• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kesadaran Pengelolaan Sampah untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Wisata Hijau di Suryowijayan, Yogyakarta

Dwi Sulisworo

Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan

Muchsin Maulana, Tri Wahyuni Sukesi, Rahma Asti Mulasari, Sulistyawati Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan

Abstraks

Peningkatan kualitas masyarakat dapat dilakukan dengan memanfaatan potensi alam yang ada di sekitar. Satu hal yang menjadi peluang bagi di Suryowijayan adalah adanya air terjun dari bendungan pengairan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi mikro hidro dan view di sekitarnya dapat dijadikan floating market. Potensi di Suryowijayan tersebut dapat digunakan untuk membangun desa wisata dengan konsep green edu park. Konsep ini memungkinkan orang datang berkunjung untuk menikmati suasana berwisata sekaligus belajar. Masalah sampah akan menjadi potensi pencemaran utama di suatu daerah wisata, demikian pula di Suryowijayan. Diperlukan pember-dayaan masyarakat di sekitar objek wisata untuk mengelola sampah. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam swakelola sampah dan mengajarkan teknik “mengajar secara efektif” kepada masyarakat untuk mendukung program green edu park, khususnya bidang pengolahan sampah. Pelatihan swakelola sampah yang dilakukan meliputi pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik (pengomposan, biopori, bank sampah, kerajinan daur ulang). Teknik pembelajaran yang diajarkan kepada masyarakat merupakan teknik pembelajaran active learning tentang pengelolaan sampah. Hasil akhir dari program ini adalah masyarakat dapat mengajarkan dan mentransfer ilmu kepada pengunjung yang datang tentang tata cara swakelola sampah yang dilakukan di Suryowijayan.

Kata kunci: daur ulang, pemberdayaan, manajemen sampah, eco-tourism PENDAHULUAN

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki nilai sejarah penting bagi Indone-sia. Berbagai nama disematkan pada kota ini, seperti kota budaya, kota pelajar, kota toleransi, dan juga kota wisata. Terkait sebagai kota wisata, Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata paling terkenal kedua se-Indonesia setelah Bali. Ketika disebut kota Yogyakarta sebagai tujuan wisata maka yang dimaksud tidak sekedar kota Yogyakarta, namun juga kabupaten lain di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencakup Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunungkidul, dan Kapubaten Kulonprogo. Pertumbuhan sektor wisata di wilayah ini tumbuh dengan pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Semakin banyaknya wisatawan baik domestik maupun asing telah berdampak pada perkembangan sektor ekonomi yang lain sebagai pendukung kegiatan para wisatawan. Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh warga setempat dengan menawarkan alternatif-alternatif tempat-tempat tujuan wisata baru di beberapa pelosok kabupaten dan kota. Khusus di kota Yogyakarta, beberapa tempat yang memiliki kekhasan tertentu baik dari budaya, sosial, mapun alam mulai dikemas agar layak menjadi tempat tujuan wisata.

8 6 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius

Suryowijayan merupakan salah satu kampung tua yang ada di kota Yogyakarta. Dari struktur penduduk yang menghuni kampung ini, rata-rata adalah penduduk asli yang masih keturunan kerabat kraton maupun abdi dalem kraton. Tatacara kehidupan Jawa masih cukup kental di kampung ini. Letak kampung ini di sebelah barat beteng kraton (Pojok Beteng Kulon). Ada beberapa potensi menarik yang ada di tempat-tempat sekitar kampung ini seperti tempat pengeringan hewan, soto tradisional, kerajinan kulit dan wayang, pabrik tahu, bakmi jawa, dan beberapa lainnya. Dari sisi panorama alam, kampung ini pada sebelah barat dibatasi aliran sungai Winongo dengan dihiasi air terjun dari bendungan peninggalan zaman Belanda. Adapun kontur tanah pada bagian barat berupa lembah yang rendah dari arah utara ke selatan.

Memperhatikan kondisi alam dan potensi kegiatan budaya, sosial dan ekonomi, beberapa pihak di kampung ini mencanangkan kampung Suryowijayan dijadikan dengan green edu park. Rencana ini dikembangkan dengan konsep menginterasikan semua potensi yang ada sebagai tema tertentu. Beberapa rencana yang akan dilaksanakan adalah

1. Membuat sumber energi listrik mikro hidro dengan memanfaatkan aliran sungai Winongo pada air terjun. Listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mendorong berbagai aktivitas lain di wilayah ini.

2. Menghubungkan wilayah timur dan barat sungai dengan flying fox. Pada sebelah barat sungai saat ini telah ada taman bermain publik yang dibangun oleh pemerintah kota sebagai fasilitas bersama warga Suryowijayan dan Sindurejan. Selama ini akses harus melalui jembatan penghubung.

