atan peneliti
kerangka pe kukan.
ian
Untuk menentukan satu model pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan yang paling optimal, digunakan metode analytical hierarchy process (AHP) dan untuk menyusun strategi pelaksanaanya menggunakan analisis SWOT. Aliran proses kegiatan penyusunan konsep dan strategi pengelolaan hasil tangkapan sampingan pukat udang dalam kasus di Laut Arafura, Provinsi Papua ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Aliran proses kegiatan penyusunan konsep dan strategi
pengelolaan hasil tangkapan sampingan pukat udang, kasus di Laut Arafura, Provinsi Papua.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang cukup dan akurat, dilakukan pendekatan dengan metode survei dengan data obyek penelitian yaitu; fakta, proses, histori, persepsi tentang perikanan pukat udang, potensi ikan hasil tangkapan sampingan, infrastruktur, hukum dan kelembagaan, mekanisme serta sumber daya manusia dalam pengelolaan perikanan pukat udang di Laut Arafura.
3.4.1 Pengumpulan data dan informasi pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan
Kebutuhan data untuk bahan analisis dalam penyusunan alternatif pengelolaan diperoleh melalui kuesioner, wawancara, pertemuan dan diskusi dengan para stakeholder. Para stakeholder tersebut adalah responden yang mewakili pihak pemerintah atau regulator yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, sebagian Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten yang ada di Papua dan Departemen Kelautan dan Perikanan, mewakili pengusaha atau operator yaitu pengusaha perikanan pukat udang serta asosiasinya (HPPI) dan mewakili pemerhati perikanan pukat udang yaitu dari Akademi Perikanan Sorong.
Tabel 3. menyajikan daftar nama instansi dan jabatan responden yang disurvei.
Tabel 3. Daftar responden
No. N a m a Instansi Jabatan
1 Ir. Astiler Maharaja Dinas Kanla Provinsi Papua
Kepala Dinas 2 Ngatno Handoko, BE Dinas Kanla
Kabupaten Merauke
Kasubdin Prod. Perikanan 3 Benhur Okoseray, S.ST.Pi Dinas Pertanian
Kabupaten Kaimana
Kasubdin Kanla 4 Ir. Joko Martoyo, MM Departemen Kelautan
dan Perikanan (DKP)
Kasubdit
Pengawasan SDI 5 Hadi Darsuki PT. Bintuni Mina Raya Manejer
6 Mahditiara Artini CV. Bintang Mas Kepala Kantor Sorong 7 Achmad Kassim KM. Kurnia 11 – Jkt Nahoda 8 Bambang Wasito HPPI Perwakilan
Sorong
Ketua 9 Inda Lusiana, S.Pi. HPPI Pusat – Jkt Wakil Sekjen 10 Ir. Zulkifli Bugis Akademi Perikanan
Sorong
Prosedur penelitian dimulai dengan melakukan identifikasi dan inventarisasi berbagai produk kebijakan yang diberlakukan dalam mendukung pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan. Hasil identifikasi digunakan untuk melakukan analisis dan penilaian apakah kebijakan atau produk hukum yang ada dapat mendukung pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan secara optimal.
Dalam penelitian kualitatif terdapat tiga metode pengumpulan data yang bersifat fundamental dan sering digunakan bersama-sama (Mulyana, 2002), yaitu:
(1) Pengamatan berperan serta
Pengamatan berperan serta adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang yang sedang diteliti. Pengamat terlibat mengikuti orang-orang yang diteliti, melihat apa yang mereka lakukan, kapan, dengan siapa, dalam keadaan apa dan tindakan mereka.
(2) Wawancara mendalam
Wawancara adalah bentuk komunikasi, dimana seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara mendalam sering disebut sebagai wawancara tak terstruktur atau wawancara terbuka, dimana susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.
(3) Analisis dokumen
Pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam (termasuk wawancara sejarah) dapat pula dilengkapi dengan analisis dokumen seperti otobiografi, memoar, catatan harian, surat-surat keputusan, catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah, brosur, buletin dan foto-foto.
(4) Focus Group Discussion (FGD)
Selain beberapa metode pengumpulan data di atas untuk mendukung agar data yang diperlukan dapat dikumpulkan lebih sempurna sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable, maka juga digunakan teknik FGD. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan pemaknaan dari suatu kelompok atau komunitas tertentu berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu, FGD juga
dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
3.4.2 Pengumpulan data potensi hasil tangkapan sampingan
Untuk mengetahui potensi ikan hasil tangkapan sampingan, dilakukan kegiatan identifikasi dan kuantifikasi melalui data sekunder yang tersedia, studi literatur dan observasi langsung di Laut Arafura dengan mengikuti kapal penelitian (on board). Observasi langsung telah dilaksanakan untuk mengidentifikasi spesies, menghitung volume serta mengestimasi potensi hasil tangkapan sampingan termasuk spesies dan jumlah ikan hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan maupun yang dibuang sebagai discrards. Secara umum data yang telah dikumpulkan dari data sekunder, studi literatur dan observasi langsung meliputi :
(1) Jenis spesies dan volume ikan hasil tangkapan sampingan;
(2) Estimasi potensi dan komposisi ikan hasil tangkapan sampingan yang dominan;
(3) Jenis dan estimasi ikan hasil tangkapan sampingan yang dapat dimanfaatkan;
(4) Jenis dan estimasi hasil tangkapan yang tidak dapat dimanfaatkan (dibuang ke laut); dan
(5) Persentase jumlah ikan hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan dan tidak dimanfaatkan.
3.5 Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat beberapa analisis, tetapi menganalisis selengkap mungkin data relevan yang diperoleh di lapangan merupakan keharusan agar tujuan yang telah dirumuskan dapat mendekati keberhasilan. Karena penelitian ini berpijak pada realitas atau peristiwa yang sebenarnya berlangsung di lapangan, data dan informasi tentang pengelolaan hasil tangkapan sampingan diperoleh dari berbagai pihak yang tentunya mengandung kepentingan berbeda-beda yang menyebabkan permasalahan pengelolaan hasil tangkapan sampingan menjadi kompleks.
AHP adalah suatu proses ”rasionalitas sistemik”, metode analisis ini merupakan suatu pendekatan sebuah hierarki fungsional dengan input utama persepsi orang. Hierarki suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok berjenjang yang membentuk hierarki sehingga lebih sederhana. Pada penelitian ini metode AHP menjadi pilihan
penulis untuk menganalisis sistem pengelolaan hasil tangkapan sampingan dalam rangka menyusun konsep pengelolaan hasil tangkapan sampingan pukat udang di Laut Arafura, Provinsi Papua. Pilihan tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pengelolaan hasil tangkapan sampingan pukat udang di Laut Arafura adalah permasalahan yang kompleks dan konsep pengelolaan hasil tangkapan sampingan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif.
3.5.1 Analisis data potensi hasil tangkapan sampingan
Jenis ikan hasil tangkapan sampingan akan diidentifikasi spesies maupun jumlahnya. Selanjutnya dibagi dalam dua kelompok utama yaitu jenis hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan dan yang tidak dimanfaatkan (discards). Dari kelompok ikan hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan dipilah-pilah berdasarkan tingkat keekonomisan dan pemanfaatannya. Selanjutnya hasil pemilahan ditabulasikan untuk digunakan dalam analisis pengelolaan
3.5.2 Analisis sistem pengelolaan hasil tangkapan sampingan
Dalam analisis ini ditentukan alternatif pola dan model pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan pukat udang dari armada penangkapan pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura. Dari beberapa alternatif yang ada, dengan menggunakan metode AHP akan ditentukan prioritas pola dan model yang paling optimal dan memungkinkan untuk dilaksanakan.
Menggunakan AHP dimulai dengan menata elemen-elemen persoalan dalam bentuk hierarki, membuat pembandingan berpasangan antar elemen, selanjutnya dari perbandingan akan menghasilkan prioritas, setelah melalui sintesis maka diperoleh prioritas menyeluruh dan pada akhir kajian, diukur konsistensi dan penyelesaian elemen-elemen yang interdependensi. Adapun tahapan proses analisisnya penulis lakukan sebagai berikut:
(1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang paling optimal.
(2) Menyusun struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan yang paling bawah.
(3) Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan persepsi dan
( ( h t s t