SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh:
NENI HERAWATI NIM: T20184010
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN DESEMBER 2022
ii
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh:
NENI HERAWATI NIM: T20184010
Dosen Pembimbing:
Dr. Subakri, M. Pd. I
iii
SKRIPSI
Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Faultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Hari : Jum’at
Tanggal : 30 Desember 2022
Tim penguji
Ketua Sekretaris
Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag NIP. 197508082003122003
Mohammad Kholil, M.Pd.
NIP. 198606132015031005
Anggota :
1. Dr. H. Mashudi, M. Pd. ( )
2. Dr. Subakri, M.Pd.I
( )
Menyetujui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 196405111999032001
iv
Artinya: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba - hamba kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”(QS. Al-Kahfi:65)
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Cordoba Special For Muslimah (PT Cordoba Internasional Indonesia, 2016)
v
persembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang terkasih, orang- orang yang memberikan saya pengalaman tentang makna kehidupan serta kedewasaan dalam meniti lika -liku kehidupan yang penuh misteri agar menjadi lebih baik dan berarti.
1. Untuk kedua orang tua saya, yang selalu memanjatkan segala do’a untuk putri bungsunya, semangat yang tidak pernah lepas untuk putri bungsunya yang telah diberikan hingga saat yang ditung gu- tunggu sejak 4 tahun lalu akhirnya telah tiba, kasih sayang yang tidak pernah putus sehingga saya bisa menyelesaikan studi S1 saya.
2. Untuk kakak saya Trisna Melia Dewi yang selalu memberikan saran kepada saya dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
vi
yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafa’atnya di Yaumil Akhir nanti.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddi Jember dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Dalam penyususnan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terseleseikan atas bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu.
Penulis menyampaikan termakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi maupun doringan materil. Ucapan terimkasih khusus penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE.,MM selaku Rektor Universitas KH. Achmad Siddi Jember yang memberikan fasilitas memadai selama kami menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Muknia’ah, M.Pd.I., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN KH. Achmad Siddiq Jember yang telah mengijinkan peneliti mengadakan penelitian ini.
vii
4. Bapak Dr. Hartono, M.Pd.I selaku koordinator Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (FTIK) UIN KH. Achmad Siddiq Jember yang meluangkan waktunya untuk menyetujui judul skripsi dan memotivasi kepada peneliti dalam proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik- baiknya.
5. Bapak Dr. Subakri, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing yang selalu meberikan ilmu, arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh kesabaran.
6. Bapak H. Kasri, S. Pd.I, M. Pd., selaku kepala sekolah MIN 1 Jembrana Bali yang telah bersedia memberi tempat bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Bapak Imam Asdiqi, S. Pd, selaku guru pengampu mata pelajaran fiqih yang telah bersedia membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Para segenap Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Jembrana yang sudah membantu dalam melengkapi dan menggali data untuk pembuatan skripsi saya.
9. Sahabat seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah D1 angkatan 2018 yang selalu memberikan semangat selama perkuliahan dari awal masuk hingga saat ini. Terimakasih atas motivasi, dan kebersamaannya selama perkuliahan ini yang tidak akan pernah terlupakan.
viii
Jember, 8 Desember 2022
Penulis
ix
Bisa dikatakan bahwa manusia adalah makhluk paedagogik yakni makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat di didik dan dapat mendidik, Sebagai pengajar pendidik dituntut senantiasa mengembangkan cara mengajarnya yang membuat peserta didik tertarik dan berminat untuk mempelajari pelajaran yang diberikan. Dengan demikian, pendidik menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran, Pendidik juga mempunyai andil yang cukup besar untuk meningkatkan minat peserta didik supaya peserta didik ketika mengikuti pelajaran yang diampu oleh seorang pendidik. Khususnya mata pelajaran fiqih guru harus memperhatikan strategi yang baik untuk mengajar di dalam kelas, dan salah satu strategi yang biasa digunakan adalah pembelajaran berbasis Multiple Intellingences, dimana pembelajaran berbasis multiple intelligence ini jika .diterapkan dengan baik dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Fokus penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligence untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali. (2) Bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih berbasis multiple intelligence pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligence untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali.
(2) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih berbasis multiple intelligence pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dalam Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui beberapa siklus, pada tiap siklus yang dilakukan akan dianalisis hasil penelitian yang telah dilakukan untuk kemudian diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya sampai tujuan dari penelitian yang direncanakan tercapai.
Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) dalam penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligence telah dilaksanakan beberapa tahapan yakni melalui persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. (2) pada saat observasi awal ke siklus I mengalami kenaikan rerata sebesar 25,7%, kemudian rerata dari siklus I (51,06%) ke siklus II menjadi (55,50%), jadi kenaikan dari siklus I ke siklus II sebesar 4,44%. Dari siklus II (55,50%) ke siklus III menjadi (82,99%), jadi mengalami kenaikan sebesar 27,49%. Dapat dilihat bahwa data tersebut menunjukkan ada pengaruh yang di dapat dalam menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligence pada mata pelajaran fiqih kelas VB MIN 1 Jembrana Bali.
