• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI KELAS VI-A MI AL ISHLAHIYAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI KELAS VI-A MI AL ISHLAHIYAH."

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN FIQIH

DI KELAS VI-A MI AL ISHLAHIYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AHMAD FAISAL DZULFIQOR NIM 1113011000101

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

i

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode group investigation. Metode ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dann aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang dipelajari melalui bahan-bahan ajar yang tersedia.

Metode yang digunakan dalam peneitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan untuk membantu guru dalam memecahkan permasalahan yang ada di kelas. Dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing dari tiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan.

Instrumen yang dipakai oleh peneliti adalah lembar observasi, wawancara, dokumentasi dan tes hasil belajar pelajaran Fiqih.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pembelajaran Fiqih dengan menggunakan metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 75,56 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,14. Metode group investigation selain meningkatkan hasil belajar siswa, metode ini juga mampu meningkatkan partisipasi siswa sehingga lebih semangat dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Group Investigation, PTK

(9)

ii

Outcomes Through The Group Investigation Method In Fiqh Subject In Class VI-A MI Al Ishlahiyah. Thesis, Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Learning at Syarif Hidayatullah State University Jakarta, 2020.

This research aims to improve student learning outcomes through the group investigation method. This method is one of cooperative learning that emphasizes the participation and activity of students to find their own material lessons from available teaching materials.

The method used in this research is Classroom Action Research (CAR).

Classroom Action research is carried out to assist teachers in solving their problem during learning in the classroom. In this research conducted in two cycles, which was held in two meetings. The instrument used by researcher were teacher and student observation sheets, interviews, documentation and the test result of Fiqh subject.

The result of this research is showed that learning Fiqh by using this method can improve student learning outcomes, which is characterized by increasing student outcomes in first cycle and second cycle. In first cycle the average value of student learning outcome reached 75,56 and increased in second cycle to 82,14.

Group Investigation method not only improving student learning outcomes, but also able to increase student participation and enthusiasm in their learning process.

Keywords: Learning Outcomes, Group Investigation Method, Classroom Action Research (CAR)

(10)

iii

yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Pembuatan skripsi ini tidak selamanya berjalan dengan lancar, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyelesaikan skripsi ini.

Namun atas bimbingan Allah SWT, kerja keras dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya mendorong penulis dapat melewati berbagai kesulitan dan hambatan tersebut. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan adalah sebuah proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan banyak berterima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurisan Pendidikan Agama Islam 5. Henny Narendrani Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan arahannya untuk penulis dalam mengerjakan skripsi ini dengan sebaik- baiknya. Semoga beliau selalu dalam keberkahan dan ridha Allah SWT.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini

(11)

iv

Mamah, Ayah, Papah yang selalu memberikan semangat dan menghibur penulis saat lelah dan jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Dewam guru MI Al Ishlahiyah yang telah membantu penulis dalam melakukan kegiatan penelitian di sekolah tersebut

9. Untuk teman-teman kuliah yang memberikan banyak kenangan, memori, suka dan duka semasa kuliah; bang Vino, bang Al juragan kosan, Mas Gin, Abdul, Ruday, Sanjay, Arif, Dena, Tri, Amel, Cudia, Endin, Uyi, Jamal, Fadlur dan seluruh Keluarga besar PAI 2013. Terimakasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya.

10. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Mudah-mudahan bantuan yang diberikan untuk penulis dibalas pahala yang berlipat ganda Amiin.

Demikian kata pengantar dan ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca selanjutnya, penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu mohon dimaafkan atas segala bentuk kekurangan. Semoga bermanfaat dan menjadi ladang pahala bagi penulis dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Jakarta, 24 Januari 2020 Penulis,

Ahmad Faisal Dzulfiqor

(12)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian ... 6

BAB II ... 8

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 8

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ... 8

1. Hasil Belajar ... 8

a. Pengertian Belajar ... 8

b. Pengertian Hasil Belajar ... 9

c. Tujuan Penilaian Hasil belajar ... 10

d. Fungsi penilaian hasil belajar ... 11

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 11

2. Hakikat Pendidikan Agama Islam ... 15

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 15

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 16

(13)

vi

3. Metode Group Investigation ... 20

a. Pengertian Group Investigation ... 20

b. Langkah-langkah Group Investigation ... 21

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Group Investigation ... 22

4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

B. Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III ... 27

METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan waktu Penelitian... 27

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian... 27

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 30

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 31

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 35

G. Data dan Sumber Data ... 35

H. Instrumen Pengumpulan Data... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 38

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 39

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 40

BAB IV ... 41

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskirpsi Data ... 41

1. Letak geografis ... 41

2. Sejarah Singkat Berdirinya ... 41

3. Visi dan Misi ... 41

4. Tenaga Kependidikan ... 42

5. Sarana Dan Prasarana ... 43

(14)

vii

b. Tahap Tindakan (Action) ... 46

c. Tahap Pengamatan (Observing)... 50

d. Tahap Refleksi ... 56

3. Analisis Data Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 58

a. Tahap Perencanaan (Planning) ... 58

b. Tahap Tindakan (Action) ... 59

c. Tahap Pengamatan (Observing)... 63

d.Tahap Refleksi ... 67

4. Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas ... 68

a. Data Hasil Observasi Pembelajaran ... 68

b. Data Hasil Penilaian Pembelajaran Siswa ... 69

c. Hasil Wawancara Siswa Setelah Tindakan ... 70

C. PEMBAHASAN ... 71

BAB V ... 74

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Implikasi ... 74

C. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 78

(15)

