Kinerja guru fisika (Y)
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
1.Komitmen (Commitment)
Colquitt (2010: 69), yang menyata-kan bahwa: organizational commitment is defined as the desire on the part of an employee stays a member of the organization. (komitmen organisasi adalah keinginan seseorang untuk tetap bekerja dalam organisasinya)
Pengertian lain mengenai komitmen, salah satunya menurut Adam. J dan Jones, W.H. (199: 175) sebagai berikut: Commitment is defined as the extend to which an individual believes in the veracity and utility of his or her actions, and may be contrasted with the debilitating sense of alienation that results from feelings of powerlessness and resignation in the face of stressful events.
Komitmen menurut pendapat tersebut diatas adalah sejauh mana seorang individu percaya pada kebenaran dan kegunaannya atau tindakannya, dan menghilangkan ketidakberdayaan dalam menghadapi stres.
Pengertian komitmen menurut Newstrom dan Davis (2002 : 211), keterlibatan seseorang terhadap organisasi, dapat dilihat antara lain sebagai berikut: Organizational commitment is the degree to which an employee identifies with the organization and wants to continue actively participating in it.
Komitmen organisasi adalah tingkat kebersamaan seseorang terhadap organisasi dan keinginannya untuk terus berpartisipasi aktif di dalamnya.
Pengertian lainnya dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2007 : 74), antara lain yaitu: Organizational commitment is defined as a state in which an employee identifies
with a particular organization and its goals and wishes to maintain membership in the organization.
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai keadaan di mana seseorang berpihak pada organisasi tertentu dan tujuannya, serta keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Secara terperinci Gibson et al. (2009: 183) menyatakan sebagai berikut: Organizational commitment involves three attitude: (1) a sense of identification with the organization’s goals; (2) a feeling of involvement in organizational duties; and (3) a feeling of loyalty for the organization.
Komitmen organisasi meliputi tiga sikap, yaitu: (1) rasa keberpihakan terhadap tujuan organisasi; (2) perasaan keterlibatan dalam tugas-tugas organisasi; dan (3) perasaan loyalitas terhadap organisasi.
Pendapat senada disampaikan oleh McShane dan Von Glinow (2010: 119) bahwa: Organizational commitment refers to the employee’s emotional attachment to, identification with, and involvement in a particular organization. Komitmen organisasi mengacu pada ikatan emosional, keberpihakan, dan keterlibatan dalam suatu organisasi tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa komitmen adalah keinginan untuk tetap bekerja dan berpihak serta berpatisipasi kepada organisasi dengan alasan afektif, berkelanjutan dan normatif, yang ditunjukan dengan keinginan untuk tetap bekerja di organisasi, keinginan untuk terlibat aktif di organisasi, keinginan untuk memberikan kontribusi keberhasilan organisasi, keinginan untuk identifikasi dengan tujuan dan visi organisasi, keinginan untuk tetap bekerja di organisasi, keinginan untuk tetap ikut bertanggung jawab pada organisasi.
2. Sikap Kewirausahaan
Sikap Kewirausahaan ada dua kata, yaitu sikap dan kewirausahaan. Sikap menurut Robbin (2007:374), mengatakan bahwa sikap adalah sebagai berikut: attitudes are evaluative statements favorable or unfavorable concerning objects, people, or events. Maksudnya sikap merupakan pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu atau peristiwa.
Kreitner dan Kinicki (2011: 182), mengatakan bahwa sikap adalah sebagai berikut: An attitude is defined as a learned predisposition to respond in a consistently favorable or unfavorable manner with respect to a given object. Sikap sebagai kecendrungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu.
Berkaitan dengan komponen sikap menurut pendapat Robbin, terdapat tiga komponen antara lain; (1) affect; the emotional segment of an attitude, yaitu berkaitan
dengan rasa senang (pos) atau tidak senang (neg), terhadap objek sikap (2) cognition; the perception, opinion or belief segment of an attitude, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan dalam hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap suatu obyek dan (3) behavior; the behavior segment of an attitude, yaitu yang berkaitan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap.
Entrepreneuship is the process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence. (Hisrich and Peters, 2002: 10).
Kewirausahaan merupakan proses menciptakan sesuatu yang baru yang dimiliki setiap individu dalam organisasi untuk menciptakan sesuatu yang bernilai, dengan tujuan pencapaian kepuasan diri dan mandiri.
Selanjutnya Inderjit S (2007: 34) berpendapat bawa kewirausahaan: Entrepreneurship is about more than just creating new companies. It is in fact about the mindset one has, about doing new things and creating something from nothing. You can have an entrepreneurial mindset as an employee, as a parent, as a techer, as a politician, or in anything you want to do. When anything is done in a manner that is innovative, pioneering, or out of the norm, and whether in business or other aspects of life- it is what really constitutes entrepreneurship and having an entrepreneurial mindset. (maksudnya kewirausahaan adalah tidak hanya membuat perusahaan baru, tetapi berhubungan dengan pola pikir seseorang dalam melakukan sesuatu yang baru. Pola pikir tersebut bisa sebagai karyawan, guru, orang tua, sebagai politisi, dan apapun yang ingin kita lakukan)
Hal di atas didukung oleh Zimmerer (2005: 6), mengatakan bahwa: “Applying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face everyday” (maksudnya kewirausahaan adalah seorang yang kreatif dan inovatif dalam memecahkan masalah dan mendapatkan peluang).
