1. Kajian teori tentang multiple intelligence a. Pengertian Multiple Intelligence
Multiple Intelligence adalah suatu istilah yang diciptakan oleh Howard Gardner. Meskipun istilah ini telah lahir sejak tahun 1970-an, tetapi pada tahun 1983 melalui bukunya Frames Of Mind, Howard Gardner bersungguh-sungguh memunculkan Theory of Multiple Intelligences yang memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia.
Gardner menyatakan bahwa “An intelligence is the ability to solve problems, or to create products, that are valued within one or more cultura settings”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah, membuat karya atau produk, yang merupakan konsekuensi dalam satu keadaan budaya atau masyarakat tertentu. Kecerdasan yang dimiliki manusia dapat dikembangkan terus menerus hingga dapat menjadikan manusia-manusia yang unggul.17 Menurut Gardner, kecerdasan seseorang tidak hanya diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal, yakni kebiasaan menyelesaikan masalah (Problem Solving) secara mandiri dan krativitas (Creativity) yang menciptakan produk yang memiliki nilai budaya. Tanpa disadari,
17 Nilta Nur Af’idah dan Mohammad Kholil, Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences di SD Hidayatul Murid Full Day Ampel Wuluhan Jember, Akselarasi:
Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 2 No.2 (2021), 104.
orangtua dan guru justru membunuh sumber kecerdasan tersebut, yakni problem solving dan creativity.18 Beberapa orang menerjemahkan istilah Multiple Intelligence (MI) sebagai kecerdasan ganda, kecerdasan jamak, dan kecerdasan majemuk.
Kecerdasan itu berkembang dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum ditemukan Gardner dan para ahli lainnya. Kecerdasan Multiple Intelligence ini lebih menitikberatkan pada proses untuk mencapai akhir terbaik. Multiple Intelligence memiliki metode discovery ability, yang diartikan sebagai proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki jenis kecerdasan tertentu. Dalam metode Multiple Intelligence menyarankan kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengubur kelemahan kita. Dalam proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan anak, dalam menemukan kecerdasan anak harus ada bantuan dukungan dari lingkungan, orangtua, guru, sekolah, maupun system pendidikan yang diimplementasikan suatu Negara.19
Thomas Amstrong menjelaskan bahwa teori Multiple Intelligence memperluas potensi manusia diluar batas-batas nilai IQ, dalam mengembangkan teori Multiple Intelligence harus berhati-hati agar tidak menggunakan istilah kecerdasan hanya dapat diukur melalui IQ. Ketika menggambarkan perbedaan individual semua orang
18 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, Cetakan XII,2013), 132
19 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia (Bandung: Kaifa, 2015), 67-70
memiliki kecerdasan. Kemungkinan seseorang yang dianggap memiliki kecerdasan lemah dapat berubah menjadi kuat setelah diberi kesempatan untuk berkembang. Titik kunci Multiple Intelligence yakni kebanyakan orang dapat mengembangkan kecerdasan ketingkat yang relative dapat dikuasainya.20
Teori Multiple Intelligence adalah validasi tertinggi, gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Penggunaan dalam pendidikan sangat bergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap berbagai cara siswa belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar. Teori Multiple Intelligence bukan hanya mengakui perbedaan individual untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar bahkan menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan langkah besar menuju suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudayakan.21
b. Macam-macam Multiple Intelligence
Dalam teori Multiple Intelligence ini Gardner membagi delapan kategori kecerdasan, yaitu:
20Thomas Amstrong, Multiple Intelligences in the Classroom (Virginia: ASCD, 2017), 27.
21 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligence (Bandung: Nusa Cendikia, 2012), 5-7.
1) Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbsl-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan bisa memahami orang lain. Kecerdasan ini sering disebut dengan word smart, yang memiliki arti singkat yakni pandai berkata-kata.22 Pemahaman terhadap fonologi, sintaks, dan semantic bahasa, dan penggunaan pragmatisnya untuk meyakinkan orang lain dengan tindakan, membantu orang untuk meningkatkan informasi, menjelaskan atau mengkomunikasikan pengetahuan, atau merenungkan bahasa itu sendiri. Contohnya mencakup pendongeng, orator, penyair, editor, dan novelis.23
2) Kecerdasan Logis-Matematik
Kecerdasan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dalam rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan.
