dan metamorf meliputi 28,57 %.

b. Kependudukan

Perkembangan penduduk Kabupaten Banjar tahun 2005 tercatat sebanyak 464.148 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk pada tahun 2013 menunjukan angka sebanyak 516.663 jiwa, ini berarti terjadi peningkatan rata-rata sebesar 1,8 % per tahun.

Persoalan yang dihadapi pada bidang kependudukan terutama distribusi penduduk yang tidak merata, hal ini sangat dirasakan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat antara lain pelayanan dalam bidang pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur. Sejauh ini upaya yang dilakukan dengan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat seperti pemekaran kecamatan dan peningkatan fasilitas hingga ke tingkat desa.

Berdasarkan data kepadatan penduduk Kabupaten Banjar, maka tingkat kepadatan rata-rata adalah sebesar 337 jiwa/km dengan kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Martapura Kota yaitu sebesar 2.193 jiwa/km, sedangkan kepadatan terendah berada pada Kecamatan Paramasan yaitu sebesar 6 jiwa/km.

Sementara itu penduduk menurut suku yang mendiami wilayah Kabupaten Banjar bagian terbesar adalah Suku Banjar sekitar 87,81%, Suku Jawa sekitar 7,24%, Suku Madura sekitar 3,17%, Suku Bukit sekitar 0,42% dan Suku Sunda sekitar 0,29%.

2.1.2. Kesejahteraan Masyarakat

o Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar periode 2011 – 2013, secara umum semua sektor tumbuh positif yaitu berkisar antara 1,08% sampai 8,75%. Walaupun kinerja sektor pertambangan ditahun 2012 ini mengalami perlambatan (khususnya pertambangan batubara), namun demikian pertumbuhan ekonomi kabupaten banjar ditahun 2012 masih

(18)

mengalami peningkatan, yaitu dari 6,21 persen menjadi 6,33 persen. Kondisi ini terjadi karena ditopang oleh kinerja sektor pertanian yang meningkat cukup pesat tahun 2012 yaitu tumbuh 6,68 persen. Peningkatan yang signifikan pada sektor pertaninan tersebut merupakan sumbangan dari sub sektor tabama yang tumbuh 8,41 persen, dimana pada tahun 2012 ini terjadi lonjakan produksi padi yang signifikan. Namun demikian diperkirakan terjadi perlambatan pertumbuhan ditahun 2013, dengan pertumbuhan sekitar 4,54 persen. Hal ini terjadi karena belum pulihnya kinerja dari sektor pertambangan, selain itu ditambah lagi dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan disektor pertanian karena terjadinya penurunan luas panen dan produktifitas padi selama 2013. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar tiap sektor dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banjar ADH Konstan Tahun 2011 – 2013

No Sektor 2011 2012*) 2013**)

1 Pertanian 4,81 6,68 1,08

2 Pertambangan & Penggalian 5,83 4,23 1,50

3 lndustri Pengolahan 5,34 5,08 5,03

4 Listrik & Air Bersih 6,26 6,21 6,61

5 Bangunan/Konstruksi 5,39 6,43 7,03

6 Perdagangan, Restoran & Hotel 7,04 7,36 7,20

7 Pengangkutan & Komunikasi 6,33 6,24 6,04

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,27 6,03 7,86

9 Jasa-jasa 8,75 7,55 8,02

Pertumbuhan

PDRB 6,21 6,33 4,54

Sumber : PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2011-2012 & Perkiraan 2013 Struktur Perekonomian

Konstribusi sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Banjar yang sebelumnya selalu menempati peringkat pertama, sejak tahun 2010 tergeser posisinya oleh sektor perdagangan. Pada tahun 2012, sektor perdagangan memberikan konstribusi terbesar yaitu sebesar 24,21% dengan nominal sebesar 2,08 trilyun rupiah. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sharenya mencapai 23,67% dengan nominal 1,83 trilyun rupiah. Sub sektor yang sangat menunjang penciptaan PDRB sektor ini adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran, dimana konstribusi sub sektor ini sekitar 21,29 %. Sedangkan untuk sub sektor lainnya yakni restoran/rumah makan dan perhotelan memberikan konstribusi masing-masing hanya sebesar 2,88 % dan 0,04 % saja. Sedangkan ditahun 2013 sektor perdagangan ini diperkirakan akan memberikan share sekitar 25,14 %. Struktur perekonomian regional Kabupaten Banjar dapat dilihat pada tabel 2.3.

(19)

Tabel 2.3. Struktur Perekonomian Kabupaten Banjar ADH Berlaku Tahun 2011 – 2013

No Sektor 2011 2012*) 2013**)

1 Pertanian 22,10 22,34 21,79

2 Pertambangan & Penggalian 20,53 19,68 18,47

3 lndustri Pengolahan 5,83 5,79 5,87

4 Listrik & Air Bersih 0,75 0,73 0,72

5 Bangunan 6,11 6,00 6,07

6 Perdagangan, Restoran & Hotel 23,67 24,21 25,14

7 Pengangkutan & Komunikasi 5,57 5,59 5,69

8 Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 4,18 4,12 4,26

9 Jasa-jasa 11,26 11,55 11,99

Total PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber : PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2011-2012 & Perkiraan 2013 PDRB Perkapita

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjar pada tahun 2009 – 2013 berdasarkan harga berlaku dan harga konstan dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4. PDRB per Kapita Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2013

Tahun

Harga Berlaku Harga Konstan PDRB per kapita (Ribuan Rp.) Pertumbuhan (%) PDRB per kapita (Ribuan Rp.) Pertumbuhan (%) 2009 12.352 13,86 6.415 4,09 2010 13.634 10,38 6.568 2,38 2011 14.939 9,57 6.877 4,72 2012*) 16.373 9,60 7.181 4,42 2013**) 17.572 7,32 7.376 2,72

Sumber : PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2011-2012 & Perkiraan 2013 Pada tahun 2012, PDRB per kapita di Kabupaten Banjar baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan mengalami peningkatan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sebesar 16,373 juta rupiah atau naik sebesar 9,60% dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 14,94 juta. Sedangkan atas dasar harga konstan, PDRB per kapita tahun 2012 sebesar 7,181 juta rupiah atau naik sebesar 4,42% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk tahun 2013, diperkirakan PDRB per Kapita Kabupaten Banjar mengalami perlambatan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada

(20)

tahun 2012, PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan 9,60% sedangkan pada tahun 2013 diperkirakan hanya naik 7,32%.

Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya.

Berbagai program pembangunan bidang pertanian dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk mencapai swasembada pangan melalui sub sektor pertanian tanaman pangan, peternakan maupun perikanan. Data dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan menunjukkan bahwa produksi padi dari tahun 2008 s/d 2012 mengalami peningkatan sebesar 26,65 persen. Komoditi jagung dalam lima tahun ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 680 ton menjadi 2.346 ton pada tahun 2012 atau terjadi kenaikan sebesar 245 persen, sedang kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar mengalami penurunan seperti yang digambarkan pada tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5. Produksi Pertanian Kabupaten Banjar Tahun 2008-2012

No. Komoditi Produksi ( Ton )

2008 2009 2010 2011 2012 1. Padi Sawah 200.285 219.678 195.986 220.633 253.436 2. Padi Ladang 24.599 32.532 25.419 24.173 31.393 3. Padi 224.884 252.209 221.405 244.804 284.829 4. Jagung 680 486 1.697 894 2.346 5. Kedelai 0 2 1 134 5 6. Kacang Tanah 5.966 6.868 4.616 5.384 5.526 7. Kacang Hijau 22 143 39 24 34 8. Ubi Kayu 2.734 3.438 2.460 2.802 3.660 9. Ubi Jalar 790 488 615 445 365

Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013

Beberapa hasil produksi komoditas perkebunan yang cukup menonjol dalam lima tahun terakhir menunjukan peningkatan cukup signifikan kontribusinya dalam produksi pertanian secara luas. Berkaitan dengan

(21)

produksi ini maka karet sebagai komoditas perkebunan rakyat yang telah digeluti bertahun-tahun oleh masyarakat dan investor di bidang perkebunan menunjukan peningkatan yang cukup baik, sehingga merupakan komoditas unggulan. Meskipun sering juga terjadi fluktuasi akibat harga pasar karet yang tidak stabil, namun komoditas karet dapat dijadikan andalan dalam upaya mengembangkan ekonomi rakyat di Kabupaten Banjar mengingat luasnya perkebunan karet yang terus berkembang. Produktivitas komoditas karet di Kabupaten Banjar pada Tahun 2012 135.315 kwintal.

Produksi peternakan sebagai salah satu komoditas yang memberikan sumbangan dalam menjamin ketersediaan pangan khususnya sumber protein hewani sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan manusia. Oleh karena itu program penyebaran dan pengembangan ternak perlu terus ditingkatkan, sehingga harapan swasembada sapi potong ke depannya bisa tercapai. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan menunjukkan bahwa populasi ternak besar yang meliputi sapi, kerbau dan kuda dalam lima tahun ini ada kecenderungan mengalami penurunan. Populasi unggas khususnya ayam petelur dan pedaging setiap tahun mengalami peningkatan, sedang ayam buras terus mengalami penurunan selama lima tahun ini.

Produksi peternakan khususnya daging secara keseluruhan mengalami kenaikan selama lima tahun ini, meskipun produksi daging sapi mengalami penurunan namun daging dari unggas mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Akan tetapi bila dihubungkan dengan kebutuhan akan daging sapi di Kabupaten Banjar masih terdapat kekurangan produksi daging sapi.

Tabel 2.6. Populasi ternak besar, ternak kecil, unggas dan aneka ternak

No. Jenis ternak 2008 2009 2010 2011 2012

A. Ternak besar: 1. Sapi 17.212 17.340 17.072 17.533 19.606 2. Kerbau 1.397 1.435 1.342 3.955 4.333 3. Kuda 578 435 192 44 26 B. Ternak Kecil: 1. Kambing 10.384 10.415 12.969 15.415 16.647 2. Domba 11 12 12 - - C. Unggas: 1. Ayam petelur 227.254 273.000 343.276 379.269 390.647 2. Ayam pedaging 3.949.998 3.789.388 6.379.542 13.450.506 14.660.553 3. Ayam buras 1.486.718 837.552 652.245 1.557.327 1.635.913 4. Itik 384.584 204.316 244.983 305.963 330.444

(22)

Produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Produksi perikanan di Kabupaten Banjar selama lima tahun masih di dominasi perikanan budidaya. Adapun produksi perikanan selama lima tahun ini mengalami peningkatan sangat pesat dari 30.601,80 ton pada tahun 2008 menjadi 60.644,9 ton pada tahun 2012.

