• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI VALUTA ASING, MONEY

2.2 Kajian tentang Money Changer

2.2.1Pengertian Money Changer dan Dasar Hukum Money Changer

Pasar uang dan pasar valuta asing dapat dijumpai transaksi jual beli valuta asing secara fisik dan tunai melalui pedagang valuta asing (money changer). Pedagang valuta asing hanya berjualan valuta asing secara fisik dan tidak melayani perdagangan instrumen derivatif. Jual beli valuta asing melalui pedagang valuta asing sebagian besar tidak untuk lindung nilai atau spekulasi, tetapi banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi pembayaran. Kegiatan penukaran valuta asing atau money changer adalah perusahaan bank atau non bank yang melakukan jual beli uang kertas asing dan melakukan pembelian cek perjalanan atau Traveller’s Cheque (TC).

Mata uang yang biasanya diperdagangkan dalam foreign exchange adalah mata uang negara-negara maju seperti Dollar Amerika (USD), Yen Jepang (JPY), Swiss Franc (CHF), Poundsterling Inggris (GBP), Autralian Dollar (AUD), dan Euro (EUR). Perdagangan valas bukan bank merupakan suatu bentuk kegiatan kekuangan dalam bentuk penukaran uang jual beli antara si peyedia jasa penukaran (penjual) dengan si pemakai jasa penukaran (pembeli) yang bersifat khas, khusus (particular) yang berlangsung di dalam pasar valas bukan bank. Sifat khas perdagangan valuta asing bukan bank membuat perdagangan valuta asing bukan bank tidak dapat dimasuk kedalam jenis kegiatan pasar uang lainnya, seperti: perdagangan valuta asing pada umumnya, perdagangan valuta asing oleh bank, ataupun sistem pembayaran.

Perdagangan valuta asing bukan bank merupakan kegiatan perdagangan uang yang nyata ada, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang merupakan lembaga perdagangan uang yang sangat vital dalam penyelenggaraan perdagangan jasa pariwisata yang praktis, cepat, nyaman, dan efisien, berposisi sebagai media penukaran uang yang sangat dlbutuhkan oleh wisatawan dan masyarakat, secara nyata memberi jawaban konkret terhadap kebutuhan masyarakat terhadap tempat penukaran uang yang cepat, praktis, nyaman, dan efisien.

Kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank atau disebut juga

money changer merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang berkembang sangat pesat dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat, memerankan fungsi-fungsi ekonomi dan moneter yang penting dan strategis, terutama dari segi fungsi-fungsi uang sebagai alat tukar dan alat pemenuhan. Secara yuridis pengertian daripada Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 1 angka 1 huruf a SK Menteri Keuangan No. KEP-38/MK/IV/1/1972 yang menyatakan :

Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan tersebut dalam Pasal 3, secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan kedalam masyarakat, terutama guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan.

Ketentuan pasal 4 yang menentukan “Lembaga Keuangan tidak diperkenankan menerima simpanan baik dalam bentuk giro, deposito, maupun tabungan”. Dengan demikian Lembaga Keuangan Bukan Bank atau Lembaga Keuangan non-Perbankan dapat diartikan sebagai “Lembaga keuangan selain dari bank yang

kegiatan usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan”.

Ketentuan Pasal 2 PBI Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank, kegiatan usaha yang dilakukan oleh Penyelenggara KUPVA Bukan Bank meliputi kegiatan penukaran yang dilakukan dengan mekanisme jual dan beli UKA dan pembelian cek pelawat, dalam ketentuan pasal 3 menyatakan dalam melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib menerapkan ketentuan mengenai anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme, yang mana hal ini tercantum dalam UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Ketentuan UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam bagian menimbang menyatakan “Bahwa pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang memerlukan landasan hukum, efektivitas penegakan hukum, serta penelusuran dan pengembalian harta kekayaan hasil dari tindak pidana” dalam Bab IV pasal 17 mengenai pelaporan dan pengawasan kepatuhan menyatakan salah satu pihak pelapor adalah pedagang valuta asing atau money changer.

2.2.2 Syarat dan Perizinan Jasa Money Changer

Secara yuridis, mengenai syarat dan perizinan kegiatan penukaran valuta asing dalam hal ini money changer diatur dalam PBI Nomor 16/15/2014 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 7 ayat 1 bahwa ”Badan usaha bukan Bank yang akan

melakukan kegiatan usaha sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia”. Dalam Pasal 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Persyaratan menjadi jasa moner changer sesuai dengan Surat Edaran No. 15/23/DASP mengenai semua bank dan badan usaha berbadan hukum dan badan usaha berbadan hukum bukan bank adalah : Permohonan izin sebagaimana dimaksud harus dilengkapi dengan dokumen dan/atau persyaratan sebagai berikut:

1. Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam butir harus dilengkapi dengan dokumen dan/atau persyaratan sebagai berikut:

a. Dokumen terkait kelembagaan dan kondisi keuangan yang terdiri atas: 1. fotokopi akta pendirian badan usaha dan perubahannya, jika ada,

yang telah memperoleh pengesahan dari instansi yang berwenang, yang mencantumkan secara tegas kegiatan transfer dana atau kegiatan pengiriman uang sebagai kegiatan atau salah satu kegiatan dari badan usaha yang bersangkutan;

2. asli surat keterangan domisili badan usaha dari instansi yang berwenang;

3. asli dokumen yang menjelaskan susunan direksi, dewan komisaris atau pengawas, dan pemegang saham badan usaha sesuai dengan kondisi terakhir;

4. asli surat pernyataan dari masing-masing direksi, dan komisaris atau pengawas bahwa yang bersangkutan:

a. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisaris/pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu badan usaha dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum mengajukan permohonan;

b. tidak pernah dihukum atas tindak pidana di bidang perbankan, keuangan, dan/atau pencucian uang berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

c. tidak tercantum dalam daftar kredit macet pada saat mengajukan permohonan;

d. tidak masuk dalam daftar hitam nasional penarik cek/bilyet giro kosong yang ditatausahakan Bank Indonesia pada saat mengajukan permohonan

Dengan mengacu pada contoh 1 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini; 5. bukti setoran modal, dengan ketentuan sebagai berikut:

a) untuk Pemohon yang menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain, besar modal disetor paling kurang Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); atau

b) untuk Pemohon yang tidak menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain, besar modal disetor paling kurang Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

6. dokumen yang menjelaskan kondisi keuangan Pemohon berupa: a) laporan keuangan Pemohon posisi 3 (tiga) tahun terakhir, bagi

Pemohon yang telah berdiri selama 3 (tiga) tahun atau lebih; b) laporan keuangan Pemohon posisi 2 (dua) tahun terakhir atau

kurang, sesuai dengan masa berdirinya Pemohon, bagi Pemohon yang berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; atau

c) laporan keuangan, neraca, daftar aktiva dan pasiva, atau dokumen lainnya yang menjelaskan kondisi keuangan, bagi Pemohon yang baru berdiri.

b. Dokumen terkait kesiapan operasional yang terdiri atas:

1) Kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup:

a) pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana, baik pengiriman maupun penerimaan, yang telah menerapkan prinsip kewenangan berjenjang;

b) monitoring Dana yang dikirim dan/atau diterima; dan

c) penerapan prinsip perlindungan konsumen sesuai peraturan perundang-undangan;

2) mekanisme penerapan manajemen risiko, yang meliputi antara lain risiko keuangan, risiko operasional, dan risiko hukum;

3) kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

4) bukti kesiapan operasional yang paling kurang meliputi aspek teknis (infrastruktur sistem dan jaringan komunikasi), sumber daya manusia (struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab), dan kesiapan tempat usaha;

5) bukti keamanan dan keandalan sistem atau mekanisme

penyelenggaraan Transfer Dana, paling kurang berupa :

a) fotokopi laporan hasil audit teknologi informasi dari auditor independen internal atau eksternal, bagi Pemohon yang menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain; atau

b) asli surat pernyataan dari direksi dan dewan komisaris atau pengawas mengenai keamanan dan keandalan sistem atau

mekanisme penyelenggaraan Transfer Dana,bagi Pemohon yang

tidak menyediakansistem yang dapat digunakan oleh

Penyelenggara lain, dengan mengacu pada contoh 2 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini;

6) konsep perjanjian kerja sama dengan Penyelenggara lain dan/atau pihak ketiga terkait penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana,termasuk kerja sama dengan Tempat Penguangan Tunai, apabila ada;

7) rincian informasi mengenai kantor cabang, identitas Penyelenggara lain dan/atau pihak lain yang bekerjasama dengan Penyelenggara terkait penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana,termasuk informasi mengenai Tempat PenguanganTunai, apabila ada; dan

8) kebijakan dan prosedur tertulis penanganan keadaan darurat (disaster recovery plan) dan kesinambungan kegiatan usaha (business continuity plan) yang efektif dalam mengatasi dan meminimalkan permasalahan yang timbul dari kejadian yang tidak diperkirakan yang dapat mengganggu kelancaran operasional penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana.

c. Persyaratan bahwa direksi dan dewan komisaris atau pengawas Pemohon memiliki integritas yang baik, antara lain berupa:

1) memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan memiliki sikap mematuhi ketentuan yang berlaku;

2) memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

3) memiliki komitmen terhadap pengembangan penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana yang dilakukan oleh Pemohon. Pada saat mengajukan permohonan perizinan, persyaratan ini antara lain dipenuhi dengan menyampaikan asli surat pernyataan dengan mengacu pada contoh 1 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

d. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c harus disampaikan dalamBahasa Indonesia.

2. Bank Indonesia dapat melakukan uji kepatutan dan kelayakan antara lain melalui wawancara dengan direksi, dewan komisaris atau pengawas, dan/atau pemegang saham atau pemilik pengendali Pemohon sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pemohon.

Proses Perizinan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank sesuai dengan Surat Edaran No. 15/23/DASP mengenai semua bank dan badan usaha berbadan hukum dan badan usaha berbadan hukum bukan bank :

Gambar 2: Proses Perizinan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

2.2.3 Money Changer Illegal

Izin mempunyai arti yang begitu penting bagi pemegangnya (pelaku kegiatan) dalam melakukan hubungan hukum, baik dengan pemerintah maupun

Pemeriksaan administratif terhadap

kelengkapan, kebenaran dan

kesesuaian dokumen yang diajukan pemohon.

Pemeriksaan (on site visit) ke pemohon untuk melakukan verifikasi

atas kebenaran dan kesesuaian

dokumen yang dianjurkan, serta memastikan kesiapan operasiaonal, jika diperlukan.

Setelah pemeriksaan administrasi dokumen dan atau memeriksa (on site

visit), bank indonesia memberikan

tanggapan berupa persetujuan atau penolakan permohonan, atau meminta permohonan untuk melengkapi dokumen permohonan.

Tanggapan bank indonesia sebagaimana dimaksud disampaikan secara tertulis paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari terhitung sejak dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap.

Dalam hal bank indonesia menyetujui permohonan izin, maka pemberian izin tersebut dilalukan dengan penyampaian surat yang disertai dengan tanpa izin.

pihak lain. Urgensi izin adalah sebagai landasan hukum, sebagai instrumen untuk menjamin kepastian hukum, sebagai instrumen untuk melindungi kepentingan, dan sebagai alat bukti dalam hal klaim.13

Ketidaktaatan atau penyimpangan dan pengelakan sebenarnya berkaitan dengan hukum yang berisikan larangan atau suruhan yang diatur dalam PBI No. 16/15/PBI/2014. Money changer haruslah melihat kewajiban dan larangan dalam menjalankan usahanya. Mengenai larangan money changer dalam pasal 3, Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dilarang: a. Bertindak sebagai agen penjual Cek Pelawat;

b. Melakukan kegiatan margin tranding, spot, forward, swap dan transaksi derivatif lainnya baik untuk kepentingan nasabah maupun kepentingan Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank;

c. Melakukan transaksi jual dan beli uang kertas asing serta pembelian cek pelawat dengan Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank yang tidak memiliki izin dari Bank Indonesia;

d. Melakukan kegiatan penyelenggaraan transfer dana atau kegiatan usaha pengiriman uang; dan

e. Melakukan kegiatan usaha lainnya di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

Dalam PBI tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing, sebagimana diatur dalam ketentuan Pasal 4 juga menyebutkan larangan Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank, antara lain:

13

Y. Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, PT. Grasindo, Jakarta, 2009, h. 22.

1. Selain larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dilarang :

a. Menjadi pemilik penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing tidak berizin;

b. Melakukan kerja sama dengan penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing tidak berizin; dan

c. Melakukan kegiatan usaha melalui penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing tidak berizin.

2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula untuk Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pemegang saham Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

Kewajiban Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank pasal 17:

1. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing wajib memasang : a. Logo Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing berizin yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia;

b. Sertifikat izin usaha yang diterbitkan oleh Bank Indonesia; dan

c. Tulisan ”Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Berizin”

(”Authorized Money Changer”), dan nama Perseroan Terbatas Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing, di tempat yang mudah terlihat pada lokasi usaha.

2. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bbukan Bank wajib menggunakan tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam setiap bentuk dokumen, korespondensi, maupun bentuk lainnya.

3. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dapat menggunakan nama dagang ketentuan sebagi berikut :

a. Hanya memiliki 1 (satu) nama dagang; dan

b. Nama dagang mencerminkan nama Perseroan Terbatas dari Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

Berikut adalah contoh beberapa money changer yang terindikasi sebagai

Gambar 3 : Money Changer Illegal

Tujuan dari sistem perizinan menurut spelt dan ten berge, motif-motif untuk menggunakan sistem izin dapat berupa keinginan mengarahkan (mengendalikan/sturen) aktivitas-aktivitas tertentu, keinginan melindungi objek-objek tertentu dan mengarahkan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas.14 Dalam hal ini, terkait money changer pemerintah mengarahkan

14

masyarakat pelaku usaha melalui instrumen yuridis berupa izin. Setelah izin diproses, masih dilakukan pengawasan, pemegang izin diwajibkan menyampaikan laporan secara berkala dan sebagainya. Pemerintah melakukan pengendalian terhadap kegiatan masyarakat dengan instrumen perizinan. Izin dapat dimaksudkan untuk mencapai baerbagai tujuan tertentu.

Dokumen terkait