• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini dirancang sebagai pendekatan kuantitatif dengan metode survei deskriptif korelasional. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan metode teknik penelitian korelasional yaitu metode yang meneliti hubungan di antara peubah- peubah. Metode korelasional bertujuan untuk mencoba meneliti sejauh mana hubungan di antara peubah-peubah, hubungan yang dicari itulah yang disebut dengan korelasi. Studi korelasional mencoba meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat 2002:27). Penelitian ini terdiri dari dua kelompok peubah, yaitu peubah bebas dan peubah tak bebas. Peubah bebas adalah karakteristik demografis pemilih dan penggunaan sumber informasi selama kampanye. Peubah tak bebas adalah tingkat partisipasi politik. Penelitian uses and effect ini diarahkan untuk melihat hubungan antara peubah bebas dan peubah terikat tersebut.

Kriyantono (2009:55-56) menyebutkan bahwa riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Semuanya harus obyektif dengan diuji dahulu apakah batasan konsep dan alat ukur sudah memenuhi prinsip relialibilitas dan validitas. Dengan kata lain, periset berusaha membatasi konsep atau peubah yang diteliti dengan cara mengarahkan riset dalam setting yang terkontrol, lebih sistematik dan terstruktur dalam sebuah desain riset. Desain riset ini sudah harus ditentukan sebelum riset dimulai. Pendekatan kuantitatif menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:53), sangat memperhatikan aspek pengukuran, yaitu bagaimana mengkonversi realitas sosial atau fenomena sosial yang ada ke dalam angka-angka untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan alat statistik tertentu.

Menurut Kriyantono (2009:59), survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah pemilih yang dianggap mewakili populasi tertentu. Secara umum, metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan eksplanatif (analitik). Jenis survei deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti. Dalam perkembangannya, metode survei memungkinkan menggunakan wawancara sebagai instrumen riset di samping kuesioner. Tujuannya adalah untuk memperdalam analisis dan interpretasi data.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), yaitu dengan memilih daerah penelitian berdasarkan ciri atau alasan yang dipandang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Pemilihan Kecamatan Cibinong sebagai lokasi penelitian sebagai ibukota Kabupaten Bogor, Kecamatan

Cibinong menjadi pusat kegiatan perdagangan, pemerintahan dan pembangunan yang paling maju di Kabupaten Bogor. Karakteristik masyarakat Cibinong yang berciri kolektif dan paternalistik tentu memiliki hubungan dengan penggunaan sumber informasi kampanye dengan tingkat partisipasi politik pada pilpres 2014. Penetapan lokasi penelitian di empat kelurahan yaitu Pabuaran, Nanggewer, Sukahati dan Ciriung dilakukan secara sengaja didasarkan atas pertimbangan batas wilayah administratif Kecamatan Cibinong.

Waktu penelitian tentang Hubungan Penggunaan Sumber Informasi Kampanye dan Partisipasi Politik dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan September–Oktober 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan obyek penelitian, sedangkan sampel adalah bagian yang diamati dari suatu kumpulan obyek penelitian tersebut (Rakhmat 2002:78). Populasi dalam penelitian adalah masyarakat yang mempunyai hak pilih pada pilpres tahun 2014 di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dan terdaftar sebagai pemilih berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT). Jumlah pemilih terdaftar adalah 204.392 pemilih, yang terdiri dari jumlah pemilih laki- laki 102.573 orang dan pemilih perempuan 101.819 orang, dan disebar di 411 buah Tempat Pemungutan Suara (TPS) (PPK:2014:1).

Sampel penelitian diambil di 12 kelurahan yang berbeda di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor terutama wilayah yang sering dijadikan lokasi kampanye, memiliki aksesibilitas tinggi terhadap sumber informasi untuk mengetahui bagaimana corak karakteristik demografis pemilih dan sejauh mana pola penggunaan sumber informasi dalam merespon pesan-pesan kampanye. Jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 pemilih (sampel) dari empat kelurahan. Adapun 50 sampel yang tersebar di empat kelurahan diambil secara sengaja berdasarkan jarak wilayah geografis terdekat dengan pusat kota di Kecamatan Cibinong yang terdiri dari empat klaster wilayah administratif, di antaranya wilayah Utara yang berbatasan dengan Kota Depok diwakilkan oleh Kelurahan Pabuaran; wilayah Selatan yang berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja diwakilkan oleh Kelurahan Nanggewer; wilayah Barat yang berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede diwakilkan oleh Kelurahan Sukahati; dan wilayah Timur yang berbatasan dengan Kecamatan Citeureup diwakilkan oleh Kelurahan Ciriung. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode purposif, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan- pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sampling purposif, menurut Rakhmat (2002:81) menggunakan prinsip kerandoman, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu mewakili statistik, tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis.

Jumlah total sampel yang diteliti adalah sebanyak 200 pemilih, dibagi ke dalam empat kelurahan yaitu Pabuaran, Ciriung, Nanggewer dan Sukahati. Masing-masing diambil 50 sampel pemilih per kelurahan secara unproporsionate simple random sampling dengan bantuan aplikasi randomizer. Tujuan pengambilan sampel menggunakan teknik sampling secara acak (sederhana)

dikarenakan populasi besar, untuk menghemat biaya, mempermudah peneliti dan mempersingkat waktu penelitian.

Data dan Instrumentasi Penelitian

Jenis data penelitian yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pemilih melalui instrumen kuesioner di lokasi penelitian yang disusun berdasarkan peubah- peubah yang diteliti. Data primer dikelompokkan ke dalam tiga kelompok pertanyaan meliputi karakteristik demografis pemilih, tingkat penggunaan sumber informasi kampanye, dan tingkat partisipasi politik.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui penelusuran hasil-hasil penelitian yang sudah ada, kajian pustaka yang relevan, serta pencatatan data yang telah dikumpulkan oleh pihak-pihak yang berkompeten, seperti: KPU (Komisi Pemilihan Umum), KPUD (Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Daerah), Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu), BPS (Biro Pusat Statistik), Depkominfo (Departemen Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bogor), PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan), PPS (Panitia Pemungutan Suara), Kecamatan Cibinong, Kelurahan Nanggewer, Kelurahan Sukahati, Kelurahan Ciriung, Kelurahan Pabuaran, RW dan RT setempat dan instansi yang terkait lainnya.

Instrumentasi merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data. Instrumentasi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner tertutup berupa daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubah dalam penelitian. Kuesioner tersebut terdiri dari tiga bagian utama yakni bagian pertama berisikan item-item pertanyaan terkait dengan karakteristik demografis pemilih; bagian kedua berisikan item-item pertanyaan mengenai penggunaan sumber informasi selama kampanye; bagian ketiga berisi item-item pertanyaan terkait partisipasi politik.

Definisi Operasional

Definisi operasional peubah adalah penjelasan pengertian mengenai beberapa peubah yang diukur. Dalam rangka memudahkan pemahaman terhadap peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dilakukan perumusan definisi operasional untuk memperjelas pengertian tentang peubah yang diteliti dan cara mengukurnya. Pengukuran pada dasarnya adalah upaya peneliti menghubungkan antara konsep dengan realitas yang diukur. Membangun pengukuran diperlukan proses konseptualisasi dan operasionalisasi sehingga tujuan penelitian tercapai. Konseptualisasi adalah proses menentukan secara tepat apa dimaksudkan ketika menggunakan istilah-istilah khusus.

Operasionalisasi dilakukan untuk menjelaskan peubah berdasarkan bangun keterukuran atau definisi operasional. Peubah-peubah tersebut diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan digunakan secara operasional. Indikator dan parameter dituangkan dalam definisi operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk daftar pertanyaan/pernyataan sebagai acuan atau

instrumen penelitian. Berikut operasionalisasi peubah yang mencakup tiga peubah utama penelitian, yaitu:

1. Karakteristik demografis pemilih (X1) dapat diukur dengan sub-peubah yang mencakup umur, tingkat pendidikan, pendapatan, asal kelahiran, lingkungan tempat tinggal dan afiliasi politik yang masing-masing dioperasionalkan sebagai:

a. Jenis kelamin (X1.1) diukur berdasarkan perbedaan status biologis pemilih dengan skala pengukuran nominal yang dikelompokkan menjadi dua sifat atau kategori yaitu, laki-laki dan perempuan.

b. Usia (X1.2) diukur berdasarkan masa hidup yang telah dilalui pemilih sejak lahir sampai saat penelitian, yang diukur berdasarkan skala rasio yang dibedakan menjadi tiga kategori yaitu muda, dewasa dan dewasa lanjut. c. Pendidikan (X1.3) diukur berdasarkan jenjang sekolah formal yang pernah

ditempuh/dicapai pemilih sampai saat penelitian dilakukan. Konstruk pendidikan dihitung berdasarkan tahun lamanya tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu rendah (Sekolah Dasar/SD dan Sekolah Menengah Pertama/SMP), sedang (Sekolah Menengah Umum/SMU), dan tinggi (Diploma, S1/S2).

d. Pendapatan (X1.4) diukur berdasarkan besarnya pengeluaran rata-rata pemilih satu bulan terakhir sampai saat penelitian dilakukan. Diukur menggunakan skala rasio dan dinyatakan dalam satuan rupiah serta dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (Rp.200.000 – Rp.1.250.000, sedang (Rp.1.300.000-Rp.2.350.000), dan tinggi (Rp.2.500.000-Rp.10.000.000).

e. Asal kelahiran (X1.5) diukur berdasarkan daerah asli yang menjadi tempat kelahiran pemilih menggunakan skala nominal dan dinyatakan dalam satuan nama daerah serta dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu asli Cibinong/Bogor dan pendatang (luar Cibinong/Bogor).

f. Lingkungan tempat tinggal (X1.6) diukur berdasarkan kondisi daerah pemukiman tempat tinggal pemilih yang dipengaruhi oleh corak mata pencaharian penduduk sekitar sejak berdomisili di Kecamatan Cibinong sampai saat penelitian dilakukan. Diukur menggunakan skala nominal dan dikelompokkan ke dalam empat kategori.

g. Afiliasi Politik (X1.7) diukur berdasarkan identifikasi pemilih yang kedekatan hubungan pemilih dengan suatu partai politik (parpol) baik sebagai simpatisan maupun anggota parpol tertentu pada saat penelitian dilakukan. Konstruk afiliasi politik diukur berdasarkan skala nominal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu dekat dengan parpol, kurang dekat dengan parpol dan tidak dekat dengan parpol.

2. Penggunaan sumber informasi kampanye (X2) adalah aktivitas seseorang dalam menggunakan media elektronik, media sosial dan saluran interpersonal berdasarkan jumlah sumber informasi, frekuensi dan durasi menggunakan sumber informasi kampanye melalui seluruh perangkat teknologi internet baik melalui handphone, komputer (PC), laptop atau tablet selama masa kampanye tanggal 4 Juni 2014- 5 Juli 2014. Konstruk penggunaan sumber informasi diukur dari tinggi rendahnya tingkat keterdedahan informasi selama kampanye dapat yang dikaji mencakup:

a. Jumlah sumber informasi kampanye diukur dari skor, bobot, proporsi atau prosentase sumber informasi kampanye yang diperoleh dari media konvensional, media hibrid dan saluran interpersonal. Pengukuran indikator-indikator penggunaan sumber informasi kampanye pilpres 2014 tanggal 4 Juni- 5 Juli 2014 menggunakan lima skor jawaban, yaitu: 1 = tidak ada, 2 = sedikit, 3 = cukup, 4 = banyak, 5= sangat banyak. Kategori pengukuran peubah penelitian selanjutnya ditranformasikan ke skala ordinal menjadi lima kategori, yaitu tidak ada, sedikit, cukup, banyak dan sangat banyak. Indikator dan parameter tingkat penggunaan sumber informasi kampanye pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah sumber informasi kampanye, 2014

Indikator Parameter

Jumlah sumber informasi kampanye

1. Media elektronik (elektronik)

- Jumlah stasiun televisi swasta nasional yang ditonton selama kampanye.

- Jenis program acara atau topik yang ditonton di televisi selama kampanye.

- Jumlah program berita, dialog, debat atau talkshow yang ditonton selama kampanye.

2. Media hibrid (new media)

- Jumlah aplikasi media sosial yang diakses selama kampanye.

- Preferensi topik yang dicari selama kampanye

- Jumlah situs berita online, blog dan website yang dicari selama kampanye.

3. Saluran interpersonal

- Jumlah saluran interpersonal (kontak dengan keluarga, teman, tetangga dan pemuka pendapat) yang digunakan selama kampanye.

- Preferensi topik yang dibicarakan selama kampanye. b. Frekuensi mengakses sumber informasi kampanye diukur dari jumlah

satuan kali penggunaan sumber informasi atau pengulangan terpaan informasi selama kampanye yang diperoleh pemilih dari media konvensional, media hibrid dan saluran interpersonal. Pengukuran indikator-indikator frekuensi mengakses sumber informasi kampanye pilpres 2014 tanggal 4 Juni- 5 Juli 2014 menggunakan tiga skor jawaban, yaitu: 1= tidak pernah, 2= jarang, 3= sering dan 4= selalu. Kategori pengukuran peubah penelitian selanjutnya ditranformasikan ke skala ordinal menjadi empat kategori, yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Indikator dan parameter tingkat penggunaan sumber informasi kampanye pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Frekuensi sumber informasi kampanye, 2014

Indikator Parameter Frekuensi sumber

informasi kampanye

1. Media elektronik (televisi)

- Jumlah satuan kali menonton televisi selama kampanye. - Pilihan waktu menonton televisi selama kampanye 2. Media hibrid (new media).

- Jumlah satuan kali mengakses (update status, tweet dan re-tweet) melalui media sosial selama kampanye.

- Jumlah satuan kali berkomentar atau menyukai (status/ tweet/ tulisan/ video) dalam media sosial selama kampanye.

- Jumlah aktivitas dalam mem-posting atau meng-upload gambar tentang pemilu selama kampanye

- Jumlah aktivitas menonton video tentang pemilu. - Jumlah aktivitas dalam membaca berita politik/ mencari

informasi tentang pemilu di situs online, blog atau website selama kampanye.

- Jumlah aktivitas dalam berinteraksi atau chatting dalam forum online selama kampanye.

3. Saluran interpersonal

- Jumlah satuan kali tatap muka dengan keluarga ( orang tua, suami/ isteri, adik, kakak dan saudara lainnya) selama kampanye.

- Jumlah aktivitas berdiskusi, bertanya, mencari informasi atau meminta masukan/ pendapat tentang capres/ cawapres pilihan selama kampanye.

- Jumlah satuan kali ajakan atau himbauan untuk memilih kandidat tertentu.

c. Durasi mengakses sumber informasi kampanye diukur dari lamanya waktu atau jumlah satuan jam penggunaan sumber informasi selama kampanye yang diperoleh pemilih dari media konvensional, media hibrid dan media interpersonal. Pengukuran indikator-indikator durasi mengakses sumber informasi kampanye pilpres 2014 tanggal 4 Juni- 5 Juli 2014 menggunakan lima skor jawaban, yaitu: 1= tidak pernah, 2= sebentar, 3= cukup lama, 4= lama, dan 5= sangat lama. Kategori pengukuran peubah penelitian selanjutnya ditranformasikan ke skala ordinal menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Indikator dan parameter tingkat penggunaan sumber informasi kampanye pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong disajikan dalam Tabel 3.

Indikator Parameter Durasi mengakses

sumber informasi kampanye

1. Media elektronik (televisi)

- Jumlah satuan jam setiap menonton televisi selama kampanye.

2. Media hibrid (new media)

- Jumlah satuan jam (lamanya waktu) mengakses setiap kali mengakses media sosial selama kampanye.

- Jumlah satuan jam setiap kali menonton video tentang Pemilu selama kampanye.

- Jumlah satuan jam setiap kali membaca berita/ mencari informasi tentang pemilu di situs online, blog atau website selama kampanye.

- Jumlah satuan jam dalam berinteraksi atau chatting dalam forum online selama kampanye.

3. Saluran interpersonal

- Jumlah satuan jam (lamanya waktu) tatap muka dengan keluarga, teman, tetangga dan pemuka pendapat selama kampanye.

- Jumlah satuan jam dalam mendiskusikan topik tentang Pemilu (calon yang diunggulkan).

- Jumlah aktivitas bertanya, mencari informasi atau meminta masukan/ pendapat tentang capres/ cawapres pilihan selama kampanye.

3. Partisipasi politik (Y1) diukur dari keikutsertaan yang dilakukan oleh pemilih untuk terlibat dalam seluruh tahapan pilpres 2014. Konstruk tingkat partisipasi politik diukur dari keterlibatan dalam kampanye, keterlibatan dalam pengawasan pemilu, dan keterlibatan dalam memberikan suara. Indikator tingkat partisipasi politik yang dikaji mencakup:

a. Keterlibatan dalam kampanye diukur dari tingkat keaktifan pemilih yang terlibat dalam penyelenggaraan kampanye pilpres 2014 tanggal 4 Juni- 5 Juli 2014.

b. Keterlibatan memberikan suara diukur dari tingkat keaktifan pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara pilpres tanggal 9 Juli 2014 di Kecamatan Cibinong.

c. Keterlibatan mengawasi pemilu diukur dari tingkat keaktifan pemilih dalam mengawasi seluruh tahapan pilpres 2014 Kecamatan Cibinong dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai penyelesaian.

Pengukuran indikator tingkat keterlibatan dalam kampanye pilpres 2014 yang diukur dengan menggunakan empat skor jawaban, yaitu: 1 = apatis, 2 = kurang aktif, 3 = cukup aktif, 4= aktif dan 5= sangat aktif. Kategori pengukuran peubah penelitian selanjutnya ditranformasikan ke skala ordinal menjadi empat kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Indikator Parameter a. Keterlibatan dalam kampanye b. Keterlibatan memberikan suara c. Keterlibatan mengawasi pemilu

- Tingkat keaktifan menghadiri kampanye terbuka.

- Tingkat keaktifan menyumbang untuk kegiatan kampanye. - Tingkat keaktifan membagikan alat peraga/umbul-

umbul/tanda gambar pasangan calon.

- Tingkat keaktifan memakai atribut/lambang/simbol salah satu pasangan calon.

- Tingkat keaktifan mengajak/menghimbau orang lain mengikuti kampanye terbuka.

- Tingkat keaktifan menjaga keamanan dan ketertiban jalannya kampanye.

- Tingkat keaktidan mencari tahu dan menyebarkan materi kampanye meliputi visi, misi dan program pasangan calon.

- Tingkat keaktifan dalam memberikan suara pada pemilu. - Tingkat kekatifan mengajak/ menghimbau orang lain

untuk memberikan suara.

- Tingkat keaktifan mendukung sistem pemilu secara langsung/dipilih langsung oleh rakyat

- Tingkat keaktifan mendukung hasil pemilu yaitu penetapan pasangan calon terpilih.

- Tingkat keaktifan menegur jika ada oknum calon yang membagikan sembako/uang/mukena/kaos dan lain-lain. - Tingkat keaktifan melaporkan ke pihak yang berwenang

(RT/RW/PPK) jika menemukan kecurangan baik dalam kampanye maupun pemilihan.

- Tingkat keaktifan memberi masukan/ ide untuk kesuksesan pemilihan pada pihak yang berwenang (RT/RW/PPK). - Tingkat keaktifan memantau jumlah perhitungan suara

tingkat Kecamatan/ nasional.

- Tingkat keaktifan mengikuti jalannya sidang sengketa pilpres 2014.

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi

Menurut Rakhmat (2002:17), bila seorang peneliti mulai mengukur gejala yang ditelitinya, ia berhadapan dengan persoalan reliabilitas dan validitas alat ukur yang digunakannya. Dalam penelitian ilmiah, kedua syarat alat ukur ini sangat penting. Tanpa keduanya, penelitian tidak lagi bersifat ilmiah. Validitas menurut Rakhmat (2002:19) berarti kesucian alat ukur dengan apa yang hendak kita ukur. Ada tiga macam validitas yaitu validitas isi, validitas prediktif dan validitas konstruk. Secara umum, validitas riset kuantitatif menurut Kriyantono

(2009:68) terletak pada penentuan metodologinya. Dalam konteks penelitian ini,validitas alat ukur yang digunakan adalah validitas konstruk.

Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan, dalam hal ini kuesioner memenuhi persyaratan validitas, pada dasarnya dengan cara menghitung korelasi Pearson. Cara analisisnya dengan cara menghitung koefisien korelasi antara masing-masing nilai pada nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor pertanyaan tersebut. Selanjunya, koefisien korelasi yang diperoleh r masih harus diuji signifikansinya bisa menggunakan uji t atau membandingkannya dengan r tabel. Bila t hitung > dari t tabel atau r hitung > dari r tabel, maka nomor pertanyaan tersebut valid. Bila menggunakan program komputer, asalkan r yang diperoleh diikuti p < 0,05 berarti nomor pertanyaan itu valid.

a. Kurang dari 0,20 = hubungan rendah sekali b. 0,20 – 0,40 = hubungan rendah tapi pasti c. 0,40 – 0,70 = hubungan yang cukup berarti d. 0,70 – 0,90 = hubungan yang tinggi

e. Lebih dari 0,90 = hubungan sangat tinggi; kuat sekali; sangat diandalkan.

