• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Landasan Teoretis

1.7.2 Teori Efektivitas Hukum

Teori terdiri dari serangkaian pemahaman dari suatu kenyataan yang tersusun secara sistematis, logik dan konkrit yang melalui serangkaian pengujian yang telah diakui kebenarannya (walaupun sementara) dan masih membutuhkan serangkaian pengujian lagi agar diperoleh suatu kebulatan pemahaman tentang suatu hal.20 Teori Efektivitas Hukum atau bekerjanya hukum di dalam masyarakat menurut William. J Chambliss dan Robert. B Seidmen yang berpendapat tentang pengaruh hukum.

Salah satu hal fungsi hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap yang bertindak atau perilaku teratur adalah membimbing perilaku manusia. Efektivitas hukum merupakan sebuah proses yang bertujuan agar semua hukum dapat berlaku secara efektif, keadaan tersebut dapat ditinjau atas dasar beberapa

20

B.Hestu Cipto Handoyo, 2008, Prinsip-prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademik, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, h.28

bentuk tolak ukur di antaranya hukumnya sendiri, perilaku masyarakat, sarana dan fasilitas.21

Melihat efektivitas berkaitan dengan bidang hukum, Achmad Ali mempunyai pendapat jika ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama harus dapat mengukur “sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati”. Lebih lanjut Achmad Ali pun mengemukakan bahwa pada umumnya faktor yang banyak mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan adalah profesional dan bagaimana optimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum, baik di dalam menjelaskan tugas yang dibebankan terhadap diri mereka maupun dalam menegakkan perundang-undangan tersebut.22 Penelitian kepustakaan mengenai teori efektivitas memberikan keanekaragaman dalam hal indikator penilaian tingkat efektivitas suatu hal. Dalam secara umum, efektivitas suatu hal diartikan sebagai keberhasilan dalam pencapaian target atau tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam sebuah konsep hukum sangat mempengaruhi agar suatu perilaku dilakukan oleh lembaga pembuat peraturan dan lembaga kekuasaan negara, kemudian oleh kekuasaan negara diselenggarakan dengan mempergunakan hukum sebagai sarana untuk mendorong perilaku yang lebih baik. Lembaga pembuat hukum bekerja dengan membuat peraturan yang ditujukan untuk mengatur masyarakat, demikian pula dengan lembaga penegak hukum yang bekerja untuk

21

Soerjono Soekanto, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h. 8.

22

Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Kencana, Jakarta, h. 375.

melakukan law enforcement untuk ditegakkan di masyarakat. Robert B. Seidmen membuat model bekerjanya hukum sebagai berikut :23

feedback rule of public

feedback

Dari bagan tersebut Seidmen mengajukan empat proposisi. Empat proposisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seseorang pemegang peran (Role Occupan) itu diharapkan bertindak.

2. Bagaimana seseorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai suatu respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepada mereka sanksi-sanksinya, aktivitas dari lembaga pelaksana serta keseluruhan kompleks kekuatan politik, sosial dan lain-lainnya mengenai dirinya.

3. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepada mereka sanksi-sanksinya, keselurahan kompleks kekuatan-kekuatan politik, sosial, dan lain-lainnya mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peran.

23

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 46-47. Area of choise Law Making Processes Law Implementing Role Accopant

Confirmity inducing measures

4. Bagaimana peran pembuat undang-undang itu akan bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, politik, ideologis dan lain-lainnya mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peran serta birokrasi.24

Bekerjanya hukum dalam masyarakat terkait juga dengan penegakan hukum dapat melibatkan beberapa unsur atau aspek yang saling memiliki keterkaitan sebagai suatu sistem. Beberapa aspek tersebut yaitu lembaga pembuat hukum (Law Making Institution), lembaga sebagai penerap sanksi, budaya hukum serta unsur-unsur umpan balik dari proses bekerjanya hukum yang sedang berjalan.25

Robert B. Seidman dan William J. Chambliss menyusun suatu konsep bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan suatu peraturan perundang-undangan sangat tergantung banyak faktor. Secara garis besar bekerjanya hukum dalam masyarakat akan ditentukan oleh beberapa faktor utama. Faktor tersebut meliputi keseluruhan komponen sistem hukum, yaitu faktor substansial, faktor struktural dan faktor kultural.

a. Substansi hukum, yaitu keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis termasuk putusan pengadilan;

b. Struktur hukum yaitu keseluruhan institusi-institusi hukum yang ada beserta aparatnya, mencakup antara lain kepolisian dengan para polisinya, kejaksaan dengan para jaksanya, pengadilan dengan para hakimnya;

c. Kultur hukum yaitu opini-opini, kepercayaan-kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir dan cara bertindak baik dari penegak hukum maupun dari warga masyarakat tentang hukum dan berbagai fenomena tentang hukum.26

24 ibid. 25

Muladi, 2002, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, The Habibie Centre, Jakarta, h. 27.

26

Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan Termasuk Interpretasi Undang-Undang, Kencana Prenada Group, Jakarta, h. 204.

Penegakan hukum sebagai bagian daripada legal system, tidak dapat dipisahkan dengan substansi hukum dan budaya hukum.27 Melaksanakan pengawasan adalah juga menegakkan hukum, penegakan hukum yang secara khusus yang ditujukan terhadap jasa money changer di kawasan pariwisata di mana belakangan ini banyak usaha money changer yang tanpa izin sehingga merugikan konsumen dalam hal ini wisatawan.

Dalam penegakan hukum ada tiga unsur yang selalu harus mendapat perhatian keadilan, kemanfaatan atau hasil guna, dan kepastian hukum. Tujuan pokok dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan atau ketertiban ini, syarat pokok untuk suatu masyarakat yang teratur. Tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan. Untuk mencapai ketertiban dibutuhkan kepastian hukum dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.28 Jadi fungsi hukum disini diartikan sebagai :

1. Standard of conduct, yakni menjadi ukuran tingkah laku dan kesamaan sikap yang harus ditaati oleh setiap orang dalam pergaulan hidup bermasyarakat. 2. As tool of social engineering, hukum sebagai alat untuk menyatakan benarnya

suatu tingkah laku yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

3. As tool of justification, hukum sebagai alat untuk menyatakan benarnya suatu tingkah laku yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

4. As tool of social control, hukum sebagai alat mengontrol pemikiran dan tingkah laku manusia agar mereka selalu terpelihara moralnya, tidak

27

Siswanto Sunarso, 2005, Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 110.

28

Moctar Kusumaatmadja, 1998, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Jakarta, h. 2

melakukan perbuatan yang melanggar hukum, norma susila, dan ajaran agama yang dipeluknya.

5. Rechzeken heid, agar dalam setiap persoalan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat ada kepastian hukum untuk dijadikan pegangan oleh seluruh masyarakat.29

Suatu peraturan atau kaedah hukum dapat berlaku efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Soerjono Soekanto adalah:

1. Faktor hukumnya sendiri;

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.30

Konsep-konsep mengenai ketaatan, ketidaktaatan atau penyimpangan dan pengelakan berkaitan dengan hukum yang memuat larangan atau suruhan yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank. Kewajiban kegiatan penukaran valuta asing bukan bank diatur dalam Pasal 17, yang menyatakan bahwa “Penyelenggara Bukan Bank wajib memasang : logo penyelenggara KUPVA berizin yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sertifikat izin usaha yang di terbitkan oleh Bank Indonesia dan tulisan ”Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Berizin” (Authourized Money Changer), dan nama

29

Abdul Manan, Op Cit, h. 68.

30

H. Riduan Syahrani, 2013, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 193.

Perseroan Terbatas penyelenggara KUPVA di tempat yang mudah terlihat pada lokasi usaha”. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum untuk menegakkan hukum tersebut.

State choose the law as the primary mechanism for veiewing broader understandings of the responsibility for number of reasons. Law, after all, pervades our lives and provides the general rules by which we patern our behavior.31 (Negara memilih hukum sebagai mekanisme utama dalam melihat pemahaman yang lebih luas terhadap tanggung jawab untuk beberapa alasan, hukum menjalankan kehidupan kita dan menyediakan aturan-aturan umum dimana kita harus bertindak).

Sistem hukum yang ada dan telah dijalankan seperti sekarang ini dibentuk oleh masyarakat dengan tingkat peradaban sosialnya. Tiap-tiap negara mempunyai karakteristik ideologis yang memiliki perbedaan dan karakteristik inilah yang kemudian akan memberikan corak hukum yang akan dibangun. Hukum tidak dapat dilepaskan dari struktur sosialnya. Hukum yang baik adalah hukum yang tumbuh sesuai perkembangan masyarakatnya. Menurut H.L.A Hart “ the most prominent general feature of the law at all time and places is that its existence means that certain kinds of human conduct are no longer option, but in some sense obligatory”.32 (sifat mengatur hukum yang harus dipatuhi menyebabkan tuntutan berperilaku manusia pada situasi tertentu bukan lagi merupakan pilihan melainkan menjadi suatu keharusan). Teori efektivitas hukum dipergunakan untuk mengkaji permasalahan yang pertama yaitu tentang faktor-faktor yang

31

Saundra Davis Westervelt, 1999, Shifting The Blame, Rutgers University Press, London, hal. 5.

32

mempengaruhi efektivitas pelaksanaan ketentuan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank terhadap money changer tidak berizin pada kawasan pariwisata di Bali. Efektivitas berlakunya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank berkaitan dengan

money changer tidak berizin pada kawasan pariwisata di Kabupaten Badung, dari perspektif teori efektivitas hukum meliputi keseluruhan komponen sistem hukum, yaitu faktor substansial, faktor struktural dan faktor kultural.

Dokumen terkait