• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Produksi Jamur Tiram di Imogiri Bantul dan Galur Kulon Progo

Arief Abdillah Nurusman

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan ariefan2001@yahoo.com

Shantiana Tri Erawati

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Ahmad Dahlan shantiana_te@uad.ac.id

ABSTRAK

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur yang dapat dikonsumsi. Jamur Tiram memiliki rasa yang enak dengan kandungan gizi yang baik sehingga dapat dikonsumsi serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Di wilayah kabupaten Bantul dan Kulon Progo terdapat beberapa kelompok tani jamur, di antaranya adalah Kelompok Tani Jamur Sehat di Imogiri (mitra 1) dan Kelompok Tani Jamur Jaya Galur Kulon Progo (mitra 2). Kelompok Tani tersebut bergerak di bidang budi daya jamur tiram sejak 2012 dengan rata petani memiliki 1000 baglog dan panen jamur segar rata-rata mencapai 100-125 kg/1000 baglog. Produksi sebesar itu sebenarnya belum mampu memenuhi permintaan jamur tiram di wilayah Bantul dan Kulon Progo saja karena permintaan jamur segar yang terus meningkat. Untuk itu diupayakan peningkatan produksi baglog agar dapat memenuhi permintaan pasar jamur segar. Program diterapkan pada dua orang anggota dari masing-masing kelompok tani dengan memberikan pengetahuan tentang produksi baglog sehingga mitra mampu menghasilkan baglog dengan kualitas baik dan kuantitas yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para petani jamur di Bantul dan Kulon Progo.

Kata kunci: jamur tiram, baglog, Imogiri, Galur PENDAHULUAN

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur yang dapat dikonsumsi. Jamur ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun, tidak memerlukan lahan yang luas, cukup toleran terhadap lingkungan dan ramah lingkungan (tidak perlu obat-obatan dan pupuk kimia). Jamur ini cocok dibudidayakan di dataran rendah. Jamur Tiram memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, diantaranya dapat digunakan untuk terapi penyembuhan penyakit, seperti asma dan kanker (Handayani dan Cahyadi, 2008). Jamur tiram rendah kolesterol, rasanya enak dan teksturnya lembut mirip dengan daging ayam, serta memiliki kandungan gizi yang bermanfaat. Kandungan gizi dan asam amino jamur tiram disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih (Sumarmi, 2006)

Jamur juga terbukti ampuh untuk menghambat HIV-AIDS, kolesterol, gula darah dan juga kanker (Widodo, 2007). Berdasarkan manfaat jamur tiram tersebut dan juga rasanya yang enak, maka permintaan pasar akan jamur tiram ini semakin meningkat. Tingginya permintaan jamur belum diimbangi dengan peningkatan produksi jamur sehingga harganya cukup tinggi, dengan demikian budi daya jamur tiram akan sangat menguntungkan. Bentuk fisik jamur tiram putih diperlihatkan Gambar 1.

Gambar 1. Jamur Tiram Putih

Kabupaten Bantul dan Kulon Progo di DI Yogyakarta merupakan tempat yang cocok untuk budi daya jamur karena kelembapan udara cukup tinggi dan sumber air cukup. Secara umum iklim di kedua wilayah kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate). Di wilayah kabupaten Bantul dan Kulon Progo terdapat beberapa petani jamur tiram di antaranya yang tergabung dalam Kelompok Tani Jamur Sehat (Mitra 1) yang berlokasi di Pengkol, Imogiri, Bantul dan Kelompok Tani Jamur Jaya (Mitra 2) berlokasi di Banaran, Galur, Kulon Progo. Secara ringkas kondisi kedua mitra dapat disajikan pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 1. Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih (Sumarmi, 2006) No Per 100 gram Nilai

1 Kalori 367 kal 2 Protein 10,5-30,4 % 3 Karbohidrat 56,6 % 4 Lemak 1,7-2,2 % 5 Tianin 0,2 mg 6 Riboflavin 4,7-4,9 mg 7 Niasin 77,2 mg 8 Co (kalsium) 314 mg 9 K (kalium) 3,793 mg 10 P (posfor) 717 mg 11 Na (natrium) 837 mg 12 Fe (zat besi) 3,4-18,2 mg 13 Serat 7,5-87 %

