• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta Iin Narwanti, Dian Prasasti, Deasy Vanda Pertiwi

Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Email: iin.narw@gmail.com

ABSTRAK

Masalah kemiskinan menjadi isu utama pembangunan, karena angka kemiskinan menjadi salah satu ukuran kemajuan suatu daerah. Di samping program yang bersifat bantuan dan perlindungan sosial, diperlukan pemberdayaan ekonomi masyarakat sesuai dengan potensi lokal. Potensi lahan pekarangan di desa Krembangan sebesar 74,99% belum dioptimalkan, karena sebagian besar penduduknya masih mengandalkan budidaya usaha ekonomi di lahan sawah. Untuk itu sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat melalui peningkatan Ipteks bagi Masyarakat, diperlukan optimalisasi lahan pekarangan melalui budi daya tanaman obat herbal yang bernilai ekonomi tinggi.

Kegiatan pengabdian dilakukan di Pedukuhan IV Kepuh dan Pedukuhan VI Krajan, Desa Krembangan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Bentuk kegiatan pengabdian ini adalah pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT), penyuluhan dan pelatihan bagi warga masyarakat. Penyuluhan dan pelatihan dilakukan dengan metode tatap muka, diskusi dan praktik.

Hasil yang diperoleh, proses pendampingan budidaya lahan pekarangan dan kelembagaan kelompok yang melibatkan ibu rumah tangga. Proses pendampingan budi daya lahan pekarangan cukup potensial dengan ketersediaan lahan pekarangan yang masih dapat digunakan untuk penanaman tanaman herbal dan tanaman sayuran dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan/atau mengurangi pengeluaran keluarga. Pendampingan budi daya lahan pekarangan dilakukan dengan pelatihan budi daya komoditas tanaman yang sesuai dengan lingkungan, pembuatan media tanam, pembenihan tanaman budi daya dan teknis penanaman. Selanjutnya untuk proses pendampingan kelembagaan dilakukan dengan pembinaan manajemen kelompok, manajemen keuangan dan pembentukan kelompok tani yang selanjutnya di proses di Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Kulon Progo, yang diberi nama Kelompok Wanita Tani “Wastu Kencana”.

Kegiatan pengabdian ini dapat meningkatkan pengetahuan/kemampuan budi daya lahan pekarangan dan kelembagaan kelompok tani di lokasi. Selanjutnya, penerapan optimalisasi lahan pekarangan yang intensif dan berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan/atau mengurangi pengeluaran keluarga.

128 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius PENDAHULUAN

Kemiskinan menjadi isu utama dalam pembangunan disebabkan karena sulitnya melakukan penanganan yang menghasilkan penurunan yang signifikan. Kemiskinan merupakan salah satu indikator kesejahteraan kunci yang dihitung melalui konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan. Penduduk dikategorikan menjadi penduduk miskin jika pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah dengan telah meluncurkan berbagai program penanggulangan kemiskinan langsung kepada target kelompok miskin, mulai dari program populis Jaring Pengaman Sosial berupa Jaminan Kesehatan, Beras Miskin dan Bantuan Sosial, sampai dengan program pemberdayaan ekonomi masyarakat berupa PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan. Namun pencapaian berbagai pro-gram penanggulangan kemiskinan tersebut, ternyata belum menunjukkan kemajuan yang berarti ditunjukkan oleh kenyataan secara nasional maupun daerah persentase penduduk miskin masih tinggi.

Kabupaten Kulon Progo jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 sebesar 106.120 jiwa atau 28,39% turun pada tahun 2013 menjadi sebesar 86.500 jiwa atau 21,39% (Badan Pusat Statistik, 2014). Ini artinya rata-rata penurunan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2006-2013 sebesar 1% per tahun lebih rendah dari target rata-rata penurunan 2% per tahun. Angka tersebut belum menggembirakan karena masih lebih tinggi dari angka kemiskinan DIY pada tahun 2013 sebesar 15,03%.

Desa Krembangan memiliki persentase jumlah penduduk miskin sebesar 6,09%. Jumlah penduduk miskin di pedukuhan IV Kepuh sebanyak 31 jiwa atau sebesar 8,54%, namun dari sisi jumlah Kepala Keluarga miskin sebanyak 11,90%. Untuk pedukuhan VI Krajan jumlah penduduk miskin sebanyak 37 jiwa atau sebesar 13,50%, sedangkan dari sisi jumlah Keluarga miskin sebesar 13,41%.

Permasalahan pengentasan kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang dihadapi dalam pembangunan. Berkaca pada kegagalan program pengentasan kemiskinan yang selama ini dilakukan dengan bantuan yang diberikan bersifat parsial, menyelesaikan kebutuhan sesaat, pelatihan ketrampilan yang tidak diikuti dengan aplikasi, dan bantuan yang tidak bisa dioperasionalkan karena hal-hal yang tidak bisa dikontrol penerima (Afrizal, 2006).

Ketersediaan data kemiskinan by name, by address di Kabupaten Kulon Progo dapat digunakan sebagai bahan pengentasan kemiskinan dengan pendekatan wilayah (desa). Akselerasi pengentasan kemiskinan diperlukan dengan menetapkan usaha pemberdayaan ekonomi yang berbasis potensi lokal dengan melibatkan keluarga miskin sebagai sasaran peningkatan pendapatan. Untuk meningkatkan pendapatan keluarga tanaman pangan, maka dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha tani dengan memanfaatkan lahan tidur yang tidak ditanami selama ini, salah satunya adalah lahan pekarangan (Latief dkk, 2013). Pekarangan didefinisikan sebagai taman rumah tradisional yang bersifat pribadi, yang merupakan sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang erat antara manusia, tanaman dan hewan (Wurianingsih, 2011 dalam Rajiman, 2012).

Pemanfaatan lahan sawah di Desa Krembangan sebesar 21,58%, lahan pertanian non sawah yang berupa pekarangan/tegalan dan lahan kering yang tidak diusahakan sebesar 74,99%, dan lahan lainnya (pemukiman, perkantoran, jalan, sarana publik lainnya) sebesar 3,43%, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 27,83%, dengan luas sawah 21,58%. Hal ini

Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya Tanaman Obat Herbal Dalam .... 129

menunjukkan rendahnya kepemilikan lahan pertanian sawah perkapita dan tingginya peluang pengembangan lahan pekarangan/tegalan yang tersedia lahan 74,99% (Bappeda, 2014).

Untuk itu diperlukan kegiatan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan kebiasaan-kebiasaan setempat dan sumber daya lokal dengan cara menggali dan mengembangkan potensi lokal yang ada. Warga masyarakat diberdayakan guna memanfaatkan lahan pekarangan yang belum produktif, melalui kegiatan budi daya sesuai dengan potensi pengembangan yang dimiliki, peningkatan ketrampilan berusaha sesuai dengan arah pengembangan, pembentukan kelompok dengan melibatkan keluarga miskin, dan adanya kewajiban dari pemerintah daerah untuk akses pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan melibatkan anggotanya harus ada dari penduduk miskin.

Dengan adanya potensi lahan pekarangan di Desa Krembangan sebesar 74,99% yang belum dioptimalkan, karena sebagian besar penduduknya masih mengandalkan budi daya usaha ekonomi di lahan sawah, maka sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat melalui peningkatan Ipteks bagi Masyarakat, perlu dilakukan optimalisasi lahan pekarangan melalui budidaya tanaman obat herbal yang bernilai ekonomi tinggi.

METODE/APLIKASI

Kegiatan pengabdian dilaksanakan Pedukuhan IV Kepuh dan Pedukuhan VI Krajan, Desa Krembangan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penerapan pemanfaatan pekarangan untuk budidaya tanaman menggunakan metode penyuluhan, konsultasi, pelatihan dan praktek. Kegiatan pengabdian meliputi koordinasi dengan Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (KP4K), Bappeda, Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, koordinasi di lokasi mitra, survei dan identifikasi lahan pekarangan, sosialisasi program pengabdian dan kebijakan daerah tentang optimalisasi lahan pekarangan, penyuluhan tentang teknis pembentukan dan kelembagaan KWT, penyuluhan budi daya, pembuatan media tanam dan pembibitan, praktik pembuatan media tanam dan pembibitan serta teknis penanaman. Survei ke lokasi KWT “Lestari” di desa Hargorejo Kecamatan Kokap dan “Melati” di Desa Sendang Sari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo juga dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai struktur dan kelembagaan, kegiatan dan pengelolaan KWT.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung di lokasi kegiatan dan wawancara dengan perangkat desa serta warga pedukuhan setempat. Metode observasi dilakukan sebagai landasan yang mendukung kegiatan dengan mencari informasi mengenai permasalahan-­permasalahan mendasar yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan pekarangan. Analisis data dilakukan dengan merangkum data yang telah diperoleh sebelumnya dan disesuaikan dengan berbagai informasi yang memuat potensi pemanfaatan lahan pekarangan. Metode penyuluhan dan konsultasi dilakukan dengan mendatangkan narasumber yang berpengalaman dalam teknis kelembagaan KWT dan pemanfaatan lahan pekarangan.

Penyuluhan dilaksanakan sebagai salah satu upaya mengenalkan kelembagaan dan manfaat adanya KWT, teknis pembuatan pupuk organik dan sekam menjadi media tanam serta tata cara dalam budi daya tanaman obat herbal, pelatihan pembibitan, pembuatan demplot budi daya, bimbingan teknis dan pendampingan pelaksanaan budi daya. Penyuluhan dilaksanakan dengan melakukan diskusi umum antara ibu-ibu/peserta dengan narasumber, sedangkan konsultasi

130 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius

dilakukan oleh peserta dengan narasumber dan tim Pengabdian terkait dengan persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut setelah kegiatan dilaksanakan. Selanjutnya, metode pelatihan dan praktik dilaksanakan sebagai kelanjutan dari metode sebelumnya. Dengan pelatihan dan praktik secara langsung, masyarakat diharapkan dapat mengimplementasikan hasil diskusi dan konsultasi tersebut di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sosialisasi Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Sosialisasi dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat tentang optimalisasi lahan pekarangan untuk budidaya tanaman obat herbal untuk meningkatkan pendapatan keluarga miskin. Sosialisasi ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian dimana pada sosialisasi dilakukan pemaparan mengenai program-program yang dilaksanakan. Kegiatan sosialisasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sosialisasi kegiatan pengabdian

Sosialisasi Kebijakan Daerah

Kondisi existing di wilayah Kulon Progo menunjukkan lahan pertanian non sawah besar dan kepemilikan lahan sawah perkapita rendah. Sebagian besar mata pencaharian penduduk petani/ pekebun dan belum/tidak bekerja sebesar 20%. Pemerintah daerah Kulon Progo melakukan strategi pengentasan kemiskinan dengan membuat kebijakan dengan program yang bersifat perlindungan sosial, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Optimalisasi lahan pekarangan dilaksanakan bertujuan untuk mendayagunakan lahan pekarangan yang masih belum dikelola untuk usaha ekonomi produktif dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga miskin dan memberikan rekomendasi kebijakan usaha ekonomi sesuai potensi lokal.

Kesempatan dan kekuatan yang bisa menjadi modal dalam mengembangkan lahan pekarangan antara lain: lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, ketersediaan air, modal semangat kegotongroyongan, kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengentasan kemiskinan dan adanya keberpihakan lembaga keuangan. Terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan pro-gram ini antara lain: sinergi seluruh stakeholders, perubahan sikap mental dan budaya kerja keluarga

Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya Tanaman Obat Herbal Dalam .... 131

miskin, peningkatan akses informasi, teknologi dan pasar, dan peningkatan infrastruktur wilayah. Implementasi program pengabdian secara kontinyu dan berkesinambungan dapat mendukung tercapainya ketahanan pangan Kabupaten Kulon Progo. Ketahanan pangan yaitu kondisi terpenuhinya pangan bagi masyarakat sampai dengan individu, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkualitas. Kegiatan sosialisasi kebijakan daerah dapat dilihat pada Gambar 2.

Penyuluhan Budidaya Tanaman Obat Herbal di Lahan Pekarangan

Penyuluhan tentang budidaya dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta mengenai bagaimana cara budi daya dan kemanfaatannya bagi masyarakat. Hasil dari kegiatan penyuluhan ini adalah budi daya tanaman obat herbal seperti jahe, jahe merah dan kencur serta tanaman lainnya. Hal ini berdasarkan dari kondisi tanah, lingkungan dan kesesuaian vegetasi.

Materi yang diberikan dalam penyuluhan meliputi tujuan pemanfaatan pekarangan, tata ruang dan pola pekarangan; jenis pekarangan jenis budi daya di lahan pekarangan dan teknik budi daya di pekarangan sehingga dapat membuka peluang pola pemanfaatan lahan pekarangan oleh masyarakat. Penyuluhan ini berlangsung di Balai Desa Krembangan dan dihadiri ibu-ibu warga di lokasi kegiatan.

Dengan adanya penerapan budi daya dan pemanfaatan lahan pekarangan ini dapat menciptakan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yaitu wilayah/kompleks perumahan penduduk yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan menjadi sumber pangan secara berkelanjutan dengan mempertimbngkan potensi wilayah dan kebutuhan gizi. Hal ini sesuai dengan semboyan “Manfaatkan Setiap Jengkal Tanah untuk Pangan Kita”. Keberhasilan program juga dapat didukung dengan adanya pembuatan kebun bibit desa/kelompok dan sinergi antara pertanian, peternakan dan perikanan.

