• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN RELEVAN A. KAJIAN TEORI

1. Tinjauan tentang Kerajinan

Definisi kerajinan dalam Wikipedia dituliskan bahwa kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang. Tentang kerajinan disebutkan bahwa kerajinan menghasilkan barang-barang perabotan, barang-barang hiasan, atau barang- barang anggun yang masing-masing bermutu kesenian (Ensiklopedia Indonesia dalam Achmad Junaedi, 2004:27).

The Principal of Art mengemukakan ciri-ciri kerajinan sebagai berikut:

a. Kerajinan selalu melibatkan adanya perbedaan antara peralatan dan tujuan, istilah peralatan secara bebas melekat pada benda-benda yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya alat-alat, mesin, dan bahan bakar. Istilah peralatan dalam konteks di atas tidak hanya tertuju pada bendanya, melainkan juga pada perbuatan-perbuatan yang ada hubungannya dengan alat-alat tersebut atau penggunaan alat-alat produksi, mesin-mesin, atau pembakaran bahan bakar, dengan kata lain melalui pengoperasian alat-alat tersebut. b. Kerajinan itu melibatkan suatu perbedaan antara perbedaan perencanaan dan

pelaksanaan manusia. Hasil yang diperoleh sudah dipikirkan sebelum perencanaan dan pelaksanaannya. Perajin tahu apa yang akan dibuat sebelum ia memulai apa yang dibuatnya, misalnya: karakter bahan yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan, karakter bahan tersebut harus jelas, desain yang digunakan sebagai pedoman harus tegas dan jelas, baik dari bentuk maupun ukuran.

c. Alat dan tujuan dalam proses perencanaan berhubungan searah (sejalan), sedang dalam proses pelaksanaan berlainan arah. Dalam perencanaan, tujuan

lebih dulu ada dari pada alat. Tujuan harus dipikir terlebih dulu, setelah itu baru alat. Sedang dalam pelaksanaan, alat ada terlebih dahulu dan tujuan dicapai melalui alat-alat tersebut.

d. Ada perbedaan antara bahan dasar dengan produk jadi, kerajinan selalu dibuat dan bertujuan untuk mengubah bentuk itu menjadi bentuk lain, perubahan itu bermula dari bahan dasar dan berakhir pada produk jadi.

e. Ada perbedaan antara bentuk dan materi, materi adalah apa yang ada dalam bahan dasar dan pada produk jadi sama, dan bentuk adalah apa yang berbeda atau lain, bentuk dari kerajinan yang berubah. Untuk menguraikan bahan dasar itu sebagai sesuatu yang mentah bukanlah bermaksud utnuk mengatakan bahwa bahan itu belum lagi mempunyai bentuk seperti yang akan didapat nanti bila sudah menjadi produk jadi lewat tranformasi bentuk atau perubahan bentuk.

Buchori dalam Achmad Junaedi (2004:34) membagi kerajinan kedalam empat kategori, yakni:

a. Bermakna budaya, yaitu barang yang di buat sebagai simbol budaya.

b. Bermakna apa atau kepercayaan, yaitu barang-barang yang berbentuk totem, arca, topeng, perahu untuk upacara kelahiran, perkawinan dan persembahan, atau medium lain yang mempunyai nilai spiritual atau kualitas metafisis. c. Bermakna adat istiadat setempat, barang-barang terap yang dibuat

mempunyai nilai praktis yang bersifat universal, namun dapat dimodifikasi. d. Bermakna ekonomi yang mengarah pada industri, barang-barang yang dibuat

untuk dijual-belikan.

Dari beberapa pengertian di atas, loro blonyo sebagai souvenir merupakan hasil buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan).

2. Tinjauan tentang Souvenir

Seseorang yang melakukan kunjungan ke suatu tempat atau dalam rangkaian perjalanan pariwisata tentu menginginkan suatu kenangan berupa kejadian atau benda tertentu. Terkait dengan motivasi tersebut, keberadaan

cinderamata banyak menjadi buruan bagi wisatawan yang berkunjung.Souvenir adalah benda yang diperoleh di tempat kunjungan yang disimpan sebagai tanda kenang-kenangan mengenai seseorang, tempat, objek atau peristiwa yang dikunjunginya (Soekarsono, 1981:1). Kata souvenir dalam bahasa Inggris berarti tanda mata; oleh (John M.Echols dan Hasan Shadily, 1992:542). Kamus Bahasa Indonesia menjelask

diberikan sebagai kenang-kenangan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991:1530). Berdasarkan beberapa definisi mengenai souvenir diatas, disimpulkan bahwa souvenir merupakan benda yang dibawa oleh wisatawan dari daerah yang telah dikunjungi sebagai kenang-kenangan dari perjalanannya. Souvenir sebagai benda yang memiliki nilai kenang-kenangan haruslah memiliki kriteria-kriteria tertentu yang mampu memberikan kesan, minat, dan memberikan daya tarik untuk membelinya. Agung Indarto (2001:36) menuliskan tentang hasil penelitian Direktorat Jendral Industri Kecil yang didasarkan pada riset pasar yang dilakukan melalui Proyek Balai Pengembangan Industri Kecil pada tahun 1997 sebagai berikut:

Menurut kategori souvenir benda-benda yang banyak digemari oleh para pembeli (dalam dan luar negeri) adalah benda-benda hiasan yang berbentuk benda seni serta mempunyai motif tradisional. Benda-benda souvenir yang banyak disenangi oleh wisatawan asing adalah benda-benda yang proses pembuatannya melalui keterampilan tangan dan seni kerajinan tradisional dengan peralatan yang sederhana.

Pada intinya, souvenir merupakan benda yang berciri khas tradisional daerah tertentu dan merupakan hasil kerajinan tangan. Proses pembuatannya harus memperhatikan tehnik-tehnik penghalusan dalam penyelesaian akhirnya dan benda tersebut dibuat dengan kualitas bagus dan indah, dengan demikian wisatawan akan tertarik dan tetap membelinya sekaligus sebagai promosi kepariwisataan kita (Oka A. Yoeti, 1986:15).

Terkait dalam dunia pariwisata, barang-barang souvenir buatan Indonesia dapat disajikan kepada para wisatawan dalam kemasan yang menarik dan mengandung nilai-nilai seni budaya tinggi, asli, dan harganya tidak mahal (Nyoman S. Pendit,

1981:25). Souvenir pada umumnya yang sesuai dengan selera wisatawan adalah barang yang mudah dibawa dan memiliki harga murah.

Berdasar beberapa pengertian diatas, dapat dianalisis bahwa souvenir memiliki beberapa prinsip dalam penciptaannya yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis kerajinan loro blonyo sebagai suatu produk souvenir, yakni:

a. Memiliki ciri khas daerah tertentu, hal ini sangat penting karena souvenir tersebut menjadi kenangan dari tempat yang telah dikunjungi.

b. Merupakan hasil keterampilan tangan, sehingga keberadaan souvenir bisa menarik minta wisatawan untuk membelinya.

c. Memiliki bentuk benda seni, karena souvenir merupakan hasil dari kebudayaan daerah setempat yang tertuang kedalam suatu produk kerajinan, dalam hal ini kerajinan kayu.

d. Harga yang relatif terjangkau, diharapkan dengan harga yang relatif murah dapat dijangkau wisatawan dari semua kalangan yang berkunjung.

e. Mudah dibawa, wisatawan yang berkunjung tentu tidak semua menyediakan tempat yang luas, sehingga souvenir haruslah tidak memakan banyak tempat dan ringan bobotnya.

3. Tinjauan tentang Pariwisata

Di Indonesia, kata pariwisata pertama kali dikemukakan secara resmi oleh Prof.Priyono (Alm) pada Munas Pariwisata di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958 (Wardiyanto, 2011:3). Kata pariwisata kemudian disyahkan oleh Presiden Soekarno, dan sejak saat itu istilah tourisme sudah diganti dengan pariwisata. Hal ini juga berpengaruh pada digantinya Dewan Tourisme Indonesia menjadi Dewan Pariwisata Indonesia (DEPARI). Pada tahun 1960, Dewan Pariwisata Indonesia ditetapkan sebagai satu-satunya penanggung jawab dan menyelenggarakan segala jenis pariwisata (Wardiyanto, 2011:3).

Semua tentang pariwisata telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan yang menyatakan bahwa:

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata;

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut;

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata;

e. Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut; f. Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

wisata;

g. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan Pengertian mengenai pariwisata juga sangat identik dengan istilah travel dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Pernyataan ini didukung oleh pengertian pariwisata berikut:

Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya, dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap, mencari nafkah (Wardiyanto, 2011:4).

Berdasar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan dan didukung dengan berbagai pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan sebuah rangkaian perjalanan individu maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata dalam rangkai pencapaian kebahagiaan sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Dari beberapa pendapat di atas, kaitan antara loro blonyo sebagai souvenir dan pariwisata adalah souvenir loro blonyo merupakan objek dan daya tarik wisata kategori budaya.

4. Tinjauan tentang Prinsip Desain

designo (Italy) yang berarti gambar (Jervis, 1984 dalam Agus Sachari, 2004:3). Kaitannya dengan konteks gambar, Webster Dictionary disebutkan bahwa desain merupakan sketsa gagasan yang memuat konsep bentuk yang akan dikerjakan (Agus Sachari, 2004:8). Bruce Archer (1976) dalam Agus Sachari (2004:6) menyatakan bahwa desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang dijabarkan melalui berbagai bidang pengalaman, keahlian, dan pengetahuannya yang mencerminkan perhatian pada apresiasi dan adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama yang berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti, nilai, dan berbagai tujuan benda buatan manusia.

Pendapat Archer tersebut didukung dengan pengertian desain yang tertulis dalam Encyclopedia Britanica (dalam Agus Sachari, 2004:8) yang dimana desain merupakan susunan garis atau bentuk yang menyempurnakan rencana kerja seni dengan memberikan penekanan khusus pada aspek proporsi, struktur, gerak, dan keindahan secara terpadu. Dalam mewujudkan desain tidak bisa terlepas dari empat unsur desain (Sachari, 2004:71), yakni unsur konsep, unsur rupa, unsur pertalian, dan unsur peranan. Lebih detail, Wucius Wong (1986:3) menjelaskan bahwa:

1. Unsur Konsep, meliputi titik, garis, bidang, dan gempal (volume) 2. Unsur Rupa, meliputi raut (bentuk), ukuran, warna, barik (tekstur) 3. Unsur Pertalian, meliputi arah, kedudukan, ruang, gaya berat 4. Unsur Peranan, meliputi imba (gaya), makna, tugas

Proses desain juga menuntut wawasan yang luas dalam berbagai ilmu dan menggunakan nalar dalam proses penciptaan desain dan harus peka terhadap lingkungan dan unsur-unsur rupa serta mampu mengolahnya berdasarkan prinsip desain (R.M. Soedarsono, 1992:186). Adapun prinsip dalam mengkomposisi desain adalah harmoni, kontras, unity, balance, balance, simplicity, aksentuasi, dan proporsi (Dharsono, 2004:113).

Dengan mengetahui prinsip desain diatas dapat digunakan dalam menganalisis loro blonyo sebagai souvenir berdasar prinsip desain.

a. Harmoni, merupakan perpaduan unsur-unsur yang berbeda dekat (selaras). b. Kontras, merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda tajam.

c. Unity (kesatuan), merupakan kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, dan isi pokok dari komposisi sehingga menampilkan tanggapan secara utuh. d. Balance (keseimbangan), keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling

berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual.

e. Simplicity (kesederhanaan), merupakan penyederhanaan yang selektif dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik.

f. Aksentuasi, merupakan titik berat untuk menarik perhatian (centre of interest).

g. Proporsi, merupakan skala yang mengacu antara bagian dengan keseluruhan.

5. Tinjauan tentang Patung Loro Blonyo

Patung loro blonyo pada dasarnya merupakan cerminan sepasang temanten Jawa yang mengenakan busana tradisi Jawa. Beberapa definisi loro blonyo dalam Slamet Subiyantoro (2011), antara lain:

a. Rajiman menyatakan Roro Blonyo adalah perwujudan sepasang pengantin yang diletakkan di depan ruang penganten, keduanya bersikap; perempuan duduk simpuh, dan laki-laki duduk bersila dengan pakaian penganten basahan (dalam Subiyantoro, 2011:17)

b. Edy Tri Sulistyo menyatakan patung loro blonyo terbuat dari tanah liat, kayu, logam, tembaga, atau kuningan dan dirias sperti pengantin putra dan pengantin putri, ditempatkan di depan pedaringan atau di depan petanen (krobongan), boneka pengantin putra di kanan dan boneka pengantin putri di sebelah kirinya (dalam Subiyantoro, 2011:27).

c. Agus Nur Setyawan mendefinisikan patung loro blonyo adalah sepasang patung pengantin Jawa dalam posisi duduk bersimpuh, yang mengenakan busana gaya basahan (dalam Subiyantoro, 2011:41).

d. Slamet Subiyantoro menuliskan bentuk patung loro blonyo merupakan pasangan patung laki-laki dan perempuan mengenakan busana adat Jawa gaya basahan (Subiyantoro, 2011:144).

Dari beberapa definisi dan penggambaran tentang patung loro blonyo diatas, disimpulkan bahwa patung loro blonyo adalah pasangan patung laki-laki dan perempuan yang terbuat dari kayu, tanah liat atau perunggu atau benda lain, dalam

posisi duduk bersimpuh, yang mengenakan busana gaya basahan dan ditempatkan di depan pedaringan atau di depan petanen (krobongan).

B. PENELITIAN RELEVAN

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dalam upaya penyusunan skripsi ini adalah:

Indarto, Agung. 2001. Kajian Desain Souvenir Golek Kayu Temanten Jawa di Sanggar Pelita Kasih, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta. Surakarta: Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Desain souvenir berpedoman pada kriteria-kriteia souvenir yang keberadaannya berhubungan dengan kepariwisataan yang bersifat komersial. Benda-benda tradisional yang sebelumnya berfungsi sebagai benda budaya berubah fungsi sebagai souvenir karena adanya motivasi yang bersifat komersial dan berorientasi pada nilai ekonomis (2001: 27).

C. KERANGKA BERPIKIR

Potensi yang bisa digali dan dikembangkan untuk menjadi sentra industri salah satunya adalah kerajinan. Karena pada kerajinan tidak hanya sebagai benda pakai, namun keberadaannya juga telah dipergunakan sebagai benda kekenang atau souvenir. Bobung, sebagai salah satu sentra industri kerajinan loro blonyo sangat potensial untuk lebih dikembangkan. Produk kerajinan loro blonyo dari Bobung sudah banyak diterima masyarakat umum. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain faktor alam, sumber daya manusia, dan beberapa pelatihan yang berkaitan dengan kerajinan loro blonyo.

Produk kerajinan loro blonyo yang dihasilkan tidaklah monoton, hal ini tidak terlepas dari penerapan prinsip desain dan prinsip souvenir oleh para pengrajinnya. Produknya tidak hanya memperhatikan segi estetis saja, namun juga memperhatikan pertimbangan sebagai benda souvenir. Keberadaan loro blonyo sebagai souvenir akan memberi pengaruh pada segi sosial, budaya, dan ekonomi.

Kerangka pemikiran ini dibuat dengan maksud supaya lebih mudah penelitian dalam alur pemikiran yang didasarkan pada tema penerapan prinsip desain dan souvenir pada produk kerajinan patung loro blonyo di Bobung, Putat,

Patuk, Gunung Kidul. Adapun penggambaran dari kerangka berpikir ini sebagai berikut:

Bagan 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Sejarah Bobung

sebagai Sentra Kerajinan Loro Blonyo

Loro Blonyo Produk Kerajinan Loro Blonyo Proses Produksi Kerajinan Loro Blonyo Konteks Souvenir Prinsip Desain: Harmoni, Kontras, Kesatuan, Keseimbangan, Kesederhanaan, Aksentuasi, Proporsi Unsur Rupa: Warna, Bentuk, Ukuran, Tekstur Prinsip Souvenir: Ciri khas, Harga, Benda Seni, Mudah dibawa, Hasil Keterampilan Tangan

Dokumen terkait