• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Kerajinan Souvenir Loro Blonyo ditinjau dari

5. Souvenir Loro Blonyo Model Basahan dengan

Prinsip Desain

Loro Blonyo Model Basahan Teknik Finishing Cat

Harmoni Keserasian sikap duduk dan penggunaan warna Kontras Perpaduan warna biru dengan merah dan coklat Unity Kesatuan dalam sikap duduk

Kesamaan dari warna kampuh, jarik, lontong (semacam selendang, yang berwarna merah)

Balance Bagian atas lebih kecil dari pada bagian bawah meskipun tidak terlalu mencolok (untuk pria)

Bagian kanan sama dengan kiri sama dari segi sikap, busana, dan aksesoris

Simplicity Penyederhaan bentuk aksesoris, tata rias Perwujudan figur manusia

Aksentuasi Perpaduan biru dengan merah dan coklat

Pemunculan aksesoris kalung (pria) Pemunculan aksesoris tiba dada (wanita)

Proporsi Proporsi perut terlalu kecil apabila dibandingkan dengan paha Tabel 4.17. Analisis Prinsip Desain Souvenir Loro Blonyo Model Basahan Teknik

Finishing Cat

Pada loro blonyo model basahan dengan teknik finishing cat, prinsip harmonis nampak pada keserasian loro blonyo pria dengan loro blonyo wanita. Keserasian terlihat dari gaya dan tata rias yang sama-sama memunculkan gaya pengantin Yogyakarta dengan model basahan. Kesamaan posisi duduk dengan badan tegak dan kedua telapak tengan menempel paha paha juga merupakan penerapan prinsip harmoni. Selain itu, dalam penggunaan warna juga sama pada tiap-tiap bagian. Sehingga loro blonyo pria dengan wanita secara visual terlihat sama.

Posisi duduk dengan badan tegak dan telapak tangan yang menempel pada paha memberi kesan keseimbangan secara global karena tidak berat sebelah. Keseimbangan juga didukung dengan kesamaan bentuk dan aksesoris yang ada, kanan dan kiri sama. Namun jika dibandingkan antara bagian atas dengan bagian bawah terlihat kurang seimbang. Karena pada loro blonyo pria mengenakan kuluk (mahkota) yang mengerucut semakin ke atas semakin kecil, sehingga secara keseluruhan bagian atas terlihat kurang seimbang dengan bagian bawah. Namun kesan kurang seimbang muncul pada loro blonyo wanita, yakni adanya tiba dada di salah satu sisi badan. Proporsi badan juga mendekati kesan realis secara keseluruhan, meskipun pada bagian perut terjadi ketidakseimbangan dengan paha.

Kesan kesederhanaan sangat terlihat pada aksesoris yang dikenakan. Penggunaan warna emas yang dipadukan dengan warna hitam pada semua aksesoris menimbulkan kesan sederhana. Hampir tidak ada perbedaan antara aksesoris satu dengan lainnya. Namun yang lebih menjadi pusat perhatian adalah pada kehadiran aksesoris kalung pada loro blonyo pria, dan kehadiran tiba dada untuk wanita .

Sedangkan pada tata rias juga terjadi penyederhanaan. Alis, garis mata, dan kumis disederhanakan menjadi goresan garis saja.

Secara tampilan visual keseluruhan pasangan loro blonyo tersebut telah menyatu, baik secara warna, aksesoris, busana, dan bentuk. Sehingga dari aspek penerapan prinsip desain, loro blonyo model basahan dengan teknik finishing batik ini telah mengaplikasikan ketujuh prinsip desain kedalam tampilan visualnya.

6. Souvenir Loro Blonyo Model Basahan dengan Teknik Finishing Batik

Prinsip Desain

Loro Blonyo Model Basahan Teknik Finishing Batik

Harmoni Keserasian sikap duduk dan penggunaan warna Kontras Tidak muncul

Unity Kesatuan dalam sikap duduk

Kesamaan dari warna kampuh, jarik, lontong (semacam selendang, yang berwarna coklat tua)

Balance Bagian atas lebih kecil dari pada bagian bawah karena ukuran paha yang terlalu besar (untuk pria)

Bagian kanan sama dengan kiri sama dari segi sikap, busana, dan aksesoris

Keseimbangan dalam penggunaan warna Simplicity Penyederhaan bentuk aksesoris, tata rias

Perwujudan figur manusia Aksentuasi Pemunculan aksesoris Proporsi Jarak antar mata terlalu dekat

Paha terlalu lebar sehingga terkesan tidak seimbang dengan bagian atas (untuk pria)

Tabel 4.18. Analisis Prinsip Desain Souvenir Loro Blonyo Model Basahan dengan Teknik Finishing Batik

Pada loro blonyo model basahan dengan teknik finishing batik juga tidak jauh berbeda, hanya saja perbedaan yang paling menonjol tentu pada teknik finishingnya Pada loro blonyo model basahan dengan teknik finishing cat, prinsip harmonis nampak pada keserasian loro blonyo pria dengan loro blonyo wanita. Keserasian terlihat dari gaya dan tata rias yang sama-sama memunculkan gaya pengantin Yogyakarta dengan model basahan. Kesamaan posisi duduk dengan badan tegak dan kedua telapak tengan menempel paha paha juga merupakan penerapan prinsip harmoni. Selain itu, dalam penggunaan warna juga sama pada tiap-tiap bagian. Sehingga loro blonyo pria dengan wanita secara visual terlihat sama.

Posisi duduk dengan badan tegak dan telapak tangan yang menempel pada paha memberi kesan keseimbangan secara global karena tidak berat sebelah. Keseimbangan juga didukung dengan kesamaan bentuk dan aksesoris yang ada, kanan dan kiri sama. Namun jika dibandingkan antara bagian atas dengan bagian bawah terlihat kurang seimbang. Karena pada loro blonyo pria mengenakan kuluk (mahkota) yang mengerucut semakin ke atas semakin kecil, sehingga secara keseluruhan bagian atas terlihat kurang seimbang dengan bagian bawah. Proporsi

badan juga mendekati kesan realis, namun pada pria terjadi ketidakseimbangan antara bagian bawah dengan bagian atas.

Kesan kesederhanaan sangat terlihat pada aksesoris yang dikenakan. Penggunaan warna emas yang dipadukan dengan warna hitam pada semua aksesoris menimbulkan kesan sederhana. Hampir tidak ada perbedaan antara aksesoris satu dengan lainnya. Sedangkan pada tata rias juga terjadi penyederhanaan. Alis, garis mata, dan kumis disederhanakan menjadi goresan garis saja.

Secara keseluruhan pasangan loro blonyo tersebut telah menyatu, baik secara warna, aksesoris, busana, dan bentuk. Dari segi desain, tidak munculnya prinsip kontras secara menonojol membuat souvenir model ini terkesan datar.

Berdasarkan analisis penerapan prinsip desain pada sampel kerajinan loro blonyo sebagai souvenir di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Prinsip harmoni terlihat pada keserasian posisi duduk dan penggunaan warna. Setiap pasangan pada tiap model memiliki kesamaan pada posisinya, yakni dengan sikap duduk dan badan tegak. Begitu pula pada penggunaan warna, kesamaan juga terjadi pada warna yang digunakan pada tiap-tiap bagian.

2. Prinsip kontras muncul pada semua model loro blonyo, hanya saja intensitasnya yang berbeda-beda. Ada model yang menggunakan warna sebagai sisi kontras dan ada juga model yang menggunakan motif batik atau pemunculan aksesoris sebagai kontrasnya.

3. Prinsip kesatuan terlihat pada posisi duduk dan penggunaan warna, dimana pada sikap duduk sama-sama dalam posisi duduk dengan badan tegak. Sedangkan penggunaan warna juga terjadi kesamaan pada penerapannya untuk tiap-tiap bagian.

4. Prinsip keseimbangan dalam penerapannya nampak untuk bagian kanan dengan bagian kiri yang sama, namun untuk bagian atas dengan bagian bawah terjadi ketidakseimbangan dimana dimana bagian atas terkesan lebih kecil daripada bagian bawah. Selain itu, bagian atas juga kuat untuk aksesoris yang dikenakan

sedangkan untuk bagian bawah terkesan datar karena tidak dimunculkan aksesoris yang kuat.

5. Prinsip kesederhanaan terlihat dari perwujudan figur manusia yang mendekati realis dan penyederhanaan pada bentuk aksesoris, tata rias, dan busana yang dikenakan.

6. Prinsip aksentuasi muncul berbeda-beda sebagai pusat perhatian pada tiap model loro blonyo. Sebagai pusat perhatian ada yang dengan menggunakan perpaduan warna yang kontras atau dengan pemunculan motif batik dan aksesoris yang mencolok.

7. Prinsip proporsi tekesan kurang sempurna, walaupun secara garis besar sudah menunjukkan kesan figur manusia yang mendekati realis.

D. Kerajinan Souvenir Loro Blonyo ditinjau dari Prinsip Souvenir 1. Memiliki Ciri Khas Daerah

Setiap kali mengadakan kunjungan dalam rangka pariwisata atau lainnya, kerap kali yang dicari oleh pengunjung adalah souvenir. Karena dengan membeli souvenir akan memiliki kenangan selama mengadakan kunjungan ataupun dengan suatu peristiwa yang telah dilalui selama kunjungan. Selain memberikan kenangan, souvenir juga turut andil dalam mengenalkan budaya daerah setempat kepada pengunjung. Oleh sebab itu, souvenir sangat lekat dengan nilai kekhasan daerah setempat. Tidak berbeda dengan loro blonyo yang mencerminkan budaya Jawa dalam tampilan visualnya.

Berikut ini hal-hal yang menyangkut ciri kekhasan daerah yang terdapat pada loro blonyo kaitannya sebagai souvenir:

a. Bentuk

Tampilannya sebagai bentuk budaya, loro blonyo bukan semata-mata sebagai sesuatu yang terikat dengan bentuk-bentuk saja, tetapi ada pesan atau nilai

intristik yang diproyeksikan kedalam bentuk objek tersebut, sehingga harus diungkap dan dihadirkan supaya bisa dipahami sebagai kesatuan totalitas yang bermakna (Subiyantoro, 2009:159). Pesan atau nilai yang dimaksudkan adalah kesan ketenangan pada penggambaran figur pasanganan pengantin Jawa seperti kondisi sebenarnya pasangan pengantin Jawa delama prosesi pernikahan. Selain kesan ketenangan, sebagai penggambaran pasangan pengantin juga memiliki nilai luhur budaya Jawa tentang keharmonisan dan kesatuan (kemanunggalan). Pada dasarnya, model loro blonyo yang dihasilkan oleh pengrajin di Bobung ada tiga model, yakni model keprabon, model kasatrian, dan model basahan.

1) Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Gambar 4.27. Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon (Sumber: Yohanes,2012)

Tabel Analisis berdasarkan Bentuk

Analisis Bentuk Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon Loro Blonyo Pria Loro Blonyo Wanita Posisi Sikap badan tegak, posisi

duduk

Sikap badan tegak, posisi duduk

Bagian Atas (Kepala) Memakai kuluk gaya Yogyakarta

Tata rias gaya

Yogyakarta, memakai gelung berbentuk setengah bulat

Bagian Tengah (Badan) Mengenakan beskap atau surjan, tidak terdapat aksesoris

Mengenakan kebaya, tidak mengenakan aksesoris

Bagian Bawah (Kaki) Posisi duduk timpuh, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik

Posisi duduk timpuh, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik

dan cindhe (sabuk), aksesoris berupa keris

dan cindhe (sabuk)

Tabel 4.19. Analisis Bentuk pada Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa souvenir loro blonyo model ini lebih bersifat sederhana. Hal ini terlihat dari minimnya pemakaian aksesoris pada loro blonyo pria maupun wanita. Namun souvenir loro blonyo model keprabon ini memiliki bentuk yang kuat dalam mencerminkan budaya pengantin gaya Yogyakarta. Dari model pakaian dan tata rias jelas menggambarkan pasangan pengantin gaya Yogyakarta.

2) Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Gambar 4. 28. Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian (Sumber: Yohanes,2012)

Tabel Analisis berdasarkan Bentuk

Analisis Bentuk Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian Loro Blonyo Pria Loro Blonyo Wanita Posisi Sikap badan tegak, posisi

duduk

Sikap badan tegak, posisi duduk

Bagian Atas (Kepala) Memakai blangkon gaya Yogyakarta

Tata rias gaya

Yogyakarta, memakai gelung berbentuk setengah bulat

Bagian Tengah (Badan) Mengenakan beskap atau surjan, aksesoris karset (kalung), aksesoris keris

Mengenakan kebaya, aksesoris karset (kalung)

Bagian Bawah (Kaki) Posisi duduk sila, posisi tangan ngapurancang, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Posisi duduk sila, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Tabel 4.20. Analisis Bentuk pada Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Berdasarkan tabel di atas, nuansa pengantin gaya Yogyakarta bisa dilihat dari pakaian dan tata rias. Dibandingkan souvenir loro blonyo model keprabon, model kasatrian ini lebih memunculkan aksesoris yang dikenakan. Hadirnya kalung atau karset memberi kesan yang lebih menarik dan menghilangkan kesan kosong pada bagian badan.

3) Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Gambar 4.29. Souvenir Loro Blonyo Model Basahan (Sumber: Yohanes,2012)

Tabel Analisis berdasarkan Bentuk

Analisis Bentuk Souvenir Loro Blonyo Model Basahan Loro Blonyo Pria Loro Blonyo Wanita Posisi Sikap badan tegak, posisi

duduk

Sikap badan tegak, posisi duduk

Bagian Atas (Kepala) Memakai kuluk gaya Yogyakarta, rambut panjang terikat, aksesoris

Tata rias gaya

Yogyakarta, memakai gelung berbentuk setengah

sumping pada telinga kanan-kiri

bulat, aksesoris sisir gunungan

Bagian Tengah (Badan) Telanjang dada, aksesoris karset (kalung), aksesoris keris, pada lengan terdapat aksesoris kelat bahu dan gelang

Mengenakan kebaya, aksesoris karset (kalung), pada lengan terdapat aksesoris kelat bahu dan gelang

Bagian Bawah (Kaki) Posisi duduk sila, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Posisi duduk sila, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Tabel 4.21. Analisis Bentuk pada Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Berdasarkan tabel di atas, souvenir loro blonyo model basahan ini tetap mengacu pada gaya pengantin Yogyakarta. Namun apabila dibandingkan dengan model keprabon dan kasatrian, loro blonyo model basahan ini yang paling terkesan nyata dan mendekati wujud pasangan pengantin yang sebenarnya. Hal ini Nampak dari pemunculan aksesoris yang lengkap. Mulai dari aksesoris kepala, bahu, dada, pinggang, dan kaki semuanya diusahakan menyerupai wujud aslinya.

b. Gaya dan Busana

Seperti yang tertera pada tabel analisis bentuk, souvenir loro blonyo menggambarkan pasangan pengantin dengan gaya Yogyakarta. Unsur kuat gaya Yogyakarta melekat pada segi tata rias dan aksesoris. Hadirnya kuluk yang ada nyamat (benjolan kecil di atas kuluk yang menyerupai bentuk segitiga) adalah ciri khas gaya Yogyakarta yang terdapat pada model keprabon dan basahan. Sedangkan pada model kasatrian, ciri khas gaya Yogyakarta terdapat pada blangkonnya yakni dengan adanya mondholan (benjolan pada bagian belakang blangkon) dan terdapat

sinthingan (seperti tali yang ada pada kanan-kiri mondholan) pada bagian belakang blangkon. Untuk tata rias pada loro blonyo wanita juga mencerminkan gaya Yogyakarta. Hal ini muncul pada model paes, terutama bentuk pangapit yang berbentuk lancip. Dengan demikian, ketiga model souvenir loro blonyo di atas adalah penggambaran pasangan pengantin gaya Yogyakarta.

Sedangkan untuk busana yang dikenakan, semuanya mengenakan busana pengantin adat Jawa dalam hal ini dengan gaya Yogyakarta. Hampir tidak ada perbedaan yang mencolok dengan busana adat Jawa pada umumnya, yang membedakan hanya bentuk beskap saja. Untuk busana gaya Yogyakarta, beskap yang dikenakan berbentuk sogok upil (membentuk lancip) pada bagian bawah. Sedangkan untuk busana model basahan tidak ada perbedaan kecuali pada riasan saja.

c. Warna

Sebagai salah satu elemen rupa, merupakan unsur yang sangat penting bahkan lebih dari itu, warna sangat berperan dalam bidang seni murni atau seni terapan (Dharsono,2004:104). Sebagai salah satu seni terapan, souvenir loro blonyo juga tidak terlepas dari unsur warna ini. Untuk pewarnaan, pengrajin di Bobung menggunakan dua teknik, yaitu teknik cat dan teknik batik.

1) Teknik Cat

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Bahan Cat tembok, dhempul, melamin

Cat tembok, dhempul, melamin

Alat Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Teknik Kuas Kuas

Warna Hitam, putih, merah, emas, biru, coklat

Hitam, putih, merah, emas, biru, coklat

Tabel 4.22. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Bahan Cat tembok, dhempul, melamin

Cat tembok, dhempul, melamin

Alat Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Teknik Kuas Kuas

Warna Hitam, putih, merah, emas, merah, biru, kuning, merah muda

Hitam, putih, merah, emas, merah, biru, kuning, merah muda

Tabel 4.23. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Bahan Cat tembok, dhempul, melamin Cat tembok, dhempul, melamin Alat Kuas, adonan cat, trekpen,

silet, amplas

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Teknik Kuas Kuas

Warna Hitam, emas, coklat, merah, biru

Hitam, emas, coklat, merah, biru

Tabel 4.24. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Pada umumnya teknik cat lebih banyak digunakan, karena dengan teknik cat lebih murah dan awet, selain itu alat dan bahan bisa digunakan berulang-ulang. Dalam teknik cat ini, langkah awal dalam proses pewarnaan adalah memberi dasaran warna dengan menggunakan kuas ukuran besar. Warna dasar yang digunakan adalah warna putih, namun apabila ada cacat pada kayu, sebelum diberi warna dasar akan didhempul terlebih dahulu untuk menutupi cacat pada kayu. Setelah diberi warna dasar, ditunggu hingga kering kemudian diamplas dan diberi warna dasar lagi. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk membuat supaya benar-benar halus dan menghilangkan bekas sapuan kuas agar pengecatan selanjutnya lebih rapid an halus.

Proses selanjutnya adalah pewarnaan untuk bagian kulit, rambut, busana, dan jarik. Bagian-bagian tersebut dicat lebih awal dengan pertimbangan supaya lebih mudah dalam pewarnaan untuk bidang yang lebih kecil atau isian. Setelah selesai, bagian-bagian tersebut diberi isian berupa detail wajah dan tata rias, motif batik dan aksesoris dengan menggunakan kuas kecil dan trekpen. Apabila terjadi kesalahan pada pengecatan, bagian yang salah atau rusak catnya akan dibersihkan dengan menggunakan silet dan kembali diberi warna yang benar. Setelah proses pewarnaan selesai, proses selanjutnya adalah memberi lapisan melamin. Proses ini dimaksudkan agar cat tidak luntur apabila terkena air dan tampak lebih mengkilat dan halus.

Dari segi bahan, alat, dan teknik ketiga model loro blonyo diatas adalah sama, yang membedakan adalah pemilihan dan penggunakan jenis warna. Hal ini tergantung dari permintaan dan selera pasar menginginkan warna apa yang digunakan. Sehingga untuk pemilihan warna tidak kaku harus dengan jenis warna diatas.

2) Teknik Batik

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Bahan Malam, naptol Malam, naptol

Alat Canting, kompor, wajan kecil, ember, kuas

Canting, kompor, wajan kecil, ember, kuas Teknik Canting, colet, celup Canting, colet, celup

Warna Coklat muda, coklat tua Coklat muda, coklat tua Tabel 4.25. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Bahan Malam, naptol Malam, naptol

Alat Canting, kompor, wajan kecil, ember, kuas

Canting, kompor, wajan kecil, ember, kuas Teknik Canting, colet, celup Canting, colet, celup

Warna Coklat muda, coklat tua, hijau, merah

Coklat muda, coklat tua, hijau, merah

Tabel 4.26. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Bahan Malam, naptol Malam, naptol

Alat Canting, kompor, wajan kecil, ember, kuas

Canting, kompor, wajan kecil, ember, kuas Teknik Canting, colet, celup Canting, colet, celup

Warna Coklat muda, coklat tua, kuning muda

Coklat muda, coklat tua, kuning muda

Tabel 4.27. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Tahapan awal pada teknik batik adalah membuat sketsa yang kemudian ditutup malam dengan cara dicanting. Tujuan dari pencantingan adalah untuk membatasi warna satu dengan warna yang lain dan untuk menutupi bagian yang memang tidak ingin tertutup oleh warna. Selain itu, dengan adanya batas antara warna satu dengan warna lainnya akan memunculkan garis kontur, sehingga antar bagian dan antar warna dapat terpisah. Setelah pencantingan selesai, proses selanjutnya adalah memberi warna. Pewarna yang digunakan adalah jenis naptol seperti yang biasa digunakan pada batik tulis di kain. Teknik mewarna dimulai justru dari warna yang paling gelap dengan cara dicolet menggunakan kuas. Untuk warna yang lebih muda cukup dilakukan dengan cara dicelup.

Proses selanjutnya, setelah selesai mewarna kemudian diangin-anginkan lalu diplorod. Proses melorod adalah menghilangkan malam yang menempel dengan cara direbus air panas yang sudah diberi campuran abusoda. Setelah malam dirasa sudah bersih dan tidak ada sisa-sisa malam yang menempel, kemudian diangin-anginkan untuk pengeringan. Namun teknik batik ini tidak digunakan pada bagian kulit dengan pertimbangan bahan. Sehingga untuk bagian kulit digunakan cat untuk pewarnaannya.

2. Hasil Keterampilan Tangan

Souvenir loro blonyo merupakan salah satu produk kerajinan kayu yang dalam proses pembuatannya menggunakan keterampilan tangan dari pengrajinnya. Teknik keterampilan tradisional yang sudah ada dan diwariskan secara turun temurun merupakan dua hal saling berkaitan erat. Dengan demikian keunikan dari produk kerajinan yang dihasilkan juga tetap menonjol. Salah satu unsur yang membuat nilai dari souvenir loro blonyo unggul dari produk massal yang dibuat dengan mesin adalah proses pembuatannya yang satu-satu dan bertahap.

Seperti yang sudah dipaparkan diawal, bahwa proses pembuatan loro blonyo sebagai souvenir ada beberapa tahap, yakni menentukan desain, penyediaan bahan dan alat, pemotongan kayu, pembelahan kayu, bakali, detail, penghalusan,

penyambungan, pengeringan, pendhempulan, pengamplasan, dan finishing. Adapun peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan loro blonyo sebagai souvenir adalah sebagai berikut:

Tabel Alat dan Fungsinya Tahap Alat yang

Digunakan Fungsi

Persiapan Tidak ada Menentukan desain loro blonyo dan menyiapkan bahan dan alat

Pemotongan Kayu

Gergaji besar Memotong kayu glondhongan atau kayu utuh

Gergaji kecil Memberi batasan kayu yang dihilangkan dan membentuk pola

Senso Memotong kayu ukuran besar

Circle diesel Untuk membelah kayu

Pembentukan dan detail

Kapak (pecok) Membentuk secara global

Pengot Menghaluskan bagian yang sudah

dibentuk

Bubut Membuat bagian tangan

Pahat ukir Membuat lubang antara badan dan lengan

Dokumen terkait