BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Minat
Menurut Slameto (2003:180), minat adalah sebuah rasa lebih suka
atau tertarik terhadap sesuatu hal tanpa ada yang menginstruksikan. Semi
(1987) mengatakan bahwa minat adalah sesuatu yang penting bagi
seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik. Dengan adanya minat,
seseorang terdorong untuk melaksanakan suatu kegiatan serta menaruh
perhatian khusus untuk terikat pada kegiatan tersebut.
Berdasarkan pengertian minat menurut para ahli diatas, peneliti
mengambil intisari bahwa minat adalah perasaan tertarik seseorang
terhadap sesuatu yang membuat dirinya menaruh perhatian khusus pada
sesuatu tersebut.
2. Membaca
Membaca adalah usaha seseorang untuk mendapatkan sesuatu
yang ingin diketahui oleh seseorang tersebut, mempelajari sesuatu
sebelum melakukannya, atau mencari pengalaman dan hiburan (Semi,
1987:5). Menurut Klein, dkk (1996, dalam Rahim, 2007:3) membaca
mencakup suatu proses, strategi yang digunakan, dan kegiatan yang
interaktif. Proses yang dimaksudkan adalah makna yang diperoleh dari
membaca terbentuk dari informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki
teks yang dibaca dan tujuan dari kegiatan membaca tersebut. Kegiatan
membaca merupakan kegiatan yang interaktif jika seseorang yang senang
membaca bahan bacaan yang bermanfaat akan menemukan tujuan yang
akan dicapainya serta bahan bacaan yang dibaca haruslah mudah
diapahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dengan bahan bacaan.
Ketika seseorang membaca, hendaknya mempunyai tujuan dari
kegiatan membaca tersebut. Seseorang yang membaca dengan suatu tujuan
tertentu, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan seseorang yang
tidak mempunyai tujuan mengapa membaca suatu bacaan tertentu (Rahim,
2007:11).
Tujuan membaca adalah sebagai berikut:
a. Kesenangan.
b. Menyempurnakan membaca nyaring.
c. Menggunakan strategi tertentu.
d. Memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik.
e. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya.
f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.
12
h. Mengaplikasikan suatu informasi yang diperoleh dari suatu bacaan
tertentu ke dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks.
i. Menjawab pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk dalam Rahim,
2007).
3. Minat Membaca
Berdasarkan pengertian minat dan membaca yang telah dipaparkan
sebelumnya, dapat dituliskan bahwa minat membaca adalah perasaan
tertarik seseorang dalam membaca dan menaruh perhatian khusus dalam
kegiatan membaca.
Menurut Farida Rahim (2007:28), minat membaca adalah suatu
gairah atau keinginan besar yang dimiliki oleh seseorang untuk membaca
suatu bahan bacaan tanpa paksaan orang lain disertai melakukan
usaha-usaha besar untuk mendapatkan bahan bacaan yang ingin mereka baca
bagaimanapun caranya.
Menurut Frymer (dalam Rahim, 2007:28), terdapat tujuh faktor yang
mempengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pengalaman sebelumnya
b. Manfaat bagi dirinya
c. Kepercayaan terhadap orang yang menyampaikan informasi
(materi) pembelajaran
d. Mata pelajaran yang bermakna
f. Kompleksitas materi pelajaran
Crow dan Crow (dalam Shaleh dan Wahab, 2004:264-265)
menyebutkan indikator minat membaca meliputi:
a. Perasaan senang,
b. Pemusatan perhatian,
c. Penggunaan waktu,
d. Motivasi untuk membaca,
e. Emosi dalam membaca, dan
f. Usaha untuk membaca.
Indikator minat membaca menurut Crow dan Crow diatas adalah
indikator yang digunakan untuk membuat instrumen non tes
(kuesioner/angket) minat membaca. Selanjutnya, peneliti membuat sub
indikator yang merupakan turunan dari indikator tersebut dan akhirnya
dibuat pernyataan-pernyataan yang sesuai.
4. Literasi Matematika
a. Menurut Wahyudin (2008, dalam Abidin 2017:103), literasi
matematika adalah kemampuan seseorang dalam mengeksplorasi,
menduga, dan bernalar secara logis, serta menggunakan berbagai
metode matematika secara efektif untuk menyelesaikan masalah.
b. Assessment and Analytical Framework PISA 2018 (OECD, 2019:75) Mathematical literacy is an individualβs capacity to formulate, employ and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes
14
reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts and tools to describe, explain and predict phenomena. It assists individuals to recognise the role that mathematics plays in the world and to make the well-founded judgements and decisions needed by constructive, engaged and reflective citizens
.
β Literasi matematika adalah kemampuan seseorang dalam memahami matematika. Kemampuan tersebut meliputi
kemampuan untuk memformulasikan, mengerjakan, dan
menginterpretasikan matematika dalam berbagai konteks. Selain
itu, literasi matematika juga dapat diartikan sebagai kemampuan
individu dalam melakukan penalaran matematika menggunakan
konsep, prosedur, fakta, dan alat untuk mendeskripsikan,
menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Ini membantu
seseorang dalam mengenali peran yang dimainkan matematika di
dunia dan untuk membuat penilaian dan keputusan yang
dibutuhkan oleh warga negara yang konstruktiif, terlibat, dan
reflektif.
c. Menurut Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2017: 100), literasi
matematika adalah suatu kemampuan seseorang dalam memahami
dan memaknai permasalahan dalam kehidupan dengan menggunakan
matematika serta mampu menjelaskan kepada orang lain (baik lisan
maupun tulisan) bagaimana menggunakan matematika.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa literasi matematika adalah suatu kemampuan
permasalahan yang diberikan, melibatkan penalaran yang logis untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, mengomunikasikan hasil dari
proses yang telah dilalui baik secara lisan maupun tulisan serta
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat-alat matematika untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena.
Aspek-aspek penilaian literasi matematika adalah sebagai berikut:
a. Proses Matematika
Dalam konteks ini, literasi matematika merupakan kemampuan
seseorang dalam merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan
matematika. Hal-hal tersebut (merumuskan, menerapkan, dan
menafsirkan) digunakan seseorang untuk menyusun proses
matematika yang terkait dengan apa yang dilakukan untuk
mengaitkan konteks masalah dengan matematika dan dengan
pemecahan masalah matematika.
b. Konten Matematika
Dibutuhkan pemanfaatan pengetahuan dan pemahaman
matematika untuk memecahkan masalah serta mengartikan kondisi
atau situasi dalam konteks pribadi, pekerjaan, sosial, dan ilmiah.
Sejalan dengan hal tersebut, konten matematika yang diujikan harus
sesuai atau selaras dengan konten matematika yang dipelajari (yang
tercantum dalam kurikulum yang berlaku di Indonesia). Contoh
16
dipelajari, antara lain bilangan-bilangan, operasi pada bilangan,
aljabar, geometri dan pengukuran, serta data dan peluang.
c. Konteks atau Situasi Permasalahan dalam Kehidupan sehari-hari
Komponen konteks menggambarkan kondisi permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan dalam
konteks pribadi (personal) berkaitan dengan kehidupan siswa dalam
kehidupan sehari-hari, contohnya masalah perjalanan, kesehatan, dan
lain-lain. Permasalahan dalam konteks sosial (public) berkaitan
dengan kehidupan siswa di dalam masyarakat, contohnya kebijakan
pemerintah, masalah transportasi umum, dan lain-lain. Permasalahan
dalam konteks pekerjaan (educational/occupational) berkaitan
dengan pekerjaan seseorang, contohnya guru yang mengajar di kelas,
arsitek yang mendesain bangunan, seorang pedagang kue yang
menghitung jumlah masing-masing kue yang akan dijual agar
keuntungan maksimum, dan lain-lain. Permasalahan dalam konteks
ilmu pengetahuan (scientific) diantaranya hal-hal yang berkaitan
dengan matematika, penggunaan alat teknologi, dan lain-lain,
contohnya menafsirkan grafik mengenai pertumbuhan
mikroorganisme dan perubahan cuaca.
Kemampuan pokok yang mendasari proses matematika untuk
memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi (communication).
Literasi matematika melibatkan kemampuan seseorang dalam
komunikasi, baik tertulis maupun lisan untuk menunjukkan
bagaimana cara menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan.
b. Mematematisasi (mathematizing).
Literasi matematika melibatkan kegiatan matematisasi, artinya
kemampuan seseorang untuk mengubah masalah dalam konteks dunia
nyata ke dalam kalimat matematika atau menafsirkan hasil
penyelesaian atau model matematika ke dalam masalah konteks dunia
nyata.
c. Representasi (representation).
Literasi matematika melibatkan kemampuan merepresentasi suatu
objek dan situasi matematika melalui aktivitas memilih, menafsirkan,
menerjemahkan, dan menggunakan berbagai bentuk representasi
untuk menyajikan suatu situasi. Misalnya, representasi dalam bentuk
grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan, rumus, atau benda-benda
kongkret.
d. Penalaran dan pemberian alasan (reasoning and argument).
Literasi matematika melibatkan kemampuan penalaran dan memberi
alasan, yaitu kemampuan matematika yang berasal dari kemampuan
18
e. Strategi untuk memecahkan masalah (devising strategies for solving
problems).
Literasi matematika memerlukan kemampuan seseorang dalam
memilih atau menggunakan berbagai strategi untuk menerapkan
pengetahuan matematika agar dapat menyelesaikan masalah.
f. Penggunaan operasi dan bahasa symbol, bahasa formal, dan bahasa
teknis (using symbolic, formal, and technical language and
operations).
Literasi matematika memerlukan penggunaan operasi dan bahasa
simbol, bahasa formal, dan bahasa teknis yang melibatkan
kemampuan memahami, menafsirkan, memanipulasi, dan memaknai
dari penggunaan ekspresi simbolik di dalam konteks matematika.
g. Penggunaan alat matematika (using mathematical tools).
Literasi matematika memerlukan penggunaan alat-alat matematika
sebagai bantuan atau alat penghubung agar dapat menyelesaikan
masalah-masalah. Hal ini melibatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam menggunakan berbagai alat-alat yang membantu aktivitas
matematika, misalnya dalam penggunaan alat ukut dan kalkulator.
Berdasarkan uraian tiga aspek proses matematika dan tujuh
kemampuan pokok, terdapat hubungan antara keduanya sebagai berikut.
Tabel 2.1 Hubungan Proses Matematika dengan Kemampuan Pokok (OECD 2019:82) Memformulasikan/ Memodelkan Soal ke Bentuk Matematika Menggunakan Konsep. Fakta, Prosedur, dan Penalaran Menafsirkan, Menerapkan, dan Mengevaluasi Hasil Komunikasi Membaca, membaca
sandi dan memahami pernyataan, pertanyaan, objek, gambar, atau animasi yang diberikan.
Mengutarakan sebuah solusi atau menunjukkan hasil kerjanya dalam menemukan solusi.
Merancang dan
memberikan penjelasan serta alasan terkait solusi atas masalah yang diberikan sebelumnya. Matematisasi Mengidentifikasi pokok
variabel matematika dari permasalahan yang diberikan. Menggunakan pemahaman akan konteks yang mengarah pada penyelesaian masalah.
Memahami tingkat dan batas konsekuensi
terhadap model
matematika yang
dikerjakan.
Representasi Membuat sebuah representasi matematika menggunakan bahasa sehari-hari. Membuat pengertian, hubungan, dan menggunakan beragam representasi dalam menyelesaikan masalah. Menginterpretasikan hasil matematika terhadap permasalahan. Penalaran dan Pemberian Alasan Menjelaskan, mempertahankan, atau mengungkap kebenaran untuk diidentifikasi atau merancang representasi sebuah permasalahan.
Mengaitkan
beberapa informasi yang mengarah pada penyelesaian
masalah.
Menggambarkan solusi matematika dan membuat penjelasan serta alasan
yang mendukung, menyanggah, atau mengisyaratkan sebuah permasalahan matematika ke bentuk masalah kontekstual. Strategi memecahkan masalah
Memilih atau merancang sebuah strategi dalam matematikaasi masalah kontekstual.
Mengaktifkan mekanisme control yang efektif dan berkelanjutan di seluruh prosedur yang mengarah pada solusi matematika, kesimpulan, dan generalisasi.
Merancang dan
mengimplementasikan strategi dalam rangka menafsirkan, mengevaluasi, dan memvalidasi sebuah solusi matematika ke dalam masalah kontekstual.
20 Penggunaan Operasi, Bahasa Simbol, Bahasa Formal, dan Bahasa Teknis Menggunakan variabel, symbol, diagram, dan model yang tepat dalam merepresentasikan masalah yang menggunakan bahasa formal. Memahami dan memanfaatkan bentuk dasar
definisi, aturan, dan bentuk sistem sebaik menggunakan algoritma.
Memahami hubungan antara konteks masalah dan representasi dari solusi matematika. Penggunaan Alat Matematika Menggunakan alat matematika untuk
mengenali struktur atau menggambarkan
hubungan matematika.
Mengetahui dengan tepat menggunakan variasi alat yang dapat membantu dalam
mengimplementasi-kan proses dan prosedur untuk menentukan solusi matematika. Menggunakan alat matematika untuk memastikan kebenaran dari solusi matematika yang diberikan.
Berdasarkan ketiga aspek penilaian diatas, kemampuan matematika siswa
dalam PISA 2018 disusun dalam enam tingkatan atau level. Dalam Framework
PISA 2018 dituliskan enam tingkatan tersebut dan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Deskripsi Kemampuan Matematika dalam PISA 2018 (OECD, 2019:92)
Level Kriteria Kemampuan Matematika
6 Pada level 6, para siswa dapat melakukan konseptualisasi dan generalisasi dengan menggunakan informasi berdasarkan modelling dan penelaahan dalam situasi yang kompleks. Siswa-siswa dapat menghubungkan sumber informasi yang berbeda dengan fleksibel dan menerjemahkannya. Pada tingkatan ini, para siswa telah mampu berpikir dan bernalar secara matematika. Mereka dapat menerapkan pemahamannya secara mendalam disertai dengan penguasaan teknis operasi matematika, mengembangkan strategi dan pendekatan baru untuk menghadapi situasi baru. Mereka dapat merumuskan dan mengomunikasikan apa yang mereka temukan. Mereka melakukan penafsiran dan berargumentasi secara dewasa.
5 Para siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang kompleks, mengetahui kendala yang dihadapi, dan melakukan dugaan-dugaan. Mereka dapat memilih, membandingkan, dan mengevaluasi strategi untuk memecahkan masalah yang rumit yang berhubungan dengan model ini. Para siswa dapat bekerja dengan menggunakan pemikiran dan penalaran yang luas, serta secara tepat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan matematika dengan
4 Para siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dalam situasi yang konkret tetapi kompleks. Mereka dapat memiliki dan mengintegrasikan representasi yang berbeda, dan menghubungkannya dengan situasi nyata. Para siswa dapat menggunakan keterampilannya dengan baik dan mengemukakan alasan dan pendangan yang fleksibel sesuai dengan konteks. Mereka dapat memberikan penjelasan dan mengomunikasikannya disertai argumentasi berdasar pada interpretasi dan tindakan mereka.
3 Para siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik, termasuk prosedur yang memerlukan keputusan secara berurutan. Mereka dapat memilih dan menerapkan strategi memecahkan masalah yang sederhana. Para siswa dapat menginterpretasikan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber informasi yang berbeda dan mengemukakan alasannya. Mereka dapat mengomunikasikan hasil interpretasi dan alasan mereka.
2 Para siswa dapat menginterpretasikan dan mengenali situasi dalam konteks yang memerlukan inferensi langsung. Mereka dapat memilah informasi yang relevan dari sumber tunggal dan menggunakan cara representasi tunggal. Para siswa pada tingkatan ini dapat mengerjakan algoritma dasar, menggunakan rumus, melaksanakan prosedur atau konvensi sederhana. Mereka mampu memberikan alasan secara langsung dan melakukan penafsiran harafiah. 1 Para siswa dapat menjawab pertanyaan yang konteksnya umum dan dikenal
serta semua informasi yang relevan tersedia dengan pertanyaan yang jelas. Mereka dapat mengidentifikasi informasi dan menyelesaikan prosedur rutin menurut instruksi eksplisit. Mereka dapat melakukan tindakan sesuai dengan stimuli yang diberikan.
5. Pokok Bahasan Materi Aplikasi Turunan: Nilai maksimum dan
minimum
Kompetensi Dasar:
3.11 Menganalisis keberkaitan turunan pertama fungsi dengan nilai
maksimum, nilai minimum, dan selang kemonotonan fungsi, serta
kemiringan garis singgung kurva.
4.11 Menggunakan turunan pertama fungsi untuk menentukan titik
22
kemiringan garis singgung kurva, persamaan garis singgung, dan
garis normal kurva berkaitan dengan masalah kontekstual.
Definisi Turunan
Misalkan π(π₯) adalah fungsi dalam π₯. Turunan pertama π(π₯) terhadap
π₯ dinotasikan dengan πβ²(π₯), didefinisikan sebagai berikut.
πβ²(π₯) = lim
ββ0
π(π₯ + β) β π(π₯) β
Menemukan turunan fungsi π(π₯) = ππ₯π, untuk π bilangan asli dengan menggunakan definisi turunan pertama diatas.
πβ²(π₯) = lim ββ0 π(π₯+β)βπ(π₯) β = lim ββ0 π(π₯+β)πβππ₯π β (binomial Newton) = lim ββ0 ππ₯π+πππ₯πβ1β+ππΆ2ππ₯πβ2β2+β―+πβπβππ₯π β = lim ββ0 β(πππ₯πβ1+ππΆ2ππ₯πβ2β+β―+πβπβ1) β = πππ₯πβ1 Aturan turunan:
Misalkan π, π’, π£ adalah fungsi bernilai real dan dapat diturunkan pada
interval πΌ, π bilangan real dapat diturunkan maka:
π(π₯) = π β πβ²(π₯) = 0 π(π₯) = ππ₯ β πβ²(π₯) = π π(π₯) = ππ₯π β πβ²(π₯) = πππ₯πβ1
π(π₯) = π’(π₯) Β± π£(π₯) β π (π₯) = π’ (π₯) + π£ (π₯) π(π₯) = π’(π₯)π£(π₯) β πβ²(π₯) = π’β²(π₯)π£(π₯) + π’(π₯)π£β²(π₯) π(π₯) = [π’(π₯)]π β πβ²(π₯) = π[π’(π₯)]πβ1. π’β²(π₯) π(π₯) =π’(π₯) π£(π₯) β πβ²(π₯) =π’β²(π₯)π£(π₯)βπ’(π₯)π£β²(π₯) [π£(π₯)]2
Turunan Fungsi Trigonometri
π(π₯) = π ππ π₯ β πβ²(π₯) = πππ π₯ π(π₯) = πππ π₯ β πβ²(π₯) = βπ ππ π₯ π(π₯) = π‘ππ π₯ β πβ²(π₯) = π ππ2π₯ π(π₯) = πππ‘ π₯ β πβ²(π₯) = βπππ ππ2π₯ π(π₯) = π ππ π₯ β πβ²(π₯) = π ππ π₯ . π‘ππ π₯ π(π₯) = πππ ππ π₯ β πβ²(π₯) = βπππ ππ π₯ . πππ‘ π₯
Turunan Fungsi Logaritma
π(π₯) = ππ π₯ β πβ²(π₯) =1
π₯
π(π₯) = ππ π(π₯) β πβ²(π₯) =πβ²(π₯)π(π₯)
Turunan Fungsi Eksponen
π(π₯) = ππ₯ β πβ²(π₯) = ππ₯, ln π
π(π₯) = ππ₯ β πβ²(π₯) = ππ₯. ln π = ππ₯. 1 = ππ₯
π(π₯) = ππ(π₯) β πβ²(π₯) = πβ²(π₯). ππ(π₯). ln π
24
Konsep Nilai Maksimum dan Nilai Minimum
Andaikan kita mengetahui fungsi π dan domain (daerah asal) π seperti
pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Fungsi π = π(π)
Nilai maksimum dan minimum
Nilai-nilai ekstrim sebuah fungsi yang didefinisikan pada selang
tertutup serigkali terjadi pada titik-titik ujung, seperti pada gambar 2.2
berikut.
Gambar 2.2 Sketsa Nilai Ekstrim pada Interval Tertutup
π
π¦ = π(π₯)
π₯ π¦
Definisi
Andaikan π daerah asal π memuat titik π, kita katakan bahwa: a) π(π) adalah nilai maksimum π pada π jika π(π) β₯ π(π₯) untuk
semua π₯ di π;
b) π(π) adalah nilai minimum π pada π jika π(π) β€ π(π₯) untuk semua π₯ di π;
c) π(π) adalah nilai ekstrim π pada π jika ia adalah nilai maksimum atau nilai minimum.
maks
min
stasioner. Pada kondisi ini, grafik π mendatar karena garis singgungnya
mendatar. Nilai ekstrim seringkali terjadi pada titik-titik stasioner,
seperti pada gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Sketsa nilai ekstrim ketika garis singgungnya 0
Jika π adalah titik dalam dari πΌ dimana πβ² (turunan pertamanya) tidak
ada, maka π disebut titik singular. Kondisi ini menunjukkan bahwa titik
dimana grafik π mempunyai sudut tajam, garis singgung vertikal, atau
mungkin berupa lompatan, seperti pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Sketsa nilai ekstrim dimana turunan pertamanya tidak ada
maks
min
maks
26