• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Landasan Teoretis

1.7.4 Konsep Kepastian Hukum

Kepastian hukum mengandung dua pengertian. Kedua, adanya aturan yang bersifat umum yang membuat individu mengetahui dan memahami perbuatan-perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kedua, adanya keamanan hukum berupa jaminan kepastian hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena adanya aturan hukum yang bersifat umum sehingga individu dapat mengetahui apa yang boleh dilakukan oleh Negara terhadap individu.33

Dengan adanya kepastian hukum di dalam masyarakat akan tahu kejelasan antara hak dan kewajiban menurut hukum. Kepastian hukum ini dapat dibentuk melalui penormaan yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan menjadi jelas pula apa yang akan diterapkan. Kepastian hukum berarti memiliki hukum yang tepat, subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumannya.

Konsep kepastian hukum di dalam penelitian ini digunakan untuk membahas permasalahan yang kedua yaitu mengenai bagaimana ketentuan pelaksanaan usaha jasa pedagang valuta asing (money changer). Pada PBI No. 16/15/PBI/ 2014, mengenai setiap pedagang valuta asing (money changer ) wajib logo penyelenggara KUPVA berizin yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sertifikat izin usaha yang di terbitkan oleh Bank Indonesia dan tulisan

33

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Predana Media Group, Jakarta, (selanjutnya disingkat Peter Mahmud Marzuki I), h. 158.

”Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Berizin” (Authourized Money Changer), dan nama Perseroan Terbatas penyelenggara KUPVA di tempat yang mudah terlihat pada lokasi usaha, untuk menjadi money changer resmi sehingga dapat menjamin suatu kepastian hukum bagi setiap konsumen atau pengguna jasanya tersebut. Money changer mempunyai peran yang cukup penting pada setiap kawasan pariwisata. Setiap money changer yang tidak terdaftar tidak akan dapat menjamin suatu kepastian hukum sehingga dapat merugikan para pengguna jasa.

Apalagi saat ini banyak muncul money changer yang tidak terdaftar di beberapa kawasan pariwisata di Bali selain merugikan konsumen dengan mengurangi hasil penilaian uang yang ditukar, sejumlah perusahaan juga sangat berpotensi menjadi salah satu tempat pencucian uang atau money laundering.34 Teori ini dipergunakan untuk untuk mengkaji permasalahan kedua sanksi hukum bagi usaha jasa money changer tidak berizin pada kawasan pariwisata di Kabupaten Badung.

1.7.5 Konsep Illegal

Illegal and unlawful have slightly different meanings, although they are often used interchangeably. Something that is illegal is against the law, whereas an unlawful act merely contravenes the rules that apply in a particular context.

(Illegal dan melanggar hukum memiliki makna yang sedikit berbeda, meskipun mereka sering digunakan secara bergantian. Sesuatu yang ilegal adalah melawan hukum, sedangkan tindakan yang melanggar hukum hanya bertentangan dengan aturan yang berlaku dalam konteks tertentu). Konsep illegal di dalam penelitian

34

URL : http://m.bisnis.com/finansial/read/20120213/90/63839/money-changer-40-percent -pedagang-valas-di-bali-tak-miliki-izin-usaha. Diakses Pada Tanggal 2 September 2014.

ini digunakan untuk membahas permasalahan yang pertama dan kedua yaitu untuk memberikan penjelasan pasal 7 juncto pasal 17 PBI Nomor 16/15/2014 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing berkaitan dengan money changer resmi yang tidak melawan hukum.

1.8 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, penulis menyajikan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut :

27

Efektivitas Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor `16/15/PBI/2014 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank terkait Jasa Money Changer Illegal pada kawasan pariwisata di Kabupaten Badung

Metode Penelitian Landasan Teori

Rumusan Masalah Latar Belakang Masalah

1. Pelaksanaan pasal 7 juncto pasal 17 peraturan BI tentang kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank di kabupaten badung berkaitan dengan jasa money changer

belum berjalan efektif

2. Sanksi hukum yang diberikan untuk jasa

money changer

illegal pada kawasan

pariwisata di kabupaten Badung merupakan sanksi

1. Jenis penelittian : hukum empiris

2. Sifatnya Deskriptif 3. Data dan sumber data :

sumber data primer : wawancara dengan BI dan pelaku KUPVA. Sumber data sekunder : Bahan hukum primer, Baham hukum sekunder. Bahan hukum tersier. 4. Teknik pengumpulan

data : studi dokumen dan wawancara.

5. Teknik penentuan sample penelitian : Non

probabilitas dengan

teknik snowball sampling.

6. Pengolahan dan analisa data diolah dan dianalisa secara kualitatif 1. Teori sociological jurisprudance 2. Teori Efektivitas 3. Teori Kesadaran Hukum 4. Konsep kepastian hukum 5. Konsep Illegal 1. Bagaimana pelaksanaan PBI 16/15/2014 tentang kegiatan usaha penukaran valuta asing berkaitan dengan jasa

money changer illegal

di kabupaten Badung ? 2. Bagaimana sanksi hukum mengenai usaha jasa money

changer Illegal pada

kawasan pariwisata di Kabupaten Badung ? 1. Pasal 17 PBI 16/15/2014

tentang kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank menyatakan bahwa penyelenggara KUPVA berizin yang dikeluarkan BI, sertifikat izin usaha yang diterbitkan oleh BI dan tulisan “Penyelenggara kegitan usaha penukaran valuta asing berizin

(authorized money changer)

dan nama perseroan terbatas penyelenggara KUPVA di tempat yang mudah terlihat pada lokasi usaha.

2. Prakteknya masih ada KUPVA tidak memasang logo penyelenggara KUPVA berizin

Hasil Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1: Kerangka Berpikir

2

28

diterbitkan oleh BI dan tulisan “Penyelenggara kegitan usaha penukaran valuta asing berizin (authorized money changer) dan nama perseroan terbatas penyelenggara KUPVA di tempat yang mudah terlihat pada lokasi usaha, Masih ada pelaku kegiatan usaha penukaran valuta asing tidak memasang logo penyelenggara KUPVA berizin yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan tidak berbentuk perseroan terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank berkaitan dengan jasa money changer illegal pada kawasan pariwisata di Kabupaten Badung serta sanksi hukum mengenai usaha jasa money changer Illegal pada kawasan pariwisata di Kabupaten Badung. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan teori-teori yaitu teori sosiological jurisprudence, teori efektivitas hukum, teori kesadaran hukum dan konsep kepastian hukum. Adapun metode penelitian yaitu jenis penelitian adalah empiris dengan adanya kesenjangan antara ketentuan yang berlaku dengan pelaksanaannya. Sifat penelitian adalah deskriptif, didukung dengan data dan sumber data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara. Untuk teknik penentuan sampel penelitian digunakan non probabilitas teknik snowball sampling dan untuk pengolahan dan analisis data maka data diolah dan dianalisa secara kualitatif. Hasil pembahasan, yaitu sebagai

berikut : pertama Pelaksanaan pasal 7 juncto pasal 17 peraturan BI tentang kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank di Kabupaten Badung berkaitan dengan jasa money changer belum berjalan efektif dan kedua sanksi hukum yang diberikan untuk jasa money changer illegal pada kawasan pariwisata di Kabupaten Badung merupakan sanksi secara administrasi.

1.9 Metode Penelitian 1.9.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian yuridis empiris, yaitu metode pendekatan yang dipergunakan untuk memecahkan objek penelitian dengan meneliti data sekunder (bahan pustaka) terhadap data primer di lapangan karena hukum yang pada kenyataannya dibuat dan ditetapkan oleh manusia yang hidup dalam masyarakat artinya keberadaan hukum tidak bisa dilepaskan dari keadaan sosial masyarakat dan juga perilaku masyarakat yang sangat terkait dengan lembaga hukum tersebut.35

Penelitian ini beranjak pada ilmu hukum normatif (peraturan perundangan), kemudian mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di dalam masyarakat.36 Melakukan pendekatan terhadap permasalahan dengan mengkaji berbagai aspek hukum baik dari segi

35

Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan ke-3, UI Press,Jakarta,h.3.

36 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 47.

ketentuan peraturan-peraturan yang berlaku. Meneliti atau menelaahnya dari segi pelaksanaannya, sehingga dapat diimplimentasikan dalam praktek dilapangan.37

Studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.38 Dengan metode pendekatan analitis (analytical approach) yaitu menganalisa bahan hukum untuk mengetahui makna yang terkandung dalam istilah-istilah yang digunakan oleh peraturan perundang-undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktik.39

Dokumen terkait