Uji Validitas instrumen penelitian dilakukan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson, diperoleh hasil nilai rhitung= 0,109– 0.859 > nilai r0.05 = 0,361, di mana terdapat 7 item yang tidak valid, 2 dibuang dan 5 dimodifikasi, sehingga dapat dinyatakan bahwa instrumen penelitian sahih. Nilai r tabel dengan N=30 adalah 3,61, sehingga nilai yang terdapat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang lebih kecil dari r tabel (0,361), maka item pertanyaan perlu diperbaiki. Sebaliknya, nilai yang terdapat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang lebih besar dari r tabel (0,361) artinya item/ pertanyaan termasuk valid. Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan, terdapat lima (5) item/ pertanyaan yang dimodifikasi, antara lain: pertanyaan pada bagian IIA nomor 1 di bagian peubah penggunaan sumber informasi kampanye tentang jumlah stasiun televisi yang ditonton selama kampanye. Pilihan jawaban lebih dari dua stasiun televisi diganti menjadi tiga stasiun televisi; bagian IIC nomor 25 yang mempertanyakan tentang frekuensi tatap muka dengan orang tua selama kampanye diganti menjadi frekuensi tatap muka untuk membicarakan pilpres 2014 dengan orang tua; selanjutnya pertanyaan bagian IIC nomor 26, IIC nomor 27 dan IIC nomor 35 tentang frekuensi tatap muka dengan saluran interpersonal selama kampanye ditambah redaksinya menjadi frekuensi tatap muka untuk membicarakan pilpres 2014 dengan saluran interpersonal.

Sementara uji validitas dari item/pertanyaan dari peubah partisipasi politik III nomor8 tentang memberikan suara sesuai dengan tata cara mencoblos yang menunjukkan nilai validitas 0,273 tersebut harus dibuang. Selanjutnya, pertanyaan III nomor10 tentang memilih pejabat daerah secara langsung melalui pilkada diganti menjadi penetapan bupati, wakil bupati dan walikota melalui pemilihan secara langsung.

Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dinyatakan memiliki realibilitas apabila digunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama dan oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama (Forcese dan Richer 1973:71). Menurut Rakhmat (2002:17-18), ada tiga cara untuk menentukan relialibilitas yaitu antaruji, antarbutir dan antarpenilai. Reliabilitas antarpenilai biasanya dinyatakan dengan angka kesepakatan di antara penilai. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal maka akan dilakukan penyempuraan instrumen melalui pengujian terhadap pemilih yang terdiri dari 30 jumlah pemilih yang tersebar di empat kelurahan di Kecamatan Cibinong. Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas dari kuesioner peneliti menggunakan metode Alpha Cronbach. Peubah yang diteliti dinyatakan reliabel apabila nilai

Alpha Cronbach “α” adalah lebih besar dari r tabel. Rumus ini ditulis seperti berikut.

Keterangan:

α : Koefisien Alpha Cronbach k : Jumlah butir pertanyaan ∑σb2 : Jumlah varian butir σt2 : Jumlah varian total Kriteria:

Instrument dikatakan reliabel: Jika α > r tabel (df: α, n-2)

Berdasarkan uji reliabilitas instrumen penelitian dari peubah penggunaan sumber informasi kampanye dengan metode alpha Cronbach dan diolah menggunakan statistical package for social science (SPSS) for Windows versi 22.0, diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,951 dan peubah partisipasi politik sebesar 0,934 dari total 38 pertanyaan yang berarti sangat reliabel.

) ) ( 1 )( 1 ( 2 2 t b k k σ σ α −

− =

Pengumpulan Data

Penentuan teknik atau metode pengumpulan data merupakan kelengkapan atau pengembangan metode riset yang dipilih agar data bisa dikumpulkan. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding (coding sheet). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara yaitu: 1. Kuesioner (questioner), yaitu sejumlah pertanyaan tertutup dan terbuka untuk

Dokumen terkait