• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Tentang Karakteristik Siswa SD kelas V

Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Siswa kelas V termasuk kedalam masa kanak-kanak akhir, menurut Izzaty (2013: 103) berpendapat bahwa pada awal masuk sekolah anak mengalai gangguan keseimbangan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekolahnya seperti:

a. Perkembangan Fisik

Pada masa ini pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil sebelum memasuki masa remaja, masa ini dapat digunakan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Pada dasarnya anak selalu aktif bergerak untuk menyalurkan energi yang tertumpuk, sehingga kegiatan fisik sangat diperlukan untuk membantu tumbuh kembang anak.

b. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berda dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun) dimana konsep ini pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas namun sekarang menjadi lebih konkret. Anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk mememcahkan masalah yang bersifat konkret. Kemampuan berpikir anak ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Dalam perkembangan kognitifnya anak sudah mampu berpikir, belajar,

17

mengingat, dan berkomunikasi. Karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis.

c. Perkembangan Bahasa

Pada masa ini kemampuan bahasa anak terus tumbuh, anak dapat memahami dan menginterpretasikan komunukasi lisan dan tulisannya dengan lebih baik. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa.

d. Perkembangan Moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral anak banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya. Perkembangan moral ini tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.

e. Perkembangan Emosi

Pergaulan anak yang semakin luas dengan teman sekolah dan teman sebaya dapat mengembangkan emosinya. Menurut Harlock, ungkapan emosi anak yang muncul pada masa ini masaih sama dengan masa sebelumnya, seperti: amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. Namun anak mulai belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak diterima oleh teman-temannya, sehingga anak belajar mengendalikan emosinya.

f. Perkembangan Sosial

Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial, dunia sosio-emosional anak menjadi semakin kompleks. Interaksi dengan keluarga, teman, sekolah dan

18

hubungan dengan guru sebaya memiliki peran yang penting dalam kehidupan anak. Pemahaman tentang diri dan perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir.

Samatowa (2006: 7) mengklasifikasikan anak usia sekolah dasar menjadi dua fase, yaitu : 1) masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, sekitar 6-8 tahun, dalam tingkat kelas di sekolah dasar pada usia tersebut termasuk dalam kelas I sampai dengan kelas III; 2) masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, sekitar 9-12 tahun, dalam tingkat kelas di sekolah dasar pada usia tersebut termasuk dalam kelas IV sampai dengan kelas VI.

Sedangkan ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi sekolah dasar menurut Samatowa (2006: 8) antara lain 1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, 2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, 3) menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal atau pelajaran khusus, 4) kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya dan setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Selain itu pada masa ini, 5) anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah, 6) gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat bermain bersama-sama dan biasanya dalam permainan tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional, 7) peran manusia idola sangat penting.

Suharjo (2006: 37) berpendapat bahwa perkembangan kemampuan berfikir anak bergerak secara sekuensial dari berfikir kongkrit menuju ke berfikir abstrak.

19

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Jean Piaget. Menurut Piaget tahap perkembangan anak secara hirarkhis terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motoris, tahap pra operasional, tahap operasi konkrit, dan tahap operasi formal. Pada tahap sensori motoris (0-2 tahun), anak belum mempunyai konsep tentang objek yang tetap. Selanjutnya pada tahap pra operasional (2-6/7 tahun), anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai di lingkungannya saja. Pada tahap operasi konkrit (6/7–11/12 tahun), anak mulai berkurang egosentrismenya, dan lebih sosiosentris (mulai membentuk peer group).

Menurut Rusman (2012: 251) berpendapat bahwa tahap operasi konkret pada rentang usia 6 – 12 tahun tingkah laku anak yang tampak yaitu: 1) anak mulai memandang dunia secara objektif, 2) anak mulai berpikir secara operasional, 3) anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, 4) anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan 5) anak dapat memahami konsep substansii, pamjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, dan berat.

Siswa usia SD memiliki beberapa karakteristik atau sifat khusus yang melekat. Secara umum sifat anak usia sekolah dasar dikemukakan oleh Asy’ari (2006: 38) pada usia atau tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat: a) memiliki rasa ingin tahu yang kuat, b) senang bermain atau suasana yang menggembirakan, c) mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasai sehingga suka mencoba-coba, d) memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan tidak suka mengalami

20

kegagalan, e) akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada, f) belajar dengan cara bekerja dan suka mengerjakan apa yang ia bisa pada temannya. Menurut Marsh (Izzaty, 2013: 116-117) menyatakan bahwa strategi guru yang dapat digunakan dalam pembelajaran masa kanak-kanak akhir yaitu a) menggunakan bahan-bahan yang konkrit, b) menggunakan alat visual, c) menggunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks, d) menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, e) memberi latihan nyata dalam menganalisis masalah.

Sedangkan berdasarkan ciri-ciri perkembangan kognitif, afektif dan bahasa anak Samatowa (2006:11) menyatakan bahwa siswa kelas tinggi mempunyai salah satu ciri-ciri yaitu sudah dapat menunjukkan sikap kritis dan rasional. Maka dari itu berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siswa SD khususnya kelas tingi (Kelas V) membutuhkan pembelajaran yang dapat memunculkan kemampuan berpikir kritis dengan adanya bimbingan atau arahan dari guru.

Dokumen terkait