Tabel 2.7. Produksi Perikanan Kabupaten Banjar Tahun 2008-2012

Produksi Perikanan Produksi (Ton) 2008 2009 2010 2011 2012 a. Budidaya 12.506,50 13.385,50 32.720,40 39.689,10 43.657,9 b. Tangkap 18.095,34 19.598,00 10.329,60 11.451,00 19.987 Jumlah 30.601,80 32.983,50 43.050,00 51.140,10 60.644,9

Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013

Potensi perikanan di Kabupaten Banjar sampai dengan saat sekarang hanya sebagian yang masih dapat dikembangkan. Mencermati keperluan akan konsumsi penduduk terhadap protein hewani yang dapat dipenuhi dari sumber daya perikanan, menjadikan Kabupaten Banjar sebagai daerah yang sangat potensial untuk memenuhi keperluan dimaksud. Hal ini sebagaimana beberapa daerah yang dapat dikembangkan menjadi kawasan minapolitan dan pengembangan wilayah pesisir yang banyak memberi harapan bagi perkembangan perekonomian masyarakat di bidang perikanan.

Wilayah pesisir merupakan daerah yang strategis untuk dikembangkan karena daerah ini merupakan peralihan antara ekosistem darat dan laut, memiliki potensi sumber daya pesisir, laut dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (baik jenis maupun jumlahnya). Dengan kondisi strategis dan kekayaan sumber daya yang sangat besar tersebut, dapat memicu keinginan berbagai pihak terkait (stakeholder) seperti instansi Pemerintah, Dunia usaha/swasta dan masyarakat untuk meregulasi dan memanfaatkannya. Bidang kelautan dan perikanan merupakan salah satu bagian dari kegiatan yang berperan penting dalam penyediaan pangan dan gizi, penyumbang devisa melalui ekspor penciptaan dan peningkatan lapangan kerja serta peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama pembudidaya/nelayan.

Lokasi yang menjadi andalan untuk perikanan tangkap adalah Kecamatan Aluh-aluh yang mempunyai wilayah pesisir satu-satunya di Kabupaten Banjar dengan luas perairan laut sebesar 34,99 Km dan panjang garis pantai/sungai 26,36 Km. Dari 19 desa di Kecamatan Aluh-Aluh

(23)

terdapat 12 Desa pantai/pesisir yang dikembangkan untuk potensi perikanan laut.

Disamping potensi perikanan tangkap berupa kawasan pesisir sebagaimana dijelaskan di atas, Kabupaten Banjar juga memiliki kawasan minapolitan. Kawasan minapolitan di Kabupaten Banjar merupakan pengembangan kegiatan budidaya perikanan air tawar yang berada dan berbatasan langsung dengan Sungai Martapura dan Jalan Martapura Lama di sebelah utara, kemudian Kota Banjarbaru di sebelah Selatan, Kota Martapura di sebelah Timur dan Desa-desa pertanian di Kecamatan Martapura Barat dan Kecamatan Sungai Tabuk di sebelah Barat. Melihat kondisi demikian kawasan ini dikelilingi dan berbatasan langsung dengan jalur transportasi darat dan sungai, pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kegiatan pusat kota pemerintahan, jasa dan perdagangan serta kegiatan budidaya pertanian lahan basah.

Ketimpangan Kemakmuran dan Pemerataan Pendapatan

Ketimpangan kemakmuran dan kesenjangan pendapatan suatu daerah biasa diukur dengan menggunakan indikator angka ”gini ratio”. Koefisien Gini adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna, di mana semua nilai sama) hingga satu (ketimpangan sempurna, di mana satu orang menguasai semuanya dan yang lainnya nihil). Ketimpangan dikategorikan rendah apabila masuk dalam kisaran 0<gini ratio<0,35. Kesenjangan kemakmuran (Pendapatan) di Kabupaten Banjar masih dapat dikatakan rendah karena hasil perhitungan gini ratio Tahun 2012 adalah 0,33 sementara dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Selatan yang Tahun 2012 sebesar 0,36.

Gini ratio Kabupaten Banjar selama periode 2005-2012, cenderung lebih rendah dari gini ratio Kalsel. Dan apabila dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Selatan maka Kabupaten Banjar masih lebih baik seperti terlihat pada tabel 2.8 berikut.

Tabel 2.8. Gini Rasio

Tahun Gini Rasio

Prov. KalSel Kab. Banjar

2005 0,32 0,26

2006 0,31 0,29

(24)

2008 0,25 0,24

2009 0,28 0,27

2010 0,27 0,27

2011 0,35 0,35

2012 0,36 0,33

Sumber : Data Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 o Kesejahteraan Sosial

Pendidikan

Perubahan paradigma pembangunan pada pembangunan manusia terus dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hal itu dapat dilihat dari komitmen Pemerintah Kabupaten Banjar untuk menaikkan anggaran pendidikan sehingga dapat mencapai 20 persen dari total anggaran (APBD) tahun bersangkutan. Kinerja bidang pendidikan dapat terlihat dari data pada tabel 2.9 berikut.

Tabel 2.9. Angka melek huruf, Angka rata-rata lama sekolah, APM, dan APK di Kabupaten Banjar Tahun 2009 s/d 2013

No. Pendidikan 2009 2010 Tahun 2011 2012 2013

1. Angka Melek Huruf 96,02 96,03 96,06 96,37 97,10 2. Angka rata-rata lama

sekolah 7,16 7,25 7,26 7,32 7,32 3. Angka Partisipasi Murni - SD - SMP - SMA 95,12 81,27 74,92 98,50 83,00 75,60 98,50 83,00 75,60 96,74 68,86 54,63 96,71 85,73 85,73 4. Angka Partisipasi Kasar - SD - SMP - SMA 115,73 95,80 61,78 119,50 97,90 72,45 119,50 97,90 72,45 110,70 75,84 62,41 101,24 90,62 56,42 Sumber : Data BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

Kesehatan

Angka usia harapan hidup penduduk Kabupaten Banjar menunjukkan peningkatan dari tahun 2009 adalah 64,04dan pada tahun 2013 mencapai 65,68. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

(25)

Tabel 2.10. Angka usia harapan hidup di Kabupaten Banjar tahun 2009 s/d tahun 2013.

No. Kesehatan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Angka Usia Harapan Hidup 64,04 64,62 64,93 65,25 65,68 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Tahun 2012

Pembangunan bidang kesehatan dapat dilaksanakan secara maksimal jika didukung oleh ketersediaan fasilitas pokok dan penunjang penyelenggaraan program dan kegiatan di bidang kesehatan. Hal ini dirasakan sangat berpengaruh mengingat pada beberapa permasalahan yang telah disampaikan terdahulu seperti distribusi penduduk yang tidak merata dan luasnya cakupan pelayanan yang harus dilakukan memerlukan suatu upaya khusus untuk memberikan pelayanan publik termasuk di bidang kesehatan. Berikut data mengenai sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Banjar pada tabel 2.11:

Tabel 2.11. Sarana dan Prasarana Bidang Kesehatan

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun A. Fasilitas Kesehatan:

1. Rumah Sakit 3 3 3 3

2. Puskesmas Rawat Inap 3 3 4 4 4

3. Puskesmas 22 20 23 20 19 4. Puskesmas Pembantu 70 69 70 70 73 5. Puskesmas Keliling 27 24 80 93 25 6. Puskesdes 95 285 286 290 7. Posyandu 478 496 487 487 462 B. Tenaga Kesehatan

1. Paramedis dan Non Medis:

1. Dinas Kesehatan 49 33 50 63 75 2. Rumah Sakit 273 237 310 460 458 3. Gudang Farmasi 8 8 8 8 13 4. Puskesmas 592 621 516 516 - 5. Lainnya - 5 5 5 - 2. Bidan Desa 241 278 254 254 288

3. Tenaga Kesehatan dan Spesialis :

a. Dinas Kesehatan 2 3 5 6 6

b. Rumah Sakit 19 19 30 35 37

c. Puskesmas 36 50 45 46 60

Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013

Program keluarga berencana di Kabupaten Banjar menunjukkan hasil yang menggembirakan, hal itu bisa dilihat dari data peserta KB aktif dan akseptor selama lima tahun ini menunjukan peningkatan yang cukup baik.

(26)

Gambaran dimaksud ditunjukkan pada terjadinya penambahan akseptor baru. Data mengenai jumlah akseptor termuat dalam tabel 2.15 di bawah ini, dimana pada tahun 2009 jumlah akseptor sebanyak 72.928 akseptor dengan akseptor baru sebanyak 22.838 akseptor, pada tahun 2012 jumlah akseptor aktif bertambah menjadi 83.501 akseptor dengan akseptor baru sebanyak 24.719 akseptor.

Tabel 2.12. Jumlah akseptor di Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2012

No. Akseptor

Tahun

2009 2010 2011 2012

1. Jumlah akseptoraktif 72.928 75.118 82.206 83.501 2. Akseptor baru 22.838 25.031 27.013 24.719 Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013

Kemiskinan

Banyak program pemberdayaan telah dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Banjar dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Banjar yang setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.13 mengenai angka kemiskinan berikut:

Tabel 2.13. Data Angka Kemiskinan Kabupaten Banjar Tahun 2007-2011

No. Uraian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah Penduduk Miskin 19.986 17.756 18.177 16.983 16.438

2. RT Sasaran 34.029 31.651 31.651 19.453 19.453

3. % Penduduk Miskin 4,24 3,68 3,69 3,34 3,17

4. Garis Kemiskinan (Rp/Kapita Bln) 142.893 164.654 202.784 250.000 250.000 Sumber: BPS Kabupaten Banjar 2012

Kesempatan kerja

Penurunan angka pengangguran di Kabupaten Banjar merupakan salah satu indikasi yang positif bahwa kegiatan perekonomian daerah berkembang

(27)

dengan baik. Gambaran tentang kesempatan kerja ini dapat digambarkan selama tahun 2011-2013 termuat pada tabel 2.14 berikut ini.

Tabel 2.14. Kesempatan Kerja di Kabupaten Banjar Tahun 2011-2013

No. Kegiatan Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1. Tingkat

Pengangguran

Terbuka (TPT) 4,88 4,14 3,72 4,67 2,62

Sumber: BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

Penurunan angka pengangguran di Kabupaten Banjar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peningkatan kualitas pencari kerja, pembukaan kesempatan kerja melalui kegiatan investasi sektor swasta serta perbaikan berbagai infrastruktur yang menunjang kemajuan usaha perekonomian masyarakat.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup 3 (tiga) bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Tingkatan status pembangunan manusia suatu wilayah oleh UNDP dibagi ke dalam tiga golongan yaitu: rendah (kurang dari 50), sedang/menengah bawah (50- 65,99), menengah atas (antara 66 - 79,99) dan tinggi (80 ke atas).

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan untuk wilayah Kabupaten Banjar, indeks pembangunan manusia yang telah dicapai pada tahun 2008 adalah 70,16 dan pada tahun 2012 telah mencapai 71,96. Hal ini menunjukkan satu perkembangan yang cukup baik dimana sesuai dengan kriteria dan tingkatan status pembangunan manusia menurut ukuran UNDP yang telah dirumuskan di atas dimana capaian pada tahun 2008 sampai dengan 2012 tersebut berada pada tingkatan status menengah atas antara 66 sampai dengan 79,99. Data historis yang telah dicapai dari tahun 2008-2012 tersebut secara rinci dimuat pada tabel 2.15.

Tabel 2.15. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banjar Tahun 2008-2012

No. Tahun IPM Kabupaten Banjar IPM KalSel

1. 2008 70,16 68,72

2. 2009 70,52 69,30

(28)

4. 2011 71,35 70,44

5. 2012 71,96 71,09

Sumber: BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013 Seni Budaya dan Olah Raga

Kebudayaan menjadi identitas suatu daerah. Bagian terbesar penduduk yang ada di Kabupaten Banjar adalah etnis Banjar, serta etnis Dayak. Perkembangan kebudayaan dimaksud sangat ditentukan oleh interaksi tiga pilar utama yaitu: 1). nilai-nilai seni budaya yang berlaku di masyarakat; 2). kegiatan yang dilakukan oleh pemangku seni budaya atau tokoh adat; dan 3). peran pemerintah daerah. Terbentuknya Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) menjadi pilar keempat guna membangun interaksi seni budaya Banjar.

Pelestarian nilai-nilai budaya sangat perlu dilakukan secara terintegrasi, tidak hanya melalui pagelaran seni, festival tari dan pertunjukan seni budaya lainnya, namun perlu dipadukan dengan bidang lainnya melalui kurikulum pendidikan, literatur atau buku yang menjadi rujukkan budaya Banjar sehingga pelestarian dan pengembangan seni budaya ini dapat berlangsung secara baik dan berakar di masyarakat.

Pembangunan bidang kebudayaan ini diharapkan dapat menjadi satu kekuatan di masyarakat luas dalam pelestarian nilai-nilai luhur dalam perilaku kehidupan masyarakat dan menjadi satu modal kekuatan pembangunan.

Pengembangan dan pelestarian seni budaya dan olah raga terus diupayakan oleh pemerintah Kabupaten Banjar melalui pembinaan serta peran aktif dalam menyelenggaraan berbagai event/kegiatan kesenian khususnya kesenian daerah dan olah raga baik yang dilakukan di daerah maupun luar daerah. Perkembangan olah raga dapat dilihat dari jumlah klub olah raga yang terdaftar pada tahun 2012-2013 sebanyak 30 klub, dengan 21 gedung olah raga pada tahun 2012 menjadi 36 gedung olah raga pada tahun 2013 yang dibangun oleh pemerintah maupun masyarakat.

Tabel. 2.16. Jumlah Klub/Gedung Olahraga di Kabupaten Banjar

Uraian Jumlah

2012 2013

Klub Olah Raga 30 30

Gedung Olah Raga 21 36

Sumber: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kab.Banjar Tahun 2013

(29)

o Aspek Pelayanan Umum

Ruang lingkup aspek pelayanan umum ini mencakup pelayanan dasar berupa pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, sarana dan prasarana umum. Penyelenggaraan aspek pelayanan umum ini dimaksudkan untuk memberikan akses yang lebih baik kepada publik.

Secara terinci pada bagian selanjutnya akan dijelaskan berupa eksisting dari beberapa bidang yang termasuk ke dalam aspek pelayanan umum ini sehingga memberikan gambaran keperluan dasar untuk disediakan pada periode pembangunan 5 tahun selanjutnya.

Pelayanan Dasar 1. Pendidikan

Pembangunan bidang pendidikan terus dipacu khususnya pendidikan dasar melalui program-program: peningkatan sarana dan prasarana aparatur, peningkatan kapasitas sumber daya aparatur, pendidikan anak usia dini, Wajib Belajar (WAJAR) pendidikan dasar sembilan tahun, pendidikan menengah, pendidikan non formal, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, serta program manajemen pelayanan pendidikan.

Keberhasilan pembangunan pendidikan di Kabupaten Banjar, periode 2005 – 2010 dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Rasio-Rasio Sekolah serta Guru pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sebagaimana digambarkan pada tabel 2.17 berikut ini :

Tabel 2.17. Jumlah Sarana dan Prasarana serta Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar Tahun 2009-2013.

No Uraian Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 A. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan

Gedung Sekolah:  SD Negeri 356 358 359 359 362  SD Swasta 3 3 3 3 4  SMP Negeri 53 60 67 67 71  SMP Swasta 6 6 6 6 6  SMA Negeri 7 9 13 13 9  SMA Swasta 5 4 5 5 6  SMK Negeri 3 4 5 5 6  SMK Swasta 1 1 1 1 2 Guru:  SD Negeri 2.985 3.501 3.890 3.890 3.555  SD Swasta 36 24 24 24 63  SMP Negeri 909 1.070 1.183 1.183 1.065  SMP Swasta 110 143 143 143 92

(30)

No Uraian Tahun 2009 2010 2011 2012 2013  SMA Negeri 234 260 355 355 249  SMA Swasta 113 100 100 100 140  SMK Negeri 92 130 144 144 169  SMK Swasta 29 27 27 27 59

B. Mutu Pendidikan Dasar

1. Angka partisipasi sekolah 95,12 99,69 99,72 99,72 96,71 2. Ratio ketersediaan sekolah /

penduduk usia sekolah 0,007 0,006 0,008 0,008 0,008 3. Ratio guru/murid 0,076 0,069 0,087 0,086 0,084 4. Ratio guru/murid per kelas

rata-rata 226,01 204,35 264,86 219,60 224,35 5. Ratio siswa/sekolah SD 137,00 152,85 117,57 119,09 121,14 6. Ratio siswa/kelas SD 21,84 24,36 18,44 22,24 21,77 7. Jumlah murid SD Negeri 45.512 46.045 51.499 51.507 46.036 8. Jumlah murid SD Swasta 301 317 319 320 416 9. Jumlah murid SMP Negeri 7.049 8.835 10.782 10.790 10.970 10. Jumlah murid SMP Swasta 1.058 974 990 1.057 1.442 C. Mutu Pendidikan Menengah

1. Angka partisipasi sekolah 81,27 82,75 90,26 90,26 85,73 2. Ratio ketersediaan sekolah

/penduduk usia sekolah 0,0032 0,0044 0,0063 0,0062 0,0053 3. Ratio guru/murid :

- Ratio guru/murid SMP - Ratio guru/murid SLTA

0,064

0,117 0,083 0,128 0,121 0,116 0,0062 0,084 0,0053 0,056 4. Ratio guru/murid per kelas

rata-rata 42,09 54.82 81,76 79,21 55,55

5. Ratio siswa/sekolah SMP 279,22 197,42 129,43 130,65 189,09 6. Ratio siswa/sekolah SMA 213,21 19,33 155,48 213,04 321,16 7. Ratio siswa/kelas SMP 25 65 41 35

8. Ratio siswa/kelas SMA 31 70 40 30

9. Jumlah murid SMA Negeri 2.635 2.794 3.648 3.690 3.198 10. Jumlah murid SMA Swasta 748 709 723 741 792 11. Jumlah murid SMK Negeri 968 1.366 1.852 1.867 2.273 12. Jumlah murid SMK Swasta 346 354 362 373 736

Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013

Penyelenggaraan pelayanan pendidikan di Kabupaten Banjar merupakan pilar utama dalam prioritas pembangunan daerah. Terkait erat dengan persoalan luas wilayah dan distribusi penduduk yang tidak merata menjadikan upaya peningkatan pelayanan pendidikan ini perlu dilakukan satu langkah percepatan. Sejak tahun 2009 pemenuhan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBD dapat direalisasikan. Pada tahun 2013 proporsi anggaran pendidikan sudah berkisar lebih dari 30% dari APBD Kabupaten Banjar.

(31)

Prioritas kegiatan di bidang pendidikan lebih ditekankan pada peningkatan fasilitas pendidikan baik di tingkat dasar maupun menengah. Termasuk dalam bagian ini adalah peningkatan mutu tenaga pendidik melalui peningkatan kompetensi guru sehingga secara bertahap dapat memenuhi standar pelayanan pendidikan.

Tabel 2.18. Data Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan Tahun 2011

No Sarana dan Prasarana Pendidikan

Kondisi Ruang Kelas (%) Baik Ringan Rusak Rusak Berat

1. SD 86,00 4,00 10,00

2. SLTP 78,26 19,00 2,74

3. SLTA 85,28 10,00 4,72

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar Tahun 2013

Dengan adanya program-program seperti telah disebutkan di atas, kinerja yang dicapai Pemerintah Kabupaten Banjar pada jenjang Pendidikan Dasar hingga menengah cukup menggembirakan, dimana sampai pada tahun 2013 kondisi sarana prasarana pendidikan dalam kondisi baik diatas 80 persen kecuali pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama masih berkisar 78,26 persen. Hal ini menggambarkan perlunya meningkatkan prasarana pendidikan pada jenjang pendidikan menengah, karena peserta didik lulusan SD kebanyakan melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

Pada bidang pendidikan ini khususnya untuk tenaga pendidik diperlukan intevensi peningkatan kapasitas tenaga pendidik sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan secara nyata. Untuk penambahan tenaga pengajar perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banjar perlu dicermati dengan memperhatikan aspek distribusi dan penyebaran tenaga pengajar secara proporsional sesuai dengan kebutuhan guru sesuai bidang pendidikan pada masing-masing sekolah.