x
PENGESAHAN ... iii
MOTTO... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
1. Secara Teoritis ... 9
2. Secara Praktis ... 9
E. Definisi Istilah ... 10
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12
A. Penelitian Terdahulu ... 12
B. Kajian Teori ... 18
xi
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 37
B. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian ... 40
C. Prosedur Penelitian ... 40
D. Pelaksanaan Siklus Penelitian ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ... 46
F. InstrumenPenelitian... 48
G. Analisis Data ... 51
H. Keabsahan Data ... 51
I. Jadwal Penelitian ... 52
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 53
A. Gambaran Obyek Penelitian ... 53
B. Hasil Penelitian ... 59
C. Pembahasan Temuan ... 84
BAB V PENUTUP... 95
A. Kesimpulan... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN
xii
3.1 Tabel Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 49
3.2 Tabel Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 49
3.3 Tabel Jadwal Penelitian ... 52
4.1 Tabel Daftar Nama Tenaga Pengajar ... 58
4.2 Tabel Pembagian Kelompok ... 63
4.3 Tabel Jumlah Prosentase Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 65
4.4 Tabel Jumlah Prosentase Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 75
4.5 Tabel Jumlah Prosentase Keaktifan Belajar Siswa Siklus III ... 82
4.6 Tabel Data Awal Observasi ... 85
4.7 Tabel Presentase Keaktifan Belajar Siswa Tiap Siklus... 86
4.8 Tabel Nilai Keaktifan Belajar Siswa ... 92
xiii
4. 1 Gambar Diagram Batang Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 65 4.2 Gambar Diagram Batang Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 75 4.3 Gambar Diagram Batang Keaktifan Belajar Siswa Siklus III ... 83 4.4 Gambar Diagram Garis Peningkatan Aspek Keaktifan Belajar
di Setiap Siklus ... 86 4.5 Gambar Diagram Batang Perbandingan Antara Aspek Keaktifan
Belajar Pada Tiap Siklus ... 87 4.6 Gambar Diagram Garis Kenaikan Persentase Dari Awal ke Tiap
Siklus ... 88
xiv 1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Surat Permohonan Izin Penelitian 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian 4. RPP
5. Soal LKPD
6. Lembar Observasi
7. Foto Kegiatan Pembelajaran 8. Denah MIN 1 Jembrana 9. Biodata Penulis
1
Setiap manusia sudah dilahirkan dengan berbagai macam bakat, karakteristik, dan juga kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan menjadi hal yang disoroti dari setiap anak, karena dapat dinilai sebagai arah untuk masa depannya. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, intelegensi atau kecerdasan adalah hasil atau pembiasaan yang tepat dan cepat, baik secara mental maupum fisik, berkenaan dengan pengalaman baru, membuat keahlian dan wawasan yang ada telah siap untuk digunakan apabila menghadapi kenyataan atau situasi baru.
Harus kita ketahui bahwa setiap individu mempunyai aneka ragam kecerdasan, sama halnya yang dikatakan oleh Howard Gardner bahwa setiap manusia paling tidak mempunyai delapan kecerdasan yakni: linguistik, logika- matematik, intrapersonal, interpersonal, musical, naturalis, visual-spasial, dan kinestetik,1 hanya saja tiap-tiap anak mempunyai kecerdasan ini dengan ukuran perkembangan yang tidak sama. Menurut Gardner memaknai bahwa kecerdasan bukanlah suatu yang bersifat tetap. Kecerdasan akan lebih tepat dikatakan jika digambarkan sebagai salah satu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang bisa ditumbuhkan dan dikembangkan. Pada saat ini kebanyakan guru dan orang tua serta masyarakat condong hanya menghargai
1 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategi: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama: 2003), 222.
setiap orang yang memiliki keahlian dalam kemampuan logika-matematika dan bahasa saja.2
Kondisi tersebut tentu saja bertolak belakang dengan konsep kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner dan tidak sejalan dengan pendapat Binet yang menyatakan bahwa kecerdasan itu bisa diukur secara subjektif dan dinyatakan dalam suatu angka konstan yakni nilai IQ dan kecerdasan dilihat hanya dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang tanpa mengamati kemampuan kecerdasan lainnya. Kecerdasan selama ini sering diartikan sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat, semakin cerdas seseorang maka semakin cepat ia memahami suatu permasalahan dan semakin cepat juga mengambil keputusan. Pada bagian ini, kecerdasan hanya dipahami sebagai kemampuan intelektual yang lebih menekankan kecerdasan logika-matematika dan kecerdasan bahasa dalam memecahkan suatu permasalahan. Kecerdasan setiap individu sering diukur melalui tes IQ dan kecerdasan hanya dilihat dari kemampuan seseorang dalam menjawab soal-soal yang merupakan tes standar di dalam suatu ruangan.3
Sekalipun tes tersebut bisa diandalkan, tetapi realita yang sebenarnya hanya dapat mengukur kecerdasan secara sempit. Meskipun tes standar yang difokuskan pada kecerdasan intelektual tersebut bisa memberikan skor yang tinggi dan keberhasilan di sekolah, tetapi belum tentu bisa memperkirakan
2 Paul Suparno, Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah (Yogyakarta:
Kanisius Yogyakarta, 2007), 120.
3 Hohhman, Education Young Childre: Active Learning Practices for Preschool and Child Care Programs (USA: high Scope Press, 2005), 50.
seseorang berhasil dalam kehidupan nyata setelah mereka dewasa. Karena pada hakikatnya keberhasilan di dunia nyata tidak hanya mengandalkan kecerdasan akademis saja, melainkan membutuhkan kecakapan dan kecerdasan seseorang dalam mengaplikasikan kecerdasan majemuknya dalam kehidupan sehari-hari dalam menggapai kesuksesan dalam hidupnya.4
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 12 ayat (1) b dikemukakan bahwa “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya”5. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik berhak atas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing. Howard Gardner juga berpendapat bahwa terdapat berbagai macam kecerdasan yang peserta didik miliki atau biasa disebut multiple intelligence atau kecerdasan majemuk. Dan masing- masing siswa memiliki kapasitas dan potensi yang berbeda dalam setiap kecerdasan.
Tujuan pembelajaran harus mencakup tiga ranah perubahan, yang mana ketiga ranah tersebut meliputi, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Agar pembelajaran efektif dan efisien, semua unsur-unsur pembelajaran yang ada harus berjalan sebagaimana fungsinya. Akan tetapi ada unsur-unsur pembelajaran yang berjalan efektif, sehingga berdampak pada
4 Thomas R. Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligences (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), 9-10.