3. Menyediakan perahu bermain di sekitar air terjun yang dapat digunakan untuk menyusur sungai ke selatan sejauh 500 meter.

4. Melakukan pementasan budaya di dalem milik salah satu bangsawan lokal dengan tema-tema tertentu sesuai secara terjadwal. Hal ini untuk menumbuhkan kembali potensi ini yang pernah hidup pada generasi sebelumnya.

Dalam usaha menghadapi rencana tersebut, hal yang menjadi kendala utama sebagai wilayah wisata adalah permasalahan sampah yang selama ini terjadi pada tempat-tempat wisata lain. Kesadaran warga akan pengelolaan sampah akan menentukan keberlanjutan Suryowijayan sebagai tujuan wisata. Melalui program pengabdian masyarakat dengan skema IbM, maka dikembangkan program peningkatan kesadaran pengelolaan sampah. Berbagai kegiatan dengan fokus pada manajemen sampah dilaksanakan selama 4 bulan melalui bekerjasama dengan beberapa pihak seperti kelurahan Gedongkiwo, Dinas Pariwisata, dan juga beberapa komunitas setempat. Dengan demikian tujuan program ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah untuk mendukung wilayah wisata hijau (green edu park).

LANDASAN TEORI

Ecotourisme merupakan salah satu konsep yang dikenal dalam pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Berbagai wilayah di beberapa negara mengembangkan konsep ini dalam usaha untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan (Ciegis et al., 2015; Popescu, 2015; Singh, 2015). Perkembangan industri yang cenderung tidak ramah lingkungan disadari menjadi salah satu penyumbang bagi degradasi kualitas lingkungan. Isu global warming menjadi pemicu dalam usaha-usaha untuk kembali

Peningkatan Kesadaran Pengelolaan Sampah untuk Mendukung Pengembangan Wilayah ... 8 7

memikirkan berbagai aktivitas sosial dan bisnis agar tetap berorientasi pada keselamatan lingkungan jangka panjang (AndrianaTisca et al., 2016).

Konsep ini juga menjadi pendorong dalam berbagai pengembangan wilayah wisata di Indo-nesia termasuk di IndoIndo-nesia. Sambah keluarga dan juga sampah industri menjadi sektor yang menyumbang bagi menurunnya kualitas lingkungan. Sistem pengelolaannya yang baik akan dapat membantu turunkan kecepatan kerusakan lingkungan. Berbagai negara yang mengembangkan

ecotourisme memasukkan kesadaran pengelolaan sampah dan pengelolaannya sebagai pintu untuk

keberlanjutan dan kemanfaatan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat terdekat (Amir et al., 2016; Picard, 2015).

Pengelolaan sampah merupakan proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur ulang atau pembuangan material sampah. Material sampah pada umumnya merujuk pada hasil sisa/ buangan dari kegiatan manusia. Pengelolaan sampah dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi menjadi seperti semula atau mengurangi dampah negatif sampah bagi kehidupan terutama terkait dengan kesehatan, lingkungan dan estetika. Pengelolaan sampah memerlukan metode dan keterampilan khusus sesuai dengan jenis sampah. Metode pengelolaan sampah juga akan terganting pada jenis sampah, lahan untuk mengelola.

Proses daur ulang sampah dilakukan agar sampah dapat memberikan nilai secara material untuk digunakan kembali sehingga dapat membebaskan atau mengurangi limbah sampah rumahan (Suryati, 2014). Pada masyarakat pada kebanyakan, pada umumnya sampah rumah tangga yang didaur ulang menjadi sesuatu yang manfaat dengan cara yang sederhana dan efektif (Isroi & Yuliarti, 2009). Contoh adalah daun, botol plastik, botol logam, kertas, dan sisa makanan. Sampah tersebut dapat dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat juga diolah secara proses biologis menjadi pupuk padat kompos atau pupuk cair lindi (Yuliarti, 2009). Aktivitas dalam pengelolaan sampah ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang memberdayakan masyarakat setempat; salah satunya adalah dengan mengembangkan bank sampah (Wintoko, 2014).

METODE

Program ini merupakan penelitian dengan pendekatan gabungan antara penelitian tindakan dan penelitian pengembangan secara multi tahun. Sedangkan pada tahun pertama ini fokus pada penelitian tindakan dengan subjek penelitian adalah warga Suryowijayan. Adapun teknik sam-pling yang digunakan adalah purposive samsam-pling yaitu dengan memilih warga yang memiliki minat sebagai kader pengelola sampah. Jumlah sampel penelitian adalah 43 orang (24 wanita, 19 pria).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Wilayah

Masyarakat Suryowijayan yang tinggal di bantaran Sungai Winongo pada umumnya berasal dari golongan ekonomi bawah. Di RW 02 Suryowijayan, Yogyakarta berdiri masjid Al Ihsan sebagai salah satu penyangga keagamaan bagi masyarakat tersebut. Satu hal yang menjadi peluang bagi komunitas ini adalah adanya air terjun dari bendungan pengairan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energy mikro hidro, view sekitar yang dapat dijadikan floating

mar-8 mar-8 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius

ket, aktivitas ekonomi pedagang dan produsen kecil yang cenderung terpinggirkan menjadi konsern tersendiri dalam kepedulian masyarakat. Jumlah penduduk adalah 14.750 jiwa (1 kelurahan). Mayoritas penduduk beragama Islam 11.175 orang, Kristen 649 orang. Katholik 2.850 orang, Hindu 26 orang, dan Budha 50 orang. Sebagian besar penduduk bermata-pencaharian sebagai penjual jasa 3.522 orang, sebagian yang lain sebagai pedagang 2.572, swasta 872 orang, PNS 815 orang, dan sebagian yang lain sebagai tukang, tani, dan pensiunan.

Suryowijayan Yogyakarta merupakan daerah permukiman penduduk yang padat. Selain itu di lokasi tersebut terdapat potensi yang sedang dikembangkan sebagai objek wisata edukasi dengan wahana air terjun dari bendungan pengairan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energy mikro hidro, view sekitar yang dapat dijadikan objek wisata berwujud floating market, serta Green Energy Community yang akan mencakup beberapa kegiatan seperti: jual beli di Floating

Market, Jamu Herbal Instan, Hidroponik yang dikembangkan dengan konsep OVOP (one village one product, tiap RT).

Jenis Kegiatan

Program diberikan kepada kelompok masyarakat yang didampingi oleh tokoh masyarakat dan agama setempat. Sosialisasi tidak hanya mengundang mitra tetapi juga masyarakat yang tertarik untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah.

1. Inisiasi pembentukan organisasi pengelolaan sampah. Untuk memulai kegiatan pengelolaan sampah mandiri melalui beberapa tahap yaitu: penyampaian gagasan, membentuk tim pengelola sampah, menyusun jobdeskripsi masing-masing devisi, mencari pihak pembeli sampah (pengepul sampah) terdekat, Sosialisasi berkesinambungan, membuat dan menyebarkan informasi tentang cara pengelolaan sampah kepada masyarakat, menyiapkan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan bank sampah, kerajinan daur ulang dan pengomposan-biopori, monitoring dan evaluasi secara berkala, melaporkan hasil program kepada masyarakat, menjalin kerja sama dan dukungan dari pihak luar

2. Pelatihan manajemen bank sampah. Pelatihan manajemen bank sampah diberikan kepada mitra dengan bantuan tenaga ahli. Pelatihan meliputi proses pengelolaan bank sampah, tugas dan tanggung jawab teller, mekanisme penjualan sampah dan proses pembukuan.

3. Pelatihan pengelolaan sampah anorganik dengan kerajinan daur ulang. Pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga diberikan kepada mitra dengan bantuan tenaga ahli. Pelatihan meliputi kerajinan dengan mesin jahit dan kreasi tangan.

4. Pelatihan pengomposan-biopori. Pelatihan pengomposan-biopori diberikan kepada mitra dengan bantuan tenaga ahli. Pelatihan meliputi proses pembuatan kompos dengan komposter komunal, pembuatan aktivator, dan pembuatan lubang biopori.

5. Pelatihan penggunaan kompos untuk media tanam dan tamanisasi. Pelatihan pemanfaatan kompos hasil pengomposan sebelumnya untuk media tanam. Pot tanaman digunakan daur ulang dari botol plastik bekas dan dari sterofaom.

6. Pelatihan menjadi pendidik lapangan bidang lingkungan. Pelatihan ini bertujuan untuk menyiapkan beberapa anggota masyarakat utuk dapat memadu dan mengajar wisatawan yang datang ke green edu park dari semua golongan ilmu yaitu anak usia dini, usia pendidikan dasar menengah, dan dewasa/umum.

Peningkatan Kesadaran Pengelolaan Sampah untuk Mendukung Pengembangan Wilayah ... 8 9

Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program

Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program adalah sebagai partisipan aktif pemberdayaan mayarakat untuk mengelola sampah rumah tangga. Dalam program ini tugas dan tanggung jawab mitra adalah sebagai berikut:

1. Mitra menyediakan waktu untuk bersama-sama menginisiasi pengelolaan sampah di lokasi pengabdian.

2. Mitra mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pengusul. Ada 6 (enam) pelatihan yang diagendakan.

3. Mitra secara berkesinambungan memanfaatkan sampah rumah tangga untuk dibuat pupuk organik, bahan kerajinan, dan memanfaatkan sistem bank sampah dengan pembinaan dan pendampingan dari pengusul.

4. Mitra merupakan penanggung jawab kegiatan bank sampah dan pengelolaan sampah di lokasi pengabdian.

5. Mitra menyebarluaskan informasi dan pengetahuan kepada kelompok masyarakat yang lain.

Tindaklanjut

Pengabdian ini sudah berjalan dan terlaksana dengan lancar. Masyarakat memiliki tanggapan yang positif terhadap program yang dijalankan tersebut. Saat sosialisasi dihadiri mitra dengan komposisi yang lengkap, semua undangan hadir dan berpartisipasi secara aktif. Di sana juga ter-ungkap bahwa masyarakat menginginkan keberlanjutan program sehingga edupark bisa terbentuk dan berfungsi dengan baik.

Di lokasi pengabdian system bank sampah diganti dengan shodaqoh sampah. Walaupun demikian mekanisme yang dilakukan adalah sama. Sistem shodaqoh sampah yang ada sudah lama terhenti sehingga pengabdian ini merupakan proses menghidupkan kembali sistem shodaqoh bank sampah tersebut termasuk dengan manajemen bank sampah yang harus ada.

Proses pelatihan sampah anorganik dilakukan dengan mendaur ulang sampah-sampah yang ada menjadi bunga, dompet dan piring. Dari proses tersebut, mitra mengemukakan bahwa tertarik dan kedepan meminta tindak lanjut dengan membuat barang yang beragam hingga branding.

Pengomposan berhasil dilakukan dengan baik dan berhasil membuat pupuk. Di lokasi sudah pernah dibuat lubang biopori, namun demikian tidak berfungsi dengan baik. Sehingga pada pengabdian tersebut selain memasang lubang biopori baru juga membersihkan lubang biopori yang lama. Tamanisasi berhasil dilakukan oleh tim dan masyarakat dengan membuat taman dengan jenis tanaman hias dan buah seperti pohon pepaya kecil.

Pelatihan pendidik lapangan dilakukan terhadap pemuda lapangan yang ada di lokasi pengabdian dengan tujuan menjadi trainer ketika green edupark terbentuk dan dibuka untuk umum. ToT ini berhasil dijalankan kepada pemuda masjid setempat.

KESIMPULAN

Pengembangan wilayah wisata hijau dapat dikembangkan tidak hanya dengan penyediaan infrastruktur tetapi juga perlu disiapkan perilaku sehat pada masyarakat di sekitar tempat wisata. Untuk mendukung hasil pembinaan yang telah dilakukan, perlu ada pendampingan yang terus menerus bekerja sama dengan berbagai pihak. Akselerasi program sangat diperlukan untuk dukungan melalui kerja sama yang lebih luas.

9 0 Pemanfaatan IPTEKS dalam Membangun Desa Mandiri dan Religius UCAPAN TERIMAKASIH

Kegiatan ini didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) melalui skema Program Iptek Bagi Masyarakat (IbM) tahun 2015/ 2016. Koordinasi pelaksanaan program dilakukan oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia.

REFERENSI

AdrianaTisca, I., Istrat, N., Dumitrescu, C. D., & Cornu, G. (2016). Management of Sustainable Development in Ecotourism. Case Study Romania. Procedia Economics and Finance, 39, 427-432.

Amir, A. F., Ghapar, A. A., Jamal, S. A., & Ahmad, K. N. (2015). Sustainable tourism development: A study on community resilience for rural tourism in Malaysia. Procedia-Social and

Behav-ioral Sciences, 168, 116-122.

Ciegis, R., Ramanauskiene, J., & Martinkus, B. (2015). The concept of sustainable development and its use for sustainability scenarios. Engineering Economics, 62(2).

Isroi, & Yuliarti, N. (2009). Kompos: Cara mudah, murah & cepat menghasilkan kompos, Yogyakarta: Lily Publisher.

Picard, D. (2015). Making ecotourism sustainable: refocusing on economic viability. Lessons learnt from the “Regional strategic action plan for coastal ecotourism development in the South Western Indian Ocean”. Journal of Sustainable Tourism, 23(6), 819-837.

Popescu, G. H. (2015). Sustainable Development and the Implementation of Citizen-Oriented Services. Journal of Self-Governance & Management Economics, 3(4).

Singh, V. (2015). Eco-Tourism as a Sutainable Alternative to Conventional Tourism. Journal of

Tour-ism & Hospitality, 2015.

Suryati, T. (2014). Bebas Sampah dari Rumah. Jakarta Selatan: PT Argo Media Pustaka.

Wintoko, B. (2014). Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Yuliarti, N. (2009). 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher. Penerbit Andi Offset.

Yogyakarta.