Tabel 2.19. Mutu Pendidikan di Kabupaten Banjar Tahun 2009-2013

No. Uraian Satuan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 1. Angka Kelulusan:

a. SD/MI/SDLB Persen 99,37 99,46 99,46 99,50 99,70

b. SLTP/MTs/SMPLB Persen 89,43 92,70 92,70 97,40 96,13

(32)

No. Uraian Satuan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 2. Angka Putus Sekolah:

a. SD/MI/SDLB Persen 1,7 1,6 1,6 0,62 0,30

b. SLTP/MTs/SMPLB Persen 1,55 1,12 1,12 0,68 0,90 c. SMU/MA/SMK/PLB Persen 1,82 1,79 1,79 2,40 0,50

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar Tahun 2013

Gambaran mengenai mutu pendidikan dapat dilihat dari beberapa hal meliputi angka kelulusan, angka putus sekolah termasuk prestasi yang dipakai oleh murid dalam berbagai lomba dan nilai kelulusan. Sejauh ini perkembangan prestasi yang dicapai belum terlalu banyak dan masih harus ditingkatkan. Sementara itu untuk tingkat kelulusan dari tahun 2009 untuk tingkat SD/MI/SDLB mencapai angka 99,37 % kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 99,70%, tingkat SLTP/MTs/SMPLB mencapai angka 89,43 % kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 96,13%, tingkat SMU/MA/SMK/PLB mencapai angka 91,20 % kemudian pada tahun 2013 terjadi penurunan menjadi 90,00%. Berdasarkan perkembangan angka kelulusan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kelulusan yang dicapai baik dari tingkat SD, SLTP maupun SLTA rata-rata meningkat namun untuk perkembangan selanjutnya perhatian lebih diarahkan kepada upaya kelulusan tingkat SLTA yang terjadi penurunan di tahun 2013.

Sementara itu untuk angka putus sekolah untuk tingkat SD pada tahun 2009 sebesar 1,7 % dan pada tahun 2011 dapat diturunkan menjadi 0,6%. Sementara itu untuk angka putus sekolah untuk tingkat SLTP pada tahun 2009 sebesar 1,12 % dan pada tahun 2011 dapat diturunkan menjadi 0,68%. Sedangkan angka putus sekolah untuk tingkat SLTA pada tahun 2009 sebesar 1,82% dan pada tahun 2011 turun menjadi 1,79%. Penurunan angka putus sekolah tersebut terus diupayakan melalui partisipasi masyarakat yang lebih meningkat serta memahami akan pentingnya pendidikan bagi anak didik.

Pembangunan pendidikan tidaklah bisa dipisahkan dari peran pendidikan agama dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai daerah agamis, maka pendidikan agama berbasis santri menjadi bagian penting yang ikut memberikan andilnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa, mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.

Secara umum penyelenggaraan pendidikan agama di Kabupaten Banjar cukup meningkat dari tahun ke tahun walaupun masih terdapat beberapa fasilitas sekolah yang mengalami kerusakan baik ringan

(33)

maupun rusak berat. Data sekolah, murid dan guru bidang pendidikan agama dapat dilihat pada tabel 2.20. berikut:

Tabel 2.20. Keadaan sekolah agama di Kabupaten Banjar tahun 2013

No. Tingkat Pendidikan Sekolah Murid Jumlah Ruang

Kelas Guru 2. Madrasah Ibtidaiyah Negeri 20 4.710 195 400 Swasta 85 11.152 528 1.137 3. Madrasah Tsanawiyah Negeri 9 2.769 100 231 Swasta 45 5.150 197 770 4. Madrasah Aliyah Negeri 5 1.502 53 138 Swasta 22 2.756 98 454

Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013

2. Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan dapat dilaksanakan secara maksimal jika didukung oleh ketersediaan fasilitas pokok dan penunjang penyelenggaraan program dan kegiatan di bidang kesehatan. Hal ini dirasakan sangat berpengaruh mengingat beberapa permasalahan yang telah disampaikan terdahulu, seperti distribusi penduduk yang tidak merata dan luasnya cakupan pelayanan yang harus dilakukan memerlukan suatu upaya khusus untuk memberikan pelayanan publik termasuk di bidang kesehatan.

3. Lingkungan Hidup

Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang memerlukan dukungan dari semua pihak. Hal ini memerlukan optimalisasi Pengaturan kebijakan dan perlindungan serta pemanfaatan sumber daya alam agar tidak merusak lingkungan dan perlunya upaya-upaya pemulihan dampak buruk akibat aktivitas pembangunan.

Penanganan sampah

Seiring dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat produksi sampah terus meningkat pula. Produksi sampah Kota Martapura tahun 2012 kurang lebih 150 m3 per hari, selanjutnya tahun 2013 jumlah produksi sampah Kota Martapura yang dapat ditangani sebanyak 329 m3 per hari.

Pengelolaan kebersihan di Kabupaten Banjar menghadapi banyak tekanan terutama akibat pertambahan jumlah penduduk

(34)

dan pola konsumsi yang semakin tinggi. Hal ini berakibat kepada bertambahnya permasalahan pelayanan publik yang dilaksanakan, seperti bertambahnya timbunan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun konsumen. Tambahan lagi diperparah dengan masih dipertahankannya paradigma lama di dalam pengelolaan sampah yang masih mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan; kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu.