5 Aina Mulyana, “Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional,” 02 Juni 2018, https://ainamulyana.blogsot.com/2018/06/undang-undang-uu- nomor-20-tahun-2003.html
system pembelajaran dan hasil belajar kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Setiap manusia secara kodrati memang sudah dikaruniai tiga potensi, yakni ada kognisi (akal), afeksi (indra), hati (nurani)6. Hal ini diperjelas dalam Al-Qur’an surat an-Nahl [16] ayat 78,
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia (Allah) memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.7
Maka ketiga komponen tersebutlah yang akan mempengaruhi perilaku manusia (psikomotorik). Maka di dalam dunia pendidikan, ketiga potensi tersebut harus dikembangkan secara seimbang. Apabila salah satu dari ketiga potensi tersebut tidak seimbang, maka seseorang akan bertumbuh dan berkembang secara tidak optimal.
Howard Gardner berpendapat bahwa kecerdasan adalah kemampuan menyelesaikan persoalan atau keterampilan berkarya mewujudkan sesuatu yang bernilai bagi lingkungan budaya dan sosial. Peserta didik diyakini memiliki kecerdasan dalam tingkat yang berbeda satu sama lainnya dalam upaya pemecahan persoalan pada pembelajaran. Kecerdasan majemuk
6 Anisa Dwi Makrufi, Model Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multiple Intelligences Perspektif Munif Chatib, Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Vol. 5 No. 1 (2017), 41-42.
7 Muhammad Andri Setiawan dan Karyono Ibnu Ahmad, Keterampilan Komunikasi Konseling Qur’ani: Berbicara dari Hati ke Hati dengan Ayat-ayat Al-Qur’an (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2021), 121.
(multiple intelligence) dapat dibagi menjadi (1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan logis-matematis, (3) kecerdasan spasial, (4) kecerdasan kinestetik, (5) kecerdasan musical, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, dan (8) kecerdasan naturalis.8
Manfaat penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligence ialah peserta didik bisa belajar sambil meningkatkan seluruh potensi yang ada pada dirinya karena kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan sampai batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik serta pengajaran. Terdapat banyak cara dalam mengembangkan berbagai kecerdasan setiap individu.
Dengan memaksimalkan kemampuan peserta didik maka kegiatan belajar mengajar menjadi lebih optimal.
Bersamaan dengan teori multiple intelligence dibutuhkan pembelajaran yang digunakan sebagai wadah untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki peserta didik. Para guru juga memiliki andil yang cukup kuat guna meningkatkan partisipasi aktif siswa ketika melaksanakan pelajaran yang diampu oleh seorang guru dalam suatu mata pelajaran, terlebih pada mata pelajaran fiqih yang didalamnya terdapat pembelajaran mengenai ibadah dan hubungan manusia terhadap Allah SWT serta manusia dengan manusia lainnya. Pelajaran fiqih di Madrasah adalah pelajaran utama pendidikan agama Islam sehingga penguasaannya harus diusahakan secara maksimal oleh guru pengampu mata pelajaran fiqih.
8 J.J Reza Prasetyo dan Yeni Andriani, Melatih 8 Kecerdasan Majemuk pada Anak dan Dewasa, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2009), 2.
Pelajaran Fiqih adalah salah satu bagian dari pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makan dan minum, khitan, qurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Pembelajaran fiqih adalah sebuah proses belajar untuk membekali siswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.9 Dalam perkembangan selanjutnya, seiring berkembangnya berbagai disiplin keislaman yang mengharuskan pembidangan secara tegas terhadap fiqih, para ulama memunculkan pengertian yang spesifik mengenai ilmu fiqih. Al-Said al- Juraini mengemukakan pengertian ilmu fiqih sebagai berikut “Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang amaliyah dan diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Fiqih adalah ilmu yang diperoleh dengan jalan ijtihad dan membutuhkan penalaran dan taammul”.10
Dilihat dari begitu pentingnya makna fiqih untuk kehidupan sehari-hari maka sangat disayangkan dalam proses kegiatan belajar mengajar peserta didik hanya sebatas melaksanakan kewajiban untuk mengikuti pembelajaran dan tidak ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari atau bisa dikatakan peserta didik mengikuti pembelajaran hanya sekedar mencari nilai tanpa ada
9 Mohammad Rizqillah Masykur, Metodologi Pembelajaran Fiqih, Jurnal Al-Makrifat, Vol. 4 No. 2 (2019), 36.
10 Arif Shaifudin, Fiqih Dalam Perspektif Filsafat Ilmu: Hakikat dan Objek Ilmu Fiqih, Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 1 No. 2 (2019), 11.
keinginan untuk mengetahui lebih dalam lagi, apalagi peserta didik yang usianya masih anak SD/MI maka sangat diperlukan strategi pembelajaran yang bisa menumbuhkan rasa keingintahuan yang kuat.
Berdasarkan pada hasil observasi di MIN 1 Jembrana, pembelajaran fiqih berbasis multiple intelligence dapat mengembangkan berbagai kecerdasan peserta didik dalam sebuah pembelajaran. Peran seorang pendidik sangat dibutuhkan dalam menerapkan strategi pembelajaran multiple intelligence mata pelajaran fiqih pada peserta didik sekolah dasar. Pendidik harus menyadari bahwa pentingnya pembelajaran dengan tidak hanya menekankan satu kecerdasan saja, akan tetapi juga harus menggali kecerdasan-kecerdasan lainnya yang dimiliki oleh para peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis multiple intelligence akan lebih menyenangkan dalam mempelajari materi yang diberikan oleh pendidik, dikarenakan dalam strategi pembelajaran ini ada banyak metode yang dapat digunakan sehingga dapat membantu dan membuat peserta didik menjadi aktif dan merasa senang dalam mengikuti atau melaksanakan kegiatan belajar.
Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran aktif yang dipilih pada penelitian ini adalah Multiple Intelligence. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MIN 1 Jembrana Bali dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Pada Kelas VB MIN 1 Jembrana Bali”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka untuk mempermudah penelitian lebih lanjut, peneliti akan memfokuskan penelitiannya sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis Multiple Intelligence untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali?
2. Bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih berbasis multiple intelligence pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu pada masalah- masalah yang dirumuskan, dilihat pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran berbasis Multiple Intelligence untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih berbasis multiple intelligence pada kelas VB MIN 1 Jembrana Bali
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan suatu komponen yang berisi tentang kontribusi yang akan diberikan setelah melakukan penelitian. Dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan pembaca, serta diharapkan nantinya dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan maupun wawasan pada pendidikan, khususnya pada kecerdasan jamak atau majemuk (multiple intelligence) dan metode riset yang diberi nama Multiple Intelligence Research (MIR).
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan akan menjadi tolak ukur seberapa dalam pengetahuan dan wawasan terkait penerapan system pembelajaran berbasis Multiple Intelligence dan juga sebagai sarana latihan dalam mengembangkan keilmuan dalam keterampilan menyusun karya ilmiah.
b. Bagi Lembaga Pendidikan (MIN 1 Jembrana, Bali)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan tolak ukur bagi para warga MIN 1 Jembrana, Bali dalam mengantarkan guru untuk menerapkan metode-metode yang cocok untuk peserta didik pada pembelajaran berbasis multiple intelligence.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kecerdasan majemuk (multiple intelligence), bagaimana peran sekolah, psikolog, orang tua, dan guru dalam menerapkan metode belajar serta gaya belajar yang cocok bagi peserta didik dengan strategi pembelajaran multiple intelligence.
E. Definisi Istilah
Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman atau kerancuan dalam memahami makna istilah.
Sehingga perlu diberikan penekanan atau penegasan agar bahasa selanjutnya sesuai dengan sasaran dari peneliti ini. Adapun hal-hal yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Multiple Intelligence
Multiple Intelligence atau juga biasa disebut dengan kecerdasan majemuk adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki oleh setiap siswa untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam pembelajaran.
Gardner menemukan delapan macam kecerdasan majemuk, yakni : a. Kecerdasan verbal-linguistik
b. Kecerdasan logis-matematik c. Kecerdasan visual-spasial d. Kecerdasan berirama-musik e. Kecerdasan jasmani-kinestetik
f. Kecerdasan interpersonal g. Kecerdasan intrapersonal h. Kecerdasan naturalistik.11 2. Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan belajar siswa merupakan upaya siswa dalam mengembangkan potensi diri melalui serangkaian proses kegiatan belajar, baik pembelajaran secara tatap muka maupun secara daring untuk mencapai tujuan belajar.12
3. Pelajaran Fiqih
Pelajaran atau ilmu fiqih merupakan salah satu cabang ilmu yang menjelaskan tentang hokum syariah yang berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan maupun tingkah laku. Pembelajaran fiqih ini sebuah proses belajar untuk membekali peserta didik supaya bisa mengetahui dan memahami pokok-pokok hokum yang ada dalam Islam secara rinci dan menyeluruh, baik berupa dalil aqli maupun dalil naqli.
11 Howard Gardner dalam buku Muhammad Yamin dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, (Jakarta: Dian Rakyat, 2018), 11.
12 Apri Dwi Prasetyo dan Muhammad Abduh, Peningkatan Keaktifan Belajar Melalui Model Discovery Learning Di Sekolah Dasar, Jurnal Basicedu, Vol. 5 No. 4 (2021), 1718.
12
Pembahasan ini diperuntukkan sebagai disparitas antara persamaan dan perbedaan pada bagian kajian yang diteliti oleh peneliti sebagai komparasi dengan penelitian sebelumnya. Hal ini dirasa penting supaya dapat menghindari terjadinya pengulangan pembahasan pada kajian yang sama.
Dengan demikian komparasi dapat menimbulkan kejelasan soal perbedaan antara penelitian yang ada dengan penelitian lainnya.
1. Penelitian relevan yang pertama adalah penelitian dari Ahmad Nasuki pada tahun 2019 dengan judul “Implementasi Teori Multiple Intelligence dalam Metode Pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta”. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis dalam penelitiannya. Subyek dari penelitian ini adalah guru fikih kelas VII, dan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Konklusi atas penelitian ini merujuk pada penggunaan metode pelajaran mata pelajaran fikih di MTS Pembangunan UIN Jakarta berikut sesuai dengan tingkat Multiple Intelligence peserta didik. Hal tersebut dapat dibuktikan berikut empat macam metode-metode yang diimplementasikan, yaitu: (1) Metode movie learning yang sesuai dengan kecerdasan musical, linguistic, dan visual-spasial, (2) Metode tanya jawab yang sesuai dengan kecerdasan matematis-logis, (3) Metode demonstrasi
yang sesuai dengan kecerdasan kinestetik-jasmani dan interpersonal, (4) Metode Peta Konsep yang sesuai dengan kecerdasan visual-spasial dan intrapersonal.13
2. Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian oleh Husni Kohpal Firdaus pada tahun 2017 dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Di MTs Darul Ulum Kaliasin Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas (PTK), metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII B MTs Darul Ulum Kaliasin Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan yang terdiri dari 36 peserta didik. Kepala Sekolah beserta guru fikih kelas VII B ikut membantu dalam perencanaan dan pengumpulan data penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pemetaan minat belajar pada siswa sebelum adanya perbaikan , adapaun dengan siswa yang minat belajar masih belum mencukupi sekitar 21 siswa (58,34%) dari koefisiensi 36 siswa dengan peminatan belajar sejumlah 15 siswa (41,66%). Pembelajaran melalui siklus I pemetaan atas peminatan belajar para siswa mengalami peningkatan dimana siswa yang kurang minat belajar sekitar 17 siswa (47,22%)
13 Ahmad Nasuki, “Implementasi Teori Multiple Intelligence Dalam Metode
Pembelajaran Fikih Di MTs Pembangunan UIN Jakarta” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015)
dari 36 siswa dengan yang memiliki minat elajar sebanyak 19 siswa (52,78%). Terakhir pada siklis II dari perbaikan minat belajar meningkat tinggi dari hanya kurang dari 2 siswa (5,56%) dari 36 siswa dan yang minat belajarnya sudah baik ada 34 siswa (94,44%).14
3. Penelitian relevan yang ketiga oleh Beni Nur Pranayoga, Skripsi, 2013, Universitas Negeri Yogyakarta, “Implementasi Metode Diskusi Dan Presentasi Dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Aktif Siswa Pada Mata Pelajaran Kopling Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Klaten Tengah” penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subyek penelitian siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Klaten Tengah. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menerapkan metode d iskusi dan presentasi saat proses pembelajaran. Data penelitian ini berupa instrumen partisipasi aktif siswa. Teknik pengumpulan data pemelitian ini dengan observasi langsung dengan 3 observer. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan presentas e.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru seperti berbicara dengan teman sebangkunya, bemain handphone, malas- malasan dan jarang mencatat. Hal ini sudah sangat jelas
14 Husni Kohpal Firdaus, “Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII Di MTs Darul Ulum Kaliasin Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017)
menggambarkan bahwa presentase partisipasi aktif siswa sangat rendah.15
4. Penelitian relevan yang keempat adalah Santi Andriyani, Jurnal, 2017, “Implementasi Strategi Multiple Intelligences Pada Pembelajaran Bahasa Inggris (Studi Kasus di SD Inklusi Semai Jepara) penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus.
Pengumpulan data penelitian ini melalui observasi, wawancara, dokumentasi, serta dengan materi audio dan visual.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor internal yang menghambat pembelajaran Bahasa Inggris di SD Inklusi Semai Jepara yaitu keterbatasannya waktu untuk guru dalam mempersiapkan semua administrasi kelas.16
Berdasarkan kajian dari penelitian terdahulu tersebut peneliti menemukan beberapa persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan dijelaskan pada tabel berikut
15 Beni Nur Pranayoga, “Implementasi Metode Diskusi Dan Presentasi Dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Aktif Siswa Pada Mata Pelajaran Kopling Kelas XI SMK
Muhammadiyah 4 Klaten Tengah” (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013)
16 Santi Andriyani “Implementasi Strategi Multiple Intelligences Pada Pembelajaran Bahasa Inggris (Studi Kasus di SD Inklusi Semai Jepara)”( Jurnal, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, 2017)
Tabel 1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang dilakukan
N o
Nama Judul Perbedaan Persamaan
1 2 3 4 5
1 Ahmad Nasuki, 2019
Implement asi Teori Multiple Intelligenc e Dalam Metode Pembelajar an Fiqih di MTs
Pembangu nan UIN Jakarta
1. Lokasi Penelitian 2. Subyek
Penelitian pada Siswa MTs Kelas VII 3. Metode
Penelitian
1. Meneliti tentang Multiple Intelligenc e
2. sasaran Pembelajar an
2 Husni Kohpal Firdaus , 2017
Penerapan Strategi Pembelajar an
Multiple Intelligenc e Dalam Meningkat kan Minat Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Fiqih Kelas VII
di Mts
Darul Ulum Kaliasin Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan
1. Lokasi Penelitian 2. Subyek
Penelitian
1. Menelit i
tentang Strategi Pembel ajaran Multipl e Intellig ence 2. Metode
Peneliti an Tindaka n Kelas (PTK) 3. Metode
Pengum pulan Data
3 Beni Implement 1. Lokasi 1. Tujuan
Nur Pranay oga, 2013
asi Metode Diskusi dan
Presentasi Dalam Upaya Meningkat kan
Partisipasi Aktif Siswa Pada Mata
Pelajaran Kopling Kelas XI SMK
Muhamma diyah 4 Klaten Tengah
Penelitian 2. Subyek
Penelitian Kelas XI SMK 3. Mata
Pelajaran dalam Fokus Penelitian
untuk Mening katkan Partisip asi Aktif Siswa 2. Metode
Peneliti an Tindaka n Kelas (PTK)
4 Santi Andriy ani, 2017
Implement asi Strategi Multiple Intelligenc es Pada Pembelajar an Bahasa Inggris (Studi Kasus di SD Inklusi Semai Jepara)
1. Lokasi Penelitian 2. Mata
Pelajaran dalam Fokus Penelitian 3. Mengguna
kan Metode Penelitian Studi Kasus
1. Menelit i
tentang Implem entasi Strategi Multipl e Intellig ence
Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan di atas. Peneliti disini dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence Untuk Meningkatkan Partisipasi Aktif Mata Pelajaran Tematik Siswa Kelas VB MIN 1 Jembrana, Bali” yang mana penelitian disini lebih fokus terhadap partisipasi aktif siswa kelas VB di MIN 1
Jembrana, Bali. Dan yang menjadi persamaan dari penelitian di atas adalah sama-sama meneliti tentang strategi pembelajaran multiple Intelligence.
B. Kajian Teori
1. Kajian teori tentang multiple intelligence a. Pengertian Multiple Intelligence
Multiple Intelligence adalah suatu istilah yang diciptakan oleh Howard Gardner. Meskipun istilah ini telah lahir sejak tahun 1970-an, tetapi pada tahun 1983 melalui bukunya Frames Of Mind, Howard Gardner bersungguh-sungguh memunculkan Theory of Multiple Intelligences yang memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia.
Gardner menyatakan bahwa “An intelligence is the ability to solve problems, or to create products, that are valued within one or more cultura settings”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah, membuat karya atau produk, yang merupakan konsekuensi dalam satu keadaan budaya atau masyarakat tertentu. Kecerdasan yang dimiliki manusia dapat dikembangkan terus menerus hingga dapat menjadikan manusia- manusia yang unggul.17 Menurut Gardner, kecerdasan seseorang tidak hanya diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal, yakni kebiasaan menyelesaikan masalah (Problem Solving) secara mandiri dan krativitas (Creativity) yang menciptakan produk yang memiliki nilai budaya. Tanpa disadari,
17 Nilta Nur Af’idah dan Mohammad Kholil, Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences di SD Hidayatul Murid Full Day Ampel Wuluhan Jember, Akselarasi:
Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 2 No.2 (2021), 104.
orangtua dan guru justru membunuh sumber kecerdasan tersebut, yakni problem solving dan creativity.18 Beberapa orang menerjemahkan istilah Multiple Intelligence (MI) sebagai kecerdasan ganda, kecerdasan jamak, dan kecerdasan majemuk.
Kecerdasan itu berkembang dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum ditemukan Gardner dan para ahli lainnya. Kecerdasan Multiple Intelligence ini lebih menitikberatkan pada proses untuk mencapai akhir terbaik. Multiple Intelligence memiliki metode discovery ability, yang diartikan sebagai proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki jenis kecerdasan tertentu. Dalam metode Multiple Intelligence menyarankan kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengubur kelemahan kita. Dalam proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan anak, dalam menemukan kecerdasan anak harus ada bantuan dukungan dari lingkungan, orangtua, guru, sekolah, maupun system pendidikan yang diimplementasikan suatu Negara.19
Thomas Amstrong menjelaskan bahwa teori Multiple Intelligence memperluas potensi manusia diluar batas-batas nilai IQ, dalam mengembangkan teori Multiple Intelligence harus berhati-hati agar tidak menggunakan istilah kecerdasan hanya dapat diukur melalui IQ. Ketika menggambarkan perbedaan individual semua orang
18 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, Cetakan XII,2013), 132
19 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia (Bandung: Kaifa, 2015), 67-70
memiliki kecerdasan. Kemungkinan seseorang yang dianggap memiliki kecerdasan lemah dapat berubah menjadi kuat setelah diberi kesempatan untuk berkembang. Titik kunci Multiple Intelligence yakni kebanyakan orang dapat mengembangkan kecerdasan ketingkat yang relative dapat dikuasainya.20
Teori Multiple Intelligence adalah validasi tertinggi, gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Penggunaan dalam pendidikan sangat bergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap berbagai cara siswa belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar. Teori Multiple Intelligence bukan hanya mengakui perbedaan individual untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar bahkan menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan langkah besar menuju suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudayakan.21
b. Macam-macam Multiple Intelligence
Dalam teori Multiple Intelligence ini Gardner membagi delapan kategori kecerdasan, yaitu:
20Thomas Amstrong, Multiple Intelligences in the Classroom (Virginia: ASCD, 2017), 27.
21 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligence (Bandung: Nusa Cendikia, 2012), 5-7.
1) Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbsl-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan bahasa- bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan bisa memahami orang lain. Kecerdasan ini sering disebut dengan word smart, yang memiliki arti singkat yakni pandai berkata-kata.22 Pemahaman terhadap fonologi, sintaks, dan semantic bahasa, dan penggunaan pragmatisnya untuk meyakinkan orang lain dengan tindakan, membantu orang untuk meningkatkan informasi, menjelaskan atau mengkomunikasikan pengetahuan, atau merenungkan bahasa itu sendiri. Contohnya mencakup pendongeng, orator, penyair, editor, dan novelis.23
2) Kecerdasan Logis-Matematik
Kecerdasan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dalam rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan.
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan manipulasi objek atau symbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur.24 Proses yang digunakan dalam kecerdasan logis-matematik ini antara lain: kategorisasi, klasifikasi,
22 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2012), 14.
23 Thomas Amstrong, Kecerdasan Jamak dalam Membaca dan Menulis: Membuat kata- kata Menjadi Lebih Hidup dari judul asli Original Title: The Multiple Intelligences of Reading and Writing diterjemahkan oleh Dyah Widya Prabaningrum, (Jakarta: Indeks, 2014), 14.
24 Muhammad Yaum, Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: Kencana, 2016), 14.
pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian hipotesis.
Banyak orang salah mengerti mengenai kecerdasan ini, kebanyakan orang berfikir bahwa kecerdasan logis-matematik semata-mata hanya berhubungan dengan kemampuan berhitung.
Menurut Gardner, kecerdasan ini sebenarnya memiliki beberapa kemampuan berfikir logis, kemampuan memecahkan masalah, pola pikir deduksi dan induksi, dan kemampuan mengenali pola dan hubungan.
3) Kecerdasan Spasial-Visual
Kecerdasan Spasial-Visual berkaitan dengan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya kedalam bentuk lainnya seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, dan patung.25 Kecerdasan spasial-visual memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia.
Hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya memerlukan sentuhan kecerdasan ini. Guru dapat merangsang kecerdasan spasial-visual dengan beberapa hal seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastition, menyusun potongan puzzle, dan lain sebagainya. Guru perlu menyediakan berbagai media yang memungkinkan anak untuk mengembangkan daya imajinasi mereka.
25 Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Sejak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 49.
Menurut Howard Gardner (1993), kecerdasan spasial-visual memiliki lokasi dalam otak belakang bagian kanan. Kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan imajinasi seseorang.26
4) Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musical berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi, menyediakan, mengubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, melodi, dan nada suara.27
Kecerdasan musical mencakup kemampuan meniru suara atau bunyi-bunyi dengan baik atau bahkan sekedar sebagai penikmat music, kecerdasan musical bisa diingat dengan latihan, misalnya dengan mendengarkan dan merespon bunyi, menikmati bunyi-bunyian dari suara alam dan mempelajarinya, mengembangkan kemampuan memainkan instrument music, dan mengembangkan minat untuk berkarir dibidang music.
Banyak penelitian membuktikan bahwa janin menunjukkan reaksi tertentu jika diberikan atau diperdengarkan music. Ibu yang sedang hamil merasakan gerakan janin yang semakin cepat atau justru lebih santai. Sementara itu, banyak juga yang berpendapat
26 Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Sejak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 49.
27 Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Sejak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 52.
bahwa music klasik yang diperdengarkan pada seorang Ibu hamil dan janinnya dapat meningkatkan kecerdasan anak.28
5) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain, mengerti kondisi fikiran atau suasana hati yang berbeda, sikap atau tempramen, motivasi, dan kepribadian. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasikan sekelompok orang menuju tujuan bersama, kemampuan berteman atau menjalin kontak.29 Hal ini bisa dikembangkan dengan cara berlatih secara terus menerus melalui kegiatan bermain peran dengan teman atau kelompoknya.
Kecerdasan interpersonal yang berhasil dikembangkan dengan baik akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya.
6) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan untuk memahami diri sendiri, untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya”. Untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Akan mudah dijawab dengan kemampuan seseorang menyelami dirinya sendiri, mengobservasi, bahkan secara sadar bergaul dengan batinnya sendiri sampai seseorang itu menemukan
28 Sri Widayati, Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak (Jogjakarta: Luna Publisher, 2008), 166.
29 Tadkirotun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Usia Dini), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 54.
siapa dirinya sesungguhnya. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya bisa menyadari kondisi emosionalnya, mampu menemukan jalan keluar untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya, bisa mengembangankan model diri yang akurat, termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya, sanggup membangun dan hidup dengan satu nilai etik (agama) dan lain sebagainya.30
Kecerdasan intrapersonal harus disertai pula dengan kecerdasan interpersonal. Pasalnya jika seseorang hanya memiliki kecerdasan intrapersonal terlalu menonjol akan terkesan egois, agak sulit bekerja sama dengan orang lain, selalu ingin dipahami bukan memahami. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Howard Gardner, kecerdasan interpersonal dan intrapersonal harus dipandang sebagai sifat-sifat yang perlu dikembangkan dan perlu untuk diseimbangkan.31
7) Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
30 Sri Widayati, Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak (Jogjakarta: Luna Publisher, 2008), 181.
31 Sri Widayati, Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak (Jogjakarta: Luna Publisher, 2008), 181.
keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan menerima rangsangan, sentuhan, dan tekstur.32
Kecerdasan kinestetik tidak hanya meliputi gerakan tubuh semata, melainkan juga meliputi kemampuan untuk menggabungkan fisik dan pikiran untuk menyempurnakan suatu gerakan. Kecerdasan kinestetik dilatih dengan memulai mempelajari dan mengendalikan tubuh mengikuti gerakan yang sederhana. Semakin lama gerakan tubuh akan semakin rumit dengan mengikuti tempo yang sesuai dengan kecepatan tinggi.
8) Kecerdasan Naturalis
Howard Gardner menambahkan kecerdasan naturalis ini ke dalam daftar multiple intelligences pada tahun 1995. Awalnya Gardner memasukkan kecerdasan naturalis sebagai bagian dari kecerdasan logis-matematik dan kecerdasan visual-spasial. Tetapi setelah mengamati lebih mendalam dan dengan menggunakan kriteria yang telah ia tetapkan, pada akhirnya Gardner memisahkan kecerdasan ini sebagai satu kecerdasan yang berdiri sendiri.
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan, mengamati pola alamiah dan memahami system pada makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini sangat dibutuhkan untuk berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi.
32 Tadkiroun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Usia Dini), (Jakarta: PT.Grasindo, 2008), 50.
c. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences
Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah strategi pembelajaran multiple inteliigences: a) Proses transfer ilmu dua arah, guru mengajar atau memberikan presentasi dan proses kedua, siswa belajar atau siswa beraktivitas. b) Menggunakan modalitas belajar yang tertinggi, yakni visual, auditory, dan kinestetik. c) Mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. d) Menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dengan melibatkan emosinya, hindari pemberian materi secara hambar dan membosankan.
e) Pembelajaran dengan melibatkan partisipasi aktif siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung disarankan oleh orang lain.33
Jadi, langkah-langkah strategi pembelajaran multiple intelligences melalui proses transfer ilmu dua arah, menggunakan modalitas yang tinggi, mengingatkan dan menyampaikan materi yang diajarkan, dan pembelajaran melibatkan partisipasi siswa.
d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence Kelebihan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence
1) Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa. Siswa digali kreativitasnya agar mereka dapat mempelajari pelajaran
33Munif Chatib, Gurunya Manusia, 99-102.
sesuai dengan talenta yang ada pada mereka, misalnya melalui lagu, pantun, puisi, drama, dan lain sebagainya.
2) Melalui strategi pembelajaran multiple intelligence siswa belajar untuk lebih bisa menggali potensi yang ada pada dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Selain itu siswa juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, misalnya siswa yang biasanya dianggap tidak pandai karena selalu mendapat nilai buruj dalam pelajaran ternyata mampu membut puisi dan mengubah syair lagu dengan konsep-konsep yang ada pada pelajaran tersebut dengan sangat indah.
3) Strategi pembelajaran multiple intelligence ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh interaksi antara siswa dengan siswa, sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Tanya jawab antar siswa berjalan dengan sangat baik dan setiap penilain yang diberikan oleh guru maupun siswa hanya mampu memacu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi.
4) Melalui penerapan strategi pembelajaran multiple intelligence dalam pembelajaran sekolah diharapkan siswa dapat melihat
kenyataan bahwa mereka itu “unik”. Tuhan menciptakan jutaan bahkan milyaran manusia dengan keunikannya masing-masing.
Mereka juga dapat melihat bahwa Tuhan sudah menyediakan laboratorium terbesar bagi mereka berupa alam semesta sehingga dengan kesadaran seperti ini maka kecerdasan spiritual mereka juga akan ikut tergali. Oleh karena itu, secara keseluruhan metode ini mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi siswa pada pelajaran. Indikator terakhir yang diharapkan tentu saja dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelulusan pada mata pelajaran yang ada pada umumnya.34
Kekurangan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences 1) Sedikitnya waktu pembelajaran yang tersedia, sedangkan materi
yang harus diajarkan sangat banyak
2) Penerapan strategi pembelajaran multiple intelligence dalam proses pembelajaran fiqih misalnya, akan membuat siswa tidak hanya duduk mendengarkan ceramah dari gurunya saja. Siswa diberi kebebasan untuk mencari tempat dimana mereka akan belajar. Jadi, proses belajar mengajar tidak selalu dilakukan di dalam kelas tetapi bisa di Musholla sekolah. Ketika siswa berada di Musholla untuk mempraktikkan sesuatu, hal tersebut bisa saja memancing perhatian
34 Amir Hamzah, “Penerapan Teori Multiplei Intelligence dalam Pembelajaran Fisika”, diakses dari ejournal.stainpamekasan.ac.id, tanggal 2 Maret 2016.
atau keingintahuan siswa yang sedang belajar di kelas lain sehingga para guru yang lain bisa saja akan merasa terganggu.