viii

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana MI Al Ishlahiyah ... 43

Tabel 4.3 Lembar observasi Guru siklus I ... 51

Tabel 4.4 Lembar observasi Guru siklus II ... 53

Tabel 4.5 Hasil belajar Siswa siklus I ... 54

Tabel 4.6 Lembar observasi Guru siklus II ... 63

Tabel 4.7 Lembar observasi Siswa siklus II... 65

Tabel 4.8 Hasil belajar Siswa siklus II ... 66

Tabel 4.9 Rekapitulasi penilaian hasil belajar Siswa ... 70

Tabel 4.10 Hasil belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 72

(16)

ix

Gambar 4.1 Siswa mengamati penjelasan guru ... 47

Gambar 4.2 Siswa melakukan diskusi kelompok ... 48

Gambar 4.3 Guru memfasilitasi diskusi kelompok ... 49

Gambar 4.4 Siswa mengerjakan soal Post test... 50

Gambar 4.5 Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok ... 60

Gambar 4.6 Siswa mengerjakan soal Post test... 62

(17)

x

Grafik 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II ... 73

(18)

xi

Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan ke-1 ... 82

Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan ke-2 ... 90

Lampiran 5 RPP Siklus II Pertemuan ke-3 ... 98

Lampiran 6 RPP Siklus II Pertemuan ke-4 ... 106

Lampiran 7 Lembar Observasi Pra Penelitian ... 114

Lampiran 8 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 116

Lampiran 9 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 123

Lampiran 10 Wawancara Siswa Setelah Tindakan ... 147

Lampiran 11 Kisi-Kisi Instrumen ... 149

Lampiran 12 Blueprint Siklus I ... 153

Lampiran 13 Blueprint Siklus II ... 159

Lampiran 14 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ... 166

Lampiran 15 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II ... 171

Lampiran 16 Kunci Jawaban Siklus I ... 175

Lampiran 17 Kunci Jawaban Siklus II ... 176

Lampiran 18 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 178

Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 179

Lampiran 20 Lembar Uji Referensi ... 180

(19)

1 A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, alasannya bahwa manusia diciptakan dengan kesempurnaan akal dan pikiran. Selain dari pada itu manusia memiliki struktur jasmani dan rohani yang lengkap pula, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia lah makhluk sempurna yang telah diciptakan oleh Allah.

Dengan mengacu pada prinsip penciptaan ini, menurut filsafat pendidikan bahwa manusia adalah makhluk yang berpotensi dan memiliki peluang untuk dididik. Pada dasarnya, pendidikan itu sendiri adalah aktivitas sadar berupa bimbingan bagi menumbuhkembangkan potensi ilahiyat, agar manusia dapat memerankan dirinya selaku pengabdi Allah secara tepat guna dalam kadar yang optimal. Dengan demikian, pendidikan merupakan aktivitas yang bertahap, terprogram, dan berkesinambungan.1

Dalam perjalanan kehidupannya manusia menghadapi proses perkembangan mulai dari perkembangan jasmaniah maupun perkembangan rohaniah. Unsur tersebut akan terus berkembang sesuai potensi yang dimilikinya, agar potensi tersebut berjalan dengan sempurna manusia harus melakukan suatu usaha, salah satunya adalah belajar. Dengan belajar manusia dapat mempertahankan hidupnya dan dapat mengenal lebih jauh potensi yang mereka miliki.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Wina Sanjaya mendfinisikan Belajar adalah “Proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari”.2

1 Hamzah B. Uno dan dan Nina Lamatenggono, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet. Ke-1, h. 15

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-5, h. 112

(20)

Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui jalur pendidikan. Menurut Oemar Hamalik “Pendidikan adalah usaha sadar mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, jelas, mantap, lengkap dan meyeluruh berdasarkan pemikiran rasional-obyektif yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang”.1

Dari definisi pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan matang, jelas, lengkap dan menyeluruh. Dengan cara seperti itu diharapkan tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik seperti yang diharapkan oleh Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jika mengacu kepada tujuan pendidikan nasional, maka sebuah pendidikan bertujuan agar peserta didik mampu memiliki kemampuan spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.

Dan yang terpenting bahwa pendidikan dapat menanamkan dalam diri sesorang keimanan dan ketaqwaannya keapada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu diantaranya, akan diberikan kebaikan dan keberkahan dari Allah, sebagaimana Firman Allah yang tertulis dalam surat Al-Baqarah ayat 269 yang berbunyi :

رْيَخ َىِت ْوُأ ْدَقَف َةَمك ِحْلا َتْؤُي ْنَم َو ُءآَشَي ْنَم َةَمْك ِحْلا ىِتْؤُي ا رْيِثَك ا

َبْلَ ْلْا ا ْوُل ْوُأ َّلَِّإ ُرَّكَّذَي اَم َو ِبا

.

“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Q.S. Al-Baqarah : 269).2

Dalam hadits juga terdapat beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA.

ْلَي ا قْي ِرَط َكَلَس ْنَم ا يَلِإ ا قْي ِرَط ُالله َلَّهَس ا مْلِع ِهْيِف ُسِمَت

ِةَّنَجل .