TPA yang sekarang ini berada di Desa Padang Panjang Kecamatan Karang Intan, luas keseluruhan 16,5 Ha dan sudah beroperasi dimulai tahun 2002 hingga sekarang. Secara sistematis berdasarkan mind map proses pengelolaan sampah di kabupaten banjar dilakukan mulai dari penyediaan tempat-tempat sampah di tempat-tempat umum, perkantoran, sekolah, dan pengadaan tempat pembuangan sampah sementara sampai ke tempat pembuangan akhir sampah hingga dilakukan proses daur ulang dan pemanfaatan menjadi gas metan.

Bagian dari proses pengelolaan sampah adalah dilakukannya pemilahan sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Dari jumlah sampah yang dapat dikelola atau diolah, terdiri dari 4.015 m3 untuk sampah organik dan 54.020 m3 untuk sampah anorganik. Sesuai dengan tahapan selanjutnya ada yang telah dimanfaatkan menjadi sumber energi. Setelah sampah diangkut ke TPA diolah menjadi gas metan dengan jumlah sampah 5.170,83 m3/bulan dapat menghasilkan energi listrik sebesar 5.000 watt (5 KvA) selama 12 jam/hari.

Untuk menangani produksi sampah yang terus meningkat Pemerintah Kabupaten Banjar telah melakukan upaya-upaya seperti penambahan mobil dump truck, amrol dan kontainer untuk ditempatkan pada daerah-daerah yang padat penduduknya.

Tabel 2.21. Jumlah Volume Sampah yang Dapat Ditangani

No. Tahun Volume sampah yang ditangani

1. 2012 150 m3/hari

2. 2013 329 m3/hari

Sumber: Dinas Perumahan dan Permukiman Tahun 2013

4. Pertambangan

PerhatianPemerintah terhadap kelestarian lingkungan hidup ditunjukan melalui berbagai upaya, diantaranya dengan melakukan

(35)

pembinaan terhadap usaha pertambangan. Selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013 pada luasan bukaan tambang seluas 2.449,5 hektar telah dilakukan kegiatan reklamasi 1.149,16 hektar dan revegetasi sebanyak 1.107,23 hektar.

Tabel 2.22. Data luasan bukaan tambang batubara dari tahun 2009 s/d tahun 2013

No. Uraian Jumlah (Ha)

2009 2010 2011 2012 2013

1. IUP KP 612,35 616,18 574,74 639,74 687,32 2. PKP2B 148,92 1.408,92 1.558,73 1.513,16 1.762,18 Jumlah 2.021,27 2.025,1 2.133,47 2.152,9 2.449,5 Sumber: Dinas Pertambangan Kabupaten Banjar Tahun 2014

Dalam rangka melakukan pembinaan usaha pertambangan telah diterapkan pemulihan kondisi lahan terhadap kegiatan eksploitasi yang telah dilakukan. Usaha ini dijalankan sesuai dengan ketentuan yang mengatur perlunya pelestarian sumber daya alam terlebih terhadap lahan eks usaha pertambangan.

Tabel 2.23. Jumlah Luasan Lahan yang di Tata Reklamasi Tambang Batubara Tahun 2009-2013

No Uraian Tahun (Hektar)

2009 2010 2011 2012 2013

1 IUP KP 218,81 240,6 270,4 283,4 325,76

2 PKP2B 610,15 670,5 690,7 792,4 823,4

Jumlah 828,96 911,1 961,1 1.075,8 1.149,16 Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Banjar tahun 2014

Tabel 2.24. Jumlah Luasan Lahan yang Telah di Revigetasi Tambang Batubara

Tahun 2009-2013

No Uraian Tahun (Hektar)

2009 2010 2011 2012 2013

Gambar

Gambar 1.1: Skema Alur Penyusunan RKPD
Tabel 2.1. : Luas Wilayah Kabupaten Banjar   Menurut Kecamatan Tahun 2013
Tabel 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banjar ADH Konstan  Tahun 2011 – 2013
Tabel 2.3. Struktur Perekonomian Kabupaten Banjar ADH Berlaku  Tahun 2011 – 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahhirobbil’alamin, dengan segala puja dan puji kepada Allah SWT, dengan segenap rasa syukur atas ke-Esaannya yang telah memberikan nikmat dan anugerah yang

Bila dijumpai full blown cases yaitu kasus dengan gejala nefritik yang lengkap yaitu kasus dengan gejala nefritik yang lengkap yaitu proteinuria, hematuria, edema, oliguria,

Dalam kata pengantarnya pada penerbitan buku Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pemerintah, El- Mostafa Benlamlih mengatakan bahwa pengalaman menunjukkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Periklanan (X1) memiliki pengaruh secara langsung terhadap Keputusan Pembelian (Z), Promosi Penjualan (X2) memiliki pengaruh

Hasil riset yang telah dilakukan LPDS menjelaskan ke lima (5) perusahaan pers yang menjadi responden, yakni Kompas Group, Media Indonesia – Metro TV Group, MNC

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Beberapa indikator keandalan adalah menyediakan jasa sesuai yang dijanjikan, keandalan dalam penanganan masalah layanan konsumen, melaksanakan jasa dengan benar pada

Ketebalan pada setiap konsentrasi berbeda – beda, ini disebabkan karena reaksi yang tidak stabil menyebabkan banyaknya posfat sekunder dan tersier menjadi lumpur