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan manipulasi objek atau symbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur.24 Proses yang digunakan dalam kecerdasan logis-matematik ini antara lain: kategorisasi, klasifikasi,
22 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2012), 14.
23 Thomas Amstrong, Kecerdasan Jamak dalam Membaca dan Menulis: Membuat kata-kata Menjadi Lebih Hidup dari judul asli Original Title: The Multiple Intelligences of Reading and Writing diterjemahkan oleh Dyah Widya Prabaningrum, (Jakarta: Indeks, 2014), 14.
24 Muhammad Yaum, Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: Kencana, 2016), 14.
pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian hipotesis.
Banyak orang salah mengerti mengenai kecerdasan ini, kebanyakan orang berfikir bahwa kecerdasan logis-matematik semata-mata hanya berhubungan dengan kemampuan berhitung.
Menurut Gardner, kecerdasan ini sebenarnya memiliki beberapa kemampuan berfikir logis, kemampuan memecahkan masalah, pola pikir deduksi dan induksi, dan kemampuan mengenali pola dan hubungan.
3) Kecerdasan Spasial-Visual
Kecerdasan Spasial-Visual berkaitan dengan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya kedalam bentuk lainnya seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, dan patung.25 Kecerdasan spasial-visual memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia.
Hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya memerlukan sentuhan kecerdasan ini. Guru dapat merangsang kecerdasan spasial-visual dengan beberapa hal seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastition, menyusun potongan puzzle, dan lain sebagainya. Guru perlu menyediakan berbagai media yang memungkinkan anak untuk mengembangkan daya imajinasi mereka.
25 Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Sejak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 49.
Menurut Howard Gardner (1993), kecerdasan spasial-visual memiliki lokasi dalam otak belakang bagian kanan. Kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan imajinasi seseorang.26
4) Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musical berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi, menyediakan, mengubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, melodi, dan nada suara.27
Kecerdasan musical mencakup kemampuan meniru suara atau bunyi-bunyi dengan baik atau bahkan sekedar sebagai penikmat music, kecerdasan musical bisa diingat dengan latihan, misalnya dengan mendengarkan dan merespon bunyi, menikmati bunyi-bunyian dari suara alam dan mempelajarinya, mengembangkan kemampuan memainkan instrument music, dan mengembangkan minat untuk berkarir dibidang music.
Banyak penelitian membuktikan bahwa janin menunjukkan reaksi tertentu jika diberikan atau diperdengarkan music. Ibu yang sedang hamil merasakan gerakan janin yang semakin cepat atau justru lebih santai. Sementara itu, banyak juga yang berpendapat
26 Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Sejak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 49.
27 Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Sejak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 52.
bahwa music klasik yang diperdengarkan pada seorang Ibu hamil dan janinnya dapat meningkatkan kecerdasan anak.28
5) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain, mengerti kondisi fikiran atau suasana hati yang berbeda, sikap atau tempramen, motivasi, dan kepribadian. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasikan sekelompok orang menuju tujuan bersama, kemampuan berteman atau menjalin kontak.29 Hal ini bisa dikembangkan dengan cara berlatih secara terus menerus melalui kegiatan bermain peran dengan teman atau kelompoknya.
Kecerdasan interpersonal yang berhasil dikembangkan dengan baik akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya.
6) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan untuk memahami diri sendiri, untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya”. Untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Akan mudah dijawab dengan kemampuan seseorang menyelami dirinya sendiri, mengobservasi, bahkan secara sadar bergaul dengan batinnya sendiri sampai seseorang itu menemukan
28 Sri Widayati, Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak (Jogjakarta: Luna Publisher, 2008), 166.
29 Tadkirotun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 54.
siapa dirinya sesungguhnya. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya bisa menyadari kondisi emosionalnya, mampu menemukan jalan keluar untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya, bisa mengembangankan model diri yang akurat, termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya, sanggup membangun dan hidup dengan satu nilai etik (agama) dan lain sebagainya.30
Kecerdasan intrapersonal harus disertai pula dengan kecerdasan interpersonal. Pasalnya jika seseorang hanya memiliki kecerdasan intrapersonal terlalu menonjol akan terkesan egois, agak sulit bekerja sama dengan orang lain, selalu ingin dipahami bukan memahami. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Howard Gardner, kecerdasan interpersonal dan intrapersonal harus dipandang sebagai sifat-sifat yang perlu dikembangkan dan perlu untuk diseimbangkan.31
7) Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
30 Sri Widayati, Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak (Jogjakarta: Luna Publisher, 2008), 181.
31 Sri Widayati, Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak (Jogjakarta: Luna Publisher, 2008), 181.
keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan menerima rangsangan, sentuhan, dan tekstur.32
Kecerdasan kinestetik tidak hanya meliputi gerakan tubuh semata, melainkan juga meliputi kemampuan untuk menggabungkan fisik dan pikiran untuk menyempurnakan suatu gerakan. Kecerdasan kinestetik dilatih dengan memulai mempelajari dan mengendalikan tubuh mengikuti gerakan yang sederhana. Semakin lama gerakan tubuh akan semakin rumit dengan mengikuti tempo yang sesuai dengan kecepatan tinggi.
8) Kecerdasan Naturalis
Howard Gardner menambahkan kecerdasan naturalis ini ke dalam daftar multiple intelligences pada tahun 1995. Awalnya Gardner memasukkan kecerdasan naturalis sebagai bagian dari kecerdasan logis-matematik dan kecerdasan visual-spasial. Tetapi setelah mengamati lebih mendalam dan dengan menggunakan kriteria yang telah ia tetapkan, pada akhirnya Gardner memisahkan kecerdasan ini sebagai satu kecerdasan yang berdiri sendiri.
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan, mengamati pola alamiah dan memahami system pada makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini sangat dibutuhkan untuk berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi.
32 Tadkiroun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Usia Dini), (Jakarta: PT.Grasindo, 2008), 50.
c. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences
Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah strategi pembelajaran multiple inteliigences: a) Proses transfer ilmu dua arah, guru mengajar atau memberikan presentasi dan proses kedua, siswa belajar atau siswa beraktivitas. b) Menggunakan modalitas belajar yang tertinggi, yakni visual, auditory, dan kinestetik. c) Mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. d) Menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dengan melibatkan emosinya, hindari pemberian materi secara hambar dan membosankan.
e) Pembelajaran dengan melibatkan partisipasi aktif siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung disarankan oleh orang lain.33
Jadi, langkah-langkah strategi pembelajaran multiple intelligences melalui proses transfer ilmu dua arah, menggunakan modalitas yang tinggi, mengingatkan dan menyampaikan materi yang diajarkan, dan pembelajaran melibatkan partisipasi siswa.
d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence Kelebihan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence
1) Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa. Siswa digali kreativitasnya agar mereka dapat mempelajari pelajaran
33Munif Chatib, Gurunya Manusia, 99-102.
sesuai dengan talenta yang ada pada mereka, misalnya melalui lagu, pantun, puisi, drama, dan lain sebagainya.
2) Melalui strategi pembelajaran multiple intelligence siswa belajar untuk lebih bisa menggali potensi yang ada pada dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Selain itu siswa juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, misalnya siswa yang biasanya dianggap tidak pandai karena selalu mendapat nilai buruj dalam pelajaran ternyata mampu membut puisi dan mengubah syair lagu dengan konsep-konsep yang ada pada pelajaran tersebut dengan sangat indah.
3) Strategi pembelajaran multiple intelligence ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh interaksi antara siswa dengan siswa, sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Tanya jawab antar siswa berjalan dengan sangat baik dan setiap penilain yang diberikan oleh guru maupun siswa hanya mampu memacu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi.
4) Melalui penerapan strategi pembelajaran multiple intelligence dalam pembelajaran sekolah diharapkan siswa dapat melihat
kenyataan bahwa mereka itu “unik”. Tuhan menciptakan jutaan bahkan milyaran manusia dengan keunikannya masing-masing.
Mereka juga dapat melihat bahwa Tuhan sudah menyediakan laboratorium terbesar bagi mereka berupa alam semesta sehingga dengan kesadaran seperti ini maka kecerdasan spiritual mereka juga akan ikut tergali. Oleh karena itu, secara keseluruhan metode ini mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi siswa pada pelajaran. Indikator terakhir yang diharapkan tentu saja dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelulusan pada mata pelajaran yang ada pada umumnya.34
Kekurangan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences 1) Sedikitnya waktu pembelajaran yang tersedia, sedangkan materi
yang harus diajarkan sangat banyak
2) Penerapan strategi pembelajaran multiple intelligence dalam proses pembelajaran fiqih misalnya, akan membuat siswa tidak hanya duduk mendengarkan ceramah dari gurunya saja. Siswa diberi kebebasan untuk mencari tempat dimana mereka akan belajar. Jadi, proses belajar mengajar tidak selalu dilakukan di dalam kelas tetapi bisa di Musholla sekolah. Ketika siswa berada di Musholla untuk mempraktikkan sesuatu, hal tersebut bisa saja memancing perhatian
34 Amir Hamzah, “Penerapan Teori Multiplei Intelligence dalam Pembelajaran Fisika”, diakses dari ejournal.stainpamekasan.ac.id, tanggal 2 Maret 2016.
atau keingintahuan siswa yang sedang belajar di kelas lain sehingga para guru yang lain bisa saja akan merasa terganggu.
3) Penerapan strategi pembelajaran multiple intelligence dlaam ruang kelas juga memungkinkan terjadinya diskusi hangat dalam kelas.
Terkadang siswa akan berteriak ataupun bertepuk tangan untuk mengekspresikan kegembiraanya ketika mereka mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini juga dapat mengganggu konsentrasi guru dan siswa yang berada di kelas lain.
4) Adanya keengganan dari pada guru untuk mengubah pradigma lama dalam pendidikan. Kebanyakan guru sudah merasa nyaman dengan metode ceramah sehingga mereka enggan untuk mencoba hal-hal yang baru karena dianggap merepotkan.35
2. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Dalam proses pembelajaran dibutuhkan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Karena menurut Dave Meier, belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan.36 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada keaktifan siswa dalam belajar.
35 Amir Hamzah, “Penerapan Teori Multiplei Intelligence dalam Pembelajaran Fisika”, diakses dari ejournal.stainpamekasan.ac.id, tanggal 2 Maret 2016.
36 Martinis Yamin, Kiat Pembelajaran Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), 75.
Anak adalah makhluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dioaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif serta mengalaminya sendiri. Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus dating dari siswa sendiri.37
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “aktif adalah giat (bekerja, berusaha). Sedangkan “Keaktifan adalah kegiatan”.38 Pada penelitian ini aktif yang dimaksud adalah keaktifan belajar siswa.
keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Aktif yang dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, menjawab, mengemukakan gagasan atau pendapatnya serta mampu memberikan kesimpulan.
Sebagai primus motor (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perlahan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.39
37 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), 73.
38 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), 23.
39 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), 76.
b. Konsep dari pembelajaran aktif
Adapun konsep dari pembelajaran aktif adalah:
1) Dipandang dari sisi proses pembelajaran, yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, keaktifan dari segi fisik, mental, emosional, dan intelektual.
2) Dipandang dari segi hasil belajar, yaitu tidak hanya membentuk siswa yang cerdas, tetapi diimbangi oleh sikap dan keterampilan siswa. seperti kemampuan menemukan, menganalisis, mencari data, dan sebagainya.40
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Keaktifan Belajar Keberhasilan penerapan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya:
1) Kemampuan guru
Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk mengajarkan siswa.
2) Sikap Profesional Guru
Sikap professional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang professional akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal,
40 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Preneda Media Group, 2008), 137.
oleh karena itu ia akan selalu menambah wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.
3) Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Mengajar Guru
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru sangat berpengaruh terhadap implementasi proses pembelajaran siswa aktif.
4) Ruang Kelas
Ruang kelas yang sempit akan mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Selain itu penataan tempat duduk siswa juga harus diperhatikan.
5) Media dan Sumber Belajar
Dalam pembelajaran aktif siswa yang menggunakan media akan memudahkannya dalam mendapatkan atau menerima berbagai informasi secara mandiri.
6) Lingkungan Belajar
Ada dua hal yang masuk ke dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah misalnya banyaknya jumlah kelas, perpustakaan dan sebagainya. Selain itu adalah lingkungan psikologi meliputi iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah misalnya keharmonisan hubungan antar masyarakat sekolah.41
41 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Preneda Media Group, 2008), 143-146.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa diatas, maka guru harus benar-benar menyiapkan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan lancer.
Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran dengan sendirinya keaktifan belajar siswa akan meningkat.
3. Pembelajaran Fiqih
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Menutut bahasa Fiqh berasal dari kata faqiha – yafqahu – fiqhan yang memiliki arti “mengerti atau faham”. Dari sinilah dicari perkataan fiqih yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syar’i yang begitu dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw.
Jadi ilmu fiqih merupakan ilmu yang mempelajari syar’i yang bersifat amaliah (perbuatan) yang dihasilkan dari dalil-dalil hukum yang rinci dari ilmu tersebut.42
Pembelajaran mata pelajaran fiqih pada Madrasah Ibtidaiyah merupakan suatu bentuk dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang kaidah-kaidah fiqih yakni fiqih ibadah pembelajaran tentang rukun iman, rukun islam, dan terkait dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang halal dan haram, hukum yang terkandung dalam islam, hukum jual beli, dan pinjam meminjam.
Tetapi jika diperhatikan dari isinya, pembelajaran fiqih di madrasah untuk menjalankan hukum atau syariat islam sesuai ketentuan syariah
42 Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, Cet. 1, (Bandung: C.V Pustaka Setia, 2007), 11.
untuk terwujudnya keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, sesama individu lain, makhluk lainnya serta lingkungannya.43
b. Tujuan Mempelajari Fiqih
Pembelajaran fiqih diharapkan bisa menciptakan individu yang selalu patuh kepada Allah SWT dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan hukum islam dalam pelaksanaannya sehingga menjadi muslim yang selalu patuh menjalankan syariat Islam secara sempurna. Tujuan mempelajari ilmu fiqih yakni menerapkan hukum-hukum syara’ dalam setiap tingkah laku dan perkataan. Oleh karena itu maka untuk menentukan dan mendasari segala keputusan yang menjadi dasar sara’ untuk mengambil fatwa setiap mukallaf harus dilandaskan dengan ketentuan-ketentuan fiqih.44
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih MI
1) Fiqih Ibadah, yang berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun islam yang baik dan benar seperti;
tata cara thaharah, shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji.
2) Fiqih Muamalah, yang berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
43 Amir Syarifudin, Ushul Fiqih (Ciputat: Wahana Ilmu, 2007), 2.
44 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 75-76.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas V yaitu:
Semester satu terdiri dari BAB I : Zakat Fitrah, BAB II : Infaq, BAB III : Sedekah, BAB IV : Ketentuan Zakat Fitrah, Infaq, dan Sedekah.45
45 Markaban, Buku Siswa Fikih Kelas V, (Kementerian Agama Republik Indonesia : Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam), Cetakan Ke-1, 2020, vi.
37
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian bisa dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey, dan naturalistik.46
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif (Qualitative Reasech). Pendekatan ini merupakan salah satu proses pengumpulan data mengenai pelaksanaan penggunaan pembelajaran berbasis multiple intelligence untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali. Penelitian kualitatif sendiri dipakai oleh peneliti untuk menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna.47
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara guru dan peneliti. Menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam bukunya Mansur Muslich yang berjudul
“Melaksanakan PTK itu mudah”, Penelitian Tindakan Kelas ialah studi yang dilaksanakan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.48
46 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2017), 3
47 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2015), 12.
48 Mansur Muslich, Melaksanakan PTK itu mudah, (Jakarta: Bumi Angkasa, 2009), 8.