• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Jumlah Sumber Informasi Kampanye

Jumlah sumber informasi kampanye merupakan salah satu aspek yang dilihat dalam mengukur penggunaan media massa. Terpaan media dipakai sebagai padanan media exposure yaitu perilaku penggunaaan media komunikasi di mana penelitian terpaan media menunjukkan keragaman baik dari jenis, jumlah media maupun cara pengukurannya. Jumlah sumber informasi kampanye terbagi menjadi tiga (3) parameter, diantaranya saluran televisi (media elektronik), saluran media sosial/ media hibrid (new media) dan saluran interpersonal.

Griffien menyatakan bahwa ”bentuk media saja sudah dapat mempengaruhi khalayak”. Lebih ditegaskan lagi bahwa ”the medium is the message”, media saja sudah menjadi pesan. Dengan demikian, melalui media massa pemilih dapat mengenali wajah kandidat misalnya melalui televisi, koran, majalah, internet dan sebagainya, mendengarkan suaranya, mengetahui isu- isu/program-program politiknya, partai politik yang mengusung kandidat dan sebagainya melalui radio atau tape recorder dan lain-lain. Selanjutnya, khalayak berusaha secara aktif mencari sumber media yang paling baik dan yang dapat memenuhi kebutuhannya (Sudaryanti 2008:70). Lalu, penyebaran informasi melalui media massa akan menimbulkan dampak lebih kuat apabila didukung oleh komunikasi antar pribadi, dalam arti bahwa informasi tersebut kemudian juga ramai dibicarakan orang (Sudaryanti 2008:26). Sementara, semakin meningkatnya peranan penting kampanye politik dengan internet, saluran media sosial dan media baru (new media) lebih banyak diandalkan dalam pemilu modern karena faktor efisiensi dan jangkauan audiens yang besar dalam jumlah yang sangat massal.

Dengan memanfaatkan teori efek komunikasi massa model uses and effects, yang menggambarkan perilaku manusia setelah diterpa media tertentu untuk mengetahui penggunaan media yang menyebabkan proses komunikasi politik terjadi. Untuk dapat memaparkan sejauh mana pola penggunaan sumber informasi kampanye yang dilihat dari dimensi jumlah sumber informasi kampanye, sebaran rataan skor tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran rataan skor dari indikator jumlah sumber informasi kampanye, 2014

Jumlah sumber informasi kampanye Rataan skor* Jumlah stasiun televisi dan jenis program acara 1,87 Jumlah media sosial, situs dan forum online 2,08 Jumlah saluran keluarga, teman, tetangga dan tokoh

masyarakat 1,53

*Rentang skor 0,90-1,83= rendah; 1,84-2,77= sedang; 2,78-3,7 =tinggi

Jumlah sumber informasi kampanye diukur dengan tiga parameter yakni jumlah stasiun televisi dan jenis program acara, jumlah media sosial, situs dan forum online, serta jumlah saluran keluarga, teman, tetangga dan tokoh masyarakat. Tabel 10 menjelaskan jumlah sumber informasi kampanye sebagai aspek dalam menjelaskan pola penggunaan sumber informasi kampanye hanya sebesar 1,87 dan masuk kategori sedang. Artinya, peran stasiun televisi sebagai corong pemerintah tidak digunakan secara maksimal oleh masyarakat Kecamatan Cibinong. Minimnya jumlah stasiun televisi dan program acara yang ditonton selama masa kampanye pilpres tahun 2014 yakni tercatat 2,57 menunjukkan jumlah variasi atau jenis stasiun televisi serta program acara yang diakses sebagai saluran pemilu masuk kategori cukup banyak (cukup tinggi).

Sama halnya dengan parameter jumlah stasiun televisi dan jenis program acara, jumlah media sosial, situs dan forum online menempati urutan rataan skor tertinggi dibandingkan dua parameter lainnya yaitu sebesar 2,08 dan masuk dalam kategori sedang. Perolehan skor ini menunjukkan jumlah perangkat media sosial seperti blackBerry message (BBM), twitter, whatsApp, facebook dan lainnya masih menjadi sumber informasi utama. Sementara sebagian masyarakat aktif mengakses website atau situs online (misalnya www.kpud.com, www.detik.com, www.kompas.com) sebesar 2,06 dan masuk dalam kategori sedang, serta keaktifan mengikuti forum online (misalnya www.kaskus.com) mencapai skor 2,33 yang dinilai sedang atau cukup aktif. Menurut Kaplan dan Haenlein, ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi (misalnya wikipedia), blog dan microblogs (misalnya twitter), komunitas konten (misalnya youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook), virtual game (world of warcraft), dan virtual sosial (misalnya second life) (Lesmana 2012 :10). Kuatnya pengaruh media sosial dalam pemilu juga ditegaskan oleh Tri Handayani, SH, M.Si, Kasubbag Program dan Anggaran KPUD Kabupaten Bogor dalam wawancara sebagai berikut.

“Kalau melihat sumber informasi, bicara pemilih pasti kan masyarakat dewasa, rata-rata kegiatannya kalau tidak sekolah ya kerja. Makanya tadi saya smpaikan banyak pekerja di cibinong itu tinggalnya di wilayah pemukiman. Berbeda dengan pekerja urban Gunung Puteri yaitu banyak

pendatang. Karena mereka tidak pernah melihat matahari sehari- harinya sehingga saya tidak yakin media elektronik televisi dan radio itu digunakan, saya lebih cenderung menduga mereka menggunakan media sosial, apalagi media cetak. Seberapa besar sih orang membaca koran. Artinya bagi masyarakat kita merasa tidak ada pengaruh membaca berita di koran atau tidak. Bahkan headline berita di media sosial sering kali lebih cepat muncul dibandingkan media lain. Jadi, saya lebih cenderung melihat media sosial lebih banyak digunakan dibandingkan media lainnya. Apalagi karakteristik masyarakat kita yang tidak mungkin melihat media konvensional seperti televisi, radio dan koran.”

Salah satu kajian yang pernah dilakukan oleh Political Wave adalah pada pelaksanaan pilkada DKI, bahwa kekuatan sosial media sangat berpengaruh pada hasil akhir suatu pemilu. Membuktikannya secara akademik juga sulit, tetapi data faktual mengatakan sosial media berpengaruh pada pemenang pemilu. Dari segi jumlah, pengguna sosial media mayoritas adalah anak muda. Artinya, anak muda sudah mulai peduli terhadap isu pemilu. Kemudian, efek lain adalah sosial media juga berpengaruh untuk menembus birokrasi. Karena banyak para pemimpin terlibat aktif di media sosial. Pengguna sosial media juga mayoritas adalah orang- orang yang teredukasi dan terbiasa dalam beragumentasi (Perludem 2014:10).

Sementara, tingkat penggunaan saluran interpersonal atau media antarpribadi yaitu melakukan kontak dengan keluarga, teman, tetangga dan tokoh masyarakat selama kampanye dinilai rendah dengan besaran skor hanya 1,53. Artinya, jumlah sumber informasi kampanye yang diperoleh melalui ajakan saluran interpersonal tersebut terbilang sedikit. Dengan kata lain, masyarakat kurang aktif dalam berinteraksi (tatap muka) dengan keluarga, teman, tetangga dan tokoh masyarakat sebagai sumber informasi mengenai calon presiden/wakil presiden selama kampanye pilpres 2014.

Dalam hubungannya dengan informasi yang dapat diterima oleh khalayak tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pilkada, maka komunikasi antar pribadi meskipun kecepatan jangkauannya lebih lambat namun kekuatan informasi yang disampaikan pada komunikasi interpersonal (antarpribadi) jauh lebih kuat. Banyak fakta, informasi interpersonal lebih memiliki pengaruh yang lebih kuat pada masyarakat umum; terutama pada isu-isu tertentu yang membuat masyarakat menjadi terancam. Dalam konteks efek normal, media hanyalah menambah pengetahuan. Untuk merubah perilaku masyarakat lebih efektif bila dilakukan komunikasi interpersonal (contoh: seminar, presentasi, penyuluhan dan lain-lain) (waspadaonline.html) (Sudaryanti 2008:45).

Dokumen terkait