1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019), Cet. Ke- 17, h. 2

2 Al-Qur’anul Karim dan Terjemahan, (Bandung: Al-Hambra, 2014), h. 45

(21)

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa orang yang mengamalkan ilmu akan terus mengalir pahalanya meskipun ia telah wafat.

َّلِّإ ُهُلَمَع َعَطَقْنا ُناَسْنِلإا َتاَم اَذِإ َي ِرِاَجَ ةَقََدَصَ ثٍ َلَاَثَ ْنِم

َي حِلاَصَ دَل َو ْوَأ ِهِب ُعَفَتْنُي مْلِع ْوَأ ة .ُهَل ْوُعْد

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali 3 perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang selalu mendoakannya”. (HR. Muslim).

Belajar memerlukan sebuah proses yang tidak instan, Oemar Hamalik menyatakan belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.3

Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Oleh sebab itu guru sangat dituntut untuk memegang peran penting dalam mengelola proses belajar mengajar. Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.4

Maka dari itu peran seorang pendidik menjadi hal yang mutlak dalam mendesain sebuah pembelajaran yang baik. Menciptakan proses pembelajaran yang aktif, efektif dan efisien merupakan tanggung jawab sebagai guru, guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam merancang model pembelajaran, bukan hanya memfokuskan tercapainya sebuah tujuan belajar namun juga memperhatikan bagaimana cara agar tercapainya tujuan belajar tersebut. Jika guru mampu menciptakan metode dan rancangan pembelajaran yang baik, bukan tidak mungkin proses belajar mengajar akan menjadi menyenangkan, siswa lebih

3 Ibid, h. 36

4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h. 98

(22)

aktif dalam keikutsertaannya, dan akan mencapai sebuah hasil belajar yang memuaskan.

Namun, hal yang berbanding terbalik justru dialami di sekolah, tidak bisa dihindari permasalahan-permasalahan yang menghambat proses pembelajaran.

Permasalahan ini timbul bukan hanya dari guru melainkan juga siswa, karena pendidikan adalah proses interasksi antara guru dengan siswa. Salah satu penyebab terhambatnya proses pembelajaran adalah kurangnya semangat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa menjadi bosan karena kurangnya partsisipasi hal ini menjadikan pembelajaran yang monoton dan hanya berpusat kepada guru.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa siswa kelas VI-A MI Al Ishlahiyah, salah satu permasalahan yang ada dalam kegiatan belajar mengajar pada pelajaran fiqih yang dirasakan oleh siswa adalah kejenuhan akibat metode ceramah yang dipakai oleh guru, pemakaian metode ceramah membosankan karena pelajaran fiqih seharusnya dapat dicontohkan pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari.5

Menurut Edgar Dale yang dikutip dalam buku Wina Sanjaya digambarkan bahwa Pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut.” “Hal lain, penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal selain dapat menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, juga gairah siswa untuk menangkap pesan akan semakin kurang, karena siswa kurang diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan, padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis.6 Belum lagi karena banyaknya siswa dalam satu kelas besar menjadikan suara guru terkadang tidak terdengar oleh siswa yang duduk di belakang. Siswa menjadi kurang memahami materi yang disampaikan, hal ini yang menjadikan rendahnya hasil belajar siswa. Permasalahan lain, guru terkadang hanya mengikuti materi yang ada di buku pegangan tanpa mencari dari sumber lain

5 Hasil Wawancara dengan siswa kelas VI-A MI Al Ishlahiyah, 21 Agustus 2019

6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-5, h. 169

(23)

(text book). Hal ini yang membuat para siswa hanya tepaku kepada satu sumber saja, yaitu melalui guru.7

Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya kompetensi suatu mata pelajaran adalah bagaimana guru mengemas sebuah proses kegiatan belajar mengajar dengan sebaik mungkin, ini menjadi tantangan bagi seorang guru profesional dalam memilih metode yang cocok dan tepat sehingga dapat memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi dan metode.8

Metode pembelajaran mengalami banyak kemajuan, metode ceramah yang bersifat tradisional perlahan mulai ditinggalkan. Guru sudah tidak lagi menjadi figur sentral yang mendominasi dalam belajar mengajar, dengan menggunakan metode active learning guru menjadi seorang fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan yang ia miliki.

Ketika peneliti mewawancarai salah satu guru kelas VI-A MI Al Ishlahiyah ditemukan bahwa metode tradisional seperti ceramah menjadi metode yang sering digunakan guru tersebut, dan jarang sekali menggunakan metode active learning. Metode ceramah lebih menitikberatkan pada kemampuan guru menyampaikan materi sehingga siswa pasif hanya mendengarkan apa yang dikatakan gurunya saja.9

Upaya untuk menyelesaikan permasalahan diatas dan menghasilkan pembelajaran yang menarik agar siswa turut berperan aktif dalam belajar adalah dengan penggunaan metode pembelajaran aktif, salah satunya dengan metode yang disebut Group Investigation. Metode ini merupakan salah satu strategi yang menyenangkan digunakan untuk memantapkan pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari.

