• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

F. MANFAAT PENELITIAN

2. Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Aktivitas kehidupan manusia hampir tidak terlepas dari kegiatan belajar. Belajar memainkan peran penting dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupan pribadi maupun kelompok serta mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan tapi merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga memunculkan perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Chaplin dalam Dictionary of

Psychology, disebutkan bahwa: (1) ... acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. (2) Learning is the process of acquiring responses as result of special practice.19 Belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman, serta belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Dalam kegiatan belajar terjadi interaksi individu dengan lingkungannya dimana lingkungan tersebut memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau pengetahuan, baik sesuatu yang baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner bahwa, “belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.”20

Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik , dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir. 21 Guru berperan sebagai komunikator, peserta didik sebagai komunikan, dan materi yang akan dikomunikasikan berisi pesan-pesan berupa ilmu pengetahuan.Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran dapat terjadi komunikasi banyak arah.

Pembelajaran merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Pembelajaran tidak hanya bertujuan menguasai materi pelajaran, akan tetapi perubahan tingkah laku yang lebih luas. Pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuannya bukan diperoleh dari transfer

19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. VIII, hal. 90

20

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet ke-1, hal 15

orang lain seutuhnya, tetapi dibentuk oleh dirinya sendiri sehingga mampu mengembangkan kemampuannya.

Pembelajaran memiliki dua karakteristik yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.

2. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, sehingga dapat membangun siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.22

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru memilih atau mengembangkan model-model pembelajaran yang sesuai. Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sebuah kegiatan.23 Joyce mengemukakan bahwa “Models of teaching is plan or pattern that we can use to design face to face teaching in classrooms or tutorial settings and to shape instructional materials…, Each models guides us as we design instruction to help students achieve various obyektives.”24 Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran guna membantu siswa mencapai berbagai tujuan.

Arends menyatakan bahwa “The terms teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.” 25 Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

22 Syaiful sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:Alfabeta, 2007), h. 63 23 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet.1, h. 46

24

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. I. h.52

25

Dari definisi-definisi yang dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun aktivitas belajar mengajar, mengatur materi pembelajaran, dan membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Secara sederhana, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

. Upaya pemilihan atau pengembangan model pembelajaan berorientasi pada peningkatan keterlibatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan-tujuan pun dapat tecapai. Slavin menyatakan pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bahwa siswa belajar bersama, saling berbagi ide, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar baik secara individu maupun kelompok.26

Pendapat lain dikemukakan oleh Johnson & Johnson, “cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.” 27 Melalui pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.28

Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dimana setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam bentuk kegiatan kelompok ini, maka siswa dengan siswa lain maupun dengan guru dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, ide ataupun gagasan-gagasan.

26 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008), h. 4

27 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. II, h.17 28 Isjoni, Cooperative Learning …, h.20

Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa teori/perspektif, yaitu sebagai berikut:

1) Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.

2) Perspektif sosial, artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

3) Perspektif perkembangan kognitif, artinya bahwa dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.

4) Perspektif elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. 29

Sebagai seorang pendidik dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran kooperatif tersebut.

Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

2) Siswa dalam kelompok sehidup semati.

3) Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama. 4) Membagi tugas dan tanggung jawab sama.

5) Akan dievaluasi untuk semua.

6) Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama. 7) Diminta mempertangungjawabkan individual materi yang ditangani. 30

29 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2007), Cet. II, h.242

30 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. I, h.270

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu sebagai berikut:

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Pengajar yang efektif dalam pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan sinergi yang menguntungkan semua anggota.

4) Komunikasi antaranggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan komunikasi. Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi. Empat keterampilan komunikasi, diantaranya mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam setting kelompok.

5) Evaluasi proses kelompok

Pendidik perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 31

Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan dan komunikasi. Setiap siswa berkesempatan mengemukakan ide. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.

c. Urgensi Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dapat memberikan nuansa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran dalam bidang studi. Keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, serta masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2) Guru menyampaikan pokok-pokok materi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4) Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.

5) Evaluasi atau memberikan umpan balik. 6) Pengakuan tim (memberikan penghargaan). 32

31 Anita Lie, Coopereative Learning..., h. 31 32 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran ..., h. 246

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:33

1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. 2) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengelola aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan menjaga hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

3) Formulating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan strategi-strategi penalaran tingkat tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

4) Fermenting (pengembangan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Keunggulan penggunaan model pembelajaran kooperatif bagi peserta didik maupun pendidik adalah sebagai berikut:34

1) Peserta didik dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2) Melalui pembelajaran kooperatif, dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Dapat membantu siswa untuk peduli pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

33 Johnson and Johnson, Colaborative Learning, (Bandung:Nusa Media, 2010), Cet. I, h.113 34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran ..., h.248

5) Pembelajaran kooperatif merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus keterampilan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal positif dengan yang lain.

6) Interaksi selama pembelajaran berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Berikut ini disajikan beberapa perbedaan metode pembelajaran sebagai implementasi dari model pembelajaran kooperatif berdasarkan pada tujuan yang dicapai.

Tabel 2.1

Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode Tujuan

1. STAD (Student teams Achievement Divisions) 2. Jigsaw

3. Group Investigation

4. Student Facilitator and Explaining (SFE)

Mengembangkan pengetahuan akademis faktual

Meningkatkan pengetahuan konseptual faktual dan akademis

Mengembangkan pengetahuan

konseptual akademis dan keterampilan menyelidiki

Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi;

Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta umpan balik;

Memberdayakan setiap siswa untuk lebih memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar dan atas apa yang mereka sampaikan

d. Metode Student Facilitator and Explaining (SFE)

Salah satu upaya pencapaian keberhasilan proses pembelajaan telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu melalui pemilihan model pembelajaran salah satunya model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran, perencanaan yang telah disusun sejak awal harus diimplementasikan berupa suatu metode agar tujuan yang telah disusun tercapai optimal. Uno

mendefinisikan metode pembelajaran sebagai “cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya yang merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.”35 Sedangkan menurut Sanjaya, “metode adalah a way in achieving something.”36 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dipilih guru berupa tahapan-tahapan kegiatan belajar khususnya kegiatan penyajian materi dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Implementasi model pembelajaran kooperatif salah satunya dapat menggunakan metode Student Facilitator and Explaining (SFE). Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan metode pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Metode pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. 37 Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif, metode Student Facilitator and Explaining (SFE) menampilkan unsur yang terdapat pada pembelajaran tersebut terutama keterampilan sosialatau komunikasi antar anggota.

Kegiatan yang terjadi pada metode ini memberikan kebebasan siswa baik untuk mengemukakan ide/gagasan mereka maupun menanggapi pendapat siswa lainnya. sehingga menuntut adanya komunikasi antarsiswa agar proses pembelajaran menjadi optimal. Selain itu, tanggung jawab terhadap ide atau pendapat yang mereka sampaikan sangat diperlukan.

Dalam pelaksanaannya, metode Student Facilitator and Explaining mempunyai kelebihan yaitu:

1. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta umpan balik

2. Dapat menuntun siswa untuk mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih dapat memahami materi.

35 Hamzah B Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), Cet. 4, hal. 2 36 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran ..., h.125

3. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

4. Memberdayakan setiap siswa untuk lebih memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar dan atas apa yang mereka sampaikan.

5. Kegiatan belajar membuat siswa terlihat aktif.

Terdapat pula beberapa kekurangan pada metode ini, diantaranya: 1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil. 2. Pengelolaan kelas yang masih sulit.

e. Langkah-langkah Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) mempunyai tahapan atau langkah-langkah seperti berikut:38

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/kompetensi dasar, 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi

pembelajaran,

3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran,

4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa, 5) Guru menerangkan materi yang disajikan saat itu, 6) Penutup,

7) Evaluasi.

Suherman menjelaskan langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining (SFE) adalah sebagai berikut 39

1) Sajian materi,

2) Siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, 3) Kesimpulan dan evaluasi,

4) Refleksi.

38 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran ..., h.283

39 Erman Suherman, ”Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa”, http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_content&task=view&id=60&Itemid=7, 11 Juni 2010, 15:42 WIB

Peran siswa sebagai fasilitator dan penjelas dalam metode ini yaitu merencanakan bagaimana cara mereka mengajari materi yang sedang dipelajari kepada satu sama lain dan menyampaikannya secara lisan melalui bagan kepada anggota kelompok lainnya. Selain itu, menggambarkan bagaimana cara menyelesaikan tugas yang diberikan (tanpa memberikan jawabannya), memberikan umpan balik yang spesifik mengenai pekerjaan siswa lain, dan menyelesaikan tugas dengan meminta siswa lain untuk mendemonstrasikan cara menyelesaikan tugas tersebut.40

Sedangkan peran guru yaitu sebagai manager, guru memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. 41 Selain itu sebagai mediator, guru

memandu menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan.42 Dengan kata lain, guru memberikan pengarahan kepada kelompok dengan menyatakan tujuan dari tugas atau materi yang diberikan, mendorong dan memastikan siswa untuk berpartisipasi. Membuat siswa mendapatkan giliran adalah salah satu cara untuk memformalkan partisipasi seluruh anggota kelompok. Selain itu, memberikan kesempatan untuk menyampaikan umpan balik positif kepada semua anggota.