Sikap kewirausahaan menurut Meredith dalam Suryana (2000:15), yaitu: (1) Percaya diri (self-confidence). (2) Berorientasi tugas dan hasil. (3) Keberanian mengambil resiko. Sikap yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan. (4) Sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. (5) Berorientasi dan memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. (6) Keorisinilan: Kreativitas dan inovasi. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan cara-cara baru yang lebih baik.
Berdasarkan uraian konsep di atas dapat disintesiskan bahwa sikap kewira-usahaan adalah suatu pernyataan-pernyataan proporsional seseorang terhadap cara mengenali, cara pandang, perasaan dan kecendrungan melakukan sesuatu dalam lingkup aspek
pelayanan ke pelaku usaha, dengan indikator sebagai berikut: berpikir inovatif, berpikir fleksibel, teguh pendirian, percaya diri, mempengaruhi orang lain, suka tantangan, tanggap terhadap perubahan, pengambil keputusan, dan memanfaatkan peluang.
3. Kepribadian Individu
Pendapat Schermerhorm (2010: 31),Personality is the overall combination of characteristics that capture the unique nature of a person as that person reacts to and interacts with others. Kepribadian adalah kombinasi keseluruhan karakteristik yang menangkap sifat unik seseorang sebagai pribadi yang bereaksi terhadap dan berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Qolquitt (2009 : 294) kepribadian adalah: Personality refers to the structures and propensities inside people that explain their characteristic patterns of thought, emotion, and behavior.personality creates people's social reputations the way they are perceived by friend,family, coworkers and supervisors. Kepribadian mengacu pada struktur dan kecenderungan dalam masyarakat yang menjelaskan pola dan karakteristik pemikiran, emosi, dan perilaku seseorang.
Pendapat lain mengenai kepribadian dikemukakan oleh Luthan F (2008: 126), yang mengatakan bahwa: Personality will mean how people effect others and how they understand and view themselves, as well as their of inner and outer measurable traits and the person-situation interaction. How people effect others depends primarily on their external appearance (height, weight, facial features, color, and other physical aspects) and traits.
Kepribadian memperlihatkan bagai-mana seseorang mempengaruhi orang lain dan bagaimana mereka melihat dan mengerti dengan diri mereka dan bisa berinteraksi dengan cara menyesuaikan dengan berbagai situasi baik dalam maupun luar.
Pendapat lain mengenai kepribadian dikemukakan oleh Gibson, et al (2009: 112), sebagai berikut: Personality is influenced by hereditary, cultural, and social factors. Regardless of how it’s defined, however, psychologists generally accept certain principles.
Karakteristik kepribadian menurut Gibson et al (2009: 117) antara lain: Conscientioness, extraversion-intraversion, agreeableness, emotional stability dan openness to experience. Kelima karakter tersebut mempunyai perbedaan satu sama lain, antara lain:
(1) Conscientioness; the hard working, diligent, organized, dependable, and persistent behavior of a person.
(2) Extraversion; the degree to which a person is sociable, gregarious, and assertive versus reserved, quiet, and timid; sejauh mana seseorang bersosialisasi, suka berteman, dan
tegas dibandingkan pendiam, tenang, dan pemalu. Atau ekstraversion, menggambarkan keramahan, suka berteman, tegas.
(3) Agreeableness; the degree of working well with others by sharing trust, warmth, and cooperativeness. People who are low scorers on this dimension are cold, insentive, and antagonistic.
(4) Emotional stability; the ability a person display in handling stress by remaining calm, focused, and self-confident, as opposed to insecure, anxious,and depressed.
(5) Openness to experience; a person’s range of interest in new things. Open people are creative, curious, and artistically sensitive, as opposed to being closed-minded.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disintesiskan bahwa Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yangkhas yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan, dengan indikator sebagai berikut: conscientiousness (C), ekstraversion (E), agreeableness (A),emotion stability(E), dan openess to experience (O).
4. Kepuasan Kerja
Pendapat Newstrom dan Davis (2002: 208) yang mengemukakan: Job satisfaction is a set of favorable feelings and emotions with which employees view their work. Jobsatisfaction is an effective attitude a feeling of relative like or dislike toward something
Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, dan emosi-emosi yang dirasakan oleh seseorang terhadap pekerjaannya.
Wexley dan Yulk (2006 : 272), mendefinisikan kepuasan kerja, ”Job satisfaction is emotional reactions to employment experiences are inevitable. One’s thinking and feeling toward work”. yang menggambarkan bagaimana perasaan dan reaksi emosional karyawan dengan pengalaman kerja yang dipikirkan dan dirasakan terhadap pekerjaan
Kepuasan kerja menurut Schermerhorn (2010: 72) adalah sebagai berikut: “Job satisfaction is the degree to which individuals feel positively or negatively about their jobs” (kepuasan kerja adalah suatu tingkatan yang mana para pekerja merasakan secara positif atau negatif tentang pekerjaannya).
McShane/Von Glinow (2010: 108), dengan memperhatikan apa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan tersebut, seperti yang terlihat dalam pengertian di bawah ini: “job satisfaction a person’s evaluation of his or her job and work content” Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emotional yang menyenangkan atau tidak me-nyenangkan para karyawan, dalam me-mandang pekerjaan, yang dipengaruhi oleh karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja, dan pengalaman emosi dalam bekerja mereka.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Colquitt, Lepine dan Wesson (2010: 105), bahwa kepuasan kerja adalah sebagai berikut: Job satisfaction as a pleasurable emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experiences. It represents how you feel about your job and what you think about your job.
Kepuasan kerja merupakan ungkapan emosional yang menyenangkan yang diperoleh dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau suatu pengalaman dalam pekerjaan atau ungkapan seseorang terhadap pekerjaannya.
Kemudian Ivancevich, Kanopaske and Matteson (2008 : 153), berpendapat bahwa, “Job Satisfaction an attitude that workers have about their jobs. It results from their perception of the jobs” Kepuasan kerja adalah suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaan-nya. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya, lingkungan kerjanya, serta kebijakan dan prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja, gaji dan tunjangan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan suatu sintesis bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan suatu keadaan emosional positif dan menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja, yang ditandai dengan indikator-indikator: pekerjaan dan tugas yang dikerjakan, imbalan gaji/honor yang diterima, kesempatan promosi yang diperoleh, posisi dan jabatan yang diberikan, standar kerja yang ditetapkan, kondisi kerja yang ada, adanya pengakuan kerja dan dukungan rekan kerja.
D. Hipotesis Penelitian
Dengan memperhatikan uraian di atas, dan berdasarkan kajian teori yang dikemukakan, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif sikap kewirausahaan terhadap komitmen 2. Terdapat pengaruh positif kepribadian terhadap komitmen
3. Terdapat pengaruh positif kepuasan kerja terhadap komitmen METODE
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh langsung positif model penelitian tentang komitmen ditinjau dari sikap kewirausahaan, kepribadian, dan kepuasan kerja. Dalam penelitian ini akan membahas hubungan kausal antar keempat variabel diatas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kementerian Perindustrian dengan waktu penelitian pada tahun 2013.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei, dan kajian hubungan kausal, karena metode ini dianggap tepat untuk menjelaskan sebuah fenomena sosial. Penelitian ini mengkaji dan menganalisis hubungan langsung yang berjalan searah atau disebut hubungan kausal.
Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain dengan menggunakan analisis regresi berganda, yakni suatu teknik yang menganalisis pola hubungan antar variabel dependent dan independent seberapa besar pengaruh variabel tersebut.
Variabel yang akan dianalisis terdiri dari empat variabel yaitu : 1) Sikap Kewirausahaan, 2) Kepribadian, 3) Kepuasan Kerja, dan 4) Komitmen. Pengaruh antara variabel tersebut, digambarkan dalam bentuk konstelasi pengaruh antar variabel-variabel seperti gambar berikut:
Gambar 1. Model Konstelasi Penelitian Keterangan: X1 = Sikap kewirausahaan X2 = Kepribadian X3 = Kepuasan kerja Y = Komitmen Sikap Kewirausahaan (X1)
Kepribadian
(X2)
Kepuasan
Kerja (X3)
Komitmen
(Y)
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan eselon IV di Kementerian Perindustrian, (beserta kelima karakteristik yang dipelajari yaitu: sikap kewirausahaan, kepribadian, kepuasan kerja dan komitmen berjumlah 358 orang.
1. Sampel
Jumlah sampel penelitian yang diperoleh secara acak dengan menggunakan rumus Solvin diperoleh sample sebesar 189 responden.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap 4 instrumen penelitian, yaitu instrumen komitmen karyawan (Y), sikap kewirausahaan (X1), kepribadian (X2), dan kepuasan kerja (X3)
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan perhitungan rata-rata hitung (mean) dan standar deviasi dari skor keempat variabel. Hasil perhitungan tersebut divisualisasikan dalam daftar
2. Analisis Induktif
Analisis induktif atau inferensial dilakukan untuk mengambil kesimpulan dan menguji hipotesis analisis regresi serta uji normalitas dan homogenitas varians.
G. Hipotesis Statistik
Model spesifikasi hipotesis diatas dapat digambarkan dalam hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu :
1. Hipotesis pertama: pengujian pengaruh positif sikap kewirausahaan (X1), terhadap komitmen (Y)
Ho : β y1≤ 0 Ha : β y1 > 0
2. Hipotesis kedua: pengujian pengaruh positif kepribadian (X2), terhadap komitmen (Y)
Ho : β y2≤ 0 Ha : β y2 > 0
3. Hipotesis ketiga: pengujian pengaruh positif kepuasan kerja (X3), terhadap komitmen (Y)
Ho : β y3≤ 0 Ha : β y3 > 0
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN