• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIALISASI REFORMASI REGULASI

Dalam dokumen Reformasi Regulasi Persaingan Usaha (Halaman 89-114)

Salah satu tugas utama dalam pengembangan kerjasama kelembagaan adalah membuka dan menjalin hubungan baik dengan lembaga domestik dan internasional. Hubungan tersebut dapat berupa kerjasama resmi melalui nota kesepahaman atau perjanjian, dan dapat berupa kegiatan bersama seperti seminar dan lokakarya. Kerjasama dengan lembaga tersebut menjadi penting apabila dikaitkan dengan reformai regulasi, karena kita menyadari bahwa kebijakan persaingan tidak dapat berdiri sendiri dan harus dibentuk bersama elemen pemerintahan yang lain agar dapat berjalan seiring menuju satu tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan rakyat. Dengan ketergantungan tersebut, fungsi kerjasama kelembagaan menjadi penting. Selama tahun 2007, KPPU telah melakukan beberapa target penting untuk perwujudan reformasi regulasi, yaitu pengadopsian integrated checklist on regulatory

reform, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, berbagi ilmu tentang hukum

dan kebijakan persaingan usaha pada forum internasional, pelaksanaan negosiasi tentang kebijakan persaingan di tingkat internasional, dan peningkatan peranan KPPU sebagai regular observer pada OECD.

Pengadopsian Integrated Checklist on Regulatory Reform merupakan suatu pedoman bagi ekonomi untuk melakukan reformasi regulasi. Dengan checklist tersebut, ekonomi akan memperoleh best practice atau model terbaik dalam melakukan perubahan kebijakannya. Indonesia hingga saat ini belum menerapkan

checklist tersebut secara penuh, namun secara parsial beberapa instansi telah

menerapkannya pada beberapa kebijakan spesifik. Dalam mendorong proses

reformasi regulasi tersebut, pada awal tahun 2007 KPPU telah menyampaikan keinginannya untuk mengadakan seminar APEC tentang penerapan integrated

checklist pada APEC CPDG Meeting yang diselenggarakan pada 23-24 Januari

2007 di Canberra, Australia. Pada pertemuan tersebut, KPPU menyampaikan beberapa tujuan seminar dan penjelasan tentang teknis pelaksanaan seminar tersebut.

Seminar tersebut dinamakan APEC Seminar on Utilizing the “APEC-OECD

Integrated Checklist on Regulatory Reform” in the Competition Policy and Deregulation Aspects yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 13-15 Juni 2007.

Dalam pelaksanaannya, seminar dihadiri oleh 98 peserta dari 16 ekonomi, lima diantaranya merupakan perwakilan ekonomi di Jakarta. Selain itu, dua peserta dari Sekretariat OECD juga hadir. Seminar tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi yang menciptakan arah yang jelas bagi reformasi regulasi. Salah satu rekomendasi penting yang dihasilkan adalah adanya kesepakatan para ekonomi untuk menemukan cara terbaik (berdasarkan pengalamannya) dalam mengadopsi

competition assessment, reformasi regulasi, dan kebijakan persaingan. Untuk itu

mereka juga menekankan pentingnya dialog yang kontinyu dan bantuan teknis dalam penerapan integrated checklist. Hal penting lain yang perlu ditindaklanjuti Indonesia maupun ekonomi lainnya adalah adanya pertimbangan untuk mengembangkan intitusi untuk menciptakan kepemimpinan dan koordinasi yang efektif antar pemerintah dalam mewujudkan reformasi regulasi.

Berbagai kesimpulan dan rekomendasi pelaksanaan seminar tersebut telah dilaporkan KPPU dan dibahas oleh ekonomi APEC pada APEC Policy Dialogue:

Seminar on the Role of Competition Policy in Structural Reform dan pertemuan

kedua APEC Economic Committee II yang dilaksanakan pada akhir bulan Juni 2007.

Peranan KPPU dalam APEC untuk Mendorong Regulatory Reform

Terdapat hal yang perlu mendapat perhatian penting bagi KPPU dan perkembangan penerapan hukum dan kebijakan persaingan di tingkat ekonomi APEC, serta pemenuhan upaya pencapaian regulatory reform di tingkat nasional. Perhatian tersebut diperoleh dari berhasilnya KPPU dalam meloloskan proposal proyek tentang penyelenggaraan seminar APEC tentang pemanfaatan APEC-OECD

Integrated Checklist terkait hubungan antara kebijakan persaingan dan regulator

sektoral. Dengan keberhasilan tersebut, KPPU kembali mendapat kehormatan sebagai tuan rumah dalam seminar internasional tersebut. Keputusan tersebut diperoleh setelah KPPU memperjuangkan proposalnya pada APEC Budget and

Management Committee Meeting yang diselenggarakan di Singapura pada awal

Agustus 2007. Seiring dengan persetujuan tersebut, KPPU juga mendapat kehormatan sebagai tuan rumah penyelenggaraan The Forth APEC Training in

Competition Policy sesuai usulan Japan Fair Trade Commission (JFTC). Dengan

demikian dapat dipastikan bahwa pada tahun 2008, KPPU akan mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah dua kegiatan internasional ekonomi APEC.

Lebih lanjut sebagai anggota ekonomi APEC, khususnya sub fora APEC CPDG, KPPU secara aktif telah berpartisipasi dalam proses penyusunan APEC Individual

Action Plan 2007 (Rencana Aksi Individu 2007) di bawah koordinasi Kantor

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Rencana aksi individu tersebut merupakan gabungan berbagai isu (chapter) yang terkait dengan kebijakan ekonomi di suatu negara, antara lain tarif dan non tarif, jasa, investasi, standarisasi, bea cukai, pengadaan pemerintah, hak kekayaan intelektual, dan kebijakan persaingan. Dalam konteks tersebut, KPPU bertanggung jawab atas chapter competition policy. Dalam rencana aksi individu tersebut, KPPU melaporkan berbagai perkembangan kebijakan persaingan di Indonesia dari berbagai aspek, antara lain general policy

framework, reviews of competition policies, competition institution, measures, cooperation arrangement, activities with other APEC economies and international organization, dan collective action.

Selain berpartisipasi dalam penyusunan APEC Individual Action Plan 2007, KPPU juga turut serta dalam penyusunan APEC Economic Policy Report 2008 (AEPR 2008). AEPR 2008 merupakan laporan yang berisikan perkembangan kebijakan ekonomi di seluruh ekonomi APEC. Untuk AEPR 2007, APEC telah mengesahkan topik Public Sector Governance dimana Indonesia menyampaikan kontribusi dalam

Individual Economic Policy Report. Khusus untuk penyusunan AEPR 2008, telah

disepakati Competition Policy sebagai topik laporan, sehingga KPPU dipercaya oleh Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI untuk mempersiapkan laporan tersebut. Laporan tersebut terdiri dari tiga chapter yaitu:

a. Chapter 1 tentang The Role of Competition Policy in Structural Reform and

Creating Competition Culture. Chapter ini akan terdiri dari beberapa sub-chapter

yaitu perkembangan APEC, Economic Committee, serta LAISR; perbedaan persaingan dan kebijakan persaingan; dan perkembangan bidang persaingan usaha di ekonomi APEC. Chapter ini dipersiapkan oleh Jepang dengan dapat memperoleh masukan dari Australia dan Indonesia;

b. Chapter 2 tentang Competition Policy at Different Stages for Development:

Lesson from APEC. Chapter ini dipersiapkan oleh Peru selaku tuan rumah APEC

2008; dan

c. Chapter 3 tentang Individual Economy Report on Competition Policy.

Indonesia (KPPU) merupakan salah satu co-sponsor AEPR 2008 tersebut. Selaku

co-sponsor, KPPU diharapkan dapat berpartisipasi dalam penyusunan Chapter 1

dalam laporan tersebut. Selaku anggota APEC, Indonesia juga diminta berpartisipasi dalam menyiapkan Individual Economic Policy Report yang merupakan bagian dari

Chapter 3. Oleh karena topik tahun tersebut adalah competition policy, maka KPPU

diminta untuk mempersiapkan laporan individual tersebut berdasarkan format (template) yang telah disepakati.

Peranan KPPU dalam Pembentukan Wadah Diskusi Hukum dan Kebijakan Persaingan Tingkat ASEAN

Dalam perwujudan peranan tersebut, KPPU selalu aktif dalam berkontribusi pada seri pertemuan tahunan ASEAN Consultative Forum for Competition (ACFC) dan konferensi internasional ACFC yang diselenggarakan di Vietnam pada bulan Agustus dan Oktober 2007. Dalam konferensi tersebut dibahas berbagai hal, yaitu tentang forum regional dalam mengembangkan hukum persaingan, saran pengembangan kerjasama regional, identifikasi elemen bagi kerjasama regional yang efektif, dan kebutuhan atas kerjasama yang efektif antar anggota ASEAN. Dalam konferensi tersebut, KPPU mendapatkan kepercayaan untuk menyampaikan perkembangan terakhir dalam institusi dan hukum persaingan usaha di tingkat ASEAN. Lebih lanjut dalam pertemuan tahunan perkumpulan institusi terkait hukum dan kebijakan persaingan tingkat ASEAN tersebut juga dibahas 2 (dua) proposal pengembangan implementasi hukum dan kebijakan persaingan di tingkat regional. Proposal pertama datang dari Indonesia yang mengusulkan pembentukan ASEAN

Competition Institute (ACI) sebagai organisasi independen yang non-profit yang

ditujukan untuk membantu negara ASEAN dalam mengembangkan hukum persaingan dan mendukung tugas ACFC dan AEGC nantinya. Selain ACI, pertemuan juga membahas usulan pembentukan ASEAN Expert Group on

Competition (AEGC) dari Vietnam dan Singapura. Berdasarkan keterangan

disampaikan, KPPU menyatakan dukungannya atas keberadaan AEGC karena keberadaan organisasi tersebut merupakan salah satu cara terbaik dalam mencapai visi ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Namun demikian, KPPU juga berpandangan bahwa keberadaan ACFC tetap dipertahankan walaupun AEGC telah dibentuk. Dalam rangka melanjutkan program ACFC, diputuskan untuk periode 2007-2008 ACFC akan dipimpin oleh Singapura (CCS) selaku Ketua dan Malaysia (Ministry of National Planning and Economic Development) selaku Wakil Ketua. Jabatan tersebut secara efektif berlaku pertanggal 1 Oktober 2007.

Melanjutkan agenda tersebut, pada 25 Oktober 2007 KPPU juga berkontribusi dalam

ACFC Top Level Official Meeting guna membahas persiapan pembentukan ASEAN

Expert Group on Competition (AEGC) dan serah terima posisi Ketua ACFC dari Vietnam kepada Singapura. Sebagaimana hasil the 39th ASEAN Economic Minister (AEM) Meeting yang dilaksanakan di Makati City, Philippines pada tanggal 24

Agustus 2007, Senior Economic Official Meeting (SEOM) telah setuju untuk merekomendasikan kepada AEM tentang pembentukan AEGC untuk dapat berada di bawah SEOM. Pertemuan ACFC ini ditujukan untuk membahas hal teknis yang dijelaskan dalam kerangka acuan kerja organisasi tersebut. Hingga saat ini, peranan KPPU dalam pembentukan AEGC tersebut masih intensif dilakukan.

Peranan KPPU dalam Peningkatan Kerjasama Antar Lembaga Persaingan

Selain berperan aktif pada forum internasional dan regional, KPPU terus berupaya dalam menjaga dan meningkatkan harmonisasi antar lembaga internasional yang selama ini terjalin dengan baik. Hal tersebut diwujudkan dengan memfasilitasi berbagai survey yang disampaikan oleh berbagai lembaga dan organisasi persaingan usaha tingkat internasional. Salah satu diantaranya adalah pertanyaan (kuesioner) yang disampaikan Office of Commercial Affairs, Royal Thai Embassy di Jakarta. Kuesioner tersebut disampaikan terkait dengan upaya Department of

penyusunan Competition Policy Framework. Dalam hubungan tersebut, Kementerian meminta KPPU dalam menyampaikan berbagai informasi terkait penerapan kebijakan dan hukum persaingan di Indonesia, antara lain mengenai kerangka kebijakan persaingan; hubungan antara kebijakan persaingan dengan kebijakan lain; cara efektif dalam menerapkan hukum persaingan; aplikasi hukum dan kebijakan persaingan dalam sektor pertanian, industri, dan jasa; serta berbagai bentuk integrasi vertikal di Indonesia.

Selanjutnya dalam lingkup kerjasama KPPU dengan Japan Fair Trade Commission (JFTC), dengan didukung oleh The Association for Overseas Technical Scholarship (AOTS), sub-direktorat pada bulan Oktober memfasilitasi adanya suatu pelatihan bagi para akademisi atau peneliti di bidang persaingan usaha mengenai hukum dan kebijakan persaingan usaha di Jepang. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan selama seminggu pada bulan Februari 2008 di Tokyo, Jepang dan akan membahas beberapa substansi, antara lain Japan’s Antimonopoly Act, perkembangan terakhir hukum dan kebijakan persaingan di tiap negara, dan diskusi panel mengenai beberapa isu persaingan. KPPU menyadari bahwa media tersebut merupakan hal yang penting dalam membangun dan meningkatkan peran serta akademisi dalam mengembangkan kebijakan persaingan usaha, baik di tingkat nasional maupun international (dalam hal ini wilayah Asia Timur).

Dalam lingkup kerjasama KPPU dengan GTZ-ICL, KPPU telah memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan pelatihan tentang hukum persaingan tingkat lanjutan bagi Hakim Pengadilan Negeri di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kegiatan tersebut direncanakan membahas mengenai penanganan kasus tender di KPPU dan dilaksanakan pada tanggal 14-15 November 2007 di Yogyakarta. Mengikuti kegiatan pelatihan tersebut, KPPU dan GTZ-ICL juga memfasilitasi kunjungan Prof. J. Bornkamm, Hakim Agung Jerman, ke Indonesia. Kunjungan yang dilaksanakan pada 19-23 November 2007 tersebut, akan membahas beberapa isu, antara lain proses penanganan keberatan putusan persaingan usaha di Indonesia. Selain dengan KPPU, Prof. J. Bornkamm juga akan melakukan pertemuan dan diskusi dengan Mahkamah Agung dan para stakeholder.

APEC Seminar on Utilizing

the “APEC – OECD Integrated Checklist on Regulatory Reform” in the Competition Policy and Deregulation Aspects

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bekerja sama dengan Sekretariat APEC mengundang anggota APEC untuk berpartisipasi dalam “APEC–OECD Integrated Checklist on

Regulatory Reform” yang diselenggarakan pada tanggal 13–15 Juni 2007 di Jakarta. Sesi–

sesi yang disusun dalam seminar didahului dengan pembukaan dari Mr. Toshiyuki Nanbu (Convenor of CPDG), Bapak Budiono (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian), dan Bapak Mohammad Iqbal (Ketua KPPU). Selanjutnya, keynote speech disampaikan masing – masing oleh Professor Tetsuzo Yamamoto (Graduate School of Commerce, Waseda University) dan Mr. Sean Ennis (Competition Division, OECD Secretariat)

Seminar yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman mengenai APEC–OECD Checklist (checklist) sebagai sebuah alat self–assesment yang efektif, diselenggarakan sebagai ajang tukar informasi dan pengalaman dalam penerapan checklist serta dampaknya pada proses

Regulatory Reform. Hasil seminar ini menjadi rekomendasi mengenai kemungkinan tindakan

nyata untuk memanfaatkan checklist dalam harmonisasi kebijakan antara badan regulator dan lembaga persaingan.

Pada prinsipnya, reformasi regulasi didefinisikan sebagai perubahan–perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas regulasi dalam rangka perbaikan kinerja ekonomi, efektifitas biaya serta administrasi pemerintahan. Bentuk reformasi dapat berupa revisi dan penataan ulang kerangka regulasi serta perbaikan proses yang mempertimbangkan 3 (tiga) kunci penggerak utama dalam reformasi regulasi yaitu kebijakan regulasi, kebijakan persaingan, dan kebijakan keterbukaan pasar.

Mencermati bahwa hasil dari seminar tersebut menjadi awal dari peningkatan pemahaman terhadap dua substansi utama, yaitu reformasi regulasi serta hukum dan kebijakan persaingan, maka pembahasan dibagi dua grup yang berbeda yaitu grup diskusi pertama mengenai Regulatory Reform, dan grup diskusi kedua mengenai Competition Policy and Law. Hasil diskusi dapat merefleksikan rekomendasi dan tanggapan positif terhadap pemberlakuan kebijakan persaingan baik di negara yang telah mengadopsi hukum persaingan maupun yang belum.

Rekomendasi yang diperoleh pada sesi terakhir seminar diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga–lembaga pengawas persaingan dan institusi terkait untuk menyusun implementasi kebijakan persaingan yang berkelanjutan dengan pendekatan bertahap yang juga sejalan dengan kebijakan anggota APEC. Jika hal itu terwujud, maka kontribusinya bagi anggota-anggota APEC akan sangat besar khususnya dalam sistem hukum persaingan.

Akhirnya, walaupun antara satu anggota APEC dengan yang lain, pendekatan terhadap kebijakan dan hukum persaingan ditemukan perbedaan tetapi penjabaran masing–masing agenda dari setiap anggota APEC akan sangat berguna untuk mendukung keberadaan hukum persaingan. Dengan demikian setiap negara dapat mengikutsertakan kebijakan dan hukum persaingan bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keterbatasan sumber daya manusia untuk membangun sektor ekonomi dalam kaitannya dengan isu persaingan diharapkan tidak membatasi kepentingan untuk mengadopsi dan mengimplementasi hukum persaingan.

Seminar tersebut dihadiri oleh sekitar 60 perserta, baik dari dalam dan luar negeri, khususnya anggota APEC. Diharapkan seminar tersebut akan menghasilkan masukan dan rekomendasi yang bermanfaat.

4 . 1 . P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S S U M B E R D A Y A M A N U S I A

Sumber daya manusia merupakan aset yang harus dijaga, dipertahankan, dan ditingkatkan nilainya. Hal tersebut juga berlaku bagi KPPU, terlebih dengan karakter fungsi KPPU yang sangat spesifik, yaitu penegakan hukum persaingan dan pemberian advokasi kepada pemerintah dan publik. Dalam meningkatkan kapasitas tersebut, KPPU telah memfasilitasi beberapa pelatihan (workshop) di tingkat domestik dan internasional bagi sumber daya manusia KPPU.

OECD-Korea Regional Center for Competition (OECD-RCC) merupakan salah satu

bagian dari OECD yang memfasilitasi pelatihan dalam penegakan hukum persaingan bagi pegawai pemerintah di Asia. Dalam pelatihan tersebut, beberapa materi tingkat lanjut disampaikan dan dibahas oleh ahli dalam hukum persaingan usaha yang didatangkan dari kantor pusat OECD di Paris. KPPU sendiri telah aktif dilibatkan dan bertukar pengalaman dalam pelatihan tersebut sejak pendirian OECD-RCC, yaitu pada akhir tahun 2004. Pada semester pertama 2007, telah diselenggarakan 3 (tiga) pelatihan (workshop) yang dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan. Berbagai teori dan praktek tentang definisi pasar, mengukur kekuatan pasar, merjer, penyalahgunaan posisi dominan, pelaksanaan dan sanksi, serta penetapan harga dibahas dalam workshop tersebut.

Dalam kerjasamanya dengan Japan Fair Trade Commission (JFTC), KPPU dengan difasilitasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) telah mengirimkan 10 (sepuluh) staf sekretariatnya untuk mengikuti country focused training yang dilaksanakan di Nagoya dan Tokyo selama 3 (tiga) minggu pada bulan Februari-Maret 2007. Pelatihan yang sangat komprehensif tersebut difokuskan kepada praktek-praktek penegakan hukum dan kebijakan persaingan di Jepang dan sekaligus berbagai pengenalan dan pembahasan tentang internal JFC. Selain bagi Staf Sekretariat KPPU, JICA dan JFTC juga memfasilitasi studi banding bagi 13 (tiga belas) Anggota KPPU di kota Osaka dan Tokyo selama 2 (dua) minggu pada bulan Maret 2007.

Dalam konteks keanggotaan ASEAN Consultative Forum for Competition (ACFC), KPPU juga diberikan kesempatan untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan

yang diselenggarakan ACFC, yaitu Advanced Workshop on “Investigating Abuse of

Dominance Cases” yang dilaksanakan di Hanoi pada bulan Maret 2007.

Untuk meningkatkan kualitas saran dan pertimbangan, KPPU juga telah mengirimkan staf sekretariatnya untuk belajar mengenai teori dan metode analisa ekonomi dalam penilaian permasalahan kebijakan persaingan melalui keikutsertaan pada Research Symposium on Political Economy Constraints in Regulatory

Regimesin Developing Countries yang diadakan oleh Consumer Unity and Trust Society (CUTS), suatu organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang perlindungan

konsumen, pada bulan Maret 2007 di New Delhi, India.

Pada semester pertama tahun 2007, KPPU telah mengangkat 77 orang staf baru yang berasal dari berbagai latar belakang pengetahuan, seperti hukum, ekonomi, teknik, dan sebagainya. Dengan bertambahnya kekuatan KPPU tersebut, maka adalah suatu kewajiban bagi instansi untuk berupaya meningkatkan nilainya melalui berbagai pelatihan. Pada semester pertama 2007, KPPU bekerjasama dengan UNCTAD dan GTZ telah melaksanakan Roundtable Discussion on Competition Law

and Policy dan Workshop on Competition Law and Policy bagi staf baru, direksi,

serta Anggota Komisi. Kegiatan tersebut telah memberikan pengetahuan dasar bagi staf baru KPPU dalam melaksanakan tugasnya, serta telah mengangkat suatu kesadaran akan pentingnya reformasi regulasi dalam bidang telekomunikasi dan metode penanganan keberatan atas putusan KPPU. Direncanakan kedua permasalahan tersebut akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan KPPU dengan UNCTAD berikutnya. Selain itu, kegiatan tersebut juga telah menghasilkan suatu kerjasama bilateral antara KPPU dan UNCTAD untuk periode 2 (dua) tahun kedepan. Dalam kerjasama tersebut, KPPU diminta secara khusus untuk menjadi pusat pengembangan hukum dan kebijakan persaingan untuk wilayah Asia Tenggara. Dalam mewujudkan hal tersebut, UNCTAD akan memfasilitasi pelaksanaan penerjemahan modul pelatihan UNCTAD ke dalam bahasa Indonesia dan pelaksanaan training for trainer (ToT) bagi internal dan eksternal KPPU, sekaligus fasilitasi pelaksanaan workshop dalam industri telekomunikasi, infrastruktur dan fasilitas esensial lain, serta potensi penerapan class action dalam penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia.

Sebagai wujud peran serta dalam pengembangan sumber daya manusia KPPU, KPPU telah memfasilitasi staf dalam mengikuti 2 (dua) pelatihan internasional selama bulan Agustus. Pelatihan tersebut meliputi the 3rd APEC Training Course on Competition Policy for APEC Economies yang diselenggarakan di Singapura dan Specific Training Program oleh Taiwan Fair Trade Commission yang

diselenggarakan di Taiwan. Pelatihan pertama merupakan bagian dari seri pelatihan dalam bidang kebijakan persaingan selama periode lima tahun, yaitu dari tahun 2005-2009. Dua pelatihan sebelumnya telah dilaksanakan di Filipina dan Thailand dan secara umum berfokus kepada implementasi kebijakan persaingan dalam anggota APEC. Khusus pada pelatihan ketiga tersebut, materi akan difokuskan kepada dua topik, yaitu Kebijakan Persaingan dan Usaha Kecil dan Menengah; dan Implementasi Hukum dan Kebijakan Persaingan yang Efektif. Sedangkan pelatihan oleh TFTC merupakan program pelatihan yang tailor-made berdasarkan kebutuhan dan usulan yang disampaikan oleh KPPU.

Perumusan peraturan tentang merjer dan akuisisi sebagai tindaklanjut amanat pasal 28 dan 29 UU No. 5/1999 telah dilaksanakan dan disampaikan KPPU kepada instansi pemerintah terkait untuk disahkan. Hingga saat ini proses pembahasan tersebut masih berlangsung. Dalam upaya mendukung kesiapan KPPU dalam pelaksanaan aturan merjer dan akuisisi tersebut, KPPU telah memfasilitasi partisipasi sumber daya KPPU dalam mengikuti The Joint Seminar by The Chinese

Taipei Fair Trade Commission (CTFTC) and the OECD on “Merger Control Issues in Developing and Transition Economies” yang dilaksanakan di Kuala Lumpur,

Malaysia pada tanggal 11-12 September 2007. Dalam seminar gabungan tersebut dibahas berbagai topik penting, yaitu pentingnya pengaturan tentang merjer, permasalahan pasar produk dan pasar geografis, pentingnya notifikasi sebelum merjer dan pemilihan standar penilaian, proses implementasi peningkatan efektifitas notifikasi sebelum merjer, dan sanksi terkait aturan merjer.

Selain memfasilitasi konferensi tersebut, KPPU juga memfasilitasi proses administrasi dan substansi atas kunjungan dinas Anggota KPPU ke berbagai lembaga terkait persaingan usaha di Jerman pada tanggal 2-8 September 2007. Dalam rangkaian kunjungan yang difasilitasi di bawah kerjasama KPPU dan GTZ tersebut, Anggota KPPU telah berdiskusi dengan lembaga penegak hukum persaingan, lembaga kebijakan persaingan, regulator sektoral, pengadilan,

kementerian ekonomi dan teknologi, anggota parlemen, akademisi, dan pengacara di Jerman seputar persoalan persaingan usaha di kedua negara.

Dalam bulan Oktober, KPPU juga memfasilitasi partisipasi KPPU dalam dua kegiatan pelatihan (yaitu pelatihan oleh OECD-RCC dan ACFC) dan dua pertemuan tingkat tinggi (OECD dan ACFC). Pertama, sebagai bentuk perwujudan kerjasama KPPU dengan OECD, KPPU untuk keempat kalinya dalam tahun ini kembali menugaskan stafnya untuk mengikuti Workshop on Anticompetitive Unilateral

Conduct yang diselenggarakan di Seoul, 10-12 Oktober 2007. Dalam workshop yang

diselenggarakan secara rutin oleh OECD Korea Regional Center for Competition (OECD-RCC) tersebut, pembahasan difokuskan kepada berbagai permasalahan penyalahgunaan posisi dominan; khususnya exclusive dealing, bundling and tying,

fidelity rebates, refusals to deal, predation, dan permasalahan lainnya. Dalam

pelatihan tersebut, KPPU ditugaskan untuk menyampaikan dua kasus pada dua sesi, yaitu sesi pembahasan bundling, tying dan fidelity rebates; dan sesi pembahasan refusals to deal dan predatory pricing. Pelatihan kedua, merupakan ASEAN Consultative Forum on Competition (ACFC) Training Course on Merger and

Dalam dokumen Reformasi Regulasi Persaingan Usaha (Halaman 89-114)