3) Penerapan strategi pembelajaran multiple intelligence dlaam ruang kelas juga memungkinkan terjadinya diskusi hangat dalam kelas.
Terkadang siswa akan berteriak ataupun bertepuk tangan untuk mengekspresikan kegembiraanya ketika mereka mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini juga dapat mengganggu konsentrasi guru dan siswa yang berada di kelas lain.
4) Adanya keengganan dari pada guru untuk mengubah pradigma lama dalam pendidikan. Kebanyakan guru sudah merasa nyaman dengan metode ceramah sehingga mereka enggan untuk mencoba hal-hal yang baru karena dianggap merepotkan.35
2. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Dalam proses pembelajaran dibutuhkan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Karena menurut Dave Meier, belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan.36 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada keaktifan siswa dalam belajar.
35 Amir Hamzah, “Penerapan Teori Multiplei Intelligence dalam Pembelajaran Fisika”, diakses dari ejournal.stainpamekasan.ac.id, tanggal 2 Maret 2016.
36 Martinis Yamin, Kiat Pembelajaran Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), 75.
Anak adalah makhluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dioaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif serta mengalaminya sendiri. Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus dating dari siswa sendiri.37
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “aktif adalah giat (bekerja, berusaha). Sedangkan “Keaktifan adalah kegiatan”.38 Pada penelitian ini aktif yang dimaksud adalah keaktifan belajar siswa.
keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Aktif yang dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, menjawab, mengemukakan gagasan atau pendapatnya serta mampu memberikan kesimpulan.
Sebagai primus motor (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perlahan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.39
37 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), 73.
38 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), 23.
39 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), 76.
b. Konsep dari pembelajaran aktif
Adapun konsep dari pembelajaran aktif adalah:
1) Dipandang dari sisi proses pembelajaran, yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, keaktifan dari segi fisik, mental, emosional, dan intelektual.
2) Dipandang dari segi hasil belajar, yaitu tidak hanya membentuk siswa yang cerdas, tetapi diimbangi oleh sikap dan keterampilan siswa. seperti kemampuan menemukan, menganalisis, mencari data, dan sebagainya.40
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Keaktifan Belajar Keberhasilan penerapan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya:
1) Kemampuan guru
Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk mengajarkan siswa.
2) Sikap Profesional Guru
Sikap professional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang professional akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal,
40 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Preneda Media Group, 2008), 137.
oleh karena itu ia akan selalu menambah wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.
3) Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Mengajar Guru
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru sangat berpengaruh terhadap implementasi proses pembelajaran siswa aktif.
4) Ruang Kelas
Ruang kelas yang sempit akan mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Selain itu penataan tempat duduk siswa juga harus diperhatikan.
5) Media dan Sumber Belajar
Dalam pembelajaran aktif siswa yang menggunakan media akan memudahkannya dalam mendapatkan atau menerima berbagai informasi secara mandiri.
6) Lingkungan Belajar
Ada dua hal yang masuk ke dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah misalnya banyaknya jumlah kelas, perpustakaan dan sebagainya. Selain itu adalah lingkungan psikologi meliputi iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah misalnya keharmonisan hubungan antar masyarakat sekolah.41
41 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Preneda Media Group, 2008), 143-146.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa diatas, maka guru harus benar-benar menyiapkan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan lancer.
Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran dengan sendirinya keaktifan belajar siswa akan meningkat.
3. Pembelajaran Fiqih
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Menutut bahasa Fiqh berasal dari kata faqiha – yafqahu – fiqhan yang memiliki arti “mengerti atau faham”. Dari sinilah dicari perkataan fiqih yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syar’i yang begitu dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw.
Jadi ilmu fiqih merupakan ilmu yang mempelajari syar’i yang bersifat amaliah (perbuatan) yang dihasilkan dari dalil-dalil hukum yang rinci dari ilmu tersebut.42
Pembelajaran mata pelajaran fiqih pada Madrasah Ibtidaiyah merupakan suatu bentuk dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang kaidah-kaidah fiqih yakni fiqih ibadah pembelajaran tentang rukun iman, rukun islam, dan terkait dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang halal dan haram, hukum yang terkandung dalam islam, hukum jual beli, dan pinjam meminjam.
Tetapi jika diperhatikan dari isinya, pembelajaran fiqih di madrasah untuk menjalankan hukum atau syariat islam sesuai ketentuan syariah
42 Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, Cet. 1, (Bandung: C.V Pustaka Setia, 2007), 11.
untuk terwujudnya keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, sesama individu lain, makhluk lainnya serta lingkungannya.43
b. Tujuan Mempelajari Fiqih
Pembelajaran fiqih diharapkan bisa menciptakan individu yang selalu patuh kepada Allah SWT dalam menjalankan kehidupan sehari- hari sesuai dengan hukum islam dalam pelaksanaannya sehingga menjadi muslim yang selalu patuh menjalankan syariat Islam secara sempurna. Tujuan mempelajari ilmu fiqih yakni menerapkan hukum- hukum syara’ dalam setiap tingkah laku dan perkataan. Oleh karena itu maka untuk menentukan dan mendasari segala keputusan yang menjadi dasar sara’ untuk mengambil fatwa setiap mukallaf harus dilandaskan dengan ketentuan-ketentuan fiqih.44
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih MI
1) Fiqih Ibadah, yang berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun islam yang baik dan benar seperti;
tata cara thaharah, shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji.
2) Fiqih Muamalah, yang berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
43 Amir Syarifudin, Ushul Fiqih (Ciputat: Wahana Ilmu, 2007), 2.
44 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 75-76.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas V yaitu:
Semester satu terdiri dari BAB I : Zakat Fitrah, BAB II : Infaq, BAB III : Sedekah, BAB IV : Ketentuan Zakat Fitrah, Infaq, dan Sedekah.45
45 Markaban, Buku Siswa Fikih Kelas V, (Kementerian Agama Republik Indonesia : Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam), Cetakan Ke-1, 2020, vi.