7 Hasil Observasi proses kegiatan pembelajaran mata pelajaran Fiqih di Kelas VI-A MI Al Ishlahiyah, 21 Agustus 2019

8 Kunandar, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada, 2007), h. 47

9 Hasil Wawancara dengan guru mata pelajaran Fiqih kelas VI-A MI Al Ishlahiyah, 21 Agustus 2019

(24)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang penerapan metode Group Investigation dalam proses pembelajaran dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI KELAS VI-A MI AL ISHLAHIYAH”.

A. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum melibatkan siswa secara aktif, akibatnya siswa cepat merasa bosan dan jenuh.

2. Perbendaharaan metode active learning yang kurang dimiliki guru mengakibatkan guru hanya menggunakan metode ceramah saja.

3. Kurangnya guru dalam menemukan metode pembelajaran yang tepat dengan materi yang diajarkan.

4. Hasil belajar pelajaran fiqih yang kurang maksimal karena pemahaman siswa yang terbatas terhadap materi pembelajaran.

B. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi pada meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Group Investigation. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VI-A MI Al Ishlahiyah dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ditemukan pada kelas VI- A di MI Al Ishlahiyah, serta pembatasan masalah yang telah di tentukan, maka masalah yang dapat di rumuskan adalah sebagai berikut:

(25)

1. Apakah metode Group Investigation dapat diaplikasikan pada mata pelajaran Fiqih?

2. Apakah penerapan metode Group Investigation pada mata pelajaran Fiqih dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Melalui latar belakang, identifikasi, pembatasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mendeskripsikan apakah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fiqih dapat ditingkatkan dengan penerapan metode Group Investigation.

E. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi lembaga (sekolah), hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berharga dalam meningkatkan hasil belajar siswa, terutama pada mata pelajaran fiqih dan pada mata pelajaran lain pada umumnya.

2. Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan semangat belajar siswa.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, kreatifitas dan kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran serta mengaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan juga sebagai keberkahan ilmu andai penelitian ini dipakai sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

(26)

8

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Ngalim Purwanto belajar adalah “Perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.1

Sedangkan menurut Slameto “belalar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.2

Adapun menurut Burton yang dikutip oleh Ahmad Susanto, “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) belajar berarti,

“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.4

Oemar Hamalik mendefinisikan bahwa belajara adalah “perubahan tingkah laku yang relatif menetap berkat latihan dan pengalaman. Belajar adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang.

1 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h. 85

2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2015), Cet. Ke-13, h. 2

3 Ahmad Susanto, Teori Beajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 3

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 23

(27)

Dalam perspektif islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim-muslimat dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehdiupannya meningkat.1

Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubah tingkah laku manusia berkat adanya usaha baik berupa latihan maupun pengalaman dari individu dengan individu maupun individu dengan kelompok, dari usaha tersebut muncul lah perubahan kepada tingkah laku yang baik maupun tingkah laku yang buruk.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.2

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono menyatakan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.3

Ahmad Susanto dalam bukunya menyebutkan. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.

Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.4

1 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2005) h. 55

2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, (Jakarta:Rineka Cipta, 2011), Cet.

Ke-19, h. 13

3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 10

4 Ahmad Susanto, op.cit, h. 5

(28)

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hamalik menjelaskan bahwa tujuan belajar suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.5

Hasil belajar merupakan hal terpenting dalam proses belajar karena merupakan hasil dari sebuah tindakan yang dapat dilihat apakah seseorang memiliki kemampuan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dalam hal ini hasil belajar merupakan puncak dari proses pembelajaran.

Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperoleh sebelumnya, misalnya sekolah lain, sebelum memasuki sekolahnya sekarang. Hal-hal yang perlu diketahui itu, ialah antara lain penguasaan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja.6

c. Tujuan Penilaian Hasil belajar

Pelaksanaa penilaian hasil belajar pada proses belajar mengajar bertujuan untuk:

1) Mengetahui kemajuan belajar siswa, baik sebagai individu maupun anggota kelompok/kelas setelah ia mengikuti pendidikan dan pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan

2) Mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran yang dipergunakan guru dalam jangka waktu tertentu.

3) Menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa.

5 Oemar Hamalik Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019), Cet. Ke-17, h. 73

6 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), Cet ke- 13,, h. 103

(29)

4) Membantu siswa untuk memilih sekolah, pekerjaan, jabatan yang sesuai dengan bakat, minat perhatian dan kemampuannya.7

d. Fungsi penilaian hasil belajar

Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai berikut:8

1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran.

Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu padarumusan- rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan pelajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar bagi setiap individu tidak selamanya berlangsung normal dan lancar. Terkadang cepat dalam menanggap apa yang dipelajari,

7 Junaidi, Pengembangan Evaluasi pembelajaran PAI, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011), h. 14

8 Ibid, h. 15-16

(30)

kadang terasa amat sulit. Seperti itu fenomena yang dirasakan siswa dalam belajar, setiap individu memang tidak memiliki kesamaan dalam belajar, hal ini lah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar sehingga menyebabkan perbedaan dalam hal prestasi belajar.

Prestasi belajar tidak selamanya dipengaruhi oleh tingkat IQ seseorang, mungkin anak yang memiliki tingkat IQ yang tinggi belum menjamin memiliki prestasi belajar yang baik, begitu pun sebaliknya anak yang memiliki IQ rendah belum pasti prestasi belajarnya rendah.

Yudhi Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari: Kondisi fisiologis, psikologis (intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar), kondisi lingkungan (alam dan sosial), faktor instrumental (kurikulum, fasilitas, sarana, dan guru).9

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar beserta dengan kaitannya dengan hasil belajar itu sendiri dapat dijabarkan sebagai berikut.10

1) Faktor Intern, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor- faktor intern ini meliputi faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi fisik seseorang individu, ada dua hal yang masuk kategori faktor fisiologis, yaitu pertama, keadaan jasmani dan fungsi jasmani itu sendiri dan kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar

9 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24

10 Ni Nyoman Parwati, Belajar dan Pembelajaran, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), hal. 37-49

(31)

berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.

b) Faktor psikologis

Beberapa faktor psikologis yang memengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut:

 Kecerdasan/intelegensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang individu, semakin besar peluang individu meraih sukses dalam belajar.

 Motivasi

Motivasi akan mendorong seseorang untuk dapat melakukan sesuatu, termasuk juga belajar,. Oleh karenanya, faktor ini menjadi penting dalam memberikan keefektifan kegiatan belajar individu. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.11

 Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Untuk membangkitkan minat belajar siswa, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain dapat dilakukan dengan membuat materi yang semenarik mungkin dan tidak membosankan.

11 Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 84

(32)

 Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya baik secara positif maupun negatif

 Bakat

Bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang

 Rasa Percaya Diri

Rarasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian diri seseorang.

c) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan beristirahat. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2) Faktor Ekstern

Dalam hal ini faktor-faktor ekstern yang memengaruhi hasil belajar dapat dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor keadaan ekonomi keluarga.

a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

(33)

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang memengaruhi belajar ini mencakup sebagai berikut:

 Metode mengajar

 Kurikulum

 Relasi guru dengan siswa

 Relasi siswa dengan siswa

 Disiplin sekolah

 Alat pelajaran

 Waktu sekolah

 Standar pelajaran di atas ukuran

 Keadaan gedung

 Metode belajar

 Tugas rumah c) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut antaranya sebagai berikut:

 Kegiatan siswa dalam masyarakat

 Media massa

 Teman bergaul

 Bentuk kehidupan masyarakat 1. Hakikat Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Prof. DR. Zakiyah Darajat dalam buku pengantar Ilmu pendidikan karya Drs. Alisuf Sabri mengemukakan bahawa “Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian, pendidikan islam ini lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunujk ajaran islam, karena itu pendidikan islam tidak

(34)

hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal”. 12

Menurut Drs. Ahmad D. Marimba Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (kepribadian muslim).13

Pendidikan agama secara umum adalah upaya untuk menjadikan manusia mampu untuk mewujudkan tujuan penciptaannya. Manusia diciptakan agar mereka mengetahui hakikat Tuhannya, mengesankan, memurnikan ibadah kepada Tuhannya, dan mau menghambakan diri dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi semua larangannya.14

Tujuan pendidikan agama Islam tersebut dicapai melalui materi- materi yang dipadatkan ke dalam lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fikih, dan bimbingan ibadah, serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.15

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan atau pembelajaran agama di sekolah pada umumnya dan sekolah dasar khususnya adalah sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami (knowing), terampil melaksanakan (doing), dan mengamalkan (being) agama melalui kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Berdasarkan definisi pendidikan agama ini, maka tujuan pendidikan agama di sekolah ialah anak memahami, terampil, melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia

12 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 150

13 Ibid, h.150

14 Ahmad Susanto, Op. Cit, h. 277

15 Ahmad Susanto, Op. Cit, h. 278

(35)

dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Menurut Zuhairini (1983), tujuan pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia ini dapat dibagi menjadi dua macam, yakni tujuan umum dan khusus. Pertama, tujuan umum pendidikan agama ialah membimbing anak agar mereka menjadi orang Muslim sejati, beriman, teguh , beramal shaleh dan berkahlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama, dan negara. Kedua, tujuan khusus pendidikan agama ialah tujuan pendidikan agama pada setiap tahap atau tingkat yang dilalui, seperti tujuan pendidikan agama di sekolah dasar berbeda dengan tujuan pendidikan agama untuk sekolah menengah, dan berbeda pula untuk sekolah menengah, dan berbeda pula untuk perguruan tinggi.

Pendidikan agama Islam untuk tingkat sekolah dasar, yaitu:

1) Penanaman pemahaman agama kepada peserta didik.

2) Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

3) Memperkenalkan ajaran Islam yang bersifat global, seperti rukun Islam, dan rukun Iman.

4) Membiasakan anak-anak berkakhlak mulia, dan melatih anak-anak untuk memperaktikan ibadah yang bersifat praktis, seperti shalat dan puasa.

5) Membiasakan contoh teladan yang baik.16

Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah terdiri atas beberapa aspek, yaitu: aspek Al-Qur’an dan Hadits, keimanan/akidah, akhlak, fiqih, dan aspek tarikh (sejarah) dan kebudayaan Islam.

Pendidikan Agama Islam di sekolah pada dasarnya lebih diorientasikan pada tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran kompetensi, tetapi sampai memiliki kemauan,

16 Ahmad Susanto, Op. Cit, h. 281

(36)

dan kebiasaan dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari.17

c. Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelakasanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban dan tata cara jual beli dan pinjam meminjam.

Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat. a) Mengetahui dan memahami cara- cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.18

d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih Di Madrasah Ibtidaiyah Mata pelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah memiliki ruang lingkup meliputi:

17 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 34

18 Lampiran KMA 165 Tahun 2014 h. 41

(37)

1) Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.

2) Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.19

e. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah

1) KI dan KD Fiqih Kelas VI Semester 1

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menerima dan menghayati Rukun Iman.

1.1 Meyakini hikmah ketentuan makanan dan minuman halal.

2. Memiliki akhlak (adab) yang baik dalam beribadah dan berinteraksi dengan diri sendiri, sesama dan lingkungannya .

2.1 Memiliki sikap rela menerima ketentuan mengkonsumsi makanan dan minuman halal . 2.2 Memiliki sikap rela menerima

ketentuan ketentuan membiasakan diri makan makanan dan minuman halal.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang al-Qur’an, Hadis, fiqih, akidah, akhlak, dan sejarah Islam.

3.1 Menjelaskan ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram.

3.2 Menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya.

3.3 Menjelaskan manfaat makanan dan minuman halal.

3.4 Menjelaskan akibat makanan dan minuman haram.

4. Menyajikan pengetahuan faktual terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di madrasah.

4.1 Mengklisifikasi makanan dan minuman halal dan haram.

19 Lampiran KMA 165 Tahun 2014 h. 44

(38)

2) KI dan KD Fiqih Kelas VI Semester 2

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menerima dan menghayati Rukun Iman.

1.1 Meyakini ketentuan tentang jual beli dan pinjam

meminjam.

2. Memiliki akhlak (adab) yang baik dalam beribadah dan berinteraksi dengan diri sendiri, sesama dan lingkungannya .

2.1 Memiliki sikap rela menerima ketentuan tentang jual beli dan pinjam meminjam.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang al-Qur’an, Hadis, fiqih, akidah, akhlak, dan sejarah Islam.

3.1 Menjelaskan tata cara jual beli dan pinjam. meminjam .

4. Menyajikan pengetahuan faktual terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di madrasah.

4.2 Mempraktikkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam.

2. Metode Group Investigation

a. Pengertian Group Investigation

Group Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemmapuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.20 Dinamika kelompok menunjukan susasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

20 Muhammad Faturrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), h. 69

(39)

Slavin seperti yang dikutip oleh Muhammad Faturrohman, mengemukakan beberapa hal penting untuk melakukan metode group investigation sebagai berikut.

a. Membutuhkan kemampuan kelompok b. Rencana kooperatif

c. Peran guru

b. Langkah-langkah Group Investigation

Langkah-langkah penerapan metode Group Innvestigation dapat dikemukakan sebagai berikut.

1) Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2-6 orang.

Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan kerja sama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 di atas.

3) Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah ke-2. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

4) Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

(40)

5) Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru.

6) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.

Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. 21

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Group Investigation Adapun kelibah metode group invetigation adalah :

1) Setiap anggota regu memiliki pengertian dan pandangan yang sama dan searah.

2) Anggota regu akan mendapat tugas yang sesuai dengan kemmapuannya.

3) Adanya pembagian tugas, memungkinkan bagi anggotanya untuk mendapatkan waktu yang senggang dan dimanfaatkan untuk pembinaan siswa lainnya.

4) Sistem pengajaran dapat melakukan diskusi dan bertukar fikiran atau pengalaman.

Sedangkan kelemahan-kelemahan metode ini antara lain:

1) Sukar membentuk tim yang kompak, kadang-kadang didominasi oleh siswa-siswa yang cakap saja dan hal ini sukar untuk dihilangkan

2) Sangat rumit untuk mengatur organisasi kelas yang lebih fleksibel 3) Tim dapat merugikan siswa bilamana hanya didasarkan atas pertimbangan ekonomis. Sebagai contoh ; menggabungkan kelas

21 Ibid, h. 71-72

(41)

yang satu dengan yang lainnya dengan maksud agar dapat menghemat waktu giliran mengajar, dan sebagainya.22

Difusi tanggungjawab dapat menjadi penghalang bagi terciptanya pengaruh pencapaian prestasi dari pembelajaran kooperatif. Difusi tanggung jawab dapat ditiadakan dalam pembelajaran kooperatif dengan dua cara yang prinsipil. Yang pertama adalah dengan membuat masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok, seperti dalam Jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode sejenis. Tetapi, bahaya dari tugas- tugas yang terspesialisasi semacam ini adalah bahwa para siswa mungkin hanya akan belajar banyak mengenai bagian yang mereka kerjakan sendiri, sementara bagian yang lainnya tidak dipelajari secara mendalam.

Cara kedua untuk meniadakan difusi tanggung jawab adalah dengan membuat para siswa bertanggung jawab secara individual atas pembelajaran mereka. Misalnya, dalam metode-metode Pembelajaran Tim Siswa (PTS), masing-masing kelompok dihargai berdasarkan jumlah skor kuis individual atau hasil kerja individual lainnya. Dengan cara ini, tugas-tugas kelompok adalah memastikan bahwa tiap orang telah mempelajari semua materi pelajaran. Tak ada yang bisa menjadi pengendara bebas, dan bagi seorang anggota kelompok adalah suatu kebodohan jika tidak memedulikan anggota kelompok lainnya.23

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut peneliti sajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, penelitian tersebut antara lain:

22 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 60

23 Robert E. Slavin, Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktik, (Bandung, Nusa Media, 2005), h. 41

(42)

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Jani, Mahasiswa program S1 fakultas Tarbiyah di Institus Agama Islam Negeri Walisongo. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Pokok Bahasan Peradilan Islam Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode group investigation dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa hal ini sesuai dengan hasil yang tertulis bahwa dalam siklus 1 ketuntasan belajar siswa sebesar 81,49% dan 18,51% siswa yang belum tuntas, pada siklus 2 terjadi peningkatan terhadap ketuntasan belajar yakni 92,60% dan yang belum tuntas sebesar 7,40%.24

Terdapat perbedaan antara penelitian oleh Ahmad Jani dengan penelitian sendiri. Ahmad Jani menerapkan metode group investigation pada jenjang MA sedangkan peneliti sendiri menerapkan metode tersebut pada jenjang MI. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penliti terletak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan Novi Yani, Program S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Jumat Di Kelas Vii Di Mts. Al-Hasanah Medan”.

Dari penelitian tersebut dapat dilihat dari 15 siswa pada siklus I (Post Test) yang tuntas berjumlah 7 orang dengan persentase 46,67%. Siswa yang tidak tuntas berjumlah 8 orang atau dengan persentase 53,3%. Dengan nilai rata-rata kelas 76. Jadi ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I (Post Test) adalah 46,67%. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh hasil 15 siswa pada siklus II (Post Test II), siswa yang tuntas berjumlah 12 orang

24 Ahmad Jani, Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Pokok Bahasan Peradilan Islam Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2012, h. 60-61

(43)

atau dengan persentase 80% dan siswa 69 yang tidak tuntas berjumlah 3 orang atau dengan persentase 20%. Dengan nilai ratarata kelas 74%. Jadi ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus II (Pos Test II) adalah 80%.25

Terdapat perbedaan antara penelitian yanh dilakukan oleh Novi Yani dengan penelitian sendiri. Novi Yani menerapkan metode group investigation pada jenjang MTS sedangkan peneliti sendiri menerapkan metode tersebut pada jenjang MI. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penliti terletak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Murofik Program S1 Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul

“Penerapan Strategi Pembelajaran Group Investigation Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X C Di Sma N 1 Pleret Bantul”. Menghasilkan data sebagai berikut, Strategi Group Investigation dalam penelitian ini telah diterapkan dalam tiga tahapan proses tindakan kelas. Hasilnya adalah bahwa prestasi belajar siswa semakin meningkat. Pada tahap pertama, rata-rata prestasi belajar siswa meningkat sebesar 19,5% dari nilai kelas sebesar 5 dalam interval 10. Pada tahap kedua, meningkat 13,8% dari hasil tahap pertama. Pada tahap ketiga, berhasil meningkat 8,4% dari hasil tahap kedua.26

Terdapat perbedaan antara penelitian yanh dilakukan oleh Ahmad Murofik dengan penelitian sendiri. Ahmad Murofik menerapkan metode group investigation pada jenjang SMA dan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sedangkan peneliti sendiri menerapkan metode tersebut pada jenjang MI pada mata pelajaran fiqih. Pada 3 penelitian diatas menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 1 kali siklus pada 2 kali pertemuan, berbeda dengan penelitian ini, yang menggunakan 2 kali

25 Novi Yani, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Jumat Di Kelas Vii Di Mts. Al-Hasanah Medan, Skripsi UIN Sumatera Utara, 2017, h. 72-73

26 Ahmad Murofik, “Penerapan Strategi Pembelajaran Group Investigation Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X C Di Sma N 1 Pleret Bantul”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012, h. 43

(44)

siklus dalam 4 kali pertemuan tatap muka. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penliti terletak pada peningkatan hasil belajar siswa.

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian relevan yang telah dipaparkan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dengan diterapkannya metode Group Investigation dalam pembelajaran Fiqih diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI-A MI Al Ishlaiyah”.

(45)

27 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Al Ishlahiyah di kelas VI A. Yang ber alamat di Jl. Masjid Ar-Rahmat kelurahan Duren Mekar kecamatan Bojongsari kota Depok provinsi Jawa Barat. Adapun alasan yang diambil peneliti memilih sekolah ini adalah:

a. Lokasi sekolah dapat dijangkau dengan mudah

b. Peneliti telah mengetahui seluk beluk sekolah sebelumnya sehingga memudahkan proses observasi

2. Waktu penelitian

Waktu yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini pada semester 1 (ganjil) tahun ajaran 2019/2020 yaitu pada awal bulan Oktober sampai dengan awal bulan November 2019.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.1 Fungsi PTK dalam hal ini adalah membantu guru dalam membuat pertimbangan administrasi dan akademis, terutama menyangkut metode mengajar yang tepat dan efektif.2 Melalui PTK, masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses

1 Sudaryono, Classroom Action Research, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia, 2014), h. 65

2 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum KTSP, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 390

(46)

pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang optimal dapat diwujudkan secara sistematis.1

Dalam proses penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru lain, hal yang mungkin terjadi adalah guru telah berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam proses belajar mengajar, namun tidak diketahui.

Oleh karena itu mereka meminta bantuan orang lain untuk melihat apa yang selama ini dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelasnya.2

Adapun tujuan utama pada penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan dan sikap siswa dalam pembelajaran di kelas, khususnya peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam setelah siswa mengalami proses pembelajaran dengan metode Group Investigation.

1. Rancangan Siklus

Rancangan siklus penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin.

Model Kurt Lewin, merupakan model yang selama ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model action research, terutama Classroom Action Research (CAR). Konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin adalah bahwa dala satu siklus terdiri dari empat langkah atau empat komponen. Komponen tersebut adalah (1) perencanaan (planning), (2) tindakan atau aksi (action), (3) observasi atau pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandangan, sebagai satu siklus, seperti terlihat pada gambar.

2 Masnur Muslich, Melaksanakan Penelitain Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), h. 6

2 Sudaryono, Op.Cit, h. 76

(47)

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas3

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan (pra tindakan) yang akan dilanjutkan dengan tindakan berupa siklus yang terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, obeservasi dan refleksi pada siklus 1. Jika hasil siklus I menunjukan terdapat indikator keberhasilan penelitian yang belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan mengacu pada refleksi I.

Penelitian tindakan dihentikan saat hasil dari hasil dari siklus II sudah menunjukan indikator keberhasilan telah tercapai, jika sebaliknya, maka tindakan kembali dilakukan pada siklus selanjutnya.

3 Sudaryono, op.cit, h. 161

Pertimbangan

Perencanaan SIKLUS I

Tindakan Pengamatan

Pertimbangan

Perencanaan SIKLUS II

Pengamatan

Tindakan

Terus-menerus

(48)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah siswa dan siswi MI Al Ishlahiyah kelas VI A yang berjumlah 29 siswa terdiri dari 11 siswa dan 18 siswi yang masih memiliki hasil belajar rendah. Sedangkan objek penelitiannya adalah seluruh proses dan hasil pembelajaran PAI yang dirancang untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran fiqih siswa dengan menggunakan metode group investigation pada materi binatang yang halal dan haram dagingnya.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan penelitian. Peneliti membuat rencana kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang guru sebagai mitra kolaborasi (kolaborator). Guru tersebut adalah guru mata pelajaran fiqih yang bertindak sebagai observer (pengamat) untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran fiqih menggunakan metode group investigation. Sebagai kolaborator yaitu membantu peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melakukan refleksi, serta menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam melakukan proses pengajaran dengan menerapkan metode group investigation, mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan menilai hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa setelah diberikan post test disetiap siklus. Untuk mencapai hasil penelitian yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan solidaritas yang kuat antara peneliti dengan guru mata pelajaran.

Keduanya sangat mempunyai peranan yang sangat penting.

(49)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Intervensi tindakan yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih dengan metode pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut:

1. Pra Penelitian

a. Pembuatan surat izin penelitian.

b. Observasi proses pembelajaran.

Pengamatan proses pembelajaran dilakukan melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran fiqih di kelas berlangsung. Adapun aspek yang dimatai meliputi kesiapan siswa dalam belajar, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan, intensitas bertanya siswa, serta interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru selama proses pembelajaran.

c. Wawancara dengan guru dan siswa tentang aktivitas belajar siswa.

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai masalah apa yang biasa ditemukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran fiqih di kelas. Adapun hal-hal yang ditanyakan meliputi sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung, respon siswa jika diminta untuk menjelaskan kembali materi atau jawaban di depan kelas, sikap siswa terhadap teman yang sedang menjelaskan dan kebiasaan jelek yang dilakukan siswa.

d. Mempersiapkan instrumen, media dan alat belajar yang akan digunakan selama penelitian, buku pedoman dan LKS pembelajaran fiqih kelas VI.

2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

1) Merencanakan model pembelajaran yang akan diterpakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Fiqih materi binatang yang halal dan haram dagingnya, yaitu dengan metode group investigation

2) Membuat RPP.

3) Menyiapkan media, bahan dan alat pembelajaran

Gambar

Grafik 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II .................................

Referensi

Dokumen terkait

Mata pelajaran fiqih, dapat memberi siswa pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan yang baik terhadap nilai-nilai atau hukum-hukum Syariat Islam, sehingga mereka mengetahui

guru tersebut, terutama pada mata pelajaran fiqih yang lebih kepada. mengetahui hukum- hukum syari’at Islam yang sesuai dengan Al

Okta Imroatul Baroroh, Nim. Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Ihyaul Ulum. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam

Pengamatan terhadap aktivitas guru dilakukan oleh Bapak Supianor, S.Pd.I. yang merupakan guru mata pelajaran Fiqih di MIS Veteran RI Kandris. Berdasarkan pengamatan

Zakiyah Nurish Shofa. Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mata Pelajaran Fiqih Materi Haji Kelas V-B MI Unggulan

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Fiqih di kelas VII SMP IT

belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 8 Tulungagung dan menambah pengetahuan serta pemahaman peneliti tentang penelitian kualitatif. 2) Bagi peneliti yang

Sehingga pada mata pelajaran Fiqih di MTsN 2 Lamongan guru mata pelajaran Fiqih menggunakan model evaluasi countenance dikarenakan terdapat praktik-praktik dan