IMPLEMENTASI LESSON STUDY DALAM UPAYA MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
Siska Candra Ningsih
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UPY
Jl. PGRI I Sonosewu No. 117 Yogyakarta, e-mail : [email protected]
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Metode Numerik melalui kegiatan Lesson Study. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas A1 Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Yogyakarta yang mengikuti perkuliahan Metode Numerik. Objek penelitian adalah penerapan kegiatan Lesson Study dalam pembelajaran Metode Numerik dengan pendekatan kooperatif.Kegiatan lesson study pada penelitian ini dilaksanakan 4 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 tahapan kegiatan yaitu tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Dalam tahap plan, sekelompok dosen merancang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dalam tahap do, dosen model melaksanakan perencanaan pembelajaran yang sudah disusun sebelumnya. Tahap see dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Observer memberikan komentar, kritikan dan saran berkaitan kegiatan do sehingga dapat dijadikan rujukan untuk merencanakan siklus berikutnya. Hasil kegiatan lesson study menunjukkan bahwa motivasi belajar mahasiswa pada pra-siklus hanya 49.41%(kategori kurang), pada siklus I 53.31%(kategori cukup), siklus II menjadi 74.09%(kategori cukup), siklus III meningkat menjadi 82.75%(kategori tinggi) dan siklus IV meningkat lagi menjadi 83.656% (kategori tinggi). Untuk hasil belajar, pada pra-siklus nilai rata-rata kelas hanya 50.40 dengan ketuntasan belajar 32.50%(kategori rendah), pada siklus I, rata-rata kelas 52.225 dengan ketuntasan belajar 47.50%(kategori rendah), pada siklus III, rata-rata kelas meningkat 70.15 dengan ketuntasan belajar 77.50%(kategori tinggi) dan siklus IV, rata-rata kelas telah mencapai 72.775 dengan ketuntasan belajar 82.50%(kategori tinggi).
Kata kunci : lesson study, motivasi, hasil belajar, pembelajaran kooperatif
PENDAHULUAN Latar Belakang
Metode Numerik merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa Pendidikan Matematika. Dalam Metode Numerik, mahasiswa diajak untuk memahami berbagai metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang sering dihadapi dalam berbagai bidang di kehidupan nyata.
Pada mata kuliah ini, metode-metode yang digunakan juga dapat di aplikasikan ke dalam berbagai program komputer. Biasanya, mata kuliah yang dihubungkan dengan program komputer dapat menarik minat mahasiswa. Tetapi kenyataannya di kelas tidak sesuai dengan yang diharapkan peneliti yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah ini. Mahasiswa terlihat kurang bersemangat dan tidak termotivasi untuk memahami lebih lanjut materi-materi yang diajarkan dalam Metode Numerik. Sebagai akibatnya hasil belajar mahasiswa juga tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil tes yang diadakan peneliti, nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa 6A1 hanya 50.40 dengan persentase ketuntasan 32.50% dan termasuk kriteria rendah.
Kurangnya motivasi mahasiswa tersebut dapat disebabkan karena metode pembelajaran yang masih berlangsung secara konvensional. Dosen bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dan mahasiswa cenderung bersikap pasif atau sekedar menerima informasi dari dosen. Melihat keadaan ini, peneliti dan beberapa dosen lainnya yang serumpun melalui kegiatan Lesson Study merubah pembelajaran Metode Numerik dengan pendekatan kooperatif. Mahasiswa dituntut lebih aktif dan mencari sendiri materi yang harus dipelajari di dalam kelompok – kelompok kecil. Dosen hanya berfungsi sebagai pembimbing dan memberikan masukan atau perbaikan. Dalam Lesson Study, dosen – dosen yang serumpun bekerja sama dalam mempersiapkan dan melakukan proses pembelajaran agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Implementasi Lesson Study Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Metode Numerik Mahasiswa Dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif “
Rumusan masalah pada makalah ini adalah “ bagaimana upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah metode numerik ?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa program studi Pendidikan Matematika dalam mata kuliah Metode Numerik dengan pendekatan pembelajaran kooperatif melalui kegiatan lesson study.
Penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak. Bagi dosen, diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu dosen dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan motivasi dan hasil belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa sendiri diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mereka. Dan Bagi pengambil kebijakan, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terutama yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran.
Kajian Pustaka
Lesson Study merupakan kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru/dosen secara kolaboratif dan berkelanjutan untuk menguji dan meningkatkan keefektifan pembelajaran.Lesson Study berasal dari Jepang (dari kata jugyokenkyu) yaitu suatu proses sistematik yang digunakan oleh guru – guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006).Lesson studysebagai suatu kegiatan dimana para pendidik (guru/dosen) secara bersama-sama merencanakan, mengamati, menganalisis, dan memperbaiki pembelajaran yang dilakukannya. Kegiatan lesson study dilaksanakan melalui tiga tahapan pokok, yaitu plan (perencanaan), do (pelaksanaan), dan see (refleksi). Ketiga tahapan tersebut menjadi satu siklus penelitian.
Motivasi adalah segala sesuatu yang timbul dari dalam diri individu yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Djamarah (2008:152) mengemukakan motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar atau penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Nana Sudjana (1990) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai mahasiswa setelah menempuh proses belajar.
Pendekatan kooperatif merupakan suatu strategi pengajaran yang melibatkan mahasiswa bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam kelas kooperatif mahasiswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang mahasiswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan (Trianto, 2007). Pada pendekatan kooperatif, mahasiswa didorong untuk mampu memiliki dan melakukan hal – hal berikut : menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim (Miftahul, 2013).
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di program studi Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Yogyakarta pada mata kuliah Metode Numerik dan dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2012/2013.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas A1 program studi Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Yogyakarta yang mengikuti mata kuliah Metode Numerik.
Prosedur Penelitian
Metode pengembangan sistem pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah lesson research dengan lesson study model Lewis (2002). Pelaksanaannya dilaksanakan dalam 4 siklus yang disesuaikan dengan alokasi waktu dan pokok bahasan yang telah ditentukan. Dalam setiap siklus terdiri atas 3 tahap kegiatan, yaitu: 1) perencanaan (plan), 2) pelaksanaan dan observasi (do), 3) refleksi (see).
Gambar 1 Prosedur Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, pemberian angket, tes hasil belajar dan perekaman. Teknik observasi dan perekaman digunakan untuk merekam aktivitas pembelajaran, sedangkan teknik pemberian angket digunakan untuk mengetahui motivasi mahasiswa, dan tes untuk melihat hasil belajar mahasiswa.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar observasi, angket motivasi dan tes hasil belajar mahasiswa. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kualitas pembelajaran Metode Numerik, angket motivasi belajar digunakan untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa yang mengikuti pembelajaran Metode Numerik, tes/kuis digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa yang mengikuti pembelajaran Metode Numerik.
Teknik Analisis Data
Angket motivasi belajar dan lembar observasi kegiatan mahasiswa dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui peningkatan motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa dalam pembelajaran Metode Numerik mulai dari pra-penelitian, kemudian angket setelah siklus I, siklus II, siklus III, dan siklus IV. Kualifikasi hasil persentase skor angket motivasi dan aktivitas belajar disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 2. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket
No. Persentase Kualifikasi
1 75% < skor
100% Tinggi2 50% < skor
75% Cukup3 25% < skor
50% Kurang4 0% < skor
25% Rendah(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2010: 144) Peningkatan hasil belajar mahasiswa dilihat dari hasil tes/kuis. Untuk menentukan persentase ketuntasan mahasiswa digunakan rumus perhitungan persen (%) ketuntasan sebagai berikut :
Plan
2
Plan
3
Plan
4
Do
+
See
2
Do
+
See
4
Do
+
See
3
Plan
1
Do
+
See
1
% jumlah siswa tuntas 100%Persen ketuntasan
jumlah siswa
Untuk menggambarkan peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar mahasiswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2. Kualifikasi Hasil Belajar Mahasiswa
No Persentase Kriteria 1. 75% < P ≤ 100% Tinggi 2. 50% < P ≤ 75% Cukup 3. 25% < P ≤ 50% Rendah 4. 0% < P ≤ 25% Sangat Rendah (Sugiyono: 2010) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Secara keseluruhan penelitian ini berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan peneliti. Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 siklus, masing – masing siklus terdiri dari 3 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan dan observasi (do) dan refleksi (see). Tabel 3 dan 4 berikut ini memberikan hasil angket motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada Pra-Siklus, Siklus I, Siklus II, Siklus III dan Siklus IV.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan pengamatan terhadap mahasiswanya dalam proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan menyangkut motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar yang mereka peroleh. Untuk memperkuat hasil pengamatan, mahasiswa diminta untuk mengisi angket motivasi dan dilakukan ujian pra-siklus. Dari hasil angket motivasi mahasiswa pada pra-siklus hanya memiliki rata-rata 39.525 (49.41%/kriteria kurang) dengan kategori kurang 19 orang mahasiswa, kategori cukup 21 mahasiswa dan belum ada mahasiswa yang masuk ke dalam kategori tinggi. Untuk hasil belajar mahasiswa, pada pra-siklus persentase ketuntasan belajar mahasiswa hanya 32.50% (kriteria rendah) dengan nilai rata-rata kelas 50.4. Mahasiswa yang telah tuntas hanya 13 orang dan sisanya yaitu 27 mahasiswa belum tuntas.
Tabel 3. Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Pra-Siklus, Siklus I,Siklus II, Siklus III dan Siklus IV
N o
Kualifik asi
Motivasi Belajar
Pra-Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV Banyak Persenta se Banyak Persenta se Banyak Persenta se Banyak Persenta se Banyak Persenta se Mahasis wa (%) Mahasis wa (%) Mahasis wa (%) Mahasis wa (%) Mahasis wa (%) 1 Tinggi 0 0 0 0 27 67.5 37 92.5 38 95 2 Cukup 21 52.5 24 60 13 32.5 3 7.5 2 5 3 Kurang 19 47.5 16 40 0 0 0 0 0 0 4 Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 40 100 40 100 40 100 40 100 40 100 Rata-rata perkelas 39.525 49.41 42.65 53.31 59.275 74.09 66.2 82.75 66.925 83.656
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Belajar Mahasiswa Pra_Siklu, Siklus I,Siklus II,Siklus III dan Siklus IV
Ketuntasan
Pra-Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV Banyak Mahasiswa Banyak Mahasiswa Banyak Mahasiswa Banyak Mahasiswa Banyak Mahasiswa Tuntas 13 19 23 31 34 Belum Tuntas 27 21 17 9 6 Jumlah 40 40 40 40 40 Rata-rata 50.4 52.225 57.775 70.15 72.775 Persentase 32.50% 47.50% 52.50% 77.50% 82.50% Ketuntasan
Kriteria Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi
Siklus I di awali dengan perencanaan (plan), pada tahap ini semua dosen anggota kelompok lesson study (dosen model dan observer) mendiskusikan tentang satuan acara perkuliahan (SAP) yang berisi tata cara pelaksanaan dan penetapan materi pembelajaran. Kemudian menentukan kelompok yang akan presentasi pada tahapan do. Mempersiapkan soal – soal latihan dan soal – soal untuk tes/kuis serta lembar jawabannya. Selama masa perencanaan ini dosen model membimbing kelompok mahasiswa yang bertugas membuat makalah dan mempresentasikannya. Diskusi antara dosen model dan mahasiswa pada tahap perencanaan digunakan untuk menentukan kebenaran materi yang akan dipresentasikan oleh mahasiswa.
Kegiatan Pelaksanaan dan Observasi (Do) pada siklus I dilaksanakan setelah tahap perencanaan selesai. Dalam tahapan pelaksanaan dan observasi ini, dosen model melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan observer melakukan pengamatan dengan mencatat segala hal yang diamati saat proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar observasi.
Pada kegiatan ini, dosen model membuka pembelajaran dengan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada mahasiswa. Selanjutnya mahasiswa yang kelompoknya bertugas presentasi pada hari itu membagikan makalah kepada setiap mahasiswa. Kemudian kelompok presentator mempresentasikan materi yang telah di tentukan.
Mahasiswa mendengarkan presentasi dengan cukup antusias, setelah presentasi dan mahasiswa memahami materi, berikutnya mahasiswa mendiskusikan soal-soal latihan dalam kelompok masing-masing yang telah dibagi sebelumnya. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Dalam proses pembelajaran tersebut, observer mengamati dan mencatat aktivitas
mahasiswa dalam lembar observasi. Selain itu, dilakukan pula perekaman dengan menggunakan kamera.
Setelah diskusi kelompok selesai dilakukan dilanjutkan dengan diskusi kelas. Beberapa kelompok ditunjuk perwakilannya untuk menyelesaikan soal di papan tulis dan hasilnya didiskusikan kembali. Di akhir perkuliahan, dosen memberikan rangkuman dan penguatan materi, serta memberikan tugas secara individu untuk berlatih di rumah.
Refleksi (see)dilaksanakan setelah tahapan do. Tim lesson study yang menjadi observer pada tahap pelaksanaan (do) di kelas memberikan masukan, kritikan dan saran kepada dosen model untuk diperbaiki pada siklus lesson study selanjutnya.
Di akhir pertemuan mahasiswa mengisi angket motivasi belajar dan mengerjakan kuis secara individu. Dari hasil analisis angket dapat dilihat peningkatan motivasi, keaktifan dan hasil belajar mahasiswa pada siklus I dibandingkan dengan tahapan pra-siklus. Berdasarkan angket motivasi mahasiswa pada siklus I rata-rata motivasi mahasiswa meningkat menjadi 42.65 (53.31%/kriteria cukup) dengan kategori kurang 16 mahasiswa, kategori cukup 24 mahasiswa dan masih belum ada yang masuk kategori tinggi.
Untuk hasil belajar mahasiswa, pada siklus I, persentase ketuntasan belajar mahasiswa meningkat menjadi 47. 50% tetapi masih termasuk ke dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata kelas 52.225. Mahasiswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 19 orang, sedangkan 21 orang mahasiswa lainnya masih belum tuntas. Keterlaksanaan pembelajaran mahasiswa pada siklus I, berdasarkan pengamatan para observer memiliki persentase keterlaksanaan 53.636 % (kriteria cukup).