Secara umum para petani yang tergabung dalam kedua mitra sudah memiliki persyaratan yang dibutuhkan untuk budi daya jamur tiram yaitu kumbung (rumah atau tempat memelihara baglog jamur) tetapi beberapa kumbung masih dibuat apa adanya dan tidak memenuhi kondisi ideal yang dibutuhkan untuk budi daya jamur tiram. Gambar 2 di bawah ini menunjukkan kumbung para petani tersebut.

Jamur segar dipasarkan ke pedagang-pedagang di pasar atau langsung ke pembeli. Permintaan jamur segar di berbagai pasar di Bantul dan Kulon Progo diberikan pada Tabel 3 di mana data diperoleh dari para petani jamur yang memasarkan langsung jamur ke pasar-pasar di sekitar Imogiri dan Galur.

Tabel 2. Kondisi Mitra saat ini Mitra 1 (Kelompok Tani Jamur Sehat, Imogiri, Bantul) Jumlah anggota: 6 orang Jumlah baglog rata-rata tiap petani: 1500 baglog Rata-rata produksi jamur per hari: ± 4 kg

Mitra 2 (Kelompok Tani Jamur Jaya, Galur, Kulonprogo) Jumlah anggota: 7 orang Jumlah baglog rata-rata tiap petani: 500 baglog Rata-rata produksi jamur per hari: ± 1,5 kg

Tabel 2. Kondisi Mitra saat ini

Jumlah kebutuhan per hari yang cukup besar saat ini belum bisa dipenuhi oleh para petani jamur padahal jumlah petani jamur di sekitar pasar-pasar tersebut cukup banyak jumlahnya. Selama ini berapa pun jumlah jamur segar yang dipasarkan selalu terserap habis bahkan para petani jamur tersebut mengeluh karena tidak bisa memenuhi permintaan para pembeli dikarenakan stok jamur mereka terbatas. Berdasarkan paparan di atas maka usaha budi daya jamur tiram sangat layak dikembangkan untuk menumbuhkan wirausahawan-wirausahawan baru yang secara ekonomis produktif dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan pasar akan jamur tiram.

METODE/APLIKASI

Berdasarkan pada permasalahan kedua mitra maka ada 4 solusi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut disertai dengan alasan yang dijelaskan pada bagian berikut ini.

Peningkatan Kemampuan Berbudi daya Jamur Tiram

Selama menjalankan budi daya jamur tiram, sebagian petani belum memiliki kemampuan yang memadai mengenai cara pemeliharaan dan perawatan jamur yang baik. Sebagian di antara mereka memulai budi daya jamur karena coba-coba setelah melihat keberhasilan petani lain sehingga mereka tidak membekali diri dengan pengetahuan tentang bagaimana cara berbudi daya jamur tiram. Hal ini menyebabkan hasil panen menjadi kurang maksimal baik dari sisi kuantitas maupun kualitas jamur tiram yang dihasilkan. Untuk mengatasinya maka kemampuan para petani dalam berbudi daya jamur tiram perlu ditingkatkan.

Peningkatan Wawasan Hama dan Penyakit Jamur Tiram dan Cara Mengatasinya

Budi daya jamur tiram relatif mudah dilakukan karena tidak perlu ada proses pemupukan atau perlakuan khusus untuk mengatasi hama dan penyakit seperti penyemprotan obat-obatan layaknya tanaman pertanian lainnya. Namun demikian hama, dan penyakit pada jamur perlu dicegah dan dikendalikan agar diperoleh hasil panen yang maksimal. Cara pencegahan dan pengendalian hama serta penyakit di kalangan petani perlu ditingkatkan mengingat jamur adalah komoditas pertanian organik yang harus dijaga dari penggunaan pupuk dan obat kimiawi supaya jamur aman dikonsumsi dan tetap menjadi sumber pangan organik dan sehat.

Tabel 3. Permintaan Jamur di Imogiri dan Galur serta sekitar No Nama pasar Rata-rata permintaan per hari (

1. Pasar Imogiri ± 150 kg per hari 2. Pasar Bantul ± 150 kg per hari 3. Pasar Galur ± 50 kg per hari 4. Pasar Wates ± 75 kg per hari

Peningkatan Kemampuan Produksi Baglog

Di antara anggota kelompok tani akan dipilih satu anggota yang dipandang mampu untuk dibekali dengan kemampuan memproduksi sendiri baglog jamur tiram sehingga dapat memenuhi kebutuhan baglog kelompok dan tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan baglog seperti yang terjadi selama ini. Dengan peralatan yang relatif sederhana dapat dihasilkan baglog sejumlah ± 2500 buah dalam seminggu. Dalam sebulan dapat diproduksi kurang lebih 10.000 baglog dan jumlah ini akan mencukupi kebutuhan petani. Jika produksi baglog lancar maka panen jamur juga dapat diatur sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Pascapanen

Pada saat terjadi kelebihan panen dan tidak semua jamur dapat dijual ke pasar maka dibutuhkan kemampuan untuk mengolah jamur menjadi produk lain yang lebih awet misalnya diolah menjadi berbagai masakan. Hal ini selain menghindari kerugian petani, juga akan meningkatkan harga jual jamur sehingga petani lebih untung. Saat ini ada berbagai jenis masakan terbuat dari jamur yang kaya gizi, rasanya enak, dan sehat seperti pepes jamur, sate jamur, keripik jamur, nugget jamur, dan lain-lain.

HASIL

A. Peningkatan Kemampuan Berbudidaya Jamur Tiram dan Peningkatan Kemampuan Produksi Baglog

Pelatihan diberikan dengan cara langsung praktik di lokasi masing-masing mitra. Pelatihan meliputi cara membuat media berupa campuran serbuk gergaji (grajen), dedak (bekatul), kapur dan air dengan komposisi yang pas. Setelah itu campuran media dimasukkan ke kantong plastik dan dipress dengan berat rata-rata tiap kantong adalah 1,4 kg. Kemudian pada bagian mulut kantong plastik diberi cincin sehingga terbentuk baglog. Baglog kemudian disumbat kapas dan dimasukkan ke dalam krat (tiap krat berisi 12 baglog) dan ditutup menggunakan tutup plastik untuk kemudian siap disterilisasi.

Gambar 3. Proses pembuatan baglog (kiri), media dalam kantong plastik (tengah), baglog siap disterilisasi (kanan)

A. Sterilisasi Baglog

Sebelum disterilisasi, krat berisi baglog disusun terlebih dulu di dalam bunker. Setelah itu pintu bunker ditutup rapat dan tungku dinyalakan. Bahan bakar tungku menggunakan kayu bakar. Nyala tungku harus dijaga agar stabil dan nyalanya cukup besar menggunakan blower serta air harus dijaga jangan sampai kering untukmenjaga ketersediaan uap panas. Proses sterilisasi baglog membutuhkan waktu 6-8 jam hingga baglog benar-benar steril. Kemudian api diperkecil dan bun-ker didiamkan hingga suhunya turun selama sehari (24 jam), baru kemudian bunbun-ker dibuka. Setelah suhu baglog mendingin baru krat-krat besi dikeluarkan dari dalam bunker dan siap untuk diberi bibit (diinokulasi).

B. Inokulasi Baglog

Proses selanjutnya adalah proses inokulasi atau pemberian bibit pada baglog. Proses ini memerlukan kehati-hatian dan kecermatan sehingga bibit akan dapat tumbuh dengan baik dalam baglog. Proses inokulasi dilakukan satu demi satu sehingga semua baglog diberi bibit.

Gambar 4. Susunan krat dalam bunker (kiri), proses sterilisasi hingga mencapai suhu 100oC (tengah, kanan)

C. Inkubasi

Gambar 6. Proses inkubasi di ruang gelap (kiri), baglog umur 5 hari setelah pemberian bibit, mulai terlihat benang-benang putih di sekeliling mulut baglog (kanan)

Setelah diberi bibit proses selanjutnya adalah proses inkubasi yaitu memeram bibit dalam suatu ruangan yang gelap dengan suhu ruang selama kurang lebih 15 hari sehingga bibit jamur dapat tumbuh dengan baik dalam baglog. Jika bibit berhasil tumbuh akan ditandai dengan munculnya benang-benang putih yang merambat dari mulut baglog hingga ke badan baglog. Jika perambatan ini sudah sampai di pertengahan baglog maka baglog siap dipindahkan ke kumbung untuk dipelihara hingga panen.

B. Peningkatan Wawasan Hama dan Penyakit Jamur Tiram dan Cara Mengatasinya

Program dilaksanakan dengan mengadakan pelatihan yang dilaksanakan pada 27 September 2016 dengan mengundang pembicara dari Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta. Adapun peserta pelatihan adalah para petani yang tergabung dalam kelompok tani kedua Mitra.

Gambar 7. Pelatihan tentang hama dan penyakit jamur tiram Gambar 6. Proses inkubasi di ruang gelap (kiri), baglog umur 5 hari

setelah pemberian bibit, mulai terlihat benang-benang putih di sekeliling mulut baglog (kanan)

PEMBAHASAN

Program telah dilaksanakan selama kurun waktu Juni – September 2016, dengan memberi pelatihan, praktek, pendampingan, dan membantu pemasaran hasil produksi. Untuk memperlancar produksi baglog telah diberikan pula bantuan satu set alat yang terdiri dari: boiler, mesin press, blower, dan termometer kepada masing-masing mitra. Dalam waktu kurang lebih empat bulan, mitra telah berhasil memproduksi baglog dengan kualitas yang baik. Selama pendampingan beberapa kali terjadi kesalahan dalam proses produksi baglog, misalnya sterilisasi baglog belum bisa mencapai suhu 100oC, baglog yang terkena kontaminasi dan hama, hingga kesulitan bahan baku berupa serbuk gergaji. Namun semua permasalahan akhirnya dapat diselesaikan dengan mengintensifkan pendampingan dan pemantauan proses produksi yang diperketat.

Dalam bulan Agustus-September mitra sudah berhasil memproduksi dan memasarkan baglog kepada para petani jamur di sekitar Kulon Progo dan Bantul. Selama waktu dua bulan tersebut rata-rata telah dipasarkan sejumlah 7000 baglog oleh masing-masing mitra dengan produksi 3000-4000 baglog per bulan. Selanjutnya pemasaran jamur akan dilakukan melalui sebuah koperasi yang bergerak dalam bidang produksi jamur di mana kedua mitra telah bergabung. Koperasi produksi ini baru berdiri pada November 2015 dan memiliki kurang lebih 40 orang di mana selama ini pasokan baglog ke anggota koperasi masih sangat kurang. Dengan keberadaan koperasi ini diharapkan produksi baglog kedua mitra dapat terjamin keberlangsungannya dan terjamin pasarnya.

DAMPAK

Target program IbM ini adalah mitra mampu memproduksi baglog jamur tiram dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang mampu memenuhi kebutuhan para petani jamur di daerah sekitar lokasi mitra. Kebutuhan akan jamur tiram yang tinggi akan memberikan pendapatan yang cukup signifikan dalam mengangkat taraf perekonomian para petani jamur. Selain itu, cara budi daya jamur yang alami tanpa penggunaan bahan kimia akan menyediakan bahan pangan sehat. Dengan demikian program ini juga memberikan kontribusi pada ketersediaan bahan pangan alternatif yang sehat, lezat, dan bergizi serta murah bagi masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas dana yang diberikan untuk pelaksanaan program ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan atas kemudahan dan bantuan dalam mengorganisir pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat, kedua mitra: Kelompok Tani Jamur Sehat dan Jamur Jaya, koperasi Jamur Merekah, dan segenap pihak yang telah membantu terlaksananya program ini.

Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melalui Diversifikasi