BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, landasan teori dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya (1)
kajian pustaka, (2) penelitian-penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, (4)
hipotesis tindakan.
A. Kajian Pustaka 1. Minat
a. Pengertian minat
Syah (2008:151) mengemukakan minat adalah kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Melengkapi pendapat
syah, Slameto (2010: 80) berpendapat bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat. Hilgard (dalam Slameto, 2010:57) mendefinisikan minat sebagai berikut:
Intersest is presisiting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.
Dari beberapa teori yang dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan
minat adalah keinginan dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada
mempunyai minat terhadap suatu hal atau bidang tertentu, maka ia akan
senantiasa mengarahkan dirinya terhadap bidang tersebut dan senang
menekuninya dengan sungguh- sungguh tanpa adanya paksaan. Jadi minat
mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses belajar siswa. Siswa perlu
memiliki minat dalam mengikuti pelajaran disekolah, agar siswa dapat
memusatkan perhatiannya secara total terhadap apa yang dia pelajari. Untuk
menumbukan minat siswa dapat menggunakan media pembelajaran yang
menarik agar siswa antusias.
b. Ciri-ciri minat
Menurut Slameto (2003:58), siswa yang memiliki minat dalam belajar
ditunjukkan dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajarai terus-menerus
2) Terdapat rasa suka dan senang terhadap objek yang diamati
3) Memperoleh suatu kebangggan dan kepuasan pada sesuatu yang diamati
4) Terdapat rasa ketertarikan pada suatu aktivitas yang diamati
5) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lain
6) Dimanisfestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan
Djamarah (2002:132) mengemukakan beberapa indikator siswa berminat
dalam belajar, yaitu: (a) pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain,
(b) partisipasi aktif dalam suatu kegiatan, (c) memberikan perhatian yang lebih
Dari ciri-ciri yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa
minat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Terdapat rasa senang.
2) Perhatian pada obyek yang disenangi.
3) Puas jika melakukannya.
4) Tertarik.
5) Terpusat pada hal yang disenangi.
6) Kesadaran menfaat belajar.
c. Aspek yang mempengaruhi minat
Menurut Hurlock (2005:117), minat terbagi menjadi tiga aspek, yaitu.
1) Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik
di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
2) Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap
terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman
pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, dan teman
sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari
sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa
3) Aspek Psikomotorik
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.
Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan
keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.
d. Cara mengukur minat
Dalam mengukur minat guru tidak dapat langsung mengetahui apakah siswa
memiliki minat atau tidak, namun guru dapat mengukurnya menggunakan
beberapa indikator yang menunjukkan siswa tersebut berminat. Mengambil dari
uraian pendapat para ahli mengenai minat dan ciri-ciri minat maka peneliti
merumuskan cara mengukur minat belajar siswa. Indikator pengukuran minat
dalam penelitian yang akan dilakukan adalah.
1) Perasaan senang terhadap mata pelajaran.
2) Perhatian/konsentrasi dalam belajar.
3) Kemauan mengembangkan kompetensi/penguasaan terhadap materi.
4) Keterlibatan siswa dalam pelajaran.
Berdasarkan indikator yang ada kemudian peneliti menyusun instrumen untuk
mengukur minat yaitu dengan observasi (pengamatan) dan kuesioner. Instrumen
pengamatan disusun dengan mengembangkan indikator minat siswa menjadi
pernyataan. Instrumen observasi setiap indikator minat siswa dikembangkan
menjadi lima pernyataan sehingga jumlah pernyataan berjumlah 20 pernyataan.
Kuesioner minat disusun dengan cara mengembangkan indikator minat belajar
dan kalimat negatif. Peneliti menyediakan empat pilihan jawaban untuk setiap
pernyataan.
2. Menyimak
a. Pengertian menyimak
Menurut Tarigan (2008:31), menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang – lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menurut Musfiroh (2004:5), menyimak sebagai kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa secara sungguh – sungguh, seksama, sebagai upaya untuk memahami ujaran itu sebagaimana yang dimaksudkan untuk pembicara dengan melibatkan
seluruh aspek mental kejiwaan seperti mengidentifikasi, menginterpretasi, dan
mereaksinya. Jadi dalam proses pembelajaran keterampilan menyimak jelas
dianggap penting karena menyimak merupakan aktifitas yang paling dominan
dibanding keterampilan lainnya.
Berdasarkan definisi menyimak menurut Tarigan dan Musfiroh, peneliti
menyimpulkan pengertian menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa dengan penuh perhatian, sungguh-sungguh dan seksama untuk
memperoleh informasi untuk menangkap isi, mengidentifikasi, menginterprestasi
b. Tujuan menyimak
Menurut Tarigan (2008:60-61), tujuan menyimak setiap orang beraneka
ragam. ada delapan tujuan menyimak, antara lain.
1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara; dengan kata lain
menyimak untuk belajar.
2) Ada orang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap
sesuatu dari materi yang diujarkan atau didengarkan.(menyimak untuk
menikmati keindahan seni)
3) Ada orang yang menyimak dengan tujun agar dia dapat menilai esuatu
yang dia simak.
4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai
sesuatu yang disimaknya.
5) Ada orang yang menyimak dengan tujuan dengan tujuan agar dapat
mengkomunikasikan ide – ide , gagasan – gagasan , ataupun perasaan –
perasaan kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6) Ada orang yang menyimak dengan tujuan dia dapat membedakan bunyi –
bunyi dengan tepat.
7) Ada yang menyimak dengan tujuan agar dia dapat memecahakan masalah
8) Ada yang menyimak dengan maksud meyakinkan dirinya terhadap suatu
masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.
Menurut Widayanti (2010:10), tujuan menyimak yang utama adalah untuk
menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi
atau bahan simakan. Berdasarkan tujuan menyimak yang telah diungkapkan para
ahli, maka menyimak yang dilakukan dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk
melatih siswa meningkatkan pemahaman terhadap cerita, mengungkapkan ide,
serta perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan benar atau mampu
mengungkapkan pendapat dan tanggapannya terhadap isi cerita yang didengar.
c. Proses menyimak
Tarigan (2008:62), berpendapat menyimak adalah suatu kegiatan yang
merupakan suatu proses. Terdapat tahap – tahap dalam menyimak, antara lain : 1) Tahap mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu
yang dikemukakan oleh pembicara.
2) Tahap Memahami; setelah mendengar maka ada keinginan kita untuk
mengerti atau memahami isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara.
3) Tahap Menginterpretasi; pada tahap ini penyimak ingin menafsirkan atau
menginterprestasikan isi sang penyimak telah sampai pada tahap
4) Tahap Mengevaluasi; penyimak mulai menilai atau mengevaluasi
pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kekurangan
pembicara.
5) Tahap Menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan
menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta
menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam
ujaran atau pembicaraan. Logan dan Loban dalam Tarigan, (2008 : 63)
Menurut konsep di atas, maka penelitian yang akan dilakukan diharapkan
berjalan sesuai tahapan yang dikemukakan oleh Tarigan. Penelitian yang
dilaksanakan dimulai dengan proses mendengarkan cerita melalui media
audio visual, sehingga siswa diharapkan mampu memahami isi cerita yang
disimaknya dan pada tahap akhir siswa mampu memberikan tanggapan
terhadap cerita tersebut.
d. Ragam menyimak
1) Menyimak ekstensif (ekstensive listening) adalah sejenis kegiatan
mengenai hal – hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Pada
umumnya sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak
ekstensif adalah rekaman – rekaman yang dibuat oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujua yang hendak dicapai.
Rekaman – rekaman tersebut dapat memanfaatkan berbagai sumber, seperti siaran radio dan televisi. Brouhton dalam (Tarigan, 2008 : 46).
a) Menyimak sosial
Pengalaman menunjukkan bahwa anak kecil pada umumnya menyimak
sungguh – sungguh terhadap suatu hal. Miaslnya saat mengobrol dengan teman, atau dengan keluarganya dalam suatu usaha menjadi
orang peramah yang suka bergaul
b) Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan dan secara ekstensif.
c) Menyimak Estetik
Menyimak estetik ataupun yang disebut menyimak apresiasi adalah
fase terakhirdan kegiatan termasuk ke dalam menyimak secara
kebetulan dan menyimak secara ekstensif, mencakup
(1) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan
rekaman – rekaman.
(2) Menikmati cerita, puisi, teka – teki, gemerincing irama, dan lakon –
lakon yang dibacakan oleh guru, siswa, atau actor.
d) Menyimak Pasif
Cara yang seolah – olah tidak memerluhkan upaya bagi anak – anak dan sejumlah penduduk pribumi mempelajari bahasa asing dapat
disebut sebagai menyimak pasifwalaupun pada hakikatnya agak salah
untuk membayangkan bahwa otak merasa tidak jalan atu bermalas –
2) Menyimak Intensif
Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara
lebih bebas dan lebih umum serta perlu di bawah bimbingan langsung para
guru, menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih
diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Jenis – jenis yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif ini yaitu:
a) Menyimak Kritis
Menurut Dawson dalam Tarigan, (2008:46), menyimak kritis adalah
sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan
bahkan juga butir – butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dan alasan – alsan yang kuat yang diterima oleh akal sehat. Anak – anak kita perlu belajar mendengarkan dan menyimak secara kritis atas segala ucapan atau informasi lisan untuk memperoleh
kebenaran. Secara terperinci kegiatan – kegiatan yang tercakup dalam kegiatan menyimak kritis, yaitu:
(1) Memperhatikan kebiasaan – kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur – unsur kalimatnya;
(2) Menentukan alasan “mengapa”;
(3) Memahami aneka makna petunjuk konteks;
(4) Mebedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan;
(5) Membuat keputusan- keputusan;
(7) Menemukan jawaban bagi masalah tertentu;
(8) Menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu
topik;
(9) Menafsirkan, menginterprestasikan ungkapan, idiom, dan bahsa
yang belum umum atau belum lazim dipakai;
(10)Bertindak objektif dan evaluatif untuk menemukan keaslian,
kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan,
kekurangtelitian, serta kekeliruan Anderson dalam Tarigan
(2008:46-47).
b) Menyimak Konsentratif sering juga disebut a study-type listening atau
menyimak sejenis telaah. Kegiatan – kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif yaitu;
(1) Mengikuti petunjuk – petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan; (2) Mencari dan merasakan hubungan – hubungan seperti kelas,
tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab akibat;
(3) Mendapatkan atau memperoleh butir – butir informasi tertentu; (4) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;
(5) Merasakan serta menghayati ide – ide pembicara; (6) Memahami urutan ide – ide sang pembicara;
(7) Mencari dan mencatat fakta – fakta penting. Anderson dan Dowson dalam Tarigan (2008:47–48).
Menurut Dawson dalam Tarigan (2008:48), menyimak kreatif adalah
sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan
rekontruksi imajenatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan,
serta perasaan – perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya.
d) Menyimak eksploratif
Menyimak eksploratif, adalah menyimak yang bersifat menyelidik,
atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih
sempit.
e) Menyimak interogatif
Dawson dalam Tarigan (2008:52) mengemukakan menyimak
interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih
banhyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan seleksi,
pemusatan perhatian dan pemilihan butir–butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan.
f) Menyimak Selektif
Dawson dalam Tarigan (2008:53), menyimak dengan memperhatiakn
nada suara, bunyi – bunyi asing, bunyi – bunyi yang bersamaan, kata –
kata da frasa – frasa, bentuk – bentuk ketatabahasaan.
Berdasarkan pendapat Tarigan yang telah dibahas, penelitian ini
ini kegiatan menyimak dilakukan dengan arahan serta kontrol khusus dari
peneliti. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan minat,
melatih konsentrasi dan memuatkan perhatian terhadap cerita yang sedang
disimak. Sehingga siswa mendapat pemahaman dan informasi dalam
cerita, serta diharapkan siswa mampu memberikan tanggapan,
saran/pendapat terhadap informasi yang didapat.
3. Media audio visual
a. Pengertian media
Menurut Munadi (2010:6), kata media berasal dari Bahasa Latin, yaitu medius
yang secara harfiahnya berarti „tengah‟,‟pengantar‟ atau „perantara‟. Gerlach dan
Ely (dalam Anitah, 2010:5) mengungkapkan media adalah grafik, fotografi,
elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses dan menjelaskan
informasi lisan atau visul. Media pengajaran dapat membantu guru
menyampaikan pesan yang hendak disampaikan kepada siswa. Kosasih (2007:11)
berpendapat media merupakan sesuatu yang digunakan sebagai penyalur pesan,
dalam hal pembelajaran yaitu sebagai penyalur materi, perangsang pikiran,
membangkit semangat, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
proses pembelajaran diri siswa. Berdasarkan pengertian tentang media menurut
para ahli dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang berguna
untuk menyampaikan informasi atau pesan dari pengirim pesan ke penerima
b. Jenis – jenis media
Menurut Mohamad (2007:55), berpendapat berdasarkan jenisnya media dapat
dibedakan menjadi berikut.
1) Media auditif yaitu media yang mengandalkan suara saja seperti radio,
kaset recorder. Media ini tidak cocok untuk mereka yang berkelainan
pendengaran (tuli).
2) Media visual yaitu media yang mengandalkan indera penglihatan. Media
ini hanya menampilkan gambar diam seperti film, strip, slids, foto,
gambar/lukisan, dan cetakan. Ada juga yang menampilkan gambar/symbol
yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun
3) Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena
meliputi 2 jenis media yang pertama dan kedua. Sugiarto ( handout,
2009:56) menurut ciri khasnya media dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Media Grafis contohnya: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart,
grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel, papan bulletin
b) Media Audio contohnya: radio, tape recorder, Laboratorium Bahasa
c) Media proyeksi contohnya: film bingkai, film rangkai, transparansi,
proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, video.
Dari jenis-jenis media, baik menurut jenis dan ciri khasnya, peneliti
memilih menggunakan media audio visual dalam bentuk video. Berdasarkan
mempunyai banyak kelebihan karena memadukan audio (suara) dan visual
(pengelihatan) serta keadaan fisik dan psikis siswa semuanya baik sehingga
media audio visual dianggap paling cocok untuk peningkatan kemampuan
memberikan tanggapan cerita pengalaman teman.
c. Pengertian media audio visual
Menurut Anitah (2010:55), media audio visual adalah media yang
menunjukan unsur auditif (pendengaran) maupun visual (pengelihatan). Jadi dapat
dipandang maupun didengar suaranya. Munadi (2010:113) mengungkapkan
penggunaan audio visual dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan
belajar atau minat belajar. Jadi menurut peneliti media audio visual adalah media
yang mengandung unsur pendengaran maupun pengelihatan dan dapat
membangkitkan keinginan belajar.
d. Keuntungan Menggunakan Media Audio Visual
Sudjana dan Rivai (dalam Kustandi, 2013:58) mengemukakan hubungan
media audio visual dan pengembangan keterampilan, berkaitan dengan
aspek-aspek keterampilan menyimak. Keterampilan yang dapat dicapai dengan
penggunaan media audio visual adalah sebagai berikut.
1) Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian. Misalnya siswa
mengidentifikasikan kejadian tertentu dari film yang ditontonya.
2) Mengikuti pengarahan. Misalnya, sambil mendengarkan pernyataan atau
kalimat singkat, siswa menandai salah satu pilihan pernyataan yang
3) Melatih daya analisis. Misalnya, siswa menentukan unsur-unsur kejadian
atau suatu peristiwa, atau mmenentukan ungkapan mana yang menjadi
sebab dan yang mana akibat dari pernyataan-pernyataan yang disimak.
4) Menentukan arti dan konteks. Misalnya, siswa mendengarkan pernyataan
yang belum lengkap sambil berusaha menyempurnakannya dengan
memilih kata yang disiapkan. Kata-kata yang disiapkan itu berbunyi sangat
mirip dan hanya dapat dibedakan apabila sudah dalam konteks kalimat.
5) Memilah-milah informasi atau gagasan yang relevan dan informasi yang
tidak relevan. Misalnya, film yang disimak mengandung dua sisi informasi
yang berbeda dan siswa mengelompokan informasi kedalam dua kelompok
itu.
6) Merangkum, mengemukakan kembali, atau mengingat kembali informasi.
Misalnya, setelah menyimak cerita, siswa diminta untuk mengungkapkan
kembali dengan kalimat-kalimat mereka sendiri.
Penggunaan media pembelajaran dikelas merupakan suatu kebutuhan yang
tidak dapat diabaikan oleh guru. Upaya yang harus ditempuh yaitu menciptakan
pembelajaran yang menarik dengan menggunakan sumber belajar yang efektrif
dan efisien. Media pembelajaran yang dianggap sesuai menjawab permasalahan
ini yaitu media audio visual yang diharapkan mampu membantu proses belajar
yang efektif. Slide bersuara merupakan salah satu contoh media pembelajaran
4. Cerita Anak
a. Pengertian cerita anak
Cerita dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan
waktu yang disajikan dalam karya fiksi. Cerita juga dapat diartikan sebagai narasi
berbagai kejadian yang sengaja berdasarkan urutan waktu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa cerita anak adalah peristiwa atau kejadian yang terjadi berdasarkan urutan
waktu. Menurut Hardjana (2006:2), cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk
anak-anak dan bukan tentang anak. Cerita anak hendaknya dapat mendidik anak
untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Cerita anak dapat dalam bentuk cerita
pendek, novelet, dan novel.
b. Bentuk – bentuk cerita
Menurut Hardjana (2006:14-15), dalam bukunya “Cara Mudah Mengarang Cerita Anak” menjabarkan tentang bentuk-bentuk cerita fiksi yaitu:
1) Cerita Pendek
Cerita pendek adalah sebuah cerita yang merupakan bentuk paling
sederhana dari cerita fiksi, panjang cerita sekitar 5.000 kata, memiliki satu
tokoh utama, satu latar, dan satu kesan.
2) Novelet
Novelet adalah novel pendek yang seringkali bersifat ringan dan kira-kira
panjang ceritanya sekitar 10.000-35.000 kata
3) Novel
pelaku mulai dengan waktu muda, bergerak dari sebuah adegan ke sebuah
adegan yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain.
Dalam cerita pendek, novelet, dan novel terdapat unsur-unsur cerita yang
sama. Berikut ini unsur-unsur yang terdapat dalam cerita menurut Hardjana,
2006:17-24).
1) Unsur Intrinsik yaitu unsur yang membangun dari dalam cerita tersebut.
Yang termasuk dalam unsur intrinsik cerita adalah (1) tema yaitu inti
cerita, (2) latar yaitu segala yang menyangkut tempat, waktu, dan suasana
cerita, (3) alur/plot yaitu jalan cerita, (4) penokohan yang meliputi nama
tokoh, peran, dan watak-wataknya, (5) amanat yaitu pesan pengarang yang
ditujukan untuk pembaca, (6) gaya bahasa.
2) Unsur Ekstrinsik yaitu unsur yang mempengaruhi cerita dari luar,
contohnya latar belakang penulis dan biografi penulis.
Menurut Hardjana (2006:33), cerita pendek adalah cerita anak-anak yang
dikemas atau disajikan dalam bentuk cerita pendek. Jenis cerita anak dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1) Fantasi atau karangan khayal yaitu dongeng, fabel, legenda, dan mitos.
2) Realistic Fiction yaitu cerita khayal tetapi cerita ini mengandung
unsur-unsur kenyataan.
3) Biografi atau riwayat hidup yaitu cerita yang mengenai diri seseorang
yang terkenal dan diperkenalkan kepada anak-anak dengan bahasa
sebagai teladan.
4) Cerita rakyat yaitu cerita yang hidup di masyarakat.
5) Cerita agama yaitu cerita yang berisikan tentang nabi/orang suci ataupun
tentang ajarang agama yang digubah dalam bentuk menarik, memotovasi
untuk membentuk anak berbudi luhur.
Cerita yang digunakan dalam penelitian ini termasuk cerita pendek jenis
Realistic Fiction. Alasannya cerita anak ini merupakan cerita yang ditujukan
untuk anak-anak dan isi cerita berdasarkan pengalaman yang merupakan
kenyataan. Cerita ini menggambarkan kehidupan manusia yang
sesungguhnya dan mengandung nilai-nilai budi pekerti dan mendidik.