Siklus II juga di awali dengan tahap perencanaan (plan), pada tahapan ini di persiapkan segala kebutuhan untuk tahap do dengan memperhatikan semua masukan dan kritikan yang di berikan pada tahap see di siklus I. Pada tahap do, proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan. Pada siklus II ini hasil angket motivasi dan hasil belajar mahasiswa juga telah mengalami peningkatan.
Angket motivasi mahasiswa pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata yaitu 59.275 (74.09%/kriteria cukup) dengan kategori tinggi 27 orang mahasiswa, kategori kurang 13 mahasiswa dan sudah tidak ada yang masuk kedalam kategori rendah. Untuk hasil belajar mahasiswa, pada siklus II memiliki persentase ketuntasan belajar 52.50% (kriteria cukup) dengan nilai rata-rata kelas 57.775. Mahasiswa yang telah tuntas hanya 23 orang dan sisanya yaitu 17 mahasiswa belum tuntas. Keterlaksanaan pembelajaran mahasiswa pada siklus II, berdasarkan pengamatan para observer memiliki persentase keterlaksanaan 89.697 % (kriteria tinggi).
Motivasi, keaktifan dan hasil belajar mahasiswa pada siklus III meningkat dibandingkan dengan tahapan siklus II. Rata-rata motivasi mahasiswa adalah yaitu 66.20 (82.75%/kriteria tinggi) dengan kategori tinggi 37 orang mahasiswa, kategori cukup 3
mahasiswa. Untuk hasil belajar mahasiswa, pada siklus III memiliki persentase ketuntasan belajar 77.50% (kriteria tinggi) dengan nilai rata-rata kelas 70.15 Mahasiswa yang telah tuntas sebanyak 31 orang dan hanya 9 mahasiswa yang belum tuntas. Keterlaksanaan pembelajaran mahasiswa pada siklus III, berdasarkan pengamatan para observer memiliki persentase keterlaksanaan 89.495 % (kriteria tinggi).
Motivasi, keaktifan dan hasil belajar mahasiswa pada siklus IV meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Rata-rata motivasi mahasiswa adalah yaitu 66.925 (83.656%/kriteria tinggi) dengan kategori tinggi 38 orang mahasiswa, kategori cukup 2 mahasiswa. Untuk hasil belajar mahasiswa, pada siklus IV memiliki persentase ketuntasan belajar 82.50% (kriteria tinggi) dengan nilai rata-rata kelas 72.775 Mahasiswa yang telah tuntas sebanyak 34 orang dan hanya 6 mahasiswa yang belum tuntas. Keterlaksanaan pembelajaran mahasiswa pada siklus IV, berdasarkan pengamatan para observer memiliki persentase keterlaksanaan 93.13 % (kriteria tinggi).
Peningkatan motivasi dan hasil belajar mahasiswa setiap siklus dapat dilihat lebih jelas pada grafik 1 berikut ini :
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi lesson study pada pembelajaran metode numerik dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika. Saran 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 PRA SIKLUS
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III SIKLUS IV
p
e
rsen
tase
Grafik 1. Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa Setiap Siklus
MOTIVASI HASIL BELAJAR
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti memberikan beberapa saran yang perlu di pertimbangkan, yaitu :
1. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa diperlukan suatu strategi dan kerjasama antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen dan dosen dengan dosen.
2. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Garfield, J. 2006. Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistic Curriculum. (online) : www.stat.uackland.ac.nz/-iase/publication/-11/Garfield.doc. Lewis, Chatherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher_Led Instructional Change.
Philadeiphia, PA: Research for Better School, Inc.
Miftahul Huda. 2013. Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu – Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Nana Sudjana. 1990. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar, Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
SEKOLAH DASAR BERBASIS PENDEKATAN KONSTEKTUAL
Heru Kurniawan1), Suyoto2)
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo
1)
[email protected] Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan konstektual pada kompetensi jarak, waktu, dan kecepatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model 4-D (four
D model) yang terdiri dari empat tahap. Keempat tahap tersebut adalah tahap
pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development) dan tahap penyebaran (disseminate). Pada tahap define, dilakukan penelahaan kurikulum terkait dengan kompetensi jarak, waktu, dan kecepatan. Hasil dari tahap define dijadikan sebagai acuan untuk perancangan multimedia. Tahap berikutnya adalah design, pada tahap ini dilakukan perancangan multimedia hasil penelaahan tahap define. Pada tahap ini dihasilkan draft-1. Tahap selanjutnya adalah
development, pada tahap ini draft-1 dinilaikan pada validator. Secara umum,
validator memberikan penilaian bahwa multimedia draft-1 sudah sesuai dengan kurikulum (SK dan KD) sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. Selanjutnya dilakukan revisi hasil masukan dari validator terhadap draft-1. Hasil revisi tersebut menghasilkan draft-2. Selanjutnya draft-2 diuji cobakan terbatas di SD N Dukuhrejo Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo. Dalam tahap tersebut dilakukan observasi mengenai penggunaan multimedia. Hasil observai menunjukkan bahwa siswa tertarik dan antusias selama proses pembelajaran dan 100% siswa suka dengan multimedia yang digunakan. Sejauh tahapan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dikatakan bahwa pengembangan multimedia dapat digunakan dalam proses pembelajaran dan mendapat tanggapan posistif dari siswa. Tahap penelitian selanjutnya adalah dilakukan uji coba tahap-2 dengan sampel penelitian yang lebih banyak (4 SD). Hasil dari tahap-2 tersebut akan menghasilkan produk final yang selanjutnya akan didesimenasikan (tahap dessiminate).
Kata Kunci: Pengembangan, Multimedia, Pendekatan Konstektual
PENDAHULUAN
Pemerintah telah mengupayakan berbagai inovasi pendidikan, dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme guru, Buku Sekolah Elektronik, dan sebagainya. Namun beberapa inovasi di atas tampaknya belum cukup bisa dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya prestasi Indonesia dalam bidang matematika di kancah Internasional. Hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII sebagaimana dikutip dari http://edukasi.kompas.com, prestasi matematika Indonesia di tahun 2011 berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Prestasi bidang sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara. Skors tes sains siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007.
Pembelajaran di era ini menghadapi 2 tantangan. Tantangan pertama adalah perubahan paradigma pembelajaran dan tantangan kedua adalah adanya perkembangan teknologi informasi
dan telekomunikasi yang pesat. Dengan munculnya pendekatan konstektual pada dasarnya telah menjawab tantangan pertama. Sementara itu, tantangan kedua dijawab melalui adanya kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi yang begitu pesat menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan baru dalam pembelajaran. Lebih dari itu, teknologi ini ternyata turut pula memainkan peran penting dalam memperbarui konsepsi pembelajaran yang semula fokus pada pembelajaran yang semata-mata suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi terhadap ilmu pengetahuan.
Dalam suatu tulisan mengenai elemen dasar pembelajaran di abad 21 disebutkan “They (teacher) specifically address learning and thinking skills, including: critical thinking and problem-solving skills; communication; creativity and innovation; collaboration; contextual learning; and information and media literacy. In addition, students and educators today must have ICT (Information and Communications Technology) literacy and use technology in the context of teaching and learning”. Dari tulisan tersebut dapat dijelaskan bahwa guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran dengan penekanan untuk membangun kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, berkomunikasi, kreatif dan inovatif, berkolaborasi, belajar secara konstektual, dan mampu menggunakan ICT.
Proses belajar yang terjadi pada diri individu siswa merupakan proses aktif dimana individu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Proses belajar bukan semata-mata terjadi karena adanya hubungan antara stimulus dan respon, tetapi lebih merupakan hasil dari kemampuan individu dalam mengembangkan potensi dalam dirinya. Keaktifan belajar akan mendorong siswa untuk belajar secara bermakna. Gordon Dryden dan Jeannete Vos dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 67) menyatakan bahwa ”Ciri utama pembelajaran yang bermakna adalah di mana siswa dapat merasakan manfaat dari kompetensi pelajaran yang dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari”. Dengan demikian, salah satu pendekatan yang dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna adalah pendekatan konstektual.
Pada pembelajaran matematika istilah kontekstual dikenal sebagai pendekatan Contextual Teaching and Learning atau yang lebih dikenal dengan pendekatan CTL. Johnson dalam Supinah (2008: 8), menyatakan bahwa ”CTL merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami kompetensi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok kompetensi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”. Pengaitan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari diharapkan dapat memudahkan siswa untuk memahami konsep matematika yang sifatnya abstrak.
Kelebihan pembelajaran konstektual dibandingkan dengan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran konstektual dapat mendorong siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Fadjar Shodiq menyebutkan dengan pendekatan konstektual diharapkan muncul perubahan-perubahan sebagai berikut.
1. Mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding)
2. Model ceramah ke pendekatan: discovery learning, inductive learning, atau inquiry learning.
3. Belajar individual ke kooperatif.
4. Positivist (behaviorist) ke konstruktivisme, yang ditandai dengan perubahan paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, investigatif, eksploratif, open ended, keterampilan proses, modeling, ataupun pemecahan masalah.
5. Subject centred ke clearer centred (terkonstruksinya pengetahuan siswa).
Untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru dalam pembelajarannya mengaitkan antara kompetensi yang akan diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari
Ade Cahyana dan Devi Munandar (2008) dalam Sutirman memberikan definisi “teknologi multimedia sebagai perpaduan dari teknologi komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak dengan teknologi elektronik”.Dalam buku yang berjudul ”The Developers Handbook to Interaktive Multimedia”, Rob Philip (1997: 8) dalam Sutirman menjelaskan
”The term „multimedia‟ is a catch-all phrase to describe the new wave of computer software that primarily deals with the provisions of information. The ‟multimedia‟ component is characterized by the presence of text, picture, sound, animation and video; some or all wich are organized into some coherence program. The „interactive‟ component refers to the process of empowering the user to control the environment usually by a computer.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah kombinasi antara visual, audio, animasi yang diperpadukan menggunakan teknologi computer yang dapat digunakan dengan tujuan tertentu. Dengan kemampuan inilah, multimedia dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran.
Dalam piramida belajar di atas, dapat dimengerti bahwa pembelajaran dapat ditingkatkan melalui audiovisual. Perangkat multimedia yang dirancang secara interaktif
(melibatkan keaktifan siswa), maka ada waktu bagi siswa melakukan diskusi, melakukan suatu kegiatan, dan mengajarkannya pada orang lain. Dengan demikian keaktifan pembelajaran dapat dimunculkan.
Dari beberapa hal yang di sampaikan di depan, maka pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan konstektual dan pemanfaatan ICT sebagai pelengkap pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu multimedia pembelajaran matematika yang didasarkan pada penedekatan konstektual. Proses pengembangan ini penting untuk dilakukan penelitian agar hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi guru-guru untuk selanjuntnya dapat menyajikan pembelajaran berbasis pendekatan konstektual dengan berbantuan multimedia apada kompetensi lainnya.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Menurut Borg and Gall dalam Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Penelitian ini muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui „basic research‟, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui „applied research‟, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.
Penelitian pengembangan ini digunakan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran matematika berbasis pendekatan konstektual. Sedangkan metode penelitian kuantitatif untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa serta hasil ketuntasan belajar siswa terhadap multimedia yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah multimedia pembelajaran.
Dari beberapa hal di atas, maka perlu adanya penyampaian pembelajaran dengan pendekatan konstektual yang disertai dengan pemanfaatan ICT. Usaha yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan multimedia pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan konstektual. Pengembangan multimedia ini dipandang penting untuk dilakukan penelitian mengingat pembelajaran dewasa ini tidak akan bisa lepas dari penggunaan komputer. Di sisi yang lain, pemanfaatan multimedia ini daat mendorong anak untuk lebih aktif dalam belajar. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kecamatan Purworejo dan Butuh Kabupaten Purworejo pada bulan Mei sampai Oktober 2013.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 Sekolah Dasar di Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah untuk melihat efektifitas hasil pengembangan multimedia pembelajaran matematika dengan pendekatan konstektual pada kompetensi kecepatan, jarak, dan waktu.
Prosedur
Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada jenis pengembangan model 4-D (four D model) yang dikemukakan Thiagarajan, yang terdiri dari empat tahap. Keempat tahap tersebut adalah tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development) dan tahap penyebaran (disseminate). Prosedur pengembangan multimedia pembelajaran model 4-D secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
Tahap Nama Tahapan Rincian Kegiatan
I Pendefinisian (define) 1. Analisisis kurikulum 2. Analisis kebutuhan siswa 3. Analisis konsep pembelajaran 4. Analisis tugas
5. Analisis tujuan pembelajaran II Perancangan (design) Perancangan multimedia dilakukan
untuk mendapatkan rancangan awal multimedia hasil pendefinisian langkah sebelumnya. Hasil perancangan ini disebut Draft-1.
III Pengembangan (develompment) 1. Validasi terhadap rancangan draft-1.
Hasil masukan dari validator akan dilakukan perevisian yang disebut draft-2.
2. Uji coba terbatas terhadap draft-2 di 1 Sekolah Dasar.
Hasil uji coba terbatas akan dijadikan masukan untuk memperbaiki multimedia yang selanjutnya disebut draft-3.
3. Draft-3 selanjutnya di uji cobakan secara luas di 4 Sekolah Dasar untuk mendapatkan produk akhir. IV Penyebaran (deseminate) Produk akhir tersebut kemudian
disebarluaskan ke beberapa Sekolah Dasar agar guru dapat memanfaatkan dan membuat multimedia untuk kompetensi yang lain.
Diagram alur pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar. 1 Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Metode Observasi, yang digunakan untuk mengobservasi kegiatan pembelajaran dan melihat respon siswa terhadap multimedia yang digunakan. Observasi dilakukan pada uji coba terbatas; 2) Lembar validasi, yang digunakan untuk memvalidasi multimedia hasil pengembangan yang berupa validasi kompetensi, validasi bahasa, dan validasi media; 3) Tes, digunakan untuk membandingkan efektivitas penggunaan multimedia pada kelas yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan multimedia dan kelas yang dikenakan pembelajaran tanpa menggunakan multimedia. Tes digunakan pada uji coba secara luas.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan menyesuaikan dengan desain penelitiannya. Pada tahap uji coba terbatas digunakan desain one shoot case study, sehingga pelaksanaan pembelajaran langsung dilakukan pengamatan (observasi).
Pada uji coba luas dilakukan perbandingan antara kelas yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan multimedia dan kelas yang dikenakan pembelajaran tanpa menggunakan multimedia. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji-t dengan rumus.
t
v
n
s
n
s
X
X
t
obs~
2 2 2 1 2 1 2 1
;
1
/
1
/
/
/
2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1
n
n
s
n
n
s
n
s
n
s
v
(Budiyono, 2003: 151)HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Tahap Pendefinisian (define)
Pengembangan multimedia ini diperlukan mengingat secara teoritik pembelajaran dapat berjalan secara lebih optimal dengan penggunaan semua indera yang dimiliki oleh manusia. Multimedia dapat mencakup semua aspek indera manusia. Dari hasil observasi yang dilakukan di sekolah-sekolah, kebanyakan guru belum menerapkan penggunaan multimedia secara optimal. Pembelajaran masih didominasi dengan pembelajaran ceramah, bahkan dapat pula dikatakan penggunaan media pembelajaran sama sekali tidak ada.
Salah satu kompetensi matematika yang diajarkan di tingkat Sekolah Dasar adalah kompetensi waktu, jarak, dan kecepatan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dijelaskan sebagai berikut.
Standar Kompetensi : menggunakan pengukuran waktu, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.2. Melakukan operasi hitung yang melibatkan satuan waktu
1.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan
1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaiatan dengan waktu, jarak, dan kecepatan.
Kegiatan dalam tahap ini adalah analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran.
a. Analisis Awal-Akhir
Kegiatan penelitian pada tahap ini dilakukan analisis secara mendalam mengenai kompetensi waktu, jarak, dan kecepatan. Kompetensi tersebut merupakan salah satu kompetensi yang bersifat abstrak namun sangat dekat dengan keseharian siswa. Sehingga siswa dapat lebih memahami apa itu jarak, apa itu waktu, dan apa itu kecepatan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui penggunaan animasi multimedia.
Mengapa multimedia menjadi pilihan? Karena dengan menggunakan animasi multimedia, siswa akan dapat melihat secara lebih detail mengenai konsep kompetensi yang dibelajarkan. Siswa akan dapat mengamati pergerakan dari setiap hal yang ditampilkan media tersebut sehingga memberikan gambaran yang lebih mudah mengenai kompetensi yang dipelajari.
Ketika siswa dijelaskan mengenai definisi jarak, terkadang siswa hanya mampu menghafalnya saja tanpa memahami maknanya secara utuh. Namun pengembangan multimedia ini diharapkan dapat membantu kesulitan siswa yang demikian.
Dalam media yang dikembangkan, pembelajaran mengenai konsep jarak disajikan dalam gambar animasi sebagai berikut.
Gambar 1. Animasi Jarak
Dalam animasi tersebut, diilustrasikan sebuah mobil yang berada pada tempat pemberangkatan kemudian bergerak menuju tempat tujuan. Rentang antara tempat keberangkatan dengan tempat tujuan dinamakan jarak tempuh.
Gambar 2. Animasi waktu
Dalam animasi tersebut, diilustrasikan sebuah mobil yang berangkat pada waktu tertentu dan sampai pada waktu kemudian. Rentang saat antara waktu keberangkatan dan waktu samapai tujuan dinamakan waktu tempuh. Demikian pula dalam pembelajaan untuk konsep kecepatan yang disajikan dalam gambar animasi berikut ini.
TITIK KEBERANGKAT AN TITIK TUJUA N MANAKAH YANG PALING CEPAT SAMPAI TUJUAN? ITULAH YANG DISEBUT KECEPATAN WAKTU KEBERANGKATAN WAKTU SAMPAI TUJUAN ITULAH WAKTU TEMPUH DARI TEMPAT KEBERANGK ATAN SAMPAI TEMPAT TUJUAN ITULAH JARAK TEMPUH MOBIL BERGERAK/ BERPINDAH
Gambar 3. Animasi Kecepatan
c. Analisis tugas
Untuk lebih memahamkan siswa mengenai kompetensi tersebut, maka disusunlah serangkaian latihan yang dikemas dalam tingkat kesulitan yang beragam dari latihan yang mudah hingga latihan yang sulit. Gambaran tampilan multimedia yang memuat tugas dan latihan siswa adalah sebagai berikut.
Gambar 4. Latihan soal dengan Wondershare Quiz Creator
2. Tahap perancangan (design)
Tahap perancangan multimedia dimulai dengan menetapkan software yang akan digunakan. Dengan beberapa pertimbangan, diputuskan menggunakan Ms. PowerPoint 2007. Pemilihan program ini didasarkan dari kenyataan bahwa Microsoft Office sudah familiar dikalangan guru, hanya saja penggunaannya belum teroptimalkan dengan baik. Oleh karena itu dengan perancangan ini diharapkan guru dapat mengembangkan sendiri media sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang akan disampaikan.
Di lain pihak, dengan beberapa perkembangan yang ada, Ms. powerPoint dapat diubah/ diconvert menjadi flash sehingga penampilannya bisa lebih menarik.
Makalah Pendamping: Pendidikan Matematika 5 393 Secara umum Draft-1 masih sangat sederhana sekali. Namun draft-1 ini merupakan pondasi awal untuk mengembangkan bentuk desain lain yang lebih atraktif.
3. Tahap pengembangan (development)
Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran hasil pengembangan dari draft-1. Hasil pengembangan ini selanjutnya disebut Draf-II. Draf-II ini disusun dari hasil revisi draft-I berdasarkan masukan yang diberikan oleh para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba.
a. Penilaian Para Ahli
Validator yang dipilih adalah para guru Sekolah Dasar. Pemilihan guru SD didasarkan pada alasan bahwa guru SD lebih memahami kebutuhan siswa di kelas. Dari hasil validasi secara umum dikatakan bahwa media sudah baik untuk digunakan dalam pengajaran kompetensi waktu, jarak, dan kecepatan. Beberapa catatan yang diberikan oleh validator adalah untuk menambah kompetensi mengenai operasi jam, menambah durasi waktu media, dan memperhatikan jeda waktu antar tampilan sehingga siswa memeiliki kesempatan waktu yang cukup untuk memperhatikan secara seksama.
Dari segi muatan kompetensi, telah dinilai bahwa media sudah sesuai dengan SK dan KD. Sedangkan dari segi bahasa, dikatakan telah menggunakan bahasa yang baik dan tidak membingungkan siswa.
Sedangkan beberapa tambahan gambar lain yang belum ada pada draft-1 adalah sebagai berikut.
a. Uji Coba Terbatas
Draft-II yang telah dihasilkan selanjutnya akan diuji cobakan di kelas yang menjadi subjek penelitian. Hasil uji coba ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. 2. Perhatian siswa terfokus pada media yang ditampilkan. 3. Kondisi kelas sangat tenang.
4. Seluruh siswa menyukai media yang digunakan.
Slide yang mendapat respon positif anak adalah pada bagian cara menghafalkan rumus dengan cepat. Hal ini terbukti ketika anak diminta untuk melafal ulang rumus yang diminta, siswa langsung melafalkannya dengan cepat dan tanpa kesalahan. Slide yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Meskipun mendapat masukan yang positif dari validator dan hasil observasi pembelajaran di kelas, namun masih ada celah untuk memperbaiki tampilan multimedia ini menjadi lebih baik lagi. Misalnya adalah penambahan kompetensi, penambahan suara, penambahan video, dan penambahan latihan. Dengan demikian, multimedia ini masih dapat dikembangkanlagi.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari tahapan penelitian yang telah dilakukan sejauh ini, pengembangan multimedia pembelajaran dapat dilakukan melalui pemanfaatan Ms. PowerPoint yang penggunaanya sudah dikenal secara luas oleh guru. Dengan kata lain, multimedia ini dapat digunakan sebagai media bantu proses pembelajaran matematika kompetensi menentukan jarak, waktu, dan kecepatan. Hasil masukan dari para validator dan hasil observasi menunjukkan sinyal positif bahwa media ini sudah layak untuk digunakan.
Guru harus terus meningkatkan kemampuan sehingga mampu menghasilkan produk multimedia pembelajaran untuk kompetensi yang lain. Pemuatan multimedia ini harus didasarkan pada karakter konsep kompetensi yang akan diajarkan, sedapat mungkin guru harus merancang multimedianya sehingga timbul interaksi antara siswa dengan media yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono.2000. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelina Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2003. Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen. Fadjar Shadiq. 2010. Implementasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar. Diambil dari www. p4tkmatematika.org.
Ester Lince Napitupulu. 2012. Prestasi Sains dan Matematika IndonesiaMenurun. Diambil dari http://edukasi.kompas.com
Ismaniati. 2001. Pengembangan Program Pembelajaran Berbantuan Komputer. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta
Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD Dengan Pendekatan Konstektual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika
Sutirman. Multimedia Pembelajaran. Diambil dari http://tirman.wordpress.com/ multimedia-pembelajaran/ Pada Minggu, 28 Mei 2012
Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat Peneltian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Pendidikan Nasional.
ANALISIS KETERAMPILAN MENGAJAR ASPEK MENJELASKAN
MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM MATA KULIAH
PENGAJARAN MIKRO (MICRO TEACHING)
DIDASARKAN PADA TEORI METAKOGNITIF
Farida Trisnayanti1), Ponco Sujatmiko2), Ira Kurniawati3) 1)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta
2),3)
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, JPMIPA, FKIP, UNS, Surakarta
*
Keperluan Korespondensi: 1), 2), 3) Jl. Ir. Sutami No 36A Kentingan Surakarta, 085647067680,
1)
2)
[email protected],3)[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterampilan menjelaskan yang diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) jika didasarkan pada komponen-komponen pengetahuan metakognitif dan pengalaman/regulasi metakognitif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek mahasiswa Pendidikan Matematika semester 6 tahun 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek mahasiswa Pendidikan Matematika semester 6 tahun 2012/2013. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket, pra observasi pada penampilan pertama, observasi pada penampilan kedua dan ketiga mahasiswa, wawancara dan dokumentasi. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling, dengan memperhatikan data yang diperoleh melalui angket dan data pra observasi pada penampilan pertama mahasiswa. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan: (1) Kelompok mahasiswa yang meninjau kembali ke dalam dirinya dan merasa tidak ada masalah terkait dengan penguasaan materi (Kelompok A) dan kelompok mahasiswa yamg meninjau kembali ke dalam dirinya dan merasa ada masalah terkait dengan penguasaan materi (kelompok B) telah menggunakan pengetahuan metakognitif sub kemampuan
declarative knowledge. (2) Kelompok mahasiswa yang tidak meninjau terlebih dahulu ke
dalam dirinya terkait dengan penguasaan materi (kelompok C) belum menggunakan pengetahuan metakognitif sub kemampuan declarative knowledge. (3) Yang membedakan antar mahasiswa dalam kelompok A, B, dan C dalam menggunakan pengetahuan dan pengalaman/regulasi metakognitifnya adalah motivasi mahasiswa tersebut ingin menjadi guru.
Kata Kunci: pengajaran mikro, micro teaching, keterampilan menjelaskan, metakognitif, John Hurly Flavell.
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia, mungkin akan muncul beberapa permasalahan yang menyertainya. Tentunya pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam dunia pendidikan. Hal pertama yang perlu dibenahi untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia bagi tenaga kependidikan dalam hal ini adalah guru. Seperti yang kita ketahui, guru tidak hanya sebagai penyampai materi pelajaran, tetapi guru sebisa mungkin harus bertindak cerdas untuk menyiapkan strategi yang tepat dalam menyampaikan konsep, memilih alat peraga jika diperlukan, memilih model dan metode pelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tindakan nyata yang dilakukan pemerintah untuk menyiapkan tenaga kependidikan sejak dini adalah melalui Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Melalui LPTK,
mahasiswa calon tenaga kependidikan ini dilatih dan diberi pendidikan agar menguasai bidang yang diinginkan dan mempunyai keahlian mengajar. Mata kuliah yang diberikan pada LPTK secara spesifik berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain. Ada beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk mengasah keterampilan mahasiswa dalam mengajar. Salah satu diantaranya adalah pengajaran mikro (micro teaching).
Berdasarkan sebaran mata kuliah Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP UNS pada pedoman akademik tahun 2009/2010, mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) dilaksanakan pada semester 6. Seperti namanya, pengajaran mikro (micro teaching) artinya mengajar di kelas yang kecil. Pada mata kuliah ini, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 orang dosen pembimbing. Ada kalanya mahasiswa berperan sebagai guru dan ada kalanya berperan sebagai siswa. Hal ini dilakukan secara bergiliran setiap tatap muka pengajaran mikro (micro teaching). Adapun dosen pembimbing berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pengajaran mikro (micro teaching) yang memberikan saran dan mengarahkan mahasiswa bimbingannya untuk dapat mencapai kompetensi dasar mengajar.
Dengan memperhatikan Pengajaran mikro (micro teaching) merupakan mata kuliah dimana mahasiswa mulai mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya dari mata kuliah yang telah diperoleh sebelumnya. Seperti, mata kuliah perencanaan pembelajaran matematika, media pembelajaran matematika serta mata kuliah matematika yang lain. Melalui mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) ini, mahasiswa dilatih untuk bijaksana dalam memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki sehingga bisa memperoleh kompetensi-kompetensi menjadi guru profesional.
Sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Matematika tentunya dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang sudah ditetapkan pada mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching). Berdasarkan wawancara yang dilakukan, sebagian besar mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) pada tahun 2011/2012, merasakan dan mengeluhkan beberapa kesulitan diantaranya adalah:
1. Sulitnya menjelaskan materi kepada teman sekelompoknya yang berperan sebagai siswa, permasalahan ini terkait dengan beberapa faktor diantaranya adalah pemilihan model, metode, alat, serta media pembelajaran yang tepat.
2. Penggunaan teman sejawat sebagai siswa akan dirasakan sebagai „sandiwara‟ saja sehingga kurang total dalam menghayati perannya menjadi guru.
3. Padatnya jadwal kuliah dan ujian membuat mahasiswa kekurangan waktu untuk mempersiapkan materi utama serta materi pendukung dalam menghadapi mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching).
Terkait dengan kesulitan yang dirasakan oleh mahasiswa pengajaran mikro (micro teaching) pada tahun 2011/2012, yaitu tentang kesulitan dalam menjelaskan materi yang
diinginkan. Sudah menjadi rahasia umum, matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan penguasaan konsep yang benar-benar matang terlebih lagi ketika ingin menjadi guru. Selain menguasai konsep untuk dirinya sendiri tentunya guru harus berusaha membuat siswanya menguasai konsep pelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran yang harus dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menjadi menarik jika kemampuan menjelaskan mahasiswa Pendidikan Matematika dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) didasarkan pada sebuah teori, misalnya teori metakognitif. John Hurley Flavell memberikan definisi metakognitif sebagai kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran suatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri. Jika dikaitkan dengan pengajaran mikro (micro teaching), mahasiswa yang akan menjelaskan materi dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) ini tentu saja membutuhkan persiapan yang dilandasi dengan pemikiran-pemikiran. Dibutuhkan pemikiran-pemikiran mengenai strategi, model, metode, alat dan media pembelajaran apa yang sesuai. Selain itu, dibutuhkan juga kesadaran akan pencapaian kemampuan kognitifnya, diperlukan usaha lebih keras jika memang dirasa belum mantap dalam menguasai materi yang diinginkan.
John Hurley Flavell dengan teori metakognitifnya membagi metakognitif menjadi dua komponen yaitu komponen pengetahuan metakognitif dan komponen regulasi metakognitif. Komponen pengetahuan metakognitif yang terdiri dari pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional. Sedangkan komponen regulasi matakognitif terdiri dari merencanakan, strategi pengaturan informasi, pemantauan secara menyeluruh, dan penilaian sejauh mana pencapaian tujuan.
Teori yang dikemukakan oleh John Hurley Flavell tersebut bisa dijabarkan menjadi indikator-indikator deskripsi keterampilan menjelaskan mahasiswa Pendidikan Matematika dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching). Indikator-Indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Komponen merencanakan sub kemampuan declarative knowledge.
Pada saat latihan mengajar pada pengajaran mikro (micro teaching), mahasiswa hendaknya meninjau terlebih dahulu ke dalam dirinya terkait dengan bagaimana penguasaan materi. Selain itu, mahasiswa harusnya menyadari apa saja yang telah dimiliki.
2. Komponen merencanakan sub kemampuan procedural knowledge.
Setelah mahasiswa mengetahui dan menyadari pengetahuan dan modal yang telah dimiliki, maka mahasiswa bisa menentukan buku referensi yang dapat digunakan untuk dapat mendukung penampilan saat mengajar, dapat menentukan apa yang harus dilakukan ketika ada materi yang belum dikuasai, dapat menentukan materi prasyarat yang sesuai dengan materi yang akan disajikan.
3. Komponen merencanakan sub kemampuan conditional knowledge.
Mahasiswa pengajaran mikro (micro teaching) dapat menentukan strategi untuk menyajikan materi, menentukan alat peraga apa yang sesuai dengan materi yang akan disajikan.
4. Komponen merencanakan sub kemampuan planning.
Mahasiswa pengajaran mikro (micro teaching) harus mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang lengkap mulai dari tujuan pembelajaran, indikator, metode pembelajaran, media pembelajaran, langkah pembelajaran yang tertuang di dalam RPP. Terutama, mahasiswa dapat merancang langkah pembelajaran yang runtut dan sistematis. 5. Komponen menyajikan sub kemampuan information management strategies.
Mahasiswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menjelaskan materi. Misalnya pada saat mahasiswa mengaitkan materi yang akan disajikan dengan materi prasyarat yang sesuai, saat mahasiswa menggunakan alat peraga sehingga proses penyajian materi berlangsung efektif, saat mahasiswa menjelaskan materi sesuai atau tidak dengan apa yang telah direncanakan dalam RPP, bagaimana mahasiswa dalam memberi penekananan terkait materi yang dianggap penting.
6. Komponen menyajikan sub kemampuan comprehension monitoring.
Mahasiswa memantau/memonitor apakah langkah-langkah pembelajaran yang dipilih sudah tepat dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan atau belum, memantau apakah alat peraga yang dipilih sudah membantu dalam penyajian materi atau belum, memantau apakah cara yang dilakukan dalam memberi penekanan sudah sesuai apakah belum.
7. Komponen menyajikan sub komponen debugging strategies.
Mahasiswa mempunyai strategi yang berbeda dalam menjelaskan ketika siswa yang dijelaskan belum dapat menerima maksud dari penjelasan yang disampaikan.
8. Komponen menyajikan sub komponen evaluation.
Mahasiswa mengevaluasi secara keseluruhan penampilan saat menjelaskan materi. Apakah mahasiswa akan berpuas diri ketika sudah berhasil dalam menjelaskan materi ataukah merasa berputus asa ketika merasa gagal dalam menjelaskan materi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keterampilan menjelaskan yang diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) didasarkan pada pengetahuan metakognitif?
2. Bagaimana keterampilan menjelaskan yang diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) didasarkan pada pengalaman/regulasi metakognitif?
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana keterampilan menjelaskan mahasiswa dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) didasarkan pada pengetahuan metakognitif.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana keterampilan menjelaskan mahasiswa dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching) didasarkan pada pengalaman/regulasi metakognitif.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP UNS, Jalan Ir. Sutami No. 36A Surakarta. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.
Subjek Penelitian
Pada penelitian ini dalam menentukan subjek penelitian tidak dipilih secara acak, tetapi pemilihan sampel bertujuan (purposive sample). Sampel bertujuan memfokuskan pada informan-informan terpilih yang dapat memberikan informasi yang mendalam terkait permasalahan yang dibahas. Selain itu, hal ini bertujuan untuk menggali informasi yang menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
Berdasarkan deskripsi data dari angket dan data dari pra observasi, maka mahasiswa dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Adapun kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok meninjau kembali ke dalam dirinya dan merasa tidak ada masalah terkait dengan penguasaan materi (Kelompok A), kelompok meninjau kembali ke dalam dirinya dan merasa ada masalah terkait dengan penguasaan materi (Kelompok B), dan kelompok tidak meninjau kembali ke dalam dirinya (Kelompok C).
Teknik pengambilan subjek dilakukan dengan cara seluruh mahasiswa mengisi angket, akan diperoleh informasi mengenai deskripsi/gambaran bagaimana mahasiswa menerapkan teori metakognitif pada saat menjelaskan materi. Selain mengacu data pada angket, pemilihan subjek juga berdasarkan data pada pra observasi. Sehingga, data angket dan data pra observasi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih subjek. Pada saat peneliti mulai mengamati pada tahapan pra observasi, banyak fakta-fakta unik yang ditemukan di lapangan. Kemudian, data yang ditemukan melalui angket dan data pra observasi dijadikan pertimbangan pemilihan subjek.
Tiga subjek yang dipilih pada masing-masing kelompok dipilih berdasarkan data yang diperoleh dari pengerjaan angket dan data pra observai. Dengan mempertimbangkan data dari angket dan data pra observasi, peneliti memilih 9 subjek. Kelompok A dipilih subjek A7, A9, dan A32. Kelompok B dipilih subjek B15, B25, dan B27. Kelompok C dipilih subjek C6, C20, dan C67.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: tahappersiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian.Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan ini meliputi : a. Menyusun proposal penelitian.
b. Menyusun instrumen-instrumen pengumpulan data. c. Mengurus perijinan penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan-kegiatan pada tahap pengumpulan data ini meliputi:
a. Menyampaikan pemberitahuan sekaligus permohonan ijin kepadaketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP UNS untuk dapat mengadakan penelitian tentang keterampilan menjelaskan mahasiswa Pendidikan matematika dalam mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching).
b. Menerangkan tentang tujuan serta manfaat yang akan dihasilkan daripenelitian ini tanpa menyembunyikan maksud penelitian sehingga diharapkan penelitian akan berlangsung dengan lancar karena mendapat dukungan dari berbagai pihak.
c. Menyebarkan angket kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching), kemudian dilakukan pengelompokan menurut kriteria/indikator yang diinginkan. Setelah dikelompokkan, dapat dipih subjek penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Melakukan observasi/pengamatan terhadap mahasiswa Pendidikan Matematika yang dipilih menjadi subjek penelitian saat berlatih mengajar pada mata kuliah pengajaran mikro (micro teaching).
e. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kelengkapan pembelajaran yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), alat dan media pembelajaran.
f. Membuat rekaman wawancara dengan subjek penelitian.
g. Membuat catatan hasil observasi yang dituangkan dalam catatan hasilpengamatan. h. Melakukan pemotretan dan membuat rekaman video terhadap pelaksanaan latihan
mengajar subjek penelitian terutama saat subjek menjelaskan materi sebagai bahan dokumentasi.
3. Tahap Analisis Data
Kegiatan-kegiatan pada tahap analisa data ini meliputi:
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di crosscheck kan dengan temuan di lapangan.
c. Setelah didapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukanproses verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan denganorang yang dianggap lebih ahli. d. Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian.
Kegiatan-kegiatan pada tahap analisa data ini meliputi: a. Penyusunan laporan awal.
b. Mereview laporan sementara dengan mengkonsultasikanya dengandosen pembimbing. c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil konsultasi.
d. Penyusunan laporan akhir dan penggandaan laporan. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknikpengumpulan data sebagai berikut.
1. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003: 47) metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan secara tertulis. Sebelum digunakan, maka dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap angket yang telah disusun. Seperti halnya uji validitas butir tes, uji validasi angket dalam penelitian juga dilakukan dengan uji validitas isi.
Dengan melalui metode angket diharapakan diperoleh informasi awal mengenai gambaran mahasiswa dalam menjelaskan materi yang ditinjau dari teori metakognitif. Dengan mengetahui gambaran/informasi mengenai keterampilan menjelaskan yang ditinjau dari teori metakognitif, dapat dipih subjek penelitian yang dapat memberikan informasi secara mendalam. Selain itu, metode angket ini dijadikan pertimbangan dalam rangka pemilihan subjek.
2. Metode Pra Observasi
Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Sehingga mempermudah peneliti dalam memilih subjek dengan karakter yang unik. Metode pra observasi ini tidak terlalu kaku dengan prosedur yang ketat. Aspek yang dijadikan prioritas adalah bagaimana mahasiswa tersebut menyajikan materi. Akan banyak kemungkinan yang timbul ketika mahasiswa menjelaskan materi. Di antaranya adalah, mahasiswa kurang persiapan dalam merencanakan penampilan, mahasiswa mempunyai persiapan yang matang dalam perencanaan, mahasiswa menjelaskan materi dengan mengaitkan materi prasyarat, mahasiswa menjelaskan materi dengan tidak mengaitkan materi prasyarat, dan kemungkinan lain yang dapat terjadi. Kemungkinan-kemungkinan tersebut menjadi indikasi pengetahuan dan regulasi metakognitif mahasiswa yang beragam.
Teknik observasi atau pengamatan digunakan untuk menggali data darisumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat, benda, sertarekaman gambar. Menurut Spradley seperti dikutip oleh Sutopo(2006: 75) pelaksanaan teknik observasi dapat dibagi menjadi : observasi takberperan sama sekali dan observasi berperan, dimana observasi berperan ini terdiridari berperan pasif, berperan aktif, dan berperan penuh.
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkaninformasi tentang peristiwa, aktivitas, perilaku, dan benda yang berkaitan dengankegiatan mahasiswa saat menjelaskan materi. Tentunya dengan mengacu pada indikator-indikator metakognitif John Hurly Flavell. Indikator yang dijadikan untuk merumuskan pernyataan pengamatan mengacu pada indikator pada angket. Indikator-indikator dari lembar pengamatan yang mengacu pada keterampilan menjelaskan yang didasarkan pada teori metakognitif sebagai berikut:
a. Komponen Komponen merencanakan sub kemampuan declarative knowledge. b. merencanakan sub kemampuan procedural knowledge.
c. Komponen merencanakan sub kemampuan conditional knowledge. d. Komponen merencanakan sub kemampuan planning.
e. Komponen menyajikan sub kemampuan information management strategies. f. Komponen menyajikan sub kemampuan comprehension monitoring.
g. Komponen menyajikan sub kemampuan debugging strategies. h. Komponen menyajikan sub kemampuan evaluation.
4. Metode Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan idemelalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topiktertentu. Pada penelitian kali ini, dilakukan wawancara tak terstruktur. Lexy J Moleong (2007: 138-139) menuliskan bahwa wawancara tak terstruktur jauh berbeda dengan wawancara terstruktur terutama dalam hal waktu dan bebas iramanya. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentangbagaimana mahasiswa memperoleh keterampilan menjelaskan jika didasarkan pada teori metakognitif. Jadi,informasi yang diperoleh melalui wawancara tak terstruktur ini merupakan bentuk dari kroscek data yang diperoleh dari angket dan pengamatan. Pertanyaan pada wawancara mengacu pada hasil pengamatan/observasi dan angket, sehingga dari data wawancara dan data pengamatan dapat dilakukan triangulasi. Yang terpenting adalah, adanya konfirmasi dari subjek menganai data yang sudah diperoleh melalui angket dan pengamatan. Sehingga, percakapan antara subjek dan peneliti mengalir berbeda-beda satu dengan yang lain tergantung seberapa banyak informasi yang dibutuhkan.
5. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatatdan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berkaitandengan masalah penelitian. Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah denganmempelajari