• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan

Produk akhir berupa media pembelajaran konvensional yang telah divalidasi oleh dua pakar media pembelajaran konvensional dan dua guru kelas XI SMA. Masing-masing validator memberikan komentar dan saran untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan produk. Dari hasil validasi, komentar dan saran tersebut, peneliti melakukan revisi produk awal untuk menghasilkan produk akhir media pembelajaran konvensional untuk materi biologi semester genap kelas XI SMA yang lebih layak dan lebih baik.

Beberapa media pembelajaran konvensional perlu direvisi dan dibuat kembali sesuai dengan komentar dan saran.

a. Kajian Produk Akhir

1. Media Pembelajaran Konvensional untuk Materi Biologi Semester Genap Kelas XI SMA

Media pembelajaran konvensional untuk materi biologi semester genap kelas XI SMA setelah direvisi berdasarkan komentar dan saran perbaikan dari dua pakar media dan satu guru kelas XI SMA, terdapat beberapa perubahan. Perubahan tersebut meliputi aspek konten/isi, aspek tampilan dan aspek cara penggunaan dan penyajian. Pada aspek konten/isi, peneliti melakukan perbaikan dengan membuat pohon refleksi dan kartu refleksi sebagai media yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan refleksi. Pohon dan kartu refleksi bertujuan membantu peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya setelah mempelajari materi yang diberikan oleh guru sehingga guru dapat mengerti setiap perasaan peserta didik guna keberlanjutan pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya, peneliti juga mengembangkan beberapa tata cara bermain dalam prosedur estafet agar ketika peserta didik ragu/tidak dapat menjawab soal maka dapat berdiskusi bersama kelompoknya. Pada aspek tampilan, peneliti juga memperhatikan dan merevisi ukuran huruf yang digunakan supaya lebih diperbesar agar tampak jelas saat

dipasang dipapan tulis. Selain itu, memilih warna dasar yang cerah agar tulisan tampak jelas, memilih warna background yang bervariasi agar mudah dibedakan antar kelompok dan saat penskoring (terutama pada gelang estafet). Berdasarkan beberapa komentar dan saran dari hasil validator terkait media segitiga puzzle, maka peneliti mendesain media segitiga puzzle untuk digunakan pada kelas kecil atau dimainkan dalam kelompok kecil. Hal ini dimaksudkan agar gambar maupun tulisan pada tiap sisi segitiga dapat dijangkau keterbacaannya oleh semua peserta didik. Selain itu, komentar dan saran validator juga menunjukkan bahwa beberapa media pembelajaran konvensional sebaiknya dibuat dan dimainkan tidak hanya pada kelompok besar/secara klasikal namun juga untuk dimainkan pada kelompok kecil, maka peneliti menentukan media segitiga puzzle yang didesain untuk dimainkan pada kelompok kecil. Pada media ular tangga terkait kartu soal dan kartu jawaban, dari komentar dan saran validator menunjukkan bahwa cover/luaran setiap kartu soal dan kartu jawaban selain diberi angka juga diberi keterangan “soal” untuk kartu soal dan “jawaban” untuk kartu jawaban. Maka peneliti merevisinya dengan tidak mengikuti komentar dan saran tetapi hanya membuat perbedaan warna pada angka yang tertera di kartu soal dan kartu jawaban. Hal ini bertujuan untuk tampilan luaran kartu agar terkesan lebih menarik dan mudah. Sedangkan, pada aspek cara

penggunaan dan penyajian, peneliti akan menggunakan bahasa yang lebih sederhana agar peserta didik lebih mudah memahami setiap petunjuk yang terpaparkan dalam LKS. Adapun tambahan yang diberikan oleh validator terkait batasan waktu yang belum ditentukan, maka peneliti merevisinya dengan menambahkan keterangan batasan waktu secara terperinci dan jelas pada setiap permainan agar proses belajar mengajar antara guru dan peserta didik dapat digunakan secara lebih efektif. Contohnya : pada media ular tangga, batasan waktu untuk bermain ular tangga ditambahkan keterangan dengan menuliskan waktu yaitu 30 menit, begitupun pada beberapa permainan lainnya.

Berdasarkan komponen aspek-aspek tersebut maka peneliti melakukan sedikit revisi pada aspek konten/isi, aspek tampilan dan aspek cara penggunaan dan penyajian, namun tidak sepenuhnya mengikuti komentar dan saran yang diberikan oleh masing-masing validator mengingat antar validator memiliki pendapat yang berbeda. Dengan demikian, peneliti merevisi produk dengan mempertimbangkan setiap pendapat validator menyimpulkan komentar dan saran dari beberapa validator lalu mengambil titik tengahnya yang mendukung produk media pembelajaran konvensional.

2. Pembahasan

Dalam mengembangkan produk berupa media pembelajaran konvensional untuk materi biologi semester genap kelas XI SMA maka peneliti mengikuti dan menggunakan acuan langkah-langkah pengembangan media seperti yang sudah dipaparkan pada bab II. Sebelum merancang media pembelajaran konvensional, peneliti melakukan langkah awal yaitu wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan kebutuhan untuk memperoleh dan mengetahui informasi terkait sudah sejauh mana guru membuat dan menggunakan/memanfaatkan media pembelajaran konvensional dalam pembelajaran biologi di semester genap kelas XI dan seberapa jauh kebutuhan akan media pembelajaran konvensional untuk materi biologi di semester genap kelas XI.

Produk media pembelajaran konvensional yang telah dikembangkan meliputi media ular tangga, domino 1 dimensi, gelang estafet, segitiga puzzle, kartu estafet dan kartu menjodohkan berurutan. Produk media pembelajaran untuk materi biologi semester genap kelas XI telah dinilai/divalidasi oleh 2 orang pakar media pembelajaran konvensional dan 2 orang guru biologi SMA kelas XI. Dalam tahap validasi media pembelajaran konvensional, ada beberapa aspek yang divalidasi yaitu aspek konten/isi, aspek tampilan, aspek cara penggunaan dan penyajian serta aspek bahasa. Untuk memvalidasi produk media yang telah

dibuat, peneliti membuat dan menggunakan instrumen validasi yang mencakup keseluruhan media yang dibuat.

Berdasarkan tabel 4.4. tentang rekapitulasi data validasi oleh 2 pakar media pembelajaran konvensional dan 2 guru Biologi kelas XI SMA, menunjukkan hasil validasi kualitas kelayakan media pembelajaran konvensional untuk materi biologi semester genap kelas XI SMA. Secara terperinci menunjukkan bahwa pakar media pembelajaran konvensional (I.Y.L) memberikan skor yaitu 2,93 dengan kriteria “Baik” sedangkan pakar media pembelajaran konvensional (Y.M.L.F) memberikan skor yaitu 3,27 dengan kriteria “Sangat Baik”. Penilaian dari guru biologi SMA N 1 DEPOK memberikan skor yaitu 4 dengan kriteria “Sangat Baik” dan guru biologi SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta memberikan skor yaitu 4 dengan kriteria “ Sangat Baik”. Oleh karena itu, perolehan rata-rata skor dari rekapitulasi data validasi oleh dua pakar media pembelajaran konvensional dan dua guru Biologi SMA kelas XI yaitu 3,55 dengan kriteria “Sangat Baik” menunjukkan bahwa produk media pembelajaran konvensional yang dikembangkan dikatakan memiliki kualitas yang layak untuk digunakan dalam pembelajaran biologi semester genap kelas XI SMA. Akhir dari produk media pembelajaran konvensional berdasarkan pada spesifikasi produk media pembelajaran konvensional yang telah dikembangkan dan perlu untuk direvisi

oleh peneliti. Adapun penjelasannya terkait beberapa produk media yang telah direvisi sebagai berikut :

2.1. Media pembelajaran konvensional berupa “Ular Tangga untuk Materi Sistem Saraf”

Media ular tangga dirancang dan dibuat mengikuti media ualr tangga pada umumnya yang terdiri dari beberan, bidak pemain dan sejumlah kartu soal. Dalam menggunakannya, pemain pada umumnya menggunakan bidak sebagai tanda pemain dan melempar dadu untuk memulai permainan. Dalam beberan akan terdapat ular (turun) dan tangga (naik) dan pemain akan ditugaskan untuk mengambil kartu soal kemudian menjawabnya. Spesifikasi dari produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah berdasarkan konsep dasar ular tangga pada umumnya, hanya saja peneliti memvariasikan media ular tangga dengan menggantikan gambar “ular” dan “tangga” dengan gambar yang mewakili materi Sistem Saraf. Gambar dapat dilihat pada lampiran 28 atau 29.

Berdasarkan saran dan komentar validator, maka kartu soal mengalami revisi produk, terlihat seperti gambar berikut ini:

Gambar a.1. dan a.2. Kartu Ular Tangga

Pada gambar a.1. menunjukkan keadaan awal produk yaitu warna angka yang tertera pada cover kartu soal yang didesain sama persis dengan warna angka pada cover kartu jawaban, sehingga dapat membingungkan peserta didik dalam bermain, sedangkan pada gambar a.2. menunjukkan produk akhir kartu soal, dimana warna angka lebih dipertegas sehingga antara kartu soal dan jawaban mudah dibedakan.

2.2. Media pembelajaran konvensional berupa “Gelang Estafet untuk materi Sistem Hormon”

Media gelang estafet dirancang dan dibuat mengikuti media estafet pada umumnya. Dinamakan gelang estafet sebab pada kartu

sudah dibuat lubang kecil dibagian sisi kiri atas dan bentuk talinya menyerupai gelang sedangkan dalam memainkannya sangat mudah, peserta didik ditugaskan untuk memasangkan gelang estafet pada tiang jawaban sesuai dengan kriteria jawaban yang cocok dan benar. Dalam kartu estafet termuat pernyataan tentang materi Sistem Hormon sedangkan pada tiang jawaban mewakili dari kelenjar hormon. Jadi saat memainkannya, peserta didik mencocokkan antara pernyataan dengan kriteria dari kelenjar hormon.

Berdasarkan komentar dan saran validator, maka media gelang estafet mengalami revisi produk, seperti pada gambar berikut ini:

Gambar b.1 dan b.2. Gelang Estafet

Spesifikasi dari gambar gelang estafet di atas merupakan produk awal yang belum direvisi (Gambar b.1.) dan sesudah direvisi (Gambar b.2.). Dari hasil validasi menunjukkan bahwa gelang estafet memiliki beberapa kelemahan yaitu ukuran huruf yang terlalu kecil, warna background pada tulisan yang kurang baik dan terkesan cukup gelap serta luaran/covernya pun kurang menarik. Setelah divalidasi dan mempertimbangkan komentar dan saran dari validator, maka peneliti merevisinya supaya media dapat dikatakan layak untuk digunakan dalam pembelajaran. berikut, dibawah ini merupaka produk akhir yang telah buat oleh peneliti.

Dari spesifikasi gambar di atas menunjukkan bahwa media yang sudah direvisi, tampak ukuran huruf serta warna bckground dan luarannya/cover terlihat lebih jelas dan lebih menarik dan tentunya dapat memudahkan guru saat melakukan penskoringan setiap kelompoknya sebab warna pada luarannya memiliki bermacam-macam warna.

2.3. Media pembelajaran konvensional berupa “Kartu Menjodohkan Berurutan untuk materi Gangguan pada Sistem Kekebalan Tubuh Manusia”

Media kartu menjodohkan berurutan didesain untuk kelompok besar. Dalam kartu menjodohkan berurutan termuat materi tentang Sistem Kekebalan Manusia yang membahas sebagian besar gangguan pada Sistem Kekebalan Tubuh Manusia.

Kartu menjodohkan berurutan pada umumnya memiliki prinsip yang hampir sama dengan kartu domino yaitu kartu yang dibuat berbentuk persegi panjang yang dibagi menjadi 2 sisi. Setiap sisinya termuat pernyataan atau pertanyaan. Sedangkan dalam memainkannya, cukup dengan menjodohkan antara sisi kartu pernyataan/pertanyaan ke sisi kartu yang lain yang merupakan jodoh/pasangannya yang sesuai. Namun, berbeda dengan kartu domino yang didesain memiliki banyak kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan/dijodohkan, maka kartu menjodohkan berurutan didesain hanya memiliki satu jawaban/pasangan saja yang cocok dan benar sehingga jika sewaktu memainkannya terjadi kekeliruan maka permainan tidak dapat dilanjutkan. Sebab itulah, permainan ini disebut dengan kartu menjodohkan berurutan yang harus dijodohkan antara soal atau jawaban secara berurutan dan benar. Agar tidak terjadi kekeliruan ketika bermain, maka peran guru sangat membantu proses berjalannya permainan tersebut.

Berikut adalah spesifikasi produk media kartu menjodohkan berurutan yang memiliki beberapa kelemahan dan harus direvisi.

Gambar c.1. dan c.2. Kartu Menjodohkan Berurutan

Berdasarkan hasil validasi menunjukkan bahwa pada gambar c.1. media kartu menjodohkan berurutan memiliki beberapa kelemahan seperti pasangan antara pernyataan dan jawaban kurang sesuai bahkan dapat menimbulkan makna ganda/bias yang dapat membingungkan peserta didik saat memasangkannya. Misalnya, sisi kartu “Hormon” yang dijodohkan dengan sisi kartu “Sintesis IgG dan IgA pada wanita lebih tinggi sehingga menjadi lebih kebal terhapat infeksi daripada pria. Kata “Hormon” kurang

menunjukkan pasangan yang cocok. Begitupun dengan sisi kartu “Pajanan zat berbahaya” yang dijodohkan dengan sisi kartu “Gambar-gambar minuman dan rokok” yang menurut hasil validasi bahwa kata “Pajanan” kurang cocok untuk digunakan karena kurang begitu familiar, oleh karena itu peneliti merevisinya dengan mengganti seperti pada gambar berikut ini :

Dari spesifikasi gambar di atas menunjukkan bahwa media telah direvisi pada gambar c.2. tampak kesesuaian antara sisi pernyataan/pertanyaan yang dijodohkan/dipasangkan pada sisi lainnya.

2.4. Media pembelajaran konvensional berupa “Segitiga Puzzle untuk materi Sistem Kekebalan Tubuh Manusia”

Pada media segitiga puzzle dibuat dan dimainkan untuk kelompok besar. Media segitiga puzzle pada umumnya memiliki prinsip yang hampir sama dengan puzzle pada umumnya yaitu terdiri dari gambar ukuran besar yang dipotong-potong dan disusun ke bentuk awalnya, atau puzzle konsep yang terdiri dari konsep- konsep yang dipasangkan sesuai dengan jawaban sesama konsep yang dianggap benar serta puzzle konsep-gambar yang terdiri dari konsep dan gambar yang dipasangkan antara konsep ke gambar atau gambar ke konsep sesuai dengan jawaban yang tepat dan benar. Sama halnya dengan puzzle konsep-gambar, segitiga puzzle dibuat sedemikian rupa yaitu terdiri dari konsep dan juga gambar

terkait materi Sistem Kekebalan Tubuh Manusia dan cara memainkannya pun sama dengan puzzle konsep-gambar, yang membedakannya yaitu segitiga puzzle terdiri dari potongan- potongan kartu berbentuk segitiga sama sisi yang setiap sisinya termuat konsep dan gambar.

Berdasarkan hasil validasi yang menunjukkan bahwa jika media segitiga puzzle digunakan dan dimainkan oleh kelas besar maka kemungkinan konsep atau gambar terlihat kurang jelas saat ditempelkan pada papan tulis, oleh karena itu peneliti memutuskan media segitiga puzzle yang awalnya diperuntukkan pada kelas besar, akan dimainkan pada kelas kecil saja dengan tetap menggunakan desain awal hanya untuk ukuran potongan-potongan segitiganya sedikit diperkecil. Berikut ini merupakan spesifikasi gambar media segitiga puzzle.

Gambar d.1. dan d.2. Segitiga Puzzle

d.2.

d.1.

Pada gambar di atas, menunjukkan bahwa pada gambar d.1. menunjukkan desain produk awal sedangkan pada gambar d.2. merupakan desain produk akhir yang diperuntukkan bagi kelompok kecil. Dengan demikian, media segitiga puzzle yang awalnya digunakan untuk kelas besar namun kurang mendukung ukuran gambar dan tulisannya maka peneliti merevisi ukurannya untuk digunakan pada kelompok kecil tanpa merevisi atau merubah esensi yang termuat pada potongan kartu segitiga puzzle.

Dokumen terkait