Menurut Suwono (2012), salah satu konsep untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan adalah konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). Dalam konsep RPL, penduduk dapat

132 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius

mengusahakan lahan pekarangan secara intensif dan bijaksana untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumber daya lokal sehingga menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Rumah Pangan Lestari yang dikembangkan dalam skala luas dan berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan dapat membentuk KRPL. Pada akhirnya, pengembangan KRPL akan mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, dan mengembangkan pengolahan serta pemasaran hasil (Arifin, 1998).

Penyuluhan Pembuatan Media Tanam dan Pembibitan Serta Kelembagaan KWT

Materi yang diberikan dalam penyuluhan meliputi teknis pembuatan pupuk organik, arang sekam, penyiapan media tanam dan penyiapan pembibitan. Penyuluhan ini berlangsung di rumah Bapak Ristanto (Dukuh IV Krembangan) dan dihadiri oleh ibu-ibu warga di lokasi kegiatan. Foto kegiatan penyuluhan media tanam dan pembibitan dapat dilihat pada Gambar 3. Dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat mempunyai pengetahuan dalam membuat media tanam dan pembibitan yang baik. Kegiatan ini juga didukung oleh penyuluh pertanian dari BP3K Kecamatan Panjatan.

KWT dibentuk sebagai upaya pelibatan kaum perempuan secara langsung dalam usaha-usaha peningkatan hasil pertanian, seperti menjadi bagian dari motivator dalam adopsi dan pengenalan teknologi tani. Peran ganda wanita tani ini sangat strategis dalam peningkatan produktivitas usaha tani dan berpotensi untuk meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan menuju kesejahteraan rumah tangga petani di pedesaan.

Gambar 3. Penyuluhan media tanam dan pembibitan

Dari kegiatan ini dibentuk KWT dengan nama “Wastu Kencana” disertai dengan struktur organisasinya yang beranggotakan 22 orang dan juga Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Dengan demikian proses penumbuhan dan pendaftaran ke dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk memperoleh nomer registrasi.

Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya Tanaman Obat Herbal Dalam .... 133

Pelatihan dan Praktek Pembuatan Media Tanam

Kegiatan pelatihan dan praktek pembuatan media tanam diberikan untuk memberikan ketrampilan teknis pembuatan media tanam yang baik dan subur dengan memanfaatkan bahan lokal berupa tanah, pupuk kandang, dan arang sekam. Komposisi antara tanah:pupuk:arang sekam yang ideal 1:2:3. Namun bisa disesuaikan dengan ketersediaan bahan yang dimiliki misalnya 1:1:1. Penyuluhan ini berlangsung di rumah Bapak Trisno Minarjo (Dukuh VI Krembangan) dan dihadiri oleh ibu-ibu di lokasi kegiatan. Foto kegiatan praktik pembuatan media tanam dapat dilihat pada Gambar 4. Dengan adanya pelatihan ini, masyarakat mempunyai keterampilan dalam praktik membuat media tanam yang baik. Kegiatan penyuluhan ini didukung pendamping oleh penyuluh pertanian dari BP3K Kecamatan Panjatan.

Gambar 4. Pembuatan media tanam

Pelatihan dan Praktik Pembibitan

Kegiatan pembibitan dilakukan dengan praktek penyiapan tempat yang sesuai untuk pembibitan, memasukkan media tanam dengan ketebalan 3-5 cm, meletakkan bibit yang telah disiapkan dan menutup dengan media dengan ketebalan 0,5 cm. Penyuluhan ini berlangsung di rumah Bapak Trisno Minarjo (Dukuh VI Krembangan) dan dihadiri oleh ibu-ibu warga di lokasi kegiatan. Foto kegiatan pelatihan pembibitan dapat dilihat pada Gambar 5.

134 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius Gambar 5. Proses Pembibitan

Dengan adanya pelatihan ini, masyarakat mempunyai keterampilan dalam praktik membuat bibit tanaman yang baik. Dan sebagai tindak lanjut dari kegiatan praktik ini, maka kegiatan selanjutnya adalah praktik teknis penanaman di area demplot (percontohan). Untuk budi daya tanaman obat herbal ini juga dapat dilakukan pada polibag. Kondisi a) pekarangan yang belum dimanfaatkan, b) pekarangan yang telah disiapkan untuk budi daya, c) pekarangan yang telah dimanfaatkan untuk budi daya, d) budi daya dengan menggunakan media polibag disajikan pada Gambar 6.

Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya Tanaman Obat Herbal Dalam .... 135

Gambar 6. Kondisi a) pekarangan yang belum dimanfaatkan, b) pekarangan yang telah disiapkan untuk budi daya, c) pekarangan yang telah dimanfaatkan untuk budi daya, d) budi daya dengan menggunakan media polibag

Pelaksanaan pengabdian di lokasi kegiatan secara umum tidak mengalami hambatan. Pengenalan pengetahuan berupa pembuatan media tanam dan pemanfaatan lahan pekarangan kepada masyarakat yang kondisi kehidupannya sudah semakin maju dan berkembang dapat memberikan banyak manfaat, yaitu menjadi sarana penghasil tanaman obat herbal organik yang subur; dan dapat digunakan sebagai solusi atas kurangnya pemanfaatan lahan untuk budi daya tanaman yang bernilai ekonomis. Dalam hal ini, pendampingan berkelanjutan secara bertahap juga dibutuhkan sehingga masyarakat dapat mengerti dan dapat berlatih membuat serta mengem-bangkan budi daya tanaman obat herbal dengan mengoptimalkan lahan pekarangan secara mandiri.

136 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius DAMPAK

Kegiatan pengabdian ini memperoleh hasil yang diperoleh, proses pendampingan budi daya lahan pekarangan dan kelembagaan kelompok yang melibatkan ibu-ibu warga di lokasi kegiatan. Proses pendampingan budi daya lahan pekarangan cukup potensial dengan ketersediaan lahan pekarangan yang masih dapat digunakan untuk penanaman tanaman herbal dan tanaman sayuran dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan/atau mengurangi pengeluaran keluarga. Pendampingan budi daya lahan pekarangan dilakukan dengan pelatihan komoditas tanaman yang sesuai dengan lingkungan, pembuatan media tanam, pembenihan tanaman budi daya dan teknis penanaman. Selanjutnya untuk proses pendampingan kelembagaan dilakukan dengan pembinaan manajemen kelompok, manajemen keuangan dan pembentukan kelompok tani yang selanjutnya di proses di Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Kulon Progo, yang diberi nama Kelompok Wanita Tani “Wastu Kencana”.

PENUTUP

Kegiatan pengabdian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan teknis budi daya tanaman obat herbal dan kelembagaan kelompok wanita tani (KWT). Lahan pekarangan dapat dioptimalkan untuk budidaya tanaman obat herbal dan tanaman pangan lainnya dalam rangka menciptakan kawasan mandiri pangan pedesaan.

Program ini sebaiknya menjadi gerakan yang dilakukan bersama-sama dalam rangka mengoptimalkan lahan pekarangan yang secara eksisting masih banyak yang belum dibudidayakan. Hal ini untuk mendorong kawasan perdesaan mandiri pangan yang dapat dilakukan subtitusi antar hasil komoditas budi daya yang ditanam masyarakat, sehingga terjadi peningkatan pendapatan atau pengurangan pengeluaran keluarga dalam mencukupi kebutuhan pangan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M Ditjen Dikti yang telah memberikan dana, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Ahmad Dahlan, Pedukuhan IV Kepuh dan Pedukuhan VI Krajan, Desa Krembangan, Kecamatan Panjatan sebagai mitra, KP4K dan Bappeda Kabupaten Kulon Progo, BP3K Kecamatan Panjatan serta pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang berperan dalam membantu kelancaran kegiatan pengabdian ini.

REFERENSI

Afrizal. 2006. Gagalnya Program Anti Kemiskinan: Sebuah Analisias Sosiologis. Padang.

Arifin, H. S. 1998. “Effcts Of Urbanization On Th Vegetation Structure Of Th Home Gardens In West Java Indonesia” dalam Journal Japan J. Trop. Agric. Vol. 42 (2): 94—102.

Badan Pusat Statistik. 2014. Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kulon Progo Tahun 2013. Wates. Latief, M., Fitry Tafzi dan Aryunis. 2013. Pemanfaatan Pekarangan Untuk Budidaya Tanaman Jahe Merah Untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga Petani Di Kelurahan Talang Babat Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Pengabdian

Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya Tanaman Obat Herbal Dalam .... 137

Rajiman. 2012. Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan.

Suwono. 2012. “Rumah Pangan Lestari (RPL) Kementerian Pertanian dan SIKIB Kabupaten Bantul”. Diakses pada 2 Maret 2014 melalui http://bkppp.bantulkab.go.id/ documents/ 20121101122432­pengembangan­kawasan­rumah­pangan­lestari.pdf.

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1494 http://www.bappeda.kulonprogokab.go.id

138 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat Dusun

Bulu, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul