• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA MATA KULIAH MICRO TEACHING

C. Kajian Pustaka

a. Pengajaran Mikro (Micro Teaching)

Menurut J.Cooper dan D.W. Allen yang dikutip E.Mulyasa (2006), pengajaran mikro (micro teaching) adalah studi tentang situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang.

Pengajaran mikro merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang dimikrokan untuk membentuk/ mengembangkan ketrampilan bagi yang mengajar. Situasi belajar mengajar sengaja didisain agar dapat dikontrol sehingga pembentukan ketrampilan baru atau pembaharuan ketrampilan dapat dilakukan secara terisolasi. Sebagai cara latihan praktek dalam situasi laboratoris maka melalui pengajaran mikro calon guru dapat berlatih berbagai ketrampilan mengajar dalam keadaan terkontrol.

Dalam matakuliah pengajaran mikro, keterampilan mengajar yang dilatihkan meliputi : keterampilan membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan, menjelaskan dan memberi variasi. Yang dimaksud keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. (Hasibuan dkk., 1993; Raflis Kosasi, 1985).

Selanjutnya tujuan memberikan penjelasan antara lain: a) Membimbing murid memahami materi yang dipelajari.

b) Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah masalah atau pertanyaan.

c) Mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

d) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

e) Menolong siswa untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar. (Hasibuan dkk., 1993, Raflis Kosasi, 1985).

Sementara itu menurut Suwarna (2005 : 70) dalam keterampilan menjelaskan terdapat komponen keterampilan dasar menjelaskan. Komponen-komponen keterampilan mengajar menjelaskan menurutnya adalah sebagai berikut:

a). Komponen Merencanakan

Agar penjelasan kita mudah dimengerti peserta didik, penjelasan yang kita berikan perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan.

(1) Isi pesan (materi) meliputi:

(a) Sebelum memberikan penjelasan, buatlah analisis terhadap masalah secara keseluruhan, termasuk pengidentifikasian unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut.

(b) Sebelum memberikan penjelasan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang penerapan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan masalah yang ada. Ketidakjelian kita dalam melihat formula yang tepat dari masalah yang kita bahas hanya akan menjadikan peserta didik tidak paham atau bahkan bingung.

(c) Sebelum memberikan penjelasan, buatlah analisis terlebih dahulu terhadap masalah secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk pengidentifikasian unsur-unsur apa yang dihubungkan dalam penjelasan tersebut.

(2) Penerima Pesan

Merencanakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan audiens yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang sosial dan lingkungan belajar. Jika dikaitkan dengan pengajaran mikro (micro teaching), komponen merencanakan ini tercermin ketika mahasiswa mempersiapkan:

(a) Materi yang akan dijelaskan.

(b) Buku materi dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk membantu penguasaan materi.

(c) Metode dan strategi belajar yang disesuaikan dengan materi belajar serta karakteristik siswanya yang tertuang dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(d) Alat peraga yang dibutuhkan ketika akan mengajar.

(e) alat-alat pembelajaran seperti spidol, penggaris, laptop, lcd dan alat pembelajaran lain yang dibutuhkan.

Dalam komponen penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(1) Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik .

(2) Penggunaan contoh dan ilustrasi dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari .

(3) Pemberian tekanan dalam memberikan penjelasan, kita harus mengarahkan perhatian peserta didik agar terpusat pada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak penting .

(4) Penggunaan balikan, kita hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan kepahaman, keraguannya dan ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.

b. Pengertian Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan benar ( Arends, 1997 ). Lee dan Baylor ( 2006 ) dalam Iswahyudi ( 2010 ) mengemukakan pengertian metakognisi menurut Flavell dan Brown. Flavell mengemukakan “ metacognition as the ability to understand and monitor one‟s own thoughts and the assumptions and implications of one‟s activities “ , yakni kemampuan untuk mengerti dan memantau berpikir sendiri dan asumsi dan implikasi dari kegiatan. Sementara Brown mengemukakan “ metacognition as an awareness of one‟s own cognitive activity; the methods employed to regulate one‟s own cognitive processes; and a command of how one directs, plans and monitors cognitive activity “ , yakni kesadaran atas aktifitas kognisi sendiri, metode yang digunakan untuk mengatur proses kognisi dan suatu penguasaan terhadap bagaimana mengarahkan, merencanakan dan memantau aktivitas kognisi. Sementara Kirsh ( 2004 ) mengemukakan bahwa metakognisi khususnya dalam bidang pendidikan, berkaitan dengan aktifitas dan keterampilan berhubungan dengan perencanaan, pemantauan, evaluasi dan perbaikan kemampuan bekerja ( Iswahyudi, 2010 )

Parish, et al. ( 1987 ) dan King ( 1992 ) dalam ( Usodo, 2010 ) menemukan bahwa penguasaan siswa lebih baik jika mereka diajarkan untuk bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan siapa, apa, di mana dan bagaimana saat mereka membaca. Lebih lanjut Usodo ( 2010 ) mengemukakan bahwa metakognitif tidak perlu diajarkan sebagai suatu mata pelajaran tersendiri. Metakognisi bisa diajarkan secara infuse yaitu dengan memasukkan metakognisi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menerapkan

metakognisi dalam setiap tahap pembelajaran maka keterampilan metakognisi secara spontan dan tanpa disadari dapat dibangun.

Jadi metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thingking”

Perkembangan dalam psikologi bidang pendidikan berjalan sangat pesat, salah satunya adalah perkembangan konsep metakognitif (metacognition) yang pada intinya menggali pemikiran orang tentang berpikir ”thinking about thinking”. Konsep dari metakognitif adalah ide dari berpikir tentang pikiran pada diri sendiri. Termasuk kesadaran tentang apa yang diketahui seseorang (pengetahuan metakognitif), apa yang dapat dilakukan seseorang (keterampilan metakognitif) dan apa yang diketahui seseorang tentang kemampuan kognitif dirinya sendiri (pengalaman metakognitif).

Variabel lain yang terkait dengan metakognitif adalah variabel individu. Sebagai modal dasar untuk menjadi seorang pebelajar mandiri (selflearner) yang baik, siswa harus memiliki pengetahuan tentang kelemahan dan kelebihan dirinya dalam menghadapi tugas-tugas kognitif, yang menurut Anderson & Krathwohl (2001) disebut pengetahuan-diri (selfknowledge). Bahkan lebih jauh siswa harus mampu memilih, menggunakan, dan memonitor strategi-strategi kognitif yang cocok dengan tipe belajar, gaya berpikir, dan gaya kognitif yang dimiliki dalam mengahadapi tugas-tugas kognitif. Seseorang yang menguasai komponen-komponen metakognitif secara lebih mendalam akan memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk berhasil dalam belajar.

c. Teori Metakognitif menurut John Hurley Flavell

Flavell (Livingston, 1997) mengemukakan bahwa metakognitif meliputi dua komponen, yaitu pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge), dan pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Di bawah ini akan diuraikan komponen-komponen dalam pengetahuan metakognitif dan reguasi metakognitif.

1). Pengetahuan metakognitif (metakognitive knowledge)

Pengetahuan metakognitif terdiri dari sub kemampuan-sub kemampuan sebagai berikut:

a) declarative knowledge adalah pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pembelajar serta strategi, keterampilan, dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkannya untuk keperluan belajar.

b) procedural knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajarnya.

c) conditional knowledgeadalah pengetahuan tentang bilamana menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut tidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari pada prosedur-prosedur yang lain.

2). Pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation) Regulasi metakognitif terdiri dari sub kemampuan-sub kemampuan sebagai berikut: a) planning adalah kemampuan merencanakan aktivitas belajar.

b) information management strategies adalah kemampuan strategi mengelola informasi berkenaan dengan proses belajar yang dilakukan.

c) comprehension monitoring adalah kemampuan dalam memonitor proses belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan proses tersebut.

d) debugging strategies adalah strategi yang digunakan untuk membetulkan tindakan-tindakan yang salah dalam belajar.

e) evaluation adalah kemampuan mengevaluasi efektivitas strategi belajarnya, apakah ia akan mengubah strateginya, menyerah pada keadaan, atau mengakhiri kegiatan tersebut.

Metakognitif terbagi menjadi dua rangkaian keterampilan yang berhubungan. Pertama, orang harus memahami keterampilan, strategi dan sumber daya apa saja yang dibutuhkan oleh sebuah tugas. Termasuk dalam komponen pertama ini adalah menemukan ide-ide utama, mengungkapkan informasi, membentuk asosiasi atau citra, penggunaan teknik memori, pengorganisasian material, penggunaan catatan atau penekanan, dan penggunaan teknik uji (tes).

Kedua,orang harus tahu bagaimana dan kapan menggunakan keterampilan-keterampilan dan strategi ini guna menjamin tugas yang diselesaikan dengan berhasil. Aktivitas monitoring ini termasuk level pengecekan pemahaman, memprediksi hasil, mengevaluasi keefektifan usaha, perencanaan aktivitas, memutuskan bagaimana menganggarkan waktu, dan memperbaiki atau berganti ke aktivitas lain untuk mengatasi kesulitan (Baker dan Brown, 1984). Secara kolektif, aktivitas metakognitif merefleksikan aplikasi strategi pengetahuan deklaratif, procedural dan kondisional pada tugas (Schraw dan Moshman, 1995). Kuhn (1999) berargumentasi bahwa ketrampilan metakognisi adalah kunci pada perkembangan berpikir kritis.

Dengan mengetahui komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan dan sub kemampuan dalam teori metakognitif, selanjutnya dituliskan keterkaitan antara komponen-komponen menjelaskan dengan sub kemampuan metakognitif sebagai berikut:

a. Komponen merencanakan sub kemampuan declarative knowledge dapat dilihat ketika mahasiswa mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam praktek mengajar, seperti persiapan penguasaan materi, memilih sumber belajar yang dibutuhkan, memikirkan keterampilan mengajar apa saja yang harus dikuasai.

b. Komponen merencanakan sub kemampuan procedural knowledge dapat dilihat dari mahasiswa memikirkan langkah-langkah dan strategi/metode yang dapat mendukung dalam menjelaskan suatu materi .

c. Komponen merencanakan sub kemampuan conditional knowledge dapat dilihat kapan mereka harus menggunakan keterampilan yang mereka miliki dan kapan mereka harus bijaksana untuk tidak menggunakannya.

d. Komponen merencanakan sub kemampuan planning dapat dilihat saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang lengkap mulai dari tujuan pembelajaran, indikator, metode pembelajaran, media pembelajaran, langkah pembelajaran yang tertuang di dalam RPP.

e. Komponen menyajikan sub kemampuan information management strategies.dapat lihat saat menjelaskan suatu konsep/materi misalnya mengaitkan materi yang akan disajikan dengan materi prasyarat atau halterkait yang sesuai.

f. Komponen menyajikan sub kemampuan comprehension monitoring dilihat ketika mahasiswa mempertimbangkan apakah langkah-langkah pembelajaran yang dipilih sudah tepat terkait dengan tujuan pembelajaran, media pembelajaran, evalausi.

g. Komponen menyajikan sub komponen debugging strategies dapat dilihat ketika mahasiswa menyampaikan strategi/metode yang berbeda dalam menjelaskan suatu maksud untuk lebih dimengerti siswa.

h. Komponen menyajikan sub komponen evaluation dapat dilihat ketika mahasiswa mengevaluasi secara keseluruhan penampilan saat menjelaskan suatu konsep matematika.

Strategi metakognisi dalam pembelajaran mata kuliah pengajaran mikro, berkaitan dengan aktifitas dan keterampilan yang berhubungan dengan perencanaan, pemantauan, evaluasi dan perbaikan kemampuan dalam perbaikan terhadap pembelajaran matematika yang dilakukan mahasiswa saat latihan mengajar menggunakan berbagai model pembelajaran.

Dokumen terkait