• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Berbasis Multiple Intelligence pada Kelas VB MIN 1 Jembrana Bali

C. Pembahasan Temuan

2. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Berbasis Multiple Intelligence pada Kelas VB MIN 1 Jembrana Bali

Hasil yang diperoleh dari observasi tiap siklusnya menunjukkan adanya peningkatan dari setiap siklusnya, data tersebut kemudian dirangkap dalam tabel 8 seperti dibawah ini yang menerangkan prosentase dari siklus I, II, dan III.

Tabel 4.7

Persentase Aktif Siswa Tiap Siklus

No Aspek Partisipasi Siklus I Siklus II Siklus III 1 Memperhatikan Guru 70,94% 77,78% 85,85%

2 Bertanya 17,24% 33,33% 59,59%

3 Menjawab Pertanyaan 11,82% 29,63% 96,96%

4 Mencatat Materi 100% 62,63% 100%

5 Mengerjakan Tugas 82,76% 100% 100%

6 Maju Kedepan 23,65% 29,63% 55,56%

Rerata Prosentase 51,06% 55,50% 82,99%

Tabel 6 dan 7 jika digabungkan dengan menggunakan diagram garis, maka bisa dilihat seperti gambar dibawah ini:

Gambar 4.4

Peningkatan Aspek Keaktifan di Setiap Siklus

Sebelum peneliti menjabarkan tiap aspek partisipasi siswa, peneliti akan menjabarkan data dari tabel dan gambar diatas yang mana hasil perolehanya sudah diketahui nilainya. Dari data yang sudah didapat peneliti akan menjelaskan dimulai dari hasil observasi awal yang mana tingkat partisipasi siswa dalam prosentase hanya memperoleh angka 25,36%.

Kemudian setelah dilakukan penelitian pada siklus pertama dengan menggunakan metode pembelajran multiple intelligence memperoleh menjadi angka prosentase 51,06%. Jadi kenaikan nilai partisipasi aktif siswa dari observasi ke siklus I memperoleh kenaikan 25,7% (prasiklus ke siklus I)

Sebelum membahas hasil tiap siklus, peneliti akan menyajikan hasil dalam bentuk diagram batang sebagai gambaran yang tersaji seperti gambar 6 dibawah ini:

Gambar 4.5

Perbandingan antara aspek keaktifan pada setiap siklus Keterangan Gambar:

1. Memperhatikan Guru 2. Bertanya

3. Menjawab Pertanyaan 4. Mencatat Materi 5. Mengerjakan Tugas 6. Maju Kedepan

Dari tabel 8 dan gambar 6 bisa dijabarkan sebagai berikut, dibagian atas sudah diketahui bahwa dari hasil observasi awal ke siklus I mengalami kenaikan rerata sebesar 25,7%. Kemudian rerata dari siklus I (51,06%) ke siklus II menjadi (55,50%), jadi kenaikan dari siklus I ke siklus II sebesar 4,44%. Dari siklus II (55,50%) ke siklus III menjadi (82,99%), jadi mengalami kenaikan sebesar 27,49%. Jika hasil tersebut disajikan dalam bentuk diagram garis, maka akan tersaji seperti gambar dibawah ini:

Gambar 4.6

Kenaikan persentase dari awal ke tiap siklus

Pada pembahasan ini sudah diuraikan secara urut dan berdasarkan penyajian data menyeluruh diatas mulai dari gambar 5,6 dan 7 serta tabel 8 bisa damati secara menyeluruh telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa pada tiap siklusnya. Dari keseluruhan hasil tersebut bahwa hasil dari penelitian tiap siklus yang dilaksanakan sudah menunjukkan dan mencapai bahkan lebih dari batas nilai yang diinginkan. Hasil keaktifan belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan ketuntasan belajar yaitu 75%. Hal ini sesuai dengan teori dari Mulyasa yang mengatakan bahwa “Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat yang besar, dan rasa percaya pada

diri sendiri”.68 Dalam hal ini peneliti ingin menjabarkan secara rinci untuk peningkatan tiap aspek yang ada pada tiap siklus:

1. Memperhatikan Guru

Pada hakikatnya proses pembelajaran dalam kesehariannya terdapat indicator atau aspek memperhatikan lebih dari setengah siswa dari keseluruhan dalam satu kelas. Tetapi disini peneliti mencoba untuk memaksimalkan kembali dengan pendekatan terhadap siswa supaya mereka bisa lebih santai, tidak merasa ada disituasi yang menegangkan saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Peneliti mencoba untuk menjelaskan materi beserta dengan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada hari itu, ternyata dengan adanya hal tersebut para siswa antusias untuk mendengarkan atau memperhatikan sehingga dalam aspek ini mengalami peningkatan.

Persentase kenaikan pada aspek memperhatikan guru berturut-turut dari siklus pertama yakni 70,94% naik menjadi 77,78% pada siklus kedua dan naik kembali pada siklus ketiga menjadi 85,85%.

2. Bertanya

Pada aspek bertanya juga mengalami kenaikan yang cukup baik pada tiap siklusnya, yang awalnya ada tiga siswa (17,24%) di siklus pertama naik menjadi 9 siswa (33,33%) pada siklus kedua, dan mengalami kenaikan kembali di siklus ketiga yakni 16 siswa (59,59%). Pada saat

68 Ahmad Tangguh Putra Nursetiaji, Eko Supraptono, dan Sugiyarto. Penerapan Metode Cooperatif Two Stay Two Stray Dalam Pembelajaran Merakit Instalasi Komponen PC di SMK, Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 16 No. 3 (2015), 58.

melakukan observasi awal di dalam kelas, peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dan memang tidak ada satupun siswa yang bertanya, tetapi dengan adanya metode multiple intelligence yang diterapkan oleh peneliti ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, para siswa sedikit demi sedikit ada keberanian untuk mengajukan pertanyaan.

3. Menjawab Pertanyaan

Pada aspek ini bisa dikatakan mendapati peningkatan yang cukup baik karena pada siklus pertama hanya 2 siswa (11,82%) yang berani menjawab pertanyaan dan naik menjadi 8 siswa (29,63%) pada siklus kedua dan meningkat kembali di siklus ketiga sebanyak 26 siswa (96,96%). Perubahan yang dialami pada aspek ini dikarenakan peneliti menekankan siswa untuk bisa menjawab pertanyaan, tidak harus benar 100% dengan jawabannya, tetapi minimal berani untuk menjawab, ketika dalam pembentukan kelompok dirasa hasilnya kurang memuaskan pada aspek ini, peneliti memberikan beban kepada siswa untuk menjawab pertanyaan terlebih dahulu sebelum mereka pulang kerumah masing-masing, jadi setiap 10 menit sebelum bel pulang berbunyi, peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa dan yang bisa menjawab dipersilahkan untuk pulang lebih awal.

4. Mencatat Materi

Mencatat materi termasuk aspek yang paling tinggi tetapi sempat mengalami penurunan pada siklus kedua diakibatkan jumlah siswa yang meningkat, tetapi pada siklus ketiga mengalami peningkatan yang pesat kembali. Pada siklus pertama jumlah siswa sebanyak 17 siswa dan yang mencatat materi pun 17 siswa (100%), dan menurun pada siklus kedua menjadi (62,63%) tetapi dengan jumlah pasrtisipan tetap 17 dengan jumlah siswa yang hadir 27 siswa.

5. Mengerjakan Tugas

Mengerjakan tugas adalah salah satu aspek partisipasi aktif siswa yang tinggi. Bahkan ketika diterapkannya metode multiple intelligence aspek ini masih stabil dengan angka yang tinggi. Dari hasil penelitian awal siswa yang berjumlah 17 yang ikut berpartisipasi mengerjakan tugas hanya 14 siswa (82,76%) dan itu bisa dikatakan tinggi, pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan jumlah 27 siswa dan partisipan 27 (100%), dan siklus ketiga masih tetap sama dengan jumlah siswa 27 dan partisipan 27 (100%). Pada saat penelitian awal peneliti memberikan tugas kepada siswa yang dikerjakan dibangku atau tempat duduk masing-masing, proses belajar mengajar dilihat kurang kondusif karena para siswa kesana kemari bertanya jawaban kepada temannya, dan pada siklus kedua peneliti mencoba untuk membentuk kelompok yang bertujuan agar para siswa ketika mengerjakan tugas tidak beranjak dari tempat duduknya sehingga suasana kelas terlihat lebih rapi dan kondusif.

6. Maju Kedepan

Aspek ini dilakukan ketika setiap individu menyelesaikan tugasnya, aspek ini mengalami kenaikan yang berangsung baik, pada siklus pertama hanya 4 siswa (23,56%) yang maju kedepan dan meningkat pada siklus kedua menjadi 8 siswa (29,63%), dan pada siklus ketiga peningkatan bertambah menjadi 15 siswa (55,56%). Dengan adanya aspek maju kedepan untuk mempresetasikan hasil jawaban dari tugas meraka diharapkan para siswa terlatih dan terbiasa untuk berbicara didepan orang banyak.

Tabel 4.8

Nilai Partisipasi Siswa Aktif

NO NAMA Jumlah item partisipasi Skor

Urut Induk siklus 1 siklus 2 siklus 3

1 2363 AH 7 5 11 23

2 2364 AII - 7 10 17

3 2365 AF - 4 7 11

4 2366 A - 6 8 14

5 2367 AL 8 9 11 28

6 2368 AF 3 8 7 18

7 2369 AR 4 4 7 15

8 2370 DM - 8 8 16

9 2371 DA 7 8 9 24

10 2373 FLI 5 6 8 19

11 2374 FM 5 6 10 21

12 2375 FA 7 9 7 23

13 2376 IA 8 7 8 23

14 2377 MS 6 6 8 20

15 2378 MI 6 7 10 23

16 2379 NA 8 6 10 24

17 2380 RR - 5 6 11

18 2381 RB 6 7 9 22

19 2382 RH 5 8 8 21

20 2383 RM - 5 10 15

21 2384 RA - 6 9 15

22 2385 RA 6 6 9 21

23 2386 SAP - 8 11 19

24 2387 SE 7 7 8 22

25 2388 TU 8 5 10 23

26 2389 TJ - 6 11 17

27 2390 VS - 5 9 14

Tabel kedelapan menunjukkan bahwa sejumlah siswa yang berpartisipasi dalam tiap siklusnya bisa dilihat mana siswa yang benar-benar aktif dan siswa yang masih pasif. Dari data yang tertulis terdapat sejumlah nama siswa yang ikut berpartisipasi dalam proses kegiatan belajar mengajar tersebut. Adapun beberapa siswa yang mendapat skor tertinggi antara lain; Atika Luthpiana, Dinda Amelia, dan Nadin Aulia.

Dan ada juga beberapa siswa yang masih rendah skornya dalam berpartisipasi aktif antara lain; Ardelia Fani, Rafa Ramadani, dan Vivian Salsabila. Sedangkan siswa lainnya bisa dikatakan standar.

95

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada 3 siklus disimpulkan bahwa:

1. Dalam penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligence ada beberapa tahapan yang dilaksanakan yakni melaluli persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam tahap persiapan, guru dan peneliti mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan sebelum kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan, dan dilanjut pada tahap pelaksanaan, pada tahap ini guru dan peneliti sudah melaksanakan kegiatan untuk memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa serta sudah memberikan kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligence. Kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligence, siswa difasilitasi untuk belajar melalui 8 jenis kecerdasan yang di kemukakan oleh Howar Gardner yakni a) verbal-linguistik, b) logis-matematik, c) visual-spasial, d) musikal, e) kinestetik, f) interpersonal, g) intrapersonal, h) naturalis. Meskipun 8 jenis kecerdasan ini tidak digunakan dalam satu waktu sekalipun dalam kegiatan pembelajaran. Dan terakhir tahap penilaian, dalam tahap ini ada 6 aspek yang dinilai, dan ke enam aspek tersebut berkaitan dengan 8 jenis kecerdasan dari Howard Gardner yaitu a) Memperhatikan guru (visual-spasial), b) Bertanya (interpersonal), c) Menjawab Pertanyaan

(interpersonal), d) Mencatat Materi (visual-spasial), e) Mengerjakan Tugas (logis-matematik), f) Maju Kedepan (verbal-linguistik).

2. Tingkat jumlah keaktifan siswa sebelum adanya pembelajaran berbasis multiple intelligence masih dikatakan kurang baik yakni hanya 25,36%.

Peningkatan keaktifan belajar siswa bisa diamati dari hasil persentase keaktifan belajar di tiap-tiap siklus. Pada siklus pertama rata-rata partisipan sebanyak 51,06%, sedangkan rata-rata partisipan pada siklus kedua sebanyak 55,50%, dan pada siklus ketiga rata-rata partisipan sebesar 82,99%. Jadi, bisa dilihat dari pernyataan diatas bahwa penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligence bisa meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran fiqih pada kelas VB MIN 1 Jembrana, Bali.

Dokumen terkait