• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Persaingan Usaha di Sektor Ritel

Dalam dokumen Reformasi Regulasi Persaingan Usaha (Halaman 58-62)

III. Saran dan Pertimbangan Kepada Pemerintah

2. Kajian Persaingan Usaha di Sektor Ritel

Perkembangan industri ritel di Indonesia begitu cepat dibandingkan dengan perkembangan sektor riil lainnya. Perkembangan itu disatu sisi menyebabkan persaingan disektor riil ini menjadi tinggi terutama persaingan antar sesama peritel terutama peritel modern. Namun disisi lainnya hal perkembangan industri ritel yang pesat ini berpotensi menimbulkan permasalahan mengingat kehadiran peritel besar dengan dukungan permodalan yang kuat, pelayanan yang prima dan jaringan yang luas diduga mengganggu peritel kecil seperti pasar-pasar tradisonal yang sudah ada sejak lama serta dengan kemampuan modal yang sangat besar menyebabkan peritel modern memiliki posisi tawar yang besar dibandingkan dengan pemasok barang-barangnya (supplier).

Kajian terkait sektor ritel difokuskan untuk mengetahui kekuatan pasar yang dimiliki peritel besar sebagai pembeli dalam hubungannya dengan pemasok yang akan dijual di hypermarket yang terfokus pada :

¾ Pemetaan pola hubungan antara pemasok dan peritel pada beberapa produk yang mewakili kondisi persaingan di tingkat pasar modern

¾ Pemetaan pelaku usaha pada jalur distribusinya serta peta persaingan yang terjadi di industri tersebut

¾ Dampak persaingan pada lini vertikal terhadap persaingan di lini horisontal ¾ Potensi permasalahan persaingan pada sisi vertikal maupun horizontal ¾ Identifikasi regulasi yang terkait

Dari hasil kajian yang dilakukan dilapangan diperoleh beberapa hal sebagai berikut : 1. Dalam hubungan antara pemasok dan peritel pada beberapa produk yang

pasar modern memiliki bargaining power yang kuat dikarenakan jangkauan pasar yang luas.

2. Pertimbangan terkait dominannya peritel dalam hal jangkauan pasar menjadi pertimbangan utama oleh pemasok dalam keputusan memasarkan produknya. baik dipasar tradisional maupun dipasar modern. Dalam pasar modern yang menjadi menjadi pertimbangan pemasok adalah potensi jangkauan pasar yang mulai tumbuh sebagai akibat meningkatnya pertumbuhan pasar modern.

3. Pemetaan pelaku usaha pada jalur distribusinya serta peta persaingan yang terjadi pada lini tersebut.

Pada hasil survey terhadap 53 perusahaan yang memproduksi sayur dan buah-buahan, mie instan biskuit, air minum dalam kemasan (AMDK) dan lainnya (elektronika, makanan dan keperluan rumah tangga) diperoleh kesimpulan: a. Bahwa beberapa perusahaan yang bergerak dibidang tersebut memiliki

posisi dalam rantai pemasaran sebagai produsen dan sekaligus pemasok dengan skala usaha rata-rata menengah dan besar

b. Secara umum perusahaan yang bergerak di bidang pertanian (produk sayuran dan buah-buahan) rata-rata memiliki 2 saluran pemasaran yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Dalam periode survey 2003-2007 menunjukkan prosentase penjualan produk perusahaan ke pasar tradisional mengalami penurunan sedangkan sebaliknya penjualan produk perusahaan ke pasar modern mengalami peningkatan.

Motif perusahaan memasok produknya dipasar modern didasari oleh beberapa hal diantaranya pasar modern selama ini merupakan saluran terbesar yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, memperkuat brand image perusahaan dan produk, strategi penjualan lebih menguntungkan, menjanjikan keuntungan yang lebih besar dikarenakan umumnya daya beli konsumen di pasar modern relatif lebih kuat, memperluas dan mencari peluang pasar yang lebih besar dengan menjangkau segmen konsumen kelas atas. Disamping keuntungan dalam hal memasok produknya ke pasar modern juga terdapat hambatan berupa pembayaran yang lamban, adanya bentuk-bentuk perjanjian tertulis maupun tidak tertulis yang cenderung memberatkan perusahaan dengan ketetapan biaya terkait seperti discount, up-front fee, slotting allowance, service

Untuk perusahaan tradisional kelebihan yang dimiliki adalah antara lain berupa pembayaran yang lebih cepat, umumnya tidak terdapat perjanjian-perjanjian yang memberatkan perusahaan dibandingkan kepasar modern, lebih mudah dijangkau masyarakat kecil, produk mudah dipasarkan dan umumnya tidak ada prosedur yang memberatkan dan mudah serta menjangkau segmen pasar menengah ke bawah. Sedangkan kelemahan yang dijumpai dipasar tradisional berupa sarana dan pelayanan yang relatif kurang memadai, jalur distribusi pasar yang terbatas yang berdampak pada harga dan rendahnya penjualan.

4. Potensi permasalahan persaingan usaha pada sisi vertikal maupun horisontal. Terdapat dua jenis supplier utama dalam industri perdagangan ritel Indonesia

yaitu:

(i) supplier murni yang terikat kontrak dengan produsen serta

(ii) supplier yang sekaligus juga produsen atau perusahaan yang berada dalam hirarki anak perusahaan atau dibawah holding yang sama.

Terdapat 38.9% dari sample perusahaan merupakan supplier murni yang menjalin kontrak dengan produsen (prinsipal) untuk memasarkan produk mereka. Perbedaan mendasar perilaku kedua jenis perusahaan ini terutama kewenangan dan keleluasaan supplier dalam menentukan harga dan dan jumlah yang mereka jual kepada peritel. Pola persaingan lini horisontal antar supplier, lini vertikal antara supplier dan peritel serta antar peritel sekelas maupun berbeda akan dipengaruhi oleh dua jenis supplier tersebut. Potensi masalah lain untuk produk-produk tertentu khususnya terkait produk pertanian, terdapat kecenderungan integrasi vertikal para peritel kedalam fungsi supplier bahkan produsen, yang berpotensi mengurangi tingkat persaingan antar peritel secara horisontal. Terdapat fasilitas-fasilitas tertentu seperti permodalan dan pembibitan yang diberikan peritel tertentu kepada produsen dan atau supplier sebagai upaya mengikat hubungan vertikal antara mereka dengan peritel tersebut. Hal ini berpotensi mengancam kelangsungan industri pertanian yang secara awam memiliki struktur permodalan berskala kecil dan menengah dan selanjutnya adalah terancamnya pola pola persaingan lini horisontal antar peritel melalui penentuan harga dan ketersediaan pasokan.

Para pemasok secara umum merasa puas menjalin hubungan bisnis dengan peritel dan sepakat untuk menjaga hubungan bisnis dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sedangkan strategi harga dan diskon diperoleh gambaran bahwa ada kecenderungan peritel modern mempunyai pengaruh lebih kuat dibanding peritel tradisional. Untuk penentuan harga terhadap pemasok dapat dilihat bahwa posisi penentuan harga yang dimiliki peritel modern lebih besar dibanding peritel tradisional. Begitu juga strategi diskon terhadap pemasok juga memperlihatkan peritel modern memiliki strategi diskon yang dominan.

Di tingkat horisontal sebanyak 96.8% pemasok tidak mempunyai perjanjian untuk tidak menjual kepada peritel pesaing dalam jenis pasar yang sama setelah ada kontrak dengan peritel tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam bersaing secara horisontal peritel tidak memaksakan ketentuan untuk memonopoli pasokan. Sedangkan persaingan harga ditingkat horisontal ditemukan bahwa pasar modern selalu menawarkan harga yang lebih murah untuk semua jenis komoditi yang dijadikan sampel dengan komposisi hypermarket menetapkan harga 4% dibawah yang ditetapkan supermarket sedangkan pasar tradisional 22% diatas harga supermarket.

Pada sektor perdagangan ritel terdapat dua hal pokok terkait dengan isu persaingan yaitu pertama pasar modern memiliki skala ekonomi dibandingkan pasar tradisional sehingga memudahkan mereka untuk bersaing baik antar sesama peritel modern maupun peritel tradisional. Kedua, kemampuan pasar modern dalam hal permodalan dibandingkan dengan pasar tradisional dapat menimbulkan bargaining position yang lebih kuat terhadap pemasok sehingga dapat memperoleh berbagai keuntungan negosiasi dibandingkan pasar tradisional dalam membeli harga pokok produk. Mengingat yang terjadi adalah permasalahan ketidakmampuan bersaing usaha kecil, maka secara garis besar terdapat dua hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah. 1. Melakukan perlindungan terhadap usaha kecil ritel serta memberdayakan usaha

kecil agar mampu bersaing dengan usaha retail modern. Dan hal inilah yang saat ini diatur oleh pemerintah dalam bentuk Peraturan Presiden No.112/2007 yang baru saja diterbitkan tanggal 27 Desember 2007 yang lalu. Akan tetapi, dari berbagai keluhan yang selama ini terjadi, sangat tampak justru permasalahan utama adalah lemahnya penegakan hukum terhadap berbagai peraturan yang ditujukan bagi pengaturan ritel seperti aturan tentang zonasi (Ruang Tata

Wilayah), jam buka dan sebagainya. Untuk itu, masalah penegakan hukum merupakan bagian yang sangat penting untuk dipantau bersama-sama.

2. Pemerintah juga berkewajiban untuk memberdayakan usaha kecil ritel agar mampu bersaing dengan usaha ritel modern. Berbagai pelatihan, tambahan permodalan, akses terhadap kredit, penguatan dalam pasokan distribusi, bimbingan manajemen, penataan lokasi berjualan dan bentuk penguatan lainnya

Dalam dokumen Reformasi Regulasi Persaingan Usaha (Halaman 58-62)