• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

C. Kajian Terdahulu yang Relavan

Kajianterdahuluyangberkaitandenganeksistensi, keterlekatan, dan migrasi yang berhasil penulis temukan dari hasil penelitian terdahulu di antaranya adalah:

Penelitian Wiyono (2010) yang menyimpulkan bahwa meski di tengah era globalisasi ini telah muncul banyak varian makanan-makananmodernyangmenariktetapitidak mampumengurangirasakerinduanmasyarakatkotaSurabayauntukmenikmatimakanan

tradisional yang ada utamanya adalah semanggi. Hampir di setiap even tentang kuliner yang diselenggarakan di Kota Surabaya, semanggi dan makanan tradisional Surabaya merupakan menu wajib untukditampilkandandihidangkan kepada masyarakat kota.Haliniditunjukkandalam upayapelestarianbudaya-budayatradisional,sebabjikatidak dilindungi,makabudaya tersebut akan hilang atau punah. Penelitian yang dilakukan Wiyono tersebut telah meneliti tentang kuliner semanggi, tetapi belum mampu menjelaskan makna bakul semanggi dibalik keeksistensiannya.

Septiarti.Usman,danSutrisno (1996),tertarikuntukmenelitistrategi kelangsungan hidup dari kelompok petani miskin desa berlahan kering yang bergelut dengan kondisi subsistensi dan terbelit kebutuhan hidup secara social ekonomi. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa strategi kelangsungan hidup yang ditempuh petanimiskindiDesaGirirejo,Kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta dikategorikan sebagaidesatertinggal.Diungkapkanpula bahwabentukdanstrategikelangsungan hiduptersebutsangatdipengaruhiolehstrukturkelas dan pola stratifikasimasyarakat pedesaan,artinyastrategikelangsungan hiduprumahtanggapetanimiskincenderung dipengaruhi oleh luas tidaknya penguasaan lahan garapan.

Bahrun,Usman,danRaharjo(1996),dalam kajiannyatentangstudikemiskinan dan strategi survival penduduk nelayan diwilayah hinterland Kotamadya Batam, mengungkapkanbahwanalayandiwilayahhinterlandKotaBatam untukmengatasi kemiskinan dengan melakukan: 1) membentuk jaringan sosial dan hubungan anter pribadi, misalnya

melalui hubungan patron-klien, dijelaskan pula bahwa pada rumah tangga yang terisolasi, pemanfaatan jaringan tetangga lebih dominan daripada jaringan dengankerabat,sementarapadakeluargayangtidakterisolasi terjadi sebaliknya; 2). melakukan diversifikasi usaha dan melibatkan segenap potensi atau seluruh anggota keluargauntukbekerja,antaralain:di subsectorperikanan(memancing,menjala, mengkeramba,menyuluhdanmenjaring),dan sub sector non perikanan (pekerja musiman proyek, buruh pelabuhan, mencari kayu di hutan, penambang perahu, memanfaatkanlahankosong,danmembukawarung);3) melakukanmigrasidengancara urbanisasi atau ke luar negeri (Singapura dan Johor, Malaysia); 4) mengadopsi kebudayaankemiskinandanadaptasipola hidupmiskin(mengkonsumsiikanyang kurang baik atau tidaklakudipasaran,bersikapfatalism,berobatkedukundisaatsakit karena pembayarannya bisa dihutang).

Penelitian yang dilakukan Wignyosoebroto, dkk. (1994) terhadap petani garam diPulauMaduramengungkapkanbahwauntukmenambahpendapatandalam

keluarga,petanigarambaiksendirimaupunbersamadenganisteridananak-anakmereka

melakukan pekerjaan serabutan seperti mencari barang bekas, migrasi ke kota di saat musim hujan(musim paceklik)untukbekerjasebagaipedagangkakilima,buruh

bangunanatautukangbecak.Selain itu,caralainyangditempuhadalahdengancara penghematanpengeluaransehari-hariyaitudenganmengaturfrekuensidanmenumakan,

mengurangi uang jajan anak-anak atau orangtua, atau jika dikaitkan dengan proses produksi,melakukansendiriprosespembuatangaram.Caralainyangdilakukanuntuk

tetapeksisadalahmemintabantuankepadakerabatatautetanggadalambentukhutang tanpa bunga atau lauk-pauk sekedar untuk mengenyangkan perut.

Marshus(1995)dalam penelitiannyatentangindustripedesaandiDesaSenawar Jaya mengungkapkan bahwa perkembangan ekonomi di desa tersebut tidak hanya

didasarkanpertimbangankeuntungansemata,tetapi juga didasarkan pada pertimbangan sosial,yaitudenganmemberikankesempatankepadaoranglainuntukdapatmenghidupi

dirinyasendirisambiltetapbekerjasama. Lebihlanjutdiungkapkanbahwamunculnya perusahaangentengselainsektorperkebunankaretyangsedangmengalamikemandegan,

merupakan strategi untuk memenuhikebutuhan hidup penduduk melalui diversifikasi usaha. Manusia dengan budayanya tidak hanya sekedar mampu beradaptasi dengan

lingkungannya,tetapijugamampumengubah lingkunganmenjadisesuatuyangberarti. Kebudayaanitusendiridapatberupakeseluruhansistem gagasan,tindakandanhasil karyamanusiadalam rangkakehidupanmasyarakatyangdijadikanmilik yangmereka diri

manusia dengan belajar (Koenjaraningrat, 1990).

Manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitarnyayangbersifatdinamis.Strategi bertahanhidupadalahsalah satu cara untuk memenuhikebutuhan.Makacara-carapemenuhan kebutuhantersebutakandiaturoleh sistemsosial budaya yang ada sekaligussebagai proses strategi adaptasi.

Adaptasipadadasarnyamerupakanproses penyesuaian diri untuk memenuhi

kebutuhanhidupbagiindividuataukelompokyangbermukim disuatutempat. Sebagaimanadiketahuibahwamanusiadengan ilmu pengetahuan yang dimiliknya akan

mampumenanggapisetiappermasalahanyangterjadipadalingkungansosialdanbudaya tempat tinggalnya. Untuk mengatasi lingkungan tersebut, manusia secara individu maupunsecarakelompokmelakukanberbagaimacam carapenyesuaiandiriuntuk mempertahankan eksisitensinya.

Penelitian-penelitian yang telah dikemukakandimukamenunjukkanbahwa berbagai cara individu atau masyarakat untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarganya dengan situasional, artinya pada situasi yang berbeda, dapat ditemukan strategibertahanyangberbedapula.Denganstrategiyangtepat,diharapkanmerekabisa tetap

mempertahankan eksistensinya, dan ini dibuktikan oleh bakul semanggi gendong yang mampu mempertahankan usaha mereka sebagai penjaja semanggi di Kota Surabaya. Strategiyang dilakukan oleh bakul semanggi gendong bukan menjadi fokus dalam penelian ini, tetapi pentingnya memahami sebuah eksistensi dan konsistensi bakul semanggi gendong di era modernisasi dan globalisasi itulah yang difokuskan.

Pada beberapa waktu terakhir mulai marak diteliti mengenai tindakan ekonomi aktor dalam dinamika pembangunan nasional, tentunya dengan aplikasi Sosiologi Ekonomi. Studi Sosiologi Ekonomi mulai merambah ke sektor tenaga kerja, sektor industri terutama industri tekstil yang pernah menjadi harapan perekonomian masyarakat, dan tentu- nya studi-studi Sosiologi Ekonomi yang menganalisis struktur dan kelembagaan ekonomi.

Di Indonesia, studi-studi sosiologi ekonomi yang berkembang pesat saat ini adalah studi yang mengambil topik kapital sosial dikaitkan dengan kesejahteraan dan pengem- bangan ekonomi wilayah, termasuk yang banyak diinisiasi oleh World Bank. Beberapa hasil studi yang dituangkan dalam disertasi ini antara lain dilakukan oleh Ibrahim (2002) yang memusatkan perhatiannya pada aspek kehidupan berorganisasi sebagai modal sosial komunitas, kemudian Nurnayetti (2006) yang menganalisis kapital sosial dan pember- dayaannya dalam pengelolaan irigasi di Sumbar; dan masih banyak studi lainnya, termasuk studi kuantitatif yang dilakukan oleh Vipriyanti (2007) yang menganalisis bagaimana keterkaitan antara kapital sosial dengan pembangunan ekonomi wilayah. Selain itu, studi mengenai kapital sosial juga dilakukan atas inisiasi World Bank yang antara lain dilakukan Grootaert (1999) yang menganalisis mengenai kepadatan jaringan sosial.

Studi-studi itu secara umum memiliki persamaan dalam hal konsep yang digunakan, ataupun indikator dan metode pengukuran yang digunakan. Indikator kapital sosial masih bertumpu pada norma, aspek kepercayaan, dan jaringan sosial, dengan perkembangan pada aspek detailnya pengukuran indikator seperti yang ditunjukkan oleh Vipriyanti (2007) dengan

mengukur tingkat trust (meliputi general trust, thin trust, dan thick trust), demikian juga pengukuran jaringan sosial dengan menambahkan indeks kepadatan jaringan kerja dan indeks partisipasi dalam analisisnya, selain menganalisis kuat lemahnya ikatan sosial (strong and weak ties) dalam indikator jaringan sosial.

Dalam kerangka ini, Rintuh dan Miar (2003) mengemukakan pandangan bahwa pembahasan mengenai pentingnya penguatan kelembagaan mesti menjadi salah satu fokus studi, mengingat kelembagaan merupakan penggerak pembangunan dan ekonomi rakyat. Kelembagaan yang dimaksud meliputi kelembagaan yang terbentuk akibat ikatan sosial, maupun sebagai hubungan ekonomi dalam masyarakat. Koperasi sebagai salah satu kelembagaan ekonomi relatif banyak mendapat perhatian, disamping kelembagaan lainnya seperti kelembagaan pasar, kelembagaan pendidikan dan penyuluhan, kelembagaan pembangunan lokal, dan kelembagaan permodalan atau keuangan.

Beberapa hasil penelitian tersebut masih belum menyetuh bagaimana kelembagaan yang bersifat tradisi, seperti bakul semanggi gendong melakukan tindakan ekonomi, namun terkait dengan masyarakat yang ikut melestarikan tradisi tersebut.

Hal yang terakhir ini, telah relatif banyak menjadi fokus perhatian peneliti, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Sira (2009) yang melakukan studi mengenai lembaga keuangan mikro yang berdasar syariah. Penelitian ini pada intinya mengkaji secara sosiologis lembaga keuangan mikro berbasis syariah. Studi ini secara ringkas dapat menjelaskan bagaimana sistem bagi hasil dalam sistem keuangan syariah (tradisi) bersifat hybrid karena merupakan kelembagaan sosial informal yang diadopsi dan dikontekstualisasikan dalam sebuah makna dan kondisi tertentu sebagai sistem kelem- bagaan keuangan yang khas. Pada sisi lainya, harus disadari bahwa studi-studi mengenai kelembagaan ekonomi masih perlu digeluti secara mendalam, terutama mengkaji mengenai kelembagaan koperasi sebagai basis ekonomi kerakyatan di Indonesia, serta kelembagaan

pemasaran yang kita yakini akan relatif mampu memberikan arah bagi pengembangan ekonomi masyarakat.

Penelitian-penelitian tentang kelembagaan yang telah disebutkan di muka memang telah meneliti kelembagaan, namun belum menyentuh bagaimana kelembagaan yang bersifat tradisi, seperti bakul semanggi gendong melakukan tindakan ekonomi, terkait dengan masyarakat yang ikut melestarikan tradisi tersebut.

Berkaitan dengan keterlekatan kelembagaan ekonomi yang telah dijelaskan di muka, salah satu diantaranya adalah keterlekatan bakul semanggi gendong dengan pelanggannya. Pelanggan semanggi berada di Kota Surabaya. Dari sinilah maka bakul semanggi gendong selalu menjajakan ke Kota Surabaya. Dari sisi kependudukan, seseorang yang melakukan mobilitas secara geografis, baik bersifat tetap maupun tidak tetap disebut sebagai migrasi (Mantra,1991).

Di kota Surabaya tidak sulit menemukan segolongan warga yang dikategorikan sebagai pekerja sektor informal. Di sudut-sudut kota mereka mencari rejeki, memanfaatkan perputaran waktu 24 jam, buruhlepas,penjualjamu,penjualkeliling, dan salah satu di antaranya penjaja semanggi atau bakul gendong semanggi Surabaya. Pekerjaan mereka sering dianggap kurang produktif karena hanya sekadar mencari makan, tidak untuk memaksimalkan keuntungan. Berpendidikan rendah, miskin, tidak terampil, dan umumnya kaummigran.

Pernyataantersebuttidakberlaku bagibakulgendongsemanggiSurabaya, di sinimerekamelakukanmigrasisirkuler setiapharidengantujuanutamatidak mencari pekerjaan

tetapi menjajakan dagangan semanggi, mereka sangat terampil dan

produktifuntukmengolahtanamanliarmenjadimakananyanglezatdan digemarioleh masyarakat

pelanggannya di Kota Surabaya, mereka juga sebagai penduduk Surabaya,

sehinggasemanggimerupakansalahsatuikonKotaSurabayaselainKotaPahlawanserta lambang Ikan Sura dan Buaya (Pemkot Surabaya, 2010).

Teori-teori yang telah disebutkanitumembuktikan bahwa faktor ekonomi lebihdominanmempengaruhiseseoranguntuk bermigrasi.Halinijuga diperkuatoleh beberapa penelitian sebelumnya, yang dapat dideskripsikan dalam bagian berikut.

PenelitianMantra(1989)timbulnya mobilitastenagakerjadaridesakekota terutamadisebabkankarenaadanyaperbedaan nilaikefaedahanwilayah.Dalam halini daerahtujuan(kota)memilikinilaikefaedahanwilayahlebihtinggidibandingkandengan daerah asal (desa). HasilpenelitianHill danSingh(1990)padasuatukomunitas pertanian di wilayah Sabah, Malaysia,menunjukkan bahwa dengan meningkatnya migrasi, generasi petani dewasa

ini mempunyaipekerjaanyanglebihberagam,

khususnyadisektorjasadanprofesi.Timbulnyamigrasibukansemata-matadisebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja di daerah asal (desa), melainkan jugaadanya daya tarikdaridaerahtujuan(diluardesa). Meskipundemikian,cukupbanyakpuladijumpai faktor-faktornon-ekonomi,terutamafaktor sosio-kultural,sepertiadanyakeluarga, kerabatatautemandikota(Suharso,1978;Wirosuhardjo,1982;dalam Abustan,1987; Kanto, 19992), dan adanya rasa kebersamaan (solidaritas) antara sesama migran di daerah tujuan (Warisoram, 1989).

Penelitian tersebutdapatmenjawabtentangmanfaatmigrasi,keberagaman pekerjaan generasi petani, serta faktor-faktor penyebab terjadinya migrasi, tetapi penelitian tersebut belum bisa menjawab tentang keunikan dari migrasi seperti halnya keunikan migrasi yang dilakukan bakul gendong semanggi.

HasilpenelitianTukiran(1986)di duadesadiJawaTimurmemperkuat pernyataanbahwaikatankekeluargaanparamigranantaralaindalambentukpengiriman

uangataubarang(remitan)dankunjungankeluargamelakukankegiatan pertanian dan ikatan sosio-kultural seperti kegiatanupacara-upacara adat dan keagamaan.

Secaraeksplisit,Mantra (1981,1987),dalam penelitiannyapadamasyarakat padi sawah di Daerah Istimewah Yogyakartamengidentifikasikekuatan-kekuatanyang mempengaruhi seseorang untuk pindah atau menetap di daerah pedesaan asal. Kekuatan sentrifugal (kekuatan yang mendorong orang meninggalkan daerahnya)timbulkarena adanyaketidakpuasandalambidangpertanian,kurangnyakesempatankerjadanfasilitas

pendidikan. Adapun kekuatansentripetal(kekuatanyang menahanseseoranguntuk tetaptinggaldidesaasal)antaralain:adanyaikatankekeluargaandanpersaudaraanyang

eratdengansemboyan“manganoramanganwatonkumpul”,sistemgotongroyongyang

kuatpemilikantanahmemberikanstatussosialyangcukuptinggi,ikatan batindengan leluhurdengancaramengunjungimakam setiapbulanruwahdanlebarandantingginya ongkos transportasi dari daerah asal ke daerah tujuan mobilitas. Dari aspek geografis, kondisikomunikasidantransportasiyangmudah,murah,danlancarantaradesadankota akan semakin menunjang berkembangnya mobilitas non-permanen (Warisoram, 1989).

MenurutWarisoram (1989),perilakumigransirkulerdikota“perilakuboro” antara lain adalah sikap prihatin, berhemat,dansukamenabung.Dengandemikian,

merekamempunyaicukupkelebihanuanguntukdikirim kekeluarganyadidesa. Bilamanauangkirimanmigran(remitan)ini diinvestasikan untuk kegiatan produktif, baik di

sektor pertanian maupun non-pertanian di desa, akan memberikan dampak timbulnya peluang kerja dan berusaha di daerah pedesaan.

BerbedadenganpendapatRanpeldanLoddell(1978),pengaruhremitanterhadap

desaasalpada kebanyakannegaraduniaketigarelatif kecil.Halinimungkindisebabkan karena sebagian besar remitan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, sehingga sedikit

sekali yang dialokasikan untukkegiatanproduktifdidesaasal.Halini jugadidukungolehhasilpeneltian Hugo (1975) di IndonesiadanCaldwell(1969)di

Ghana(dalamMantra,1989),dimanalebih dari 70 persen remitan digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

MenurutLee(1987),yangmendorongseseoranguntukbermigrasibukansemata-

matakarenafaktor-faktornyatadidaerah asalmaupuntujuan,melainkanlebihkepada bagaimana persepsi orang tersebut terhadap faktor-faktor yang bersangkutan. Menurut Mantra(1987),faktor-faktorpositif dannegatif tersebutmasing-masingdisebut kekuatan sentripental dan sentrifugal. Lee (2000) mengungkapkan bahwa faktor yang melatarbelakangimigrasitenagakerjakedaerahtujuanadalahmakroyanglebihdikenal dengan daya tarik di daerah tujuan dan daya dorong dari daerah asal. Sampai saat ini, motif ekonomi dipandang sebagai faktor pendorong utamabagi seseorang untuk melakukan mobilitas (Rani dan Fei, 1961; Todaro, 1978; Titus, 1978).

Maude(1981)melaporkandarihasilpenelitiannyadiKelantan,Malaysia,bahwa

migrasimempunyaiperananyangbesardalam memperkenalkan atau menyebar luaskan pikiran-pikiranbarudalamprosesdaerahasal.Akantetapi,pelaku-pelakumobilitasyang melaksanakan peranan tersebut umumnya terdiri atas keluarga kaya yang termasuk kelompokelitdaerahsetempat Adapunlaporan Findley (1977) berdasarkan review

hasilpenelitiandiberbagainegaraberkembangmenyatakanbahwakegiatanmigranatau

pelakumobilitasmiskinlebihbanyakdiarahkan padaupayameningkatkankehidupan keluarganya.Walaupundemikian,secaraumum migranataupelakumobilitas diperlakukan oleh masyarakat sebagai contoh untuk berperilaku modern.

Berbagai penelitian memberikan informasibahwamobilitaspendudukdesa-kota telahmemberikanandilkepadaorang-orangdesauntukmengenalkehidupandunialuar. Pelaku mobilitas sebagai sumber informasi yang cukup efektif mengenai kehidupan dan kemajuankota.Lebihdariitu,merekadianggappulasebagaimodelkemajuanyangditiru oleh orang-orang yang ada di desa.

PenelitianSaefullah(1992)diJawaBarat mengungkapkan data bahwalebihdari 75% responden di desa-desa penelitianmemperoleh pengetahuan mengenai kehidupan kota, dunia pendidikan, lapangan kerja, cara berpakaian dan kebiasaan makan, dari para

pelakumobilitas.Keadaansepertiiniditemuijugadalam penelitianSingh(1989)di pedesaanIndia.Ketika migranberadadikotamerekamelepaskankebiasaannyadidesa dan meniru

cara hidup masyarakat kota, sedangkan waktu kembali ke desa mereka memperlihatkangayahidupyangditirudikota,termasukmodelpakaiandenganmaksud

agardianggaporangmoderndidesa.Biasanyaperilakutersebutdiperlihatkandalam acara-acara hari besar, selamatan, pesta atau peristiwa-peristiwa umumlain.

Indonesia sebagai negara berkembang, pola migrasi ditandai dengan gerak perpindahanpendudukyangmenonjoldari desa ke kota. Dilihat dari perubahan sosial, keadaan ini akan mengakibatkan terjadinyatarik-menarik antara kehidupan budaya kota dengan kehidupan budaya desa. Di satu pihak, kepergian penduduk dari desa ke kota disertaidengankebiasaanmerekadidesa,tetapidilainpihakmereka punbisamembawa kebiasaan-kebiasaanbarudari kota yang diperkenalkan kepadamasyarakatperdesaan. Walaupundalam tarikantersebutkeduabelahpihakakansalingmempengaruhi,

kenyataannyapengaruhkehidupankotalebih kuatdaripadakehidupanyangdibawa migranataupelakumobilitas.Artinya,budayakotaakanlebihkuat mempengaruhi kehidupan masyarakat desa daripada budaya desa yang dibawa ke kota.

Pernyataan tersebut tidak berlakubagimigrasikhasbakulsemanggi gendongdiSurabaya,dimanamerekamasihtetapmempertahankanciri khas (keunikan) mereka sebagai migran sirkuler yang khas di kota Surabaya.

MoirdanWirosarjono(1977),dalam penelitiannyatentangsektorinformaldi Jakarta, mengungkapkan bahwa cukup banyak pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orangyangberusiadiatas30tahundansudahlamatinggaldiJakarta,ternyata65persen dari jumlah

mereka pernah beralih pekerjaan, dan pekerjaan tersebut adalah pekerjaan sektor informal sebagaipekerjaan yang diandalakan.

Hasil penelitian Moir dan Wirosarjono dapat mengungkap bahwa para migran yangadadiJakartasebagianbesarpernah beralihpekerjaan. Tidakdemikiandengan bakulgendongsemanggiSurabaya,yangtetapeksisdanmenekunipekerjaandengansatu

jenissajayaitumenjajakansemanggidiKotaSurabaya.Dengandemikian,penelitian

tersebuttidakdapatmengungkapkeunikandarimigrasiyangdilakukan,sepertihalnya uniknya bakul gendong semanggi.

Penelitianlainjugatentangsektor informaldilakukanolehSutomo(1994), mengenai pelaku migran sirkuler sektor informal di kota dan dampaknya terhadap intensitas migrasi

desa-kota, menjelaskan bahwa kelompok migran sirkuler datang ke

kotabekerjadisektorinformalkarenaadadayadoronguntukmemenuhikebutuhanatau aspirasi yang tidak dapat dipenuhi di desa. Kejujuran mengungkapkan perasaan tidak menyenangkandidaerahasal(desa) dipandangsebagaifaktorpendorongdan kesempatan kerja yang terbatas. Adapun yangmenjadi daya tarik berupa potensi yang diciptakan oleh keberadaan migran terdahulu.

Penelitian Mabogunje (1970), bahwa kontribusimigranterdahuludikota sangatlahbesardalam membantumigranbaru yangberasaldaridesaatau daerah yang sama dengan mereka, terutama pada tahap-tahap awal dari mekanisme penyesuaian diri didaerahtujuan.Dalam halini,paramigranbarutidaksekedarditampungdirumah migran yang mengajaknya, tetapi juga dicukupikebutuhanmakan,dandibantuuntuk mendapatkanpekerjaan sesuaidengankemampuandanrelasiyangdimilikinya.Hal tersebut menyebabkan lapangan pekerjaan tertentu di suatu kota atau daerah didominasi migran dari daerah atau desa tertentu.WalaupunpenelitianMabogunjemenjelaskan

tentangmigranyangberasaldarisatudesaataudaerah,namunpenelitiantersebutbelum dapat mengungkap makna mengapa berasal dari satu daerah.

Berdasarkanbeberapakajianteoretisdanhasilpenelitiantentang migrasidiatas, dapatdisimpulkanenam kategoriyaitu:1)Arusmobilitaspermanendannon-permanen umumnyaterjadidaripedesaankeperkotaan; 2)Sebagianbesarmigranmelibatkandiri dalam kegiatansectorekonomiinformal;3)Pola-polamobilitasmencerminkan perubahanstrukturaldi bidangsosialdanekonomi;4)Sebagianbesarpenelitiantentang

migrasikarenafactorekonomi;5)Belum ditemukannyapenelitianmigrasikarenamotif ekonomiyangbermaknasubjektifbagi pelakumigrasikhususnyamigrasinon permanen;6)Belum satu pundalam penelitian-penelitiantersebutyangmeneliti tentangmigrasiyangunikataukhassepertimigrasiyangdlakukan bakul gendong semanggi Surabaya.

Kritik terhadap beberapa hasil penelitian tersebut, bahwa persoalan

migrasimasihbanyakberkutatdarisisi ekonomiyang sangatkuantitatif,danhanya

dilihatsebagairealitasobjektif,padahalfenomenamigrasitidakbisa lepasdarirealitas subjektif.Fenomenamigrasiadasesuatuyang tersembunyi dibalik realitas objektif tersebut,yaitu,maknamigrasi, iniyangbelum dikajiolehbanyakpeneliti.Olehkarena itu, untuk menutupi kelemahan yang ada, maka penelitian tentang bakul semanggi gendongdiSurabayakaliinidilihatdarirealitassubjektif,salahsatudi antaranyaadalah tentang keterlekatan eksternal yang terkait dengan migrasisirkuler bakul semanggi gendong.