BAB III METODE PENELITIAN
C. Kerajinan Souvenir Loro Blonyo ditinjau dari
1. Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon dengan
Prinsip Desain
Loro Blonyo Model Keprabon Teknik Finishing Cat
Harmoni Keserasian sikap duduk dan penggunaan warna
Kontras Perpaduan warna merah dengan biru dan coklat pada lontong (semacam selendang, yang berwarna merah)
Pemunculan warna merah pada bibir Unity Kesatuan dalam sikap duduk
Kesamaan dari warna pakaian, jarik, lontong
Balance Bagian atas lebih kecil dari pada bagian bawah meskipun tidak terlalu mencolok (untuk pria)
Bagian kanan sama dengan kiri sama dari segi sikap, pakaian dan aksesoris
Simplicity Penyederhaan bentuk aksesoris, tata rias, busana Perwujudan figur manusia
Aksentuasi Segi warna terlalu mencolok pada paduan antara merah dengan
biru dan coklat
Proporsi Bagian kepala terkesan lebih besar Jarak antar mata terlalu dekat
Lengan terlalu kecil apabila dibandingkan dengan telapak tangan
Tabel 4.13. Analisis Prinsip Desain Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon dengan Teknik Finishing Cat
Pada loro blonyo model keprabon dengan teknik finishing cat, prinsip harmonis nampak pada keserasian loro blonyo pria dengan loro blonyo wanita. Keserasian terlihat dari gaya, busana, dan tata rias yang sama-sama memunculkan gaya pengantin Yogyakarta dengan model keprabon. Kesamaan posisi duduk dengan badan tegak dan kedua telapak tengan menempel paha paha juga merupakan penerapan prinsip harmoni. Selain itu, dalam penggunaan warna juga sama pada tiap-tiap bagian sehingga loro blonyo pria dengan wanita secara visual terlihat sama.
Posisi duduk dengan badan tegak dan telapak tangan yang bertumpu pada lutut memberi kesan keseimbangan secara global karena tidak berat sebelah. Keseimbangan juga didukung dengan kesamaan bentuk dan aksesoris yang ada, kanan dan kiri sama. Namun jika dibandingkan antara bagian atas dengan bagian bawah terlihat kurang seimbang. Karena pada loro blonyo pria mengenakan kuluk (mahkota) yang mengerucut semakin ke atas semakin kecil, sehingga secara keseluruhan bagian atas terlihat kurang seimbang dengan bagian bawah. Proporsi badan juga mendekati kesan realis, walaupun pada bagian kepala dan tangan belum sempurna.
Kesan kesederhanaan sangat terlihat pada busana yang dikenakan. Beskab dan kebaya hanya dimunculkan dengan cat warna biru dan pemberian warna emas dengan menggunakan trekpen . Tidak adanya aksesoris selain kuluk dan keris (mahkota) semakin menguatkan prinsip kederhanaan pada model keprabon ini. Pada bagian jarik dan lontong (selendang) pemunculan motif batik bisa menarik perhatian mata,
karena bagian ini menjadi bagian yang penggarapannya lebih detail dibandingkan bagian lainnya. Namun yang lebih menjadi pusat perhatian adalah pada perpaduan warna merah (lontong) dengan warna biru (beskap dan kebaya) yang sangat terlihat kontras dan mencolok. Sedangkan pada tata rias juga terjadi penyederhanaan. Alis, garis mata, dan kumis disederhanakan menjadi goresan garis saja.
Secara tampilan visual keseluruhan pasangan loro blonyo tersebut telah menyatu, baik secara warna, aksesoris, busana, dan bentuk. Sehingga dari aspek penerapan prinsip desain, loro blonyo model keprabon dengan teknik finishing batik ini telah mengaplikasikan ketujuh prinsip desain kedalam tampilan visualnya.
2. Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon dengan Teknik Finishing Batik
Prinsip Desain
Loro Blonyo Model Keprabon Teknik Finishing Batik
Harmoni Keserasian sikap duduk dan penggunaan warna Kontras Penggunaan warna merah pada bibir
Unity Kesatuan dalam sikap duduk
Kesamaan dari warna pakaian, jarik, lontong (semacam
selendang, yang berwarna kuning)
Balance Bagian atas lebih kecil dari pada bagian bawah meskipun tidak terlalu mencolok (untuk pria)
Bagian kanan sama dengan kiri sama dari segi sikap, pakaian dan aksesoris
Simplicity Penyederhaan bentuk aksesoris, tata rias, busana Perwujudan figur manusia
Aksentuasi Motif batik pada bagian bawah (jarik dan lontong) Proporsi Bagian kepala terkesan lebih besar
Jarak antar mata terlalu dekat
Lengan terlalu kecil apabila dibandingkan dengan telapak tangan
Tabel 4.14. Analisis Prinsip Desain Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon dengan Teknik Finishing Batik
Pada loro blonyo model keprabon dengan teknik finishing batik juga tidak jauh berbeda, hanya saja perbedaan yang paling menonjol tentu pada teknik finishingnya. Keharmonisan nampak pada keserasian loro blonyo pria dengan loro blonyo wanita. Keserasian terlihat dari gaya, busana, dan tata rias yang sama-sama memunculkan gaya pengantin Yogyakarta dengan model keprabon. Kesamaan posisi duduk dengan badan tegak dan kedua telapak tengan menempel paha paha juga merupakan penerapan prinsip harmoni. Selain itu, dalam penggunaan warna juga sama pada tiap-tiap bagian. Sehingga loro blonyo pria dengan wanita secara visual terlihat sama.
Posisi duduk dengan badan tegak dan telapak tangan yang menempel pada paha memberi kesan keseimbangan secara global karena tidak berat sebelah. Keseimbangan juga didukung dengan kesamaan bentuk dan aksesoris yang ada, kanan dan kiri sama. Namun jika dibandingkan antara bagian atas dengan bagian bawah terlihat kurang seimbang. Proporsi badan juga mendekati kesan realis secara
keseluruhan ,meskipun untuk bagian kepala dan tangan belum sempurna. Selain itu, pada busana yang dikenakan juga diberi motif batik dan tidak sekedar polos seperti pada teknik cat. Sedangkan pada tata rias terjadi penyederhanaan, yakni alis, garis mata, dan kumis hanya berupa goresan garis saja.
Pada teknik finshing batik, tentu warna yang digunakan cenderung menggunakan warna coklat dan tidak berani memberi warna yang jauh berbeda dari coklat. Sehingga efeknya tidak ada warna yang kontras, dan terkesan monoton. Namun hadirnya motif batik pada bagian bawah (jarik dan lontong) menjadi pusat perhatian mata karena pada bagian ini terkesan detail.
Secara keseluruhan pasangan loro blonyo tersebut telah menyatu, baik secara warna, aksesoris, busana, dan bentuk. Dari segi desain, tidak munculnya prinsip kontras secara menonjol membuat souvenir